BREAKING NEWS

Watsapp

Saturday, June 18, 2022

BOLEHKAN BERQURBAN TAPI BELUM AQIQOH...?

 *BAHTSUL MASAIL:*

BOLEHKAN  BERQURBAN TAPI BELUM AQIQOH...?

PERTANYAAN:

Kyai Ahmad Syuhud dari Cepiring bertanya : 

Masyarakat awam di kampung-kampung mempunyai anggapan bahwa orang yang belum diaqiqohkan ketika kecil tidak boleh menyembelih kurban, sehingga sebelum berqurban harus menyembelih aqiqoh dulu.

1. Apakah anggapan seperti itu benar...?

2. Bolehkah satu kambing disembelih dengan niat kurban dan niat aqiqoh sekaligus...?

3. Jika tidak boleh digabungkan, mana yang lebih afdol untuk didahulukan, qurban ataukah aqiqoh...?


JAWABAN:

1. Anggapan seperti itu salah dan tidak punya dalil yang jelas. Karena keutamaan ibadah qurban dan karena waktunya yang terbatas, maka diperbolehkan mendahulukan qurban meski belum aqiqah, karena aqiqah dapat dilaksanakan di sepanjang tahun, hingga pada tahun-tahun berikutnya. Bahkan karena saking utamanya qurban, Imam Ahmad bin Hanbal membolehkan berhutang terlebih dahulu demi untuk dapat berqurban. 

Terlebih jika orang yang belum aqiqah adalah orang yang telah dewasa, karena hal ini masih diperselisihkan ulama. Mengingat aqiqah adalah penyembelihan hewan bagi anak-anak, maka ada beberapa ulama yang menyatakan gugur sunnah aqiqah bagi orang yang telah dewasa, dan ada pula ulama yang menyatakan jika mampu tetap disunnahkan melaksanakan aqiqah bagi orang yang telah dewasa. Intinya, tidak ada ketentuan dalam syari’at bahwa pelaksanaan ibadah qurban harus bagi orang yang telah melaksanakan aqiqah.

2. Udh-hiyah (qurban) tidak boleh digabungkan dengan aqiqah. Pendapat ini adalah pendapat ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad.

Alasan dari pendapat ini karena aqiqah dan qurban memiliki sebab dan maksud tersendiri yang tidak bisa menggantikan satu dan lainnya. ‘Aqiqah dilaksanakan dalam rangka mensyukuri nikmat kelahiran seorang anak, sedangkan qurban mensyukuri nikmat hidup dan dilaksanakan pada hari An Nahr (Idul Adha).

Imam Ibnu Hajar Al-Haitami –salah seorang ulama Syafi’iyah- mengatakan : “Seandainya seseorang berniat satu kambing untuk qurban dan ‘aqiqah sekaligus maka keduanya sama-sama tidak teranggap. Inilah yang lebih tepat karena maksud dari qurban dan ‘aqiqah itu berbeda.”

Ibnu Hajar Al Haitami dalam Fatawa Kubro juga menjelaskan : “Sebagaimana pendapat ulama madzhab kami sejak beberapa tahun silam, tidak boleh menggabungkan niat aqiqah dan qurban. Alasannya, karena yang dimaksudkan dalam qurban dan aqiqah adalah dzatnya (sehingga tidak bisa digabungkan dengan lainnya, pen)

Begitu pula keduanya memiliki sebab dan maksud masing-masing. Udh-hiyah (qurban) sebagai tebusan untuk diri sendiri, sedangkan aqiqah sebagai tebusan untuk anak yang diharap dapat tumbuh menjadi anak sholih dan berbakti, juga aqiqah dilaksanakan untuk mendoakannya.”

3. Jika mampu membeli dua kambing untuk qurban dan aqiqoh maka itu lebih baik. Jika mampu hanya satu kambing, maka qurban lebih afdol daripada aqiqoh, dan qurbanlah yang didahulukan daripada aqiqoh dengan alasan-alasan sebagai berikut :

a. Aqiqah waktunya lebih luas (muwassa’). Sementara ibadah qurban waktunya telah ditentukan syari’at dan terbatas (mudhayaq), yaitu harus dilaksanakan pada tanggal 10-14 Dzulhijjah.

b. Qurban lebih dahulu disyariatkan dalam Islam daripada aqiqoh.

c. Pelaksanaan qurban pada tanggal 10, 11, 12 dan 13 bersifat ada’ (اداء) sedangkan pelaksanaan aqiqoh bagi orang dewasa bersifat qodlo’, ada’ lebih afdol daripada qodlo’.

d. Kesunnahan aqiqoh bagi orang dewasa masih diikhtilafkan antara ulama, sedangkan kesunnahan qurban tidak diikhtilafkan.


REFERENSI:

١. وقد سئل ابن حجر المكي الشافعي رحمه الله : عن ذبح شاة أيام الأضحية بنيتها ونية العقيقة ، فهل يحصلان أو لا ؟

فأجاب : الذي دل عليه كلام الأصحاب وجرينا عليه منذ سنين : أنه لا تداخل في ذلك ؛ لأن كلاًّ من الأضحية والعقيقة سنَّةٌ مقصودةٌ لذاتها ، ولها سبب يخالف سبب الأخرى ، والمقصود منها غير المقصود من الأخرى ، إذ الأضحيةُ فداءٌ عن النفس ، والعقيقةُ فداءٌ عن الولد ، إذ بها نُمُّوهُ وصلاحهُ ، ورجاءُ بِرِّهِ وشفاعته ، وبالقول بالتداخل يبطل المقصود من كلٍ منهما ، فلم يمكن القول به ، نظير ما قالوه في سنة غسل الجمعة وغسل العيد ، وسنة الظهر وسنة العصر ، وأما تحية المسجد ونحوها فهي ليست مقصودة لذاتها بل لعدم هتك حرمة المسجد ، وذلك حاصلٌ بصلاة غيرها ، وكذا صوم نحو الاثنين ؛ لأن القصد منه إحياء هذا اليوم بعبادة الصوم المخصوصة ، وذلك حاصلٌ بأي صومٍ وقع فيه ، وأما الأضحية والعقيقة ، فليستا كذلك كما ظهر مما قررته وهو واضح .. انتهى  الفتاوى الفقهية  ( 4 / 256 ) .


٢. قال ابن حجر الهيتمي رحمه الله في “تحفة المحتاج شرح المنهاج” (9/371) : ” وَظَاهِرُ كَلَامِ َالْأَصْحَابِ أَنَّهُ لَوْ نَوَى بِشَاةٍ الْأُضْحِيَّةَ وَالْعَقِيقَةَ لَمْ تَحْصُلْ وَاحِدَةٌ مِنْهُمَا ، وَهُوَ ظَاهِرٌ ; لِأَنَّ كُلًّا مِنْهُمَا سُنَّةٌ مَقْصُودَةٌ ” انتهى.


٣. فالأضحية سنة مؤكدة في حق القادر عليها، فإن استطعت الجمع بين فعل السنتين: الأضحية والعقيقة فهذا حسن، مع الإعراض عن بذل المصاريف غير الضرورية في العقيقة، وإن لم تستطع الجمع بين سنة الأضحية وذبح العقيقة المطلوبة شرعا، فقدم سنة الأضحية لتقدم وقتها على زمن العقيقة، وراجع الفتوى رقم: 44768.


٤. هذا إضافة إلى أن الأضحية أقوى تأكيدا من العقيقة عند بعض أهل العلم كالمالكية، ففي مواهب الجليل للحطاب: قال ابن عرفة: وفي سماع القرينين من وافق يوم عقيقة ولده يوم الأضحى ولا يملك إلا شاة عق بها ابن رشد إن رجا الأضحية في تالييه، وإلا فالأضحية، لأنها آكد. قيل: سنة واجبة، ولم يقل في العقيقة، انتهى.


*والله اعلم بالصواب*

Share this:

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes