B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pendahuluan (15 menit)
1. Menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan & manfaat) dengan mempelajari materi : Pengertian al-Asma‘u al-Husna (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir) dan Makna al-Asma‘u al-Husna (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir).
2. Menjelaskan hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode belajar yang akan ditempuh,
Kegiatan Inti (90 Menit)
1. KEGIATAN LITERASI
Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca dan menuliskannya kembali. Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan terkait materi Pengertian al-Asma‘u al-Husna (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir) dan Makna al-Asma‘u al-Husna (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir).
2. CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan ini harus tetap berkaitan dengan materi Pengertian al-Asma‘u al-Husna (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir) dan Makna al-Asma‘u al-Husna (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir).
3. COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Pengertian al-Asma‘u al-Husna (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir) dan Makna al-Asma‘u al-Husna (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir).
4. COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan.
5. CREATIVITY (KREATIVITAS)
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Pengertian al-Asma‘u al-Husna (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir) dan Makna al-Asma‘u al-Husna (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir). Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami.
Penutup (15 menit)
1. Peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.
2. Guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.
C. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
_ Penilaian Skala Sikap
_ Penilaian “Membaca dengan Tartil”
_ Penilaian Diskusi
BAHAN AJAR
Aku Ingin Lebih Dekat Kepada-Mu
Wahai anak anakku yang beriman, yakinlah bahwa kedekatan diri kita dengan Allah akan selalu membawa ketenangan kita semuanya, sebaliknya jika menjauhkan diri kita dari Allah, maka akan membuat jiwa kita rasa gelisah, hampa, dan galau selalu menghantui kita. Namun, banyak orang yang keliru dalam mencari jalan menuju ketenangan hidup.
Coba amati dan perhatikan keadaan masyarakat di sekeliling kita, banyak sekali orang yang ingin mendapatkan ketenangan hidup, namun mereka selalu salah jalan. Ada yang menganggap bahwa ketenangan hidup dapat diraih jika mereka sudah memiliki kedudukan yang tinggi. Mereka begitu sangat antusias untuk meraihnya. Benarkah kedudukan yang tinggi bisa memastikan seseorang menjadi lebih tenang hidupnya? Ternyata dalam kenyataannya orang yang sudah memiliki kedudukan tinggi ada yang hidup tenang, namun banyak pula yang hidupnya bukan tenang malah sebaliknya mereka semakin gelisah.
Ada juga orang-orang yang mencari ketenangan hidup dengan mengkonsumsi obat penenang. Memang ketenangan itu didapatkan dalam waktu yang relatif pendek. Setelah efek dari obat itu hilang maka kegelisahan kembali muncul disertai kerusakan organ fisik sebagai dampak negatif dari obat penenang tersebut.
Banyak juga orang yang beranggapan bahwa kekayaan yang berlimpah bisa membuat hidup jadi lebih tenang. Ternyata dalam kehidupan nyata, dari dulu sampai sekarang, masih ada orang yang hartanya melimpah tapi belum tentu juga membuat ia hidupnya tenang. Ada diantara mereka yang memiliki kekayaan dan hidup dengan nyaman, namun tidak sedikit malah menjadi sengsara dengan harta yang berlimpah itu. Contohnya adalah Qarun. Kekayaan yang ia memiliki berlimpah malah membuat hidupnya sengsara dan celaka.
Pada dasarnya sesuatu yang dapat membuat kehidupan kita menjadi lebih nyaman bukanlah melalui kedudukan yang tinggi, atau jabatan yang ia pegang, karena hidup bergelimang harta, atau karena dipacu dengan obat penenang semata. Hakikat ketenangan hidup adalah pada saat kita dekat, semakin dekat, dan begitu dekat dengan Allah SWT. Dalam keadaan bagaimanapun seseorang yang dekat dengan Allah SWT akan menemukan ketenangan, kenyamanan, dan ketentraman hidup yang sejati. Nah, menyebut Nama Allah, mengindahkan nama-nama-Nya, dan mengamalkan keindahan makna Nama-nama Allah dapat menjadi salah satu alternatif cara untuk lebih dekat dengan-Nya.
Tahukah kalian bahwa Allah SWT mempunyai nama-nama yang indah, agung, dan sarat dengan makna. Nama-nama Allah yang indah itu disebut Asmaul Husna. Jumlah asmaul husna ada 99. Sembilan puluh sembilan asmaul husna tersebut mencerminkan bahwa Allah SWT Maha segala-galanya.
Wahai anak anakku semuanya yang pandai mengambil hikmah, perlu diketahui bersama bahwa dari 99 asmaul husna yang dimiliki Allah itu, ada berapa asma' yang tentunya sudah kalian pahami? Tentu sudah banyak, bukan? Nah, untuk lebih mendalami maknanya dan agar lebih bisa mengetahui tentang kemuliaan-kemuliaan Allah melalui asma-asmanya, serta bisa meneladani asma-asma Allah tersebut, alangkah baiknya jika kalian harus banyak mencoba mengenal asma-asma Allah satu per satu untuk selalu dipahami dengan cara banyak membaca dan menulis nama nama asmaul husna terlebih jikalau kalian menghapalkan asmaul husna lebih baik karena janji Allah akan memasukan kesurga bagi yang menghapalkannya.
Materi kali ini akan membahas tentang pengertian apa itu asmaul husna dari (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir) dan Makna al-Asma‘u al-Husna (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir)?
Pengertian al-Asma‘u al-Husna (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir) dan Makna al-Asma‘u al-Husna (al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir).
Al-Asmau al-husna artinya nama-nama Allah Swt. yang baik. Di antara al- Asmau al-husna tersebut adalah: - al-‘Alim (Maha Mengetahui), - al- Khabir (Maha Teliti), - as-Sami’(Maha Mendengar), dan - al-Bashir (Maha Melihat).
A. al-‘Alim (Maha Mengetahui)
Kata al-’Alim diambil dari kata al-‘alim yang berarti menjangkau sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya. Kata ini menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan. Allah Swt. memiliki nama al-’Alim karena pengetahuan-Nya sangat jelas sehingga dapat mengungkapkan hal-hal yang sekecil apa pun. Allah Swt. Maha Mengetahui. Segala yang akan terjadi dan telah terjadi tidak luput dari pengetahuan-Nya baik masa kini maupun yang akan datang. Semua kenyataan dalam setiap rentang zaman berada di dalam pengetahuan. Tak seorang pun yang dapat bersembunyi.
Pengetahuan-Nya itu tiada batas. Pengetahuan yang melingkupi seluruh alam membuat jangkauan otak manusia sedikitpun tak mampu mengikutinya. Dengan pengetahuan seperti ini, Allah Swt. bebas memberikan ilmu kepada hamba-Nya yang mematuhi segala perintahnya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagai hamba-Nya, kita hanya bisa memohon agar Allah Swt. memberikan kemurahan pengetahuan. Karakteristik pengetahuan Allah Swt. disebutkan dalam Al-Qur’an. Seperti pada beberapa ayat berikut ini.
وَحَاجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِي وَلا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ
Artinya : "Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku". Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?"
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Artinya :
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (lauh Mahfudz)".
Tuhanku meliputi segala sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan-Nya tidak ada batas.
Ayat tersebut menegaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan Allah Swt.
Dua ayat yang dikutip tersebut memberikan penjelasan bahwa segala aktivitas di dunia, baik
yang terlihat maupun yang tidak terlihat, semuanya tidak luput dari pengetahuan Allah Swt.
Sifat al-‘Aliim pada Allah Swt mendorong manusia untuk memiliki pengetahuan. Manusia diharapkan dapat memiliki ilmu untuk kemudahan dalam mengarungi kehidupan di dunia. Dengan ilmu, kehidupan dapat dilaksanakan dengan mudah.
Akan tetapi, pengetahuan manusia terbatas sesuai dengan kemampuan yang diberikan oleh-Nya. Manusia memperoleh kehormatan karena ilmu yang dianugerahkan oleh Allah Swt. Manusia dapat meraih ilmu berkat anugerah Allah Swt. Akan tetapi, betapa pun dalam dan luasnya ilmu manusia, tetap berbeda dengan ilmu Allah Swt.
B. Al-Khabiir
Al-Khabiir artinya Maha Memberitahu. Melalui Al-Qur’an, Allah Swt. memberitahu kejadian dan kisah orang-orang terdahulu. Melalui al- Qur’an pula, Allah Swt. memberikan gambaran kejadian kiamat dan kehidupan akhirat. Masih banyak lagi hal-hal yang telah diiformasikan Allah Swt. mulai dari yang nyata sampai yang gaib. Hal ini sudah pasti kebenarannya. Hal itu tercantum dalam Q.S. al-Mulk/67:14 berikut ini:
أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
Perilaku yang mencerminkan pengakuan bahwa Allah Swt. Maha Memberitahu adalah dengan ikhlas berbagi ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain. Selain itu, dengan menumbuhkan sikap muraaqabah yaitu perasaan mendekatkan diri karena senantiasa diawasi Allah Swt. Hal itu akan menumbuhkan mawas diri dan pertimbangan atas segala langkah yang ditempuh dalam gerak- geriknya.
Terlebih lagi di era sekarang ilmu pengetahuan dapat disampaikan dengan berbagai cara. Informasi itu dapat disampaikan baik secara langsung maupun melalui berbagai media, seperti koran, majalah, televisi, situs jejaring sosial, blog, dan website. Kalian juga dapat berbagi informasi pengetahuan melalui majalah dinding di sekolahmu sebagai wujud meneladani al-Asmâ’Husnâ, al-Khabiir. Nah, sangat mudah bukan?
C. Al-Samii’
Al-Samii’ bermakna Maha Mendengar. Allah Swt. mendengar suara apa pun yang ada di alam semesta ini. Pendengaran Allah Swt. tidak terbatas, tidak ada satu pun suara yang lepas dari pendengaran-Nya, meskipun suara itu sangat pelan bahkan di dalam hati. Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam Q.S. al-Baqarah/2:137:
فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya : "Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan. Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Perilaku yang mencerminkan bahwa Allah Swt. Maha Mendengar adalah kita harus mau mendengarkan orang lain yang sedang berbicara. Terlebih lagi jika yang sedang berbicara adalah guru atau orang tua. Lalu, bagaimana sikap kita jika tidak senang terhadap apa yang disampaikannya?
Tentu kita harus sampaikan hal itu kepada lawan bicara dengan sikap dan bahasa yang santun.
D. Al-Basiir
Al-Basiir artinya Maha Melihat. Allah Swt. dapat melihat segala sesuatu sekalipun bentuknya lembut dan kecil. Allah Swt. melihat apa saja yang ada di langit dan di bumi, bahkan seluruh alam semesta ini. Hal ini sesuai dengan
firman-Nya berikut ini:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya : "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Perilaku yang mencerminkan keyakinan bahwa Allah Swt. Maha Melihat adalah hendaklah kita bekerja dengan teliti dan mawas diri. Kita diajarkan untuk pandai dan cermat dalam memandang berbagai persoalan. Namun, jangan lupa bahwa kita juga harus selalu introspeksi diri untuk melihat kelebihan dan kekurangan diri sendiri agar hidup menjadi lebih terarah. Sungguh hal ini sangat indah untuk diamalkan.
KLIK DISINI UNTUK MENGIRIMKAN TUGAS JAWABAN KE 2