SHOLAT JANAZAH PART 11
Posted by
MWC.NUGAR.ANZAAY
on
June 16, 2024
in
FIQIH SHOLAT
|
BAROKAH NGAJI KIYAI SHOLIHIN
TERJEMAH FATHUL MU'IN
SHOLAT JANAZAH
PART 11
KILASAN rumusan TSULASI MUJAROD
وَ لَوْ صُلِّيَ عَلَيْهِ فَحَضَرَ مَنْ لَمْ يُصَلِّ، نُدِبَ لَهُ الصَّلَاةُ عَلَيْهِ، وَ تَقَعُ فَرْضًا، فَيَنْوِيْهِ، وَ يُثَابُ ثَوَابُهُ.
Syarat Shalat Jenazah.
Apabila ada mayat yang sudah dishalati, lantas datang seseorang yang belum ikut shalat maka baginya sunnah mengerjakannya dan shalat tersebut sah menjadi fardhu kifāyah✅.
Karena itu, hendaknya ia berniat fardhu pula, serta mendapatkan pahala shalat.
----------
✅
(قوله: وتقع فرضا) أي وتقع صلاته فرضا، ولو على القبر، كمن صلى أولا.
(Perkataan Mushonef : sholat janazahnya menjadi fardlu )
Dan shalatnya dianggap sebagai shalat fardu, meskipun di atas kubur, seperti orang yang pertama kali shalat.
إذ ليس فعل بعضهم أولى بوصف الفرضية من بعض، وإن أسقط الأول الحرج.
Karena tindakan sebagian dari mereka ( yang sudah mensholati janazah) tidak lebih utama untuk dikatakan sebagai fardu dibandingkan sebagian yang lain, meskipun yang pertama telah menggugurkan kewajiban.
ولا يقال: كيف تقع صلاة الثاني فرضا، مع أنه لو تركها لم يأثم، لأنه قد يكون الشئ غير فرض، فإذا دخل فيه صار فرضا - كالحج ممن قد حج، وإحدى خصال كفارة اليمين -.
Dan tidak dikatakan: bagaimana salat kedua bisa dianggap sebagai fardu, padahal jika ditinggalkan, dia tidak berdosa, karena bisa jadi sesuatu itu bukan fardu, tetapi jika dimasuki, ia menjadi fardu - seperti haji bagi yang sudah berhaji, dan salah satu dari pilihan kafarat sumpah-.
وقولهم فرض الكفاية يسقط بفعل واحد: معناه يسقط الإثم به.
Dan ucapan mereka bahwa fardu kifayah gugur dengan satu pelaksanaan: maksudnya dosa gugur dengan pelaksanaan tersebut.
ولو فعله غيره: وقع فرضا أيضا.
Namun, jika dilakukan oleh orang lain: tetap dianggap sebagai fardu juga.
Ianah Tholibin juz 2 hal 132
Nurul Ilmi.
----------------
وَ الْأَفْضَلُ لَهُ فِعْلُهَا بَعْدَ الدَّفْنِ، لِلْاِتِّبَاعِ.
Sedangkan yang lebih utama adalah mengerjakan shalat sesudah mayat dikubur karena mengikuti tindak Nabi s.a.w. 📚
-----------
📚
وهو ما روي أنه - صلى الله عليه وسلم - صلى على قبور جماعة.
"Diriwayatkan bahwa Rasulullah
- صلى الله عليه وسلم -
- pernah shalat di atas kuburan berjamaah."
ومن هذا أخذ جمع أنه يسن تأخيرها عليه إلى بعد الدفن.
"Dan dari ini, diambil pendapat bahwa disunnahkan menunda pelaksanaannya (shalat jenazah) hingga setelah pemakaman."
Ianah Tholibin juz 2 hal 132
Nurul Ilmi.
- ------------
وَ لَا يُنْدَبُ لِمَنْ صَلَّاهَا وَ لَوْ مُنْفَرِدًا إِعَادَتُهَا مَعَ جَمَاعَةٍ.
فَإِنْ أَعَادَهَا وَقَعَتْ نَفْلًا.
Tidak sunnah bagi orang yang telah menshalatinya (43) – sekalipun munfarid – untuk mengulangi shalatnya dengan berjamā‘ah.
Kalau mengulanginya maka shalatnya menjadi shalat sunnah. 📚
--------------
43).
قال ع ش: فتكون مباحة.
Imām ‘Alī Sibramalisī menghukumi mubāḥ mengulanginya.
📚أي ووجب لها نية الفرضية.
Walaupun sholat janazahnya iadah menjadi sunnah, tetep wajib niyat fardlu.
I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 132
Nurul Ilmi
-------------
وَ قَالَ بَعْضُهُمْ: الْإِعَادَةُ خِلَافُ الْأَوْلَى.
(Bahkan) sebagian ‘ulamā’ berpendapat: Mengulangi shalat jenazah adalah khilāf-ul-aulā (menyalahi keutamaan) hukumnya.
(وَ تَصِحُّ) الصَّلَاةُ (عَلَى) مَيِّتٍ (غَائِبٍ) عَنْ بَلَدٍ، بِأَنْ يَكُوْنَ الْمَيِّتُ بِمَحَلٍّ بَعِيْدٍ عَنِ الْبَلَدِ بِحَيْثُ لَا يُنْسَبُ إِلَيْهَا عُرْفًا، أَخْذًا مِنْ قَوْلِ الزَّرْكَشِيِّ: إِنَّ خَارِجَ السُّوَرِ الْقَرِيْبِ مِنْهُ كَدَاخِلِهِ.
Sahnya Shalat Ghā’ib.
Sah hukumnya menshalati mayat yang ghā’ib📝 dari daerah yang bersangkutan, sebagaimana mayat berada jauh dari daerah seseorang yang menurut penilaian umum. (44) tidak bisa dikatakan masih daerahnya, berdasarkan perkataan Imam az-Zarkasyī: yaitu ,Tempat di luar batas sebuah daerah yang dekat dengannya (45) seperti yang berada di dalamnya.
-------------
📝
أي وإن قربت المسافة ولم يكن في جهة القبلة، خلافا لأبي حنيفة ومالك.
"Dan sah shalat atas mayit yang ghaib (tidak hadir) walaupun jaraknya dekat dan tidak berada di arah kiblat, berbeda dengan pendapat Abu Hanifah dan Malik.
"Dalam konteks ini, yang dimaksud adalah bahwa menurut beberapa ulama, shalat jenazah bisa dilakukan untuk orang yang telah meninggal walaupun jenazahnya tidak berada di tempat itu (ghaib), meskipun jaraknya dekat dan tidak berada di arah kiblat. Ini berbeda dengan pandangan Abu Hanifah dan Malik yang memiliki pendapat lain terkait hal ini.
وظاهر أن محله - أي السقوط - إذا علم بها الحاضرون، ولا بد - في صحة الصلاة على الغائب - إن يعلم - أو يظن - أنه قد غسل، وإلا لم تصح.
"Dan jelas bahwa tempatnya - yaitu ketidakwajiban - jika diketahui oleh orang-orang yang hadir, dan harus - untuk sahnya shalat atas mayit yang ghaib - diketahui atau diduga bahwa ia telah dimandikan, jika tidak, maka tidak sah."
44).
تصوير للبعيد عن البلد.
أي أن البعيد مصور بأنه هو الذي لا ينسب إلى البلد عرفا بأن يكون فوق حد القرب - كما يؤخذ من ضبط القرب الآتي.
"Gambaran untuk yang jauh dari kota.Artinya, yang dimaksud dengan 'jauh' adalah seseorang yang secara kebiasaan tidak dianggap berasal dari kota tersebut."
Sekira di atas Ḥadd-ul-Qarīb. I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 132
Nurul ilmi
45).
قال في التحفة: ويؤخذ من كلام الأسنوي ضبط القرب هنا بما يجب الطلب منه في التيمم.
Batasan dekat atau Ḥadd-ul-Qarīb adalah jarak yang wajib untuk mencari air dalam tayammum.
I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 133
Nurul ilmi
-------------
(لَا) عَلَى غَائِبٍ عَنْ مَجْلِسِهِ (فِيْهَا) وَ إِنْ كَبُرَتْ.
Tidak sah menshalati mayat yang tidak berada di tempat shalat dan masih dalam lingkungan balad itu, sekalipun luas.
نَعَمْ، لَوْ تَعَذَّرَ الْحُضُوْرُ لَهَا بِنَحْوِ حَبْسٍ أَوْ مَرَضٍ: جَازَتْ حِيْنَئِذٍ عَلَى الْأَوْجَهِ
Benar tidak sah, namun jika dirasa sulit untuk hadir ke tempat di mana mayat berada, misalnya karena ditahan atau sakit, maka boleh shalat yang dalam keadaan seperti ini, menurut pendapat aujah. (46)
--------------
46)
.(وقوله: على الأوجه) أي عند الرملي.
وفي التحفة خلافه، وعبارتها: فلا يصلى عليه وإن كبرت.
وعذر: بنحو مرض، أو حبس، كما شمله إطلاقهم
اه.
Menurut Imām Ramlī, sedangkan Imām Ibnu Ḥajar melarangnya
Ianah tholibin juz 2 hal 13.
Nurul ilmi.
--------------
(وَ) تَصِحُّ عَلَى حَاضِرٍ (مَدْفُوْنٍ) وَ لَوْ بَعْدَ بَلَائِهِ (غَيْرَ نَبِيٍّ) فَلَا تَصِحُّ عَلَى قَبْرِ نَبِيٍّ، لِخَبَرِ الشَّيْخَيْنِ.
Sah menshalati mayat yang hadir dan sudah dikubur – walaupun sudah lebuh selain Nabi. Karena itu, tidaklah sah shalat Jenazah atas Nabi yang sudah berada dalam maqāmnya, berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari-Muslim.
MOHON DIKOREKSI DI LENGKAPI
SEMOGA BERMANFAAT
Post a Comment