MWC.NUGAR.ANZAAY
"Zaman sekarang sudah tidak ada wali. Kalau dulu-dulu, masih banyak wali. Kalau sekarang sudah zaman rusak, tidak ada walinya".
Bila ada orang yang berkata demikian, maka jawabannya:
*"Bukannya tidak ada wali. Akan tetapi kamu yang tidak dikehendaki oleh ALLOH untuk bisa melihat dan mempercayai wali".*
Imam Ahmad bin Muhammad bin Atho'illah As-Sakandari menyebutkan: "Apabila ahli zaman berpaling dari ALLOH dan lebih mendahulukan selain ALLOH, tidak manfaat baginya suatu nasehat, pengingat baik tidak menjadikannya condong kepada ALLOH, maka mereka tidak pantas melihat kemunculan wali ALLOH".
Para ulama berkata: "Wali ALLOH adalah pengantin. Dan orang-orang buruk tidak dapat melihat pengantin tersebut".
فإذا كان أهل الزمن معرضين عن الله، مؤثرين لما سوى الله، لا تنجع فيهم الموعظة، ولا تميلهم إلى الله التذكرة، لم يكونوا أهلا لظهور أولياء الله تعالى فيهم.
ولذلك قالوا: أولياء الله عرائس، ولا يرى العرائس المجرمون.
Dinukil dari kitab _Lathoiful Minan Fii Manaqibisy Syaikh Abil Abbas Wasyaikhihi Abil Hasan_ karya Imam Ibnu Atho'illah As-Sakandari.
وسمعته يقول يعنى شيخه أبا العباس رضي الله عنه يقول معرفة الولي أصعب من معرفة الله فإن الله معروف بكماله وجماله وحتى ومتى تعرف مخلوقا مثلك يأكل كما تأكل ويشرب كما تشرب وقال فيه وإذا أراد الله أن يعرفك بولي من أوليائه طوى عنك وجود بشريته وأشهدك وجود خصوصيته اهـ
Artinya, “Aku (Syekh Ibnu Athaillah) mendengarnya (maksudnya adalah gurunya), Syekh Abul Abbas Al-Mursi berkata, ‘Mengenal wali lebih sulit dari mengenal Allah. Allah dapat dikenali dengan kesempurnaan dan keindahan-Nya. tetapi kapan kau bisa mengenali tanda wali, makhluk sepertimu. Ia makan sebagaimana kamu makan, ia minum sebagaimana kamu minum.’ Ibnu Athaillah berkata di Latha’iful Minan, ‘Kalau Allah menghendakimu kenal dengan salah satu walinya, Allah melipat unsur manusiawinya di matamu dan Allah memperlihatkanmu keistimewaannya,’” (Lihat Syekh Ibnu Abbad, Syarhul Hikam, Semarang, Maktabah Al-Munawwir, tanpa catatan tahun, juz II, halaman 2).
Meskipun demikian, secara umum para wali dapat teridentifikasi. Minimal mereka mengandung tiga sifat berikut ini sebagaimana keterangan Syekh Zarruq.
ثم الولي يعرف بثلاث: إيثار الحق، والإعراض عن الخلق، والتزام السنة بالصدق
Artinya, “Tetapi waliyullah itu dapat dikenali dengan tiga tanda: mengutamakan Allah, (hatinya) berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad SAW dengan benar,” (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 133).
Meskipun Syekh Zarruq menyebutkan demikian, kita tetap sulit menunjuk hidung siapa wali Allah di tengah kita. Mereka beribadah sebagaimana kita. Mereka juga kadang berbuat khilaf seperti kita. Mereka berpakaian seperti kita. Mereka juga entah apa profesi kesehariannya. Hanya bedanya, mereka terjaga dari penyakit batin dan mereka menjaga adab kepada Allah saat berbuat taat maupun saat berbuat maksiat karena kuasa-Nya atas bimbingan-Nya. Mereka sama sekali tak terduga. Karena sulitnya menentukan mereka, kita hanya bisa berlaku husnuzzhan (berbaik sangka) kepada setiap orang.
Semoga dengan menghormati para kekasih Allah itu, kita dapat kelimpahan rahmat-Nya. Amiiin, ya Rabbal alamin. Wallahu a‘lam.