BREAKING NEWS

Watsapp

Showing posts with label FIQIH WAQI'IYAH. Show all posts
Showing posts with label FIQIH WAQI'IYAH. Show all posts

Friday, March 24, 2023

PENDAPAT YANG PALING SHAHIH KEWAJIBAN KAFFARAT HANYA TERTENTU BUAT SUAMI

 


Wa alaikum salam wr wb.

PENDAPAT YANG PALING SHAHIH KEWAJIBAN KAFFARAT HANYA TERTENTU BUAT SUAMI. Sebenarnya terdapat tiga pendapat dalam masalah KAFFAARAT (denda pelanggaran) sebab persenggamaan di siang bulang ramadhan :


1. Kewajiban kaffaratnya khusus bagi suami (pendapat paling shahih).

2. Kewajiban kaffaratnya bagi suami untuk dirinya dan untuk istri (satu kaffarat untuk mereka berdua).

3. Masing-masing suami istri wajib mengeluarkan kaffaarat . Pendapat paling shahih adalah yang menyatakan ‘kewajiban kaffarat khusus bagi suami’ sebagai denda buatnya sendiri dan untuk istri tidak diwajibkan sesuatupun (kecuali qadha).

4. Kewajibannya bagi suami hanya saja dia wajib mengeluarkan dua kaffaarat dari hartanya, satu kaffarat untuk dirinya dan satu kaffarat untuk istrinya (ini pendapat ad-Daraamy dan lainnya).


Andaikan suami batalin puasa dulu pake makan dan minum terus menjimak istrinya, apakah masih ada kewjiban kaffarot Yaa ? Menurut Imam Maalik dan Hanafy wajib kaffaarat sedang menurut Imam Syafi’I dan Hanbaly tidak wajib. Wallaahu A'lamu Bis showaab.


- al-Majmuu’ ‘alaa Syarh alMuhadzdzab VI/331-332 :


ويقول في الكفارة ثلاثة اقوال (اصحها) تجب علي الزوج خاصة (والثانى) تجب عليه عنه وعنها (والثالث) يلزم كل واحد منهما كفارة والاصح علي الجملة وجوب كفارة واحدة عليه خاصة عن نفسه فقط وانه لا شئ على المرأة ولا يلاقيها الوجوب وذكر الدارمي وغيره في المسألة أربعة اقوال هذه الثلاثة (والرابع) يجب علي الزوج في ماله كفارتان كفارة عنه وكفارة عنها


- Syarh al-Minhaj II/345 :


فلا تجب على موطوء لأن المخاطب بها في الخبر المذكور هو الفاعل ولا على نحو ناس من مكره وجاهل ومأمور بالإمساك لأن وطأه لا يفسد صوما ولا على من وطئ بلا عذر ثم جن أو مات في اليوم لأنه بان أنه لم يفسد صوم يوم و لا على مفسد غير صوم كصلاة أو صوم غيره ولو في رمضان كأن وطئ مسافر أو نحوه امرأته ففسد صومها أو صومه في غير رمضان كنذر وقضاء لأن النص ورد في صوم رمضان كما مر وهو مخصوص بفضائل لا يشركه فيها غيره أو مفسد له ولو في رمضان بغير وطء كأكل واستمناء لأن النص ورد في الوطء وما عداه ليس في معناه و لا على من ظن وقت الوطء ليلا أي بقاءه أو دخوله أو شك فيه فبان نهارا أو أكل ناسيا وظن أنه أفطر به ثم وطئ عامدا أو كان صبيا لسقوط الكفارة بالشبهة في الجميع ولعدم الإثم فيما عدا ظن دخول الليل بلا تحر أو الشك فيه و لا على مسافر وطئ زنا أو لم ينو ترخصا لأنه لم يأثم به للصوم بل للزنا أو للصوم مع عدم نية الترخص ولأن الإفطار مباح له فيصير شبهة في درء الكفارة وذكر الشك المفرع على قولي ولا شبهة من زيادتي    قوله ( أو أكل ناسيا وظن أنه أفطر به ) أما إذا علم أنه لا يفطر به ثم جامع في يومه فيفطر وتجب الكفارة شرح م ر


- Al-Fiqh al-Islaam Wa adillatuh III/97 :

أن يفسد الصوم بالجماع وحده: فإن أكل ثم جامع، لا كفارة عليه، ولا كفارة بغير الجماع كالأكل والشرب والاستمناء باليد، والمباشرة فيما دون الفرج المفضية إلى الإنزال.


- AlMausuu’ah al-Fiqhiyyah 28/44 :

وَنَصَّ الْحَنَابِلَةُ عَلَى أَنَّهُ لَوْ جَامَعَ فِي يَوْمٍ رَأَى الْهِلاَل فِي لَيْلَتِهِ ، وَرُدَّتْ شَهَادَتُهُ لِفِسْقِهِ أَوْ غَيْرِهِ ، فَعَلَيْهِ الْقَضَاءُ وَالْكَفَّارَةُ ، لأَِنَّهُ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ بِجِمَاعٍ ، فَلَزِمَتْهُ كَمَا لَوْ قُبِلَتْ شَهَادَتُهُ . وَإِذَا لَمْ يَعْلَمْ بِرُؤْيَةِ الْهِلاَل إِلاَّ بَعْدَ طُلُوعِ الْفَجْرِ ، أَوْ نَسِيَ النِّيَّةَ ، أَوْ أَكَل عَامِدًا ، ثُمَّ جَامَعَ تَجِبُ عَلَيْهِ الْكَفَّارَةُ ، لِهَتْكِهِ حُرْمَةَ الزَّمَنِ بِهِ ، وَلأَِنَّهَا تَجِبُ عَلَى الْمُسْتَدِيمِ لِلْوَطْءِ ، وَلاَ صَوْمَ هُنَاكَ ، فَكَذَا هُنَا (2.    (2) كشاف القناع 2 / 326 ، والروض المربع 1 / 142 .


 Semoga bermanfaat untuk kita semuanya 

Wednesday, March 8, 2023

MAHROM DAN JENIS-JENIS NYA

 


Jawabannya sebagai berikut dibawah ini:

 Waalaikum salam Seperti contohnya ada mahrom muabbad, mahrom mushaharah, mahram nasab🙏🏻


Mahram ada 14

7 sebab nasab

1. Ibu sampai ke atas

2. Anak sampai kebawah

3. Saudara

4. bibi , tante , saudara perempuan dari ibu

5. bibi dari pihak ayah , tante

6. Keponakan, (anaknya saudara laki-laki)

7. Keponakan (anaknya saudara perempuan)

Dua sebab susuan:

8. Ibu yg menyusui

9. Saudara dari susuan

Empat orang sebab melalui perkawinan

10 Ibunya istri sampai ke atas

11. Anaknya istri sampai ke bawah

12. Istri nya ayah sampai ke atas

13. Istrinya anak sampai ke bawah 

Satu sebab mengumpulkan

14. Saudara nya istri 


7 sebab nasab

1. Ibu sampai ke atas

2. Anak sampai kebawah

3. Saudara

4. bibi , tante , saudara perempuan dari ibu

5. bibi dari pihak ayah , tante

6. Keponakan, (anaknya saudara laki-laki)

7. Keponakan (anaknya saudara perempuan) .

🙏

Thursday, March 2, 2023

SETIAP MALAM JUMAT & MALAM² TERNTENTU ARWAH AHLI KUBUR PULANG KERUMAHNYA


SETIAP MALAM JUMAT & MALAM² TERNTENTU ARWAH AHLI KUBUR PULANG KERUMAHNYA

Sering sekali ditanyakan, benarkah arwah ahli kubur setiap malam jumat pulang ke rumahnya. 

Silahkan disimak keterangan dibawah ini:

عن ابن عباس رضي الله عنهما اذا كان يوم العيد ويوم العشر ويوم ويوم الجمعة الأولى  من شهر رجب وليلة النصف من شعبان  وليلة الجمعة يخرج الأموات من قبورهم ويقفون على أبواب بيوتهم ويقولون ترحموا علينا فى هذه الليلة بصدقة ولو بلقمة من خبز فإنامحتاجون إليها فإن لم يجدوا شيأ يرجعون بالحسرة 

Dari ibnu Abbas Ra: Jika tiba hari raya idul fitri, hari asyura, malam jumat pertama di bulan rajab, malam nishfu syaban, dan setiap malam jumat. Maka orang² yg telah meninggal ruh keluar dari kuburnya.  Mereka mendatangi rumahnya dan berdiri di depan pintu rumahnya seraya berkata: Belas kasihanilah kami di malam ini dengan memberikan sedekah walaupun dengan sepotong roti, sungguh kami sangat membutuhkan itu. Ketika mereka tidak mendapatkan itu, maka mereka kembali ke kuburnya dengan penuh kesedihan.

Nb: Banyak cara untuk membahagiakan ahli kubur, diantaranya dgn mendokan, bersedekah untuknya, membacakan Al Quran ataupun dzikir² yg pahalanya di hadiahkan untuk ahli kubur tsb.

Keterangan dalam kitab² yang lain bisa di lihat pada kolom komentar.


Referensi 

Sumber: Kitab Duraru Al-Hasanah, Hamisy kitab Daqaiqu al-Akbar. Hal 14.

Friday, February 10, 2023

MACAM MACAM QAUL DALAM MADZHAB SYAFI'I

KYAI ALI DALAM SATU ABAD NU DI DELTA SIDOARJO 

 *MACAM -MACAM QAUL  (Pendapat) Dalam Madzhab Syafi'i*

✍️1. Qaul Qadim

Yaitu perkataan lama Imam Syafi’I yang berdasarkan kajiannya dari sumber Alqur’an, Hadits Nabi, atau nash-nash yang lain, yang pernah dikeluarkan sewaktu beliau menetap di Baghdad pada zaman pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid.


✍️2. Qaul Jadid

Yaitu perkataan baru Imam Syafi’I yang dikeluarkan di Mesir setelah dikaji semula semua qaul-qaul beliau yang lama sewaktu di Baghdad (qaul qodim). Dalam penetapan Ashhab Syafi’I, ulama Syafi’iyyah, bahwa qaul jadid (perkataan yang baru) itulah yang lebih kuat untuk diikuti dalam fatwa hukum-hukum agama.


✍️3. Qaul Shahih

Yaitu perkataaan yang benar/kuat (lawannya adalah qaul dhaif) yang diputuskan oleh para Ashhab Syafi’I setelah membandingkan antara beberapa wajah yang ada. 


AS SHAHIH (الصحيح) : Pendapat yang diambil dari dua atau tiga wajah atau lebih dari para tokoh (As-hab) Syafi'iyyah yang perbedaanya tidak kuat. Dan perbandinganya adalah Dlo’if (ضعيف). Jadi kesimpulannya Al Ashoh dan As Shohih adalah Pendapat ulama Syafi’iyyah yang berlandaskan kaidah dan metode ushul fiqh Imam Syafi’i.


✍️4. Qaul Ashah

Yaitu perkataan yang “lebih dibenarkan/dikuatkan” dari kata-kata yang ada (lawannya adalah qaul qawi), apabila bertemu semua kata-kata ini, maka yang dipegang ialah qaul yang ashah. AL ASHOH (الأصح) : Pendapat yang diambil dari dua atau tiga lebih wajah dari tokoh-tokoh (As-hab) Syafi'itulah yang perbedaanya kuat. Dan perbandinganya adalah Shohih (صحيح). Dalam muqoddimah kitab Al Bayan Juz 1 hal 57 Syekh Ibnu hajar mengistilahkan Al Ashoh dengan kata- kata Al Aujuh (على الأوجه)

Al-Ashah (الأصح), adalah pendapat yang lebih shahih dari dua wajh atau lebih yang diusahakan oleh tokoh-tokoh madzhab dalam memahami perkataan Imam asy- Syafi`i, berdasarkan kepada prinsip yang telah diletakkan olehnya atau diambil dari kaidah-kaidahnya. Tingkat perbedaan pendapat pada perkara yang disebutkan ini adalah kuat. Lawannya ialah adalah Shahih (صحيح). Dalam muqoddimah kitab Al Bayan Juz 1 hal 57 Imam Ibnu hajar mengistilahkan Al Ashoh dengan kata- kata Al Aujuh (على الأوجه)

Ada perbedaan yang menarik antara Qaul Adzhar dengan Qaul Ashoh. Tapi ringkasnya seperti ini Qaul Adzhar adalah pendapat paling Rajih dari qaul-qaul Imam Syafi'i sendiri, sedangkan Qaul Ashoh adalah yang paling shahih di antara pendapat-pendapat As-hab Syafi'i. Juga mushtholahat lain seperti masyhur, shahih, dan al madzhab.


✍️5. Qaul Adzhhar

Yaitu perkataan yang diunggulkan dari segi pertimbangan para Ashhab Syafi’I (lawannya juga qaul dhaif). AL ADZHAR (الأظهر) : Pendapat paling kuat berdasar metode ushul fiqh yang di ambil dari perbedaan satu atau dua qoul Imam Syafi’i. Dan perbandingannya adalah Dzohir (ظاهر). Dalam muqoddimah kitab Al Bayan Juz 1 hal 57 Syeh Ibnu hajar mengistilahkan Al Adzhar dengan kata- kata Al Mu’tamad (على المعتمد). Dalam muqoddimah kitab Najmul Wahhaj definisi Al Adzhar Menunjukkan 4 pengertian:


🔖1. Terdapat perbedaan pendapat (Khilafiyah).


🔖2. Dalam suatu pendapat ada yang diunggulkan (Rojih).


🔖3. Khilafiyyah tersebut hanya antar pendapat Imam Syafi’i.


🔖4. Cukup jelas perbandingannya (Al- Muqobil) ditinjau dari dalil dan ilatnya walaupun yang menjadi sandaran (Al- Mu’tamad) untuk berfatwa dan hukum adalah yang Al- Adzhar.


✍️6. Qaul Rajih

Yaitu kata yang diberatkan dari beberapa perkataan Imam Syafi’i menurut pandangan para Ashhab. Apabila bertemu beberapa qaul yang diberatkan para ulama, mereka sering men-tarjihkan satu diantaranya yang dinamakan qaul arjah, yiatu kata yang diberatkan, yang kemudian dianggap sebadai qaul mu’tamad, yakni qaul yang dipegang.


✍️7. Qaul Dhaif

Yaitu perkataan lemah yang tidak boleh dijadikan hujjah/difatwakan.


✍️8. Qaul Syadz

Yaitu perkataan yang luar biasa atau langka, yang tidak boleh digunakan sebagai sandaran hukum.


✍️9. Qaul Masyhur

Yaitu perkataan yang tersebar di antara beberapa qaul. ALMASYHUR (المشهور) : Pendapat yang diambil dari dua atau lebih qoul Imam Syafi’i, yang perbedaanya tidak kuat. Dan perbandingannya adalah ghorib (غريب). Jadi kesimpulannya Qoul Al-Adzhar dan Al-Mashur adalah pendapat dari Imam Syafi’i. Dalam muqoddimah kitab Najmul Wahhaj definisi Al-Masyhur Menunjukkan 4 pengertian:


🔖1. Terdapat perbedaan pendapat (Khilafiyah).


🔖2. Dalam suatu pendapat ada yang diunggulkan (Rojih).


🔖3. Lemahnya qoul perbandingannya (Al- Muqobil).


🔖4. Khilafiyyah hanya antar pendapatnya Imam Syafi’i sendiri.


✍️10. Qaul Mu'tamad


Sementara kata al Mu'tamad adalah istilah dari Imam Ibnu Hajar sebagai nama lain dari al Adzhar. Al-Adzhar ( الأظهر), adalah qaul yang lebih jelas dari dua qaul ataupun lebih dari pendapat Imam asy-Syafi`i rahimahullah. al-adzhar ini merupakan pendapat yang rajih (yang diunggulkan) ketika argument beliau sama-sama kuat antara dua pendapat atau lebih, antonim dari al-adzhar ( الأظهر) sekaligus yang marjuh yaitu al-dzahir ( الظاهر ). Dalam muqoddimah kitab Al Bayan Juz 1 hal 57 Imam Ibnu hajar mengistilahkan Al Adzhar dengan kata- kata Al Mu’tamad (على المعتمد).


➡️Dalam muqoddimah kitab Najmul Wahhaj definisi Al Adzhar Menunjukkan 4 pengertian:


🔖1.Terdapat perbedaan pendapat (Khilafiyah).


🔖2.Dalam suatu pendapat ada yang diunggulkan (Rojih)


🔖3.Khilafiyyah tersebut hanya antar pendapat Imam Syafi’i.


🔖4.Cukup jelas perbandingannya (Al-Muqobil) ditinjau dari dalil dan illatnya walaupun yang menjadi sandaran (Al-Mu’tamad) untuk berfatwa dan hukum adalah yang Al- Adzhar.


Itulah sebabnya mengapa qaul ashoh belum tentu mu'tamad, kecuali bila qaul ashoh tersebut juga adzhar, maka ia pun jadi mu'tamad. Jika bertentangan antara qaul ashoh dengan mu'tamad, dahulukan yang mu'tamad (adzhar), karena seperti itu tertibnya..


✍️11. Qaul Madzhab


AL MADZHAB (المذهب) : Pendapat yang diambil dari dua atau tiga lebih Thoriq (pendapat madzhab lain yang diakomodir ke madzhab Syafi’) Seperti ada sebagian ulama meriwayatkan satu masalah dengan khilaf dua qoul atau dua wajah, dan ulama tersebut memastikan kebenaran salah satunya.


✨Catatan : Menurut Syekh Ibnu Hajar sangat tidak diperbolehkan mengamalkan pendapat Dlo’if (lemah) yang bertentangan dengan Al Madzhab

Dengan demikian istilah-istilah tersebut dijadikan oleh Imam Ibnu Hajar terhadap qaul Adzhar dengan 'ala al mu'tamad dan qaul Ashoh dengan al Awjuh. Dan dengan masalah ini jelas qaul adzhar apabila pendapat-pendapat imam Syafi'i ada perbedaan satu sama lain maka dipilih yang paling Rajih. Dan qaul Ashoh apabila pendapat-pendapat ashab Syafi'iyyah ada perbedaan maka yang paling kuat itu yang diambil.

Sehingga apabila melihat definisi di atas Qaul Ashoh itu bukanlah 'ala al Mu'tamad tetapi 'ala al Awjuh jika memakai istilah Imam Ibnu Hajar al Haitami.

Kemudian ada istilah mu'tamad yang berarti pendapat mana yang harus dipilih / dirujuk ketika terjadi perbedaan pendapat di antara Fuqaha Syafi'iyyah, sejak zaman Imam Syafi'i sampai masa mutaakhkhirin.


✨Lantas jika ada pertanyaan bolehkah mengambil pendapat yang tidak mu'tamad, tidak ashoh, bahkan dha'if. Jawabannya boleh saja, akan tetapi untuk yang dha'if silakan dikerjakan secara individu (untuk dirinya) dan bukan untuk difatwakan, karena untuk fatwa harus yang adzhar, ashoh, dan sejenisnya yang dipandang kuat dalam istidlalnya.


وهذا الذي قرره العلامة الشبراملسي هو ما ارتضاه العلامة عبد الحميد الشرواني في حاشيته على التحفة (1/46) طبعة دار إحياء التراث العربي: (فَمَا اُشْتُهِرَ مِنْ أَنَّهُ يَجُوزُ الْعَمَلُ لِنَفْسِهِ بِالْأَوْجُهِ الضَّعِيفَةِ كَمُقَابِلِ الْأَصَحِّ غَيْرُ صَحِيحٍ هَكَذَا فِي حَاشِيَةِ شَيْخِنَا ع ش)

📚Kemudian berdasarkan tela'ah istilah sehingga mungkin saja terjadi perbedaan antara Qaul Ashoh dengan Qaul Adzhar. Atau memang bisa terpisah dalam arti Qaul Ashoh dan Qaul Adzhar memang tidak mungkin dipertentangkan, karena Qaul Ashoh muncul setelah Imam Syafi'i telah wafat. Sehingga masalahnya pasti berbeda dan belum dibahas oleh Imam Syafi'i.


📚Jika melihat kitab Fathul Mu'in dan I'anah ath Thalibiin :

إعانة الطالبين ج ٤ ص ٢٦٧ - ٢٦٨

تنبيه ثان: إعلم أن المعتمد في المذهب للحكم والفتوى ما اتفق عليه الشيخان، كما جزم به النووي فالرافعي فما رجحه الاكثر فالاعلم فالاورع. قال شيخنا: هذا ما أطلق عليه محققو المتأخرين والذي أوصى باعتماده مشايخنا، وقال السمهودي: ما زال مشايخنا يوصوننا بالافتاء بما عليه الشيخان وأن نعرض عن أكثر ما خولفا به.

شرح:

(قوله: تنبيه ثان) أي في بيان المعتمد في المذهب.

(قوله: ما اتفق عليه الشيخان) أي النووي والرافعي، ما لم يتفق المتأخرون على أن ما اتفقا عليه سهو أو غلط.

(قوله: فما جزم به النووي) يعني إذا اختلف كلام النووي والرافعي، فالمعتمد ما جزم به النووي.

وأعلم أنه إذا اختلفت كتب النووي، فالمتبحر لا يتقيد بشئ منها في الاعتماد عليه، وأما غيره فيعتمد منها المتأخر الذي يكون تتبعه فيه لكلام الاصحاب أكثر، فالمجموع فالتحقيق فالتنقيح فالروضة فالمنهاج، وما اتفق عليه الاكثر من كتبه مقدم على ما اتفق عليه الاقل منها، وما ذكر في بابه مقدم على ما ذكر في غيره غالبا فيهما. قاله ابن حجر وتبعه ابن علان وغيره.

(قوله: فالرافعي) أي فما جزم به الرافعي إن لم يجزم النووي بشئ.


(قوله: فما رجحه إلخ) أي فإن اختلفا ولم يجزما بشئ، فالمعتمد من كلامهما ما رجحه أكثر الفقهاء، ثم ما رجحه أعلمهم، ثم ما رجحه أورعهم.

(قوله: قال شيخنا هذا) أي ما ذكر من كون المعتمد فيما ذكر ما اتفق عليه الشيخان الخ.

(وقوله: ما أطبق) أي أجمع واتفق.

(قوله: والذي أوصى الخ) أي وهذا هو الذي أوصى به الخ. فاسم الموصول معطوف على ما قبله.

وأعلم أنه إذا اختلف كلام المتأخرين عن الشيخين - كشيخ الاسلام وتلامذته - فقد ذهب علماء مصر إلى اعتماد ما قاله الشيخ محمد الرملي، خصوصا في نهايته، لانها قرئت على المؤلف إلى آخرها في أربعمائة من العلماء فنقدوها وصححوها.

وذهب علماء حضرموت وأكثر اليمن والحجاز إلى أن المعتمد ما قاله الشيخ أحمد بن حجر في كتبه، بل في تحفته لما فيها من الاحاطة بنصوص الامام مع مزيد تتبع المؤلف فيها، ولقراءة المحققين لها عليه الذين لا يحصون، ثم إذا لم يتعرضا بشئ فيفتي بكلام شيخ الاسلام، ثم بكلام الخطيب، ثم بكلام الزيادي، ثم بكلام ابن قاسم، ثم بكلام عميرة، ثم بكلام ع ش، ثم بكلام الحلبي، ثم بكلام الشوبري، ثم بكلام العناني، ما لم يخالفوا أصول المذهب.

كقولهم لو نقلت صخرة من أرض عرفات إلى غيرها يصح الوقوف عليها، وقد تقدم في خطبة الكتاب ما هو أبسط مما هنا، فارجع إليه إن شئت.

(قوله: وقال السمهودي الخ) تأييد لما قبله.


📚Jika melihat I'anah ath Thalibin, maka pengambilan pendapat mutaakhkhirin itu dari pendapat Imam Nawawi dan Imam Rafi'i dulu, baru an Nawawi, baru ar Rafi'i, baru Aktsar, baru A'lam, dan terakhir Awro'. Lalu, jika persoalan madzhab luput dari kategori di atas barulah melihat pendapat Imam Ibnu Hajar al Haitami dan Imam Romly, dan hierarkinya. Selama masih ada dalam pendapat Imam Nawawi dan Imam Romli, ambil dulu pendapat beliau berdua rahimahumallah.

Tuesday, January 17, 2023

HUKUM MEMANJANGKAN RAMBUT BAGI LALI LAKI

Kajian Gus Baha

Pertanyaan masalah Hukum memelihara janggut 

Benarkah Pria Memanjangkan Rambut Termasuk Mengikuti Sunnah Rasul?

Senin, 15 Agustus 2022 | 08:30 WIB

Jawaban 

Pria berambut gondrong yang sedang berkendara motor (Foto:NOJ/istimewa)

Rambut panjang atau gondrong di kalangan pria kerap menjadi trend, sebab mereka berdalih bahwa gondrong mencerminkan keberanian, jagoan, kesaktian dan lain-lain. Bahkan ada pula yang beralasan bahwa  rambut gondrong mengikuti penampilan Nabi Muhammad.

Pertanyaannya adalah, apakah pria memanjangkan rambut termasuk sunnah?

Menyikapi persoalan ini, Syekh Ali Jumah menyatakan bahwa pria yang memanjangkan rambut bukanlah termasuk sunnah yang berpahala bagi seorang Muslim. Sebab Nabi Muhammad pernah memendekkan dan memanjangkan rambutnya.

Baca Juga:

Ingin Rambut Terlihat Keren? Ingat Pesan Rasulullah, Bro

Dalam Hasyiyah Jamal juz 1/475:


وإذا قلنا إنها للإباحة وكان شُهْرَة في زمان أو مكان فإنه لا يجوز، فتجد أن بعض الناس يطيل الشعر، ويعقد شعره، ويجعل له ضفائر، وربما جعله على كتفيه ثم يقول: هذه سنة النبي صلى الله عليه وسلم


Artinya: Jika dikatakan bahwa rambut gondrong bagi laki-laki itu mubah dan perkara mubah itu menyebabkan seseorang itu terkenal di suatu tempat atau masa, maka hukum mubah ini berubah menjadi terlarang. Sebab terdapat sejumlah kasus sebagian laki-laki memanjangkan rambutnya dan mengucirnya lalu beralasan “Ini adalah sunnah Nabi”.


والجواب أن هذه ليست سنة بالمعنى الأصولي والمصطلح الفقهي عند الفقهاء، فهي سنة أي طريقة صحيحة

Baca Juga:

Belasan Santri di Nganjuk Ikuti Pelatihan Potong Rambut, Ini Harapannya

Untuk merespon hal tersebut jawabannya adalah: lelaki berambut gondrong bukanlah sunnah Nabi dalam pengertian fikih (sesuatu yang berpahala jika dilakukan), tapi sunnah yang dimaksud adalah Nabi pernah melakukannya.

 ولكن قال العلماء: الفعل المحض الذي لم يقترن به أمر منه صلى الله عليه وسلم فإنه لا يُعتبر له حكم الاستحباب فضلاً عن الوجوب، ولهذا نقول: إنه مباح

Namun para ulama mengatakan, perbuatan Nabi yang mahdhoh (bukan ibadah) yang tidak diiringi perintah dari Nabi, maka perbuatan Nabi tersebut tidak menghasilkan hukum anjuran (sunnah), apalagi hukum wajib. Oleh karena itu kami katakan bahwa hukum gondrong untuk laki-laki adalah mubah.

Tentu semua itu harus dilandaskan pada aturan umum seperti kewajiban untuk menutupi aurat, larangan meniru orang fasik, larangan laki-laki meniru perempuan dan sebaliknya, larangan sombong, dan pemborosan. Boros karena memang perawatan rambut memerlukan biaya.

Walhasil, memanjangkan rambut bagi pria bukanlah kesunnahan yang kemudian mendapatkan pahala, sebab Nabi Muhammad tidak selalu berambut panjang. Terlebih bila pria berambut panjang ingin mencari popularitas, sombong, menyerupai wanita, maka itu dilarang. 

Semoga bermanfaat 

Saturday, January 14, 2023

RUMPUT DI KUBURAN


MATERI BAHTSUL MASAIL NU CABANG KENCONG

Tanggal 26 Rojab 1438 H/ 23 April 2017

Di Masjid Al Mujahidi Tembokrejo


RUMPUT DI KUBURAN


Deskripsi

Sudah maklum bahwasannya rumput dan semak-semak yang ada dikuburan tidak boleh / haram dicabut selama belum kering sebagaimana keterangan yang ada di dalam kitab-kitab kuning, namun ironisnya ketika rumput dan semak-semak dibiarkan maka akan tumbuh liar dan tinggi sehingga menyebabkan kuburan terlihat kotor dan jadi menyeramkan serta menakutkan dikarenakan banyak ular yang bersarang di sana, di salah satu desa ada juru kunci yang berinisiatif membersihkan makam dengan menyemprotkan obat rumput agar makam tersebut tidak banyak ularnya, mengingat dia sudah kewalahan memotong rumput secara manual karena luasnya makam.

Pertanyaan

Bagaimana hukumnya memotong rumput dan semak-semak di kuburan secara manual (ngarit dll) atau menyemprotnya dengan obat rumput ?

 ( Ranting Tembokrejo )



Jawaban:

Di tafsil, 

a. Jika memotongnya dengan alat, artinya tidak menghilangkan rumput itu, maka hukumnya BOLEH.

b. Jika memotongnya itu bisa menghabiskan atau menghilangkan rumput tersebut, maka hukumnya harom.

إعانة الطالبين - (ج 2 / ص 135)

(مهمة) يسن وضع جريدة خضراء على القبر، للاتباع، ولانه يخفف عنه ببركة تسبيحها . وقيس بها ما اعتيد من طرح نحو الريحان الرطب . ويحرم أخذ شئ منهما ما لم ييبسا لما في أخذ الاولى من تفويت حظ الميت المأثور عنه (ص)، وفي الثانية من تفويت حق الميت بارتياح الملائكة النازلين لذلك . قاله شيخانا ابن حجر وزياد . إهـ

(وقوله: ببركة تسبيحها) أي الجريدة الخضراء، وفيه أن اليابسة لها تسبيح أيضا، بنص: * (وإن من شئ إلا يسبح بحمده) * فلا معنى لتخصيص ذلك بالخضراء، إلا أن يقال إن تسبيح الخضراء أكمل من تسبيح اليابسة، لما في تلك من نوع حياة. (قوله: وقيس بها) أي بالجريدة الخضراء. (وقوله: ما اعتيد من طرح نحو الريحان الرطب) اندرج تحت نحو كل شئ رطب، كعروق الجزر، وورق الخس واللفت. وفي فتاوى ابن حجر ما نصه: استنبط العلماء من غرس الجريدتين على القبر: غرس الاشجار والرياحين، ولم يبينوا كيفيته. لكن في الصحيح أنه غرس في كل قبر واحدة، فشمل القبر كله، فيحصل المقصود بأي محل منه. نعم، أخرج عبد بن حميد في مسنده أنه (ص) وضع الجريدة على القبر عند رأس الميت. اه. وينبغي إبدال ما ذكر - من الجريدة الخضراء، ومن الرياحين - كلما يبس: لتحصل له بركة مزيد تسبيحه، وذكره كما في الحديث. (قوله: ويحرم أخذ شئ منهما) أي من الجريدة الخضراء، ومن نحو الريحان الرطب. وظاهره أنه يحرم ذلك مطلقا، أي على مالكه وغيره. وفي النهاية: ويمتنع على غير مالكه أخذه من على القبر قبل يبسه، فقيد ذلك بغير مالكه. وفصل ابن قاسم بين أن يكون قليلا كخوصة أو خوصتين، فلا يجوز لمالكه أخذه، لتعلق حق الميت به، وأن يكون كثيرا فيجوز له أخذه. (قوله: لما في أخذ الاولى) وهي الجريدة الخضراء. (وقوله: من تفويت حظ الميت) أي منفعته، وهو التخفيف عنه ببركة تسبيحها. (قوله: وفي الثانية) أي ولما في أخذ الثانية. والاولى حذف لفظ في، أو زيادة لفظ أخذ، بعدها، ومراده بالثانية: خصوص الريحان، لان الملائكة إنما ترتاح به فقط، لا الريحان ونحوه: وإن كان ظاهر صنيعه - لما علمت - أن نحو الريحان الرطب صادق بكل شئ رطب . إهـ


بريقة محمودية في شرح طريقة محمدية وشريعة نبوية ج : 5 ص : 411

( و ) منها ( قلع الشوك والحشيش الرطبين على القبر فإنه مكروه ) فإن النباتات ما دامت رطبة تسبح الله فحينئذ ينتفع الميت ويستأنس بتسبيحها عن الخانية ويكره قطع الحطب والحشيش من المقبرة فإن كان يابسا فلا بأس به لأنه ما دام رطبا يسبح فيؤنس الميت

الموسوعة الفقهية الكويتية (9/ 145)

وَإِذَا كَانَ الْحَنَفِيَّةُ قَدْ صَرَّحُوا بِأَنَّ لَفْظَ الْمَكْرُوهِ إِذَا أُطْلِقَ فِي كَلاَمِهِمْ فَالْمُرَادُ مِنْهُ التَّحْرِيمُ ، مَا لَمْ يَنُصَّ عَلَى كَرَاهَةِ التَّنْزِيهِ (2) . فَإِنَّ الْمَالِكِيَّةَ نَصُّوا عَلَى الْعَكْسِ ، فَإِنَّ الْكَرَاهَةَ مَتَى أُطْلِقَتْ لاَ تَنْصَرِفُ إِلاَّ لِلتَّنْزِيهِ (3) .

وَأَمَّا الشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ فَإِنَّهُمْ يُطْلِقُونَ ( الْكَرَاهَةَ ) عَلَى مَا يُرَادُ بِالْكَرَاهَةِ التَّنْزِيهِيَّةِ عِنْدَ غَيْرِهِمْ


Dalam kajian lainnya sebagai berikut 

Hukum Membersihkan Rumput atau Pohon di Kuburan

Sabtu, 6 April 2019 | 20:34 WIB

Hukum Membersihkan Rumput atau Pohon di Kuburan. (Foto: Istimewa)

Kebiasaan kita warga Nahdliyin adalah memiliki tradisi “nyekar (Jawa)” alias ziarah sekaligus bersih — bersih kuburan leluhur yang telah meninggal. Dan memang, biasanya terdapat banya rumput atau durian yang tumbuh di atas kuburan tersebut.

Sehingga, banyak di antara kita membersihkan secara keseluruhan rerumputan tersebut, bahkan sampai ke akar akarnya.

Dalam berbagai kitab klasik (kuning) banyak menjelaskan bahwa setiap tetumbuhan sedang bertasbih kepada Allah SWT.

Para ulama juga sepakat khususnya Ulama Ahlus Sunnah  bahwa tetumbuhan mendoakan Si Mayyit. Sehingga, aktivitas membersihkan rerumputan yang basah sampai ke akar akarnya dapat menghilangkan hak si mayyit mendapat doa dari tumbuhan. Oleh karenanya, makruh hukumnya memebrsihkan rerumputan di atas kuburan selama masih basah.

Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Bariqotul Mahmudiyah Juz IV hal 84, artinya kurang lebih sebagai berikut, “sebagian dari kekeliruan tangan (aafaat al — yad) ialah mencabut tumbuhan berduri dan rerumputan yang tumbuh di atas kuburan yang masih basah keduanya, maka sungguh kegiatan itu makruh terkecuali telah kering”. wallahu alamu bis showab. (Ali Makhrus)

Wednesday, July 27, 2022

🍑 MESTI YANG DILAKUKAN KETIKA MENGUAP

 🍑 Yang mesti dilakukan diketika kita menguap/seumeungeup 🍑,,,


ويسن المتنائب ردّ التثاؤب طاقته وستر فيه ولو في الصلاة بيده اليسرى¹


¹ (قوله وستر فيه الخ) أي ويسن ستر فمه عند التثاؤب لماروى عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم « إذا تشاءب أحدكم فليمسك بيده على فمه فان الشيطان يدخل» وقوله ولو فى الصلاة أى ولو كان التثاؤب في الصلاة ولا ينافيه ما تقدم في باب الصلاة من أنه يكره للمصلى وضع يده على فمه لأن محله اذا لم تكن حاجة كالتثاؤب وشبهه وقوله بيده اليسرى متعلق بستر


       Pemaparan-nya, Disunnahkan bagi orang yang menguap (SEUMEUNGEUP kalau istilah bahasa Aceh) menahan di ketika menguap dan menutup mulutnya dengan tangan kiri sekalipun dia sedang shalat karena berdasarkan satu hadist yang diriwayat oleh Abi Sai'id Al-khadry, nabi Saw bersabda "Apabila kalian menguap maka tutuplah mulut kalian dengan tangan karena sesungguhnya syaitan masuk ia". Wallahu 'Alam


Referensi dari kitab,

إعانة الطالبين        ١٩٣ / ٤            ﴿ الحرمين ﴾


💖 Mohon dikoreksi apabila terdapat kekeliruan dan kesalahan 💖

Sunday, July 17, 2022

📚 JIKA TERJADI IKHTILĀF ANTARA IMĀM IBNI HAJAR DAN AR-RAMLIY ‏‏

 JIKA TERJADI IKHTILĀF ANTARA

IMĀM IBNI HAJAR DAN AR-RAMLIY

‏‏‎

📌 مسألة

【 اذا اختلف القول بين ابن حجر والرملي 】


قد ننقل أحيانا أقوالا فيها خلاف بين الإمامين ابن حجر والرملي فيسأل البعض ما المعتمد ؟

فالجواب أن من لم يكن من أهل الترجيح في المذهب كما هو حال أهل زماننا فكلا القولين بالنسبة له معتمد ويجوز الإفتاء به على التخيير مالم يجمع المتعقبون عليهما أن ما قالاه من قبيل الغلط أو السهو كذا قال الكردي.

ونقل الكردي عن السيد عمر البصري قوله

(إن من اختلف عليه ابن حجر والرملي فليعتمد أيهما شاء نقله عنه ثقات الناس وسواء كان شيخ الإسلام والشربيني أو أحدهما في جانب واحد منهما أم لا؟ تأمله ترشد كما وجدته منقولا من خط المحقق علي بن عبد الرحيم بن قاضي با كثير.

وللعلامة با كثير نظم في ذلك منه قوله :-

محمد الرملي يكافي ابن حجر ...

فاختر إذا تخالفا بلا حذر….

وإن بدا الشيخ إذ الخطيب…

مع واحد فكلهم مصيب…. )

باختصار من 📚 الفوائد المدنية للكردي ص (63)

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes