BREAKING NEWS

Watsapp

Thursday, June 27, 2024

TERJEMAH NIHAYATUZZAEN MUQODIMAH PART 8

TERJEMAH NIHAYATUZZAEN 

MUQODIMAH 

PART 8


وَفَائِدَته امْتِثَال أوَامِر الله تَعَالَى وَاجْتنَاب مناهيه المحصلان للفوائد الدُّنْيَوِيَّة والأخروية وَذَلِكَ كَالْبيع وَالشِّرَاء وكالصلاة


"Dan manfaatnya ilmu fiqih adalah mematuhi perintah-perintah Allah Ta'ala dan menjauhi larangan-larangan-Nya yang menghasilkan manfaat duniawi dan ukhrawi, seperti jual beli dan shalat."


وفضله أَنه من أشرف الْعُلُوم وَهُوَ من عُلُوم الدّين الشَّرْعِيَّة

Keutamaannya ilmu fiqih adalah ilmu fiqih termasuk utamanya ilmu ilmu, dan termasuk ilmu agama dan syariat


ونسبته أَنه فرع علم التَّوْحِيد واسْمه علم الْفِقْه وَعلم الْفُرُوع


Nisbatnya fiqih adalah cabang dari ilmu tauhid, dan nama fiqih yaitu ilmu fiqih dan ilmu furu ( cabang ).


والواضع لَهُ إِجْمَالا الإِمَام أَبُو حنيفَة النُّعْمَان بِمَعْنى أَنه أول مُصَنف فِيهِ إِلَّا بَاب التَّفْلِيس وَالْحجر والسبق وَالرَّمْي . فَأول مُصَنف فِيهِ إمامنا الشَّافِعِي .


Imam Abu Hanifah al-Nu'man adalah tokoh yang pertama kali menyusun / mengarang secara komprehensif / global ilmu fiqh, kecuali beberapa bab tertentu seperti bab tentang tafliis (kebangkrutan), hajr (penolakan/larangan), sabaq (perlombaan), dan ramyu (lemparan / memanah).

 Imam ASy-Syafi'i merupakan tokoh yang pertama kali menyusun dalam bab-bab tersebut ( التفليس، السبق، الرمی ).


وَحكم الشَّارِع فِي تعلمه الْوُجُوب الْعَيْنِيّ فِيمَا يتلبس بِهِ الشَّخْص والكفائي فِي غير ذَلِك


Hukum syariat mempelajari tentang mempelajari ilmu fiqh adalah wajib 'ain (wajib secara langsung) untuk hal-hal yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dan cukup (kifayat) untuk hal-hal lainnya ( فيما يتلبس به ).


ومسائله قضاياه الَّتِي يبْحَث فِيهِ عَنْهَا كَزَكَاة التِّجَارَة وَاجِبَة , وَالْحلف بِغَيْر الله مَكْرُوه, 

وزيارة الْقُبُور مُسْتَحبَّة, وَالْأكلِ لَا بِقصد شَيْء مُبَاح 

Dan perkara-perkara yang menjadi pokok perhatiannya dalam ilmu fiqh termasuk masalah seperti kewajiban zakat perdagangan, yang mana wajib dilaksanakan; bersumpah dengan nama selain Allah adalah makruh; ziarah ke makam-makam adalah mustahab (disunahkan); dan makan tanpa niat khusus untuk melakukan sesuatu adalah mubah.


(على مَذْهَب الإِمَام) الْمُجْتَهد اجْتِهَادًا مُطلقًا أَي على اخْتِيَاره للْأَحْكَام (الشَّافِعِي) نِسْبَة إِلَى شَافِع بن السَّائِب, نسب هَذَا الإِمَام إِلَيْهِ لِأَنَّهُ صَحَابِيّ ابْن صَحَابِيّ (رَحمَه الله تَعَالَى).


Menurut madzhab (pendapat) Imam al-Mujtahid secara mutlak, yaitu dengan melakukan ijtihad secara keseluruhan, ini berarti bahwa ia memilih hukum-hukum menurut madzhab Syafi'i, yang dinamakan demikian ( الشافعی ) karena merujuk kepada Syafi'i bin al-Sa'ib.

 "Imam ini dihubungkan dengannya karena dia adalah sahabat Nabi anak dari seorang sahabat Nabi (semoga Allah merahmatinya) 

 

 والمجتهد الْمُطلق هُوَ من يقدر على استنباط الْأَحْكَام من الْأَدِلَّة.

 

 1⃣mujtahid mutlak adalah orang yang mampu mengambil hukum-hukum dari dalil-dalil. ( sumber yaitu alquran hadis ).

 

 ومجتهد الْمَذْهَب هُوَ الَّذِي يقدر على الاستنباط من قَوَاعِد إِمَامه كالمزني والبويطي.

 

2⃣ "Mujtahid mazhab adalah orang yang mampu menarik kesimpulan hukum-hukum dari prinsip-prinsip/ koidah koidah imamnya seperti al-Muzani dan al-Buwayti."


📝۞"Mujtahid al-mazhab" adalah seorang cendekiawan yang memiliki kualifikasi untuk menafsirkan hukum-hukum Islam dari prinsip-prinsip dasar yang diajarkan oleh imam atau pendiri mazhab tertentu. Misalnya, seperti al-Muzani dan al-Buwayti yang merupakan ulama terkemuka dalam mazhab Syafi'i.۞

 

 ومجتهد الْفَتْوَى من يقدر على التَّرْجِيح لبَعض أَقْوَال إِمَامه على بعض كالنووي والرافعي لَا كالرملي وَابْن حجر لِأَنَّهُمَا مقلدان فَقَط.

3⃣ "Mujtahid fatwa adalah orang yang mampu melakukan penilaian lebih mendalam terhadap beberapa pendapat imamnya, seperti an-Nawawi dan ar-Rafi'i, bukan seperti ar-Ramli dan Ibnu Hajar yang hanya mengikuti (mazhab imam mereka).

 

۞"Penjelasan: Mujtahid fatwa adalah seorang cendekiawan yang memiliki kemampuan untuk memilih di antara berbagai pendapat yang diberikan oleh imam mazhab mereka. Dalam hal ini, seperti an-Nawawi dan ar-Rafi'i, mereka diketahui sebagai mujtahid yang mampu melakukan ijtihad dan memberikan fatwa berdasarkan penilaian mereka sendiri terhadap dalil-dalil hukum.Di sisi lain, ar-Ramli dan Ibnu Hajar dianggap sebagai "muqallidin"

 (pengikut) karena mereka lebih banyak merujuk kepada pendapat-pendapat imam mazhab mereka tanpa melakukan ijtihad sendiri. Dengan kata lain, mereka mengikuti secara taqlid (pengikut) terhadap pendapat imam tanpa melakukan analisis atau penilaian yang mendalam.۞


 وَيجب على من لم يكن فِيهِ أَهْلِيَّة الِاجْتِهَاد الْمُطلق أَن يُقَلّد فِي الْفُرُوع وَاحِدًا من الْأَئِمَّة الْأَرْبَعَة الْمَشْهُورين .

 "Dan wajib bagi orang yang tidak memiliki keahlian mutlak untuk berijtihad untuk mengikuti salah satu dari empat imam yang terkenal dalam cabang-cabang agama."

 

وهم الإِمَام الشَّافِعِي وَالْإِمَام أَبُو حنيفَة وَالْإِمَام مَالك وَالْإِمَام أَحْمد بن حَنْبَل رَضِي الله عَنْهُم وَالدَّلِيل على ذَلِك قَوْله تَعَالَى {فاسألوا أهل الذّكر إِن كُنْتُم لَا تعلمُونَ} ٢١ الْأَنْبِيَاء الْآيَة ٧ .


"Dan mereka adalah Imam Syafi'i, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin Hanbal, semoga Allah meridhai mereka. Dalil atas hal itu adalah firman-Nya yang artinya, 'Maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.' (Surah An-Nahl, ayat 43)."


فَأوجب الله السُّؤَال على من لم يعلم وَيلْزم عَلَيْهِ الْأَخْذ بقول الْعَالم وَذَلِكَ تَقْلِيد لَهُ .


"Allah mewajibkan untuk bertanya kepada orang yang tidak mengetahui, dan dia diwajibkan untuk mengikuti pendapat ulama. Ini berarti dia harus mengikuti salah satu dari empat imam yang terkenal.


وَلَا يجوز تَقْلِيد غير هَؤُلَاءِ الْأَرْبَعَة , من بَاقِي الْمُجْتَهدين فِي الْفُرُوع مثل الإِمَام سُفْيَان الثَّوْريّ وسُفْيَان بن عُيَيْنَة وَعبد الرَّحْمَن بن عمر الْأَوْزَاعِيّ.


 Tidak boleh mengikuti selain dari empat imam tersebut, seperti Imam Sufyan Ath-Thawri, Sufyan bin Uyainah, dan Abdul Rahman bin Amr Al-Awza'i, yang merupakan ulama mujtahid dalam cabang-cabang agama."


 وَلَا يجوز أَيْضا تَقْلِيد وَاحِد من أكَابِر الصَّحَابَة لِأَن مذاهبهم لم تضبط وَلم تدون .

 

 "Dan tidak boleh juga meniru satu dari tokoh besar dari para sahabat, karena madzhab mereka tidak terdokumentasi dan tidak tercatat."

 

 وَأما من فِيهِ أَهْلِيَّة الِاجْتِهَاد الْمُطلق فَإِنَّهُ يحرم عَلَيْهِ التَّقْلِيد ,

 "Dan mengenai orang yang memiliki kemampuan ijtihad mutlak, maka ia diharamkan untuk melakukan taqlid (peniruan) [terhadap pendapat orang lain]."


  وَيجب على من لم يكن فِيهِ الْأَهْلِيَّة أَن يُقَلّد فِي الْأُصُول : أَي العقائد للْإِمَام أبي الْحسن الْأَشْعَرِيّ أَو الإِمَام أبي مَنْصُور الماتريدي . 

  

"Dan wajib bagi orang yang tidak memiliki kemampuan ijtihad untuk melakukan taqlid (peniruan) dalam masalah-masalah ushul (prinsip-prinsip) - yaitu dalam keyakinan (aqidah) kepada Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari atau Imam Abu Mansur al-Maturidi."


 لَكِن إِيمَان الْمُقَلّد مُخْتَلف فِيهِ بِالنِّسْبَةِ إِلَى أَحْكَام الْآخِرَة , أما بِالنّظرِ إِلَى أَحْكَام الدُّنْيَا فيكفيه الْإِقْرَار فَقَط .

"Namun imannya orang yang melakukan taqlid berbeda ( diperselisihkan ) dalam hal hukum-hukum akhirat, sedangkan dalam hukum-hukum dunia cukuplah baginya mengakui (menerima)."


 وَالأَصَح أَن الْمُقَلّد مُؤمن عَاص إِن قدر على النّظر . وَغير عَاص إِن لم يقدر . 

 

"Dan yang lebih benar / kuat adalah bahwa orang yang melakukan taqlid adalah seorang mukmin yang berdosa jika ia mampu untuk mempertimbangkan (ijtihad). Dan jika tidak mampu, maka ia bukan seorang yang berdosa."


ثمَّ إِن جزم بقول الْغَيْر جزما قَوِيا بِحَيْثُ لَو رَجَعَ الْمُقَلّد بِالْفَتْح لم يرجع هُوَ كَفاهُ فِي الْإِيمَان لكنه عَاص بترك النّظر إِن كَانَ فِيهِ أَهْلِيَّة النّظر


"Jika seseorang berkeyakinan kuat terhadap pendapat orang lain sehingga jika orang yg diikuti mengembalikannya dengan membuka kemungkinan lainnya, maka cukup bagi dia dalam keyakinan imannya, tetapi dia berdosa dengan meninggalkan penelitian / mengangan angan, jika dia ahli melakukan penelitian.


وَإِن لم يجْزم بقول الْغَيْر جزما قَوِيا بِأَن كَانَ جَازِمًا لَكِن لَو رَجَعَ الْمُقَلّد بِالْفَتْح لرجع هُوَ لم يكفه فِي الْإِيمَان.

"Jika seseorang tidak memastikan dengan keyakinan yang kuat bahwa pendapat orang lain itu benar-benar benar (jazm), namun jika yg diikuti kembali mengubah (pendapat) dengan alasan kembali (pada keputusan yang lebih kuat), dan dia kembali maka tidak akan cukup baginya dalam keimanan."


 وَيجب على من ذكر أَن يُقَلّد فِي علم التصوف إِمَامًا من أَئِمَّة التصوف كالجنيد وَهُوَ الإِمَام سعيد بن مُحَمَّد أَبُو الْقَاسِم الْجُنَيْد سيد الصُّوفِيَّة علما وَعَملا رَضِي الله عَنهُ

"Dan wajib bagi orang yang telah disebut untuk mengikuti seorang imam dalam ilmu tasawuf dari imam-imam tasawuf seperti Al-Junaid, yaitu Imam Sa'id bin Muhammad Abu al-Qasim al-Junaid, pemimpin tasawuf dalam ilmu dan amal, semoga Allah meridhainya."


وَالْحَاصِل أَن الإِمَام الشَّافِعِي وَنَحْوه هداة الْأمة فِي الْفُرُوع وَالْإِمَام الْأَشْعَرِيّ وَنَحْوه هداة الْأمة فِي الْأُصُول والجنيد وَنَحْوه هداة الْأمة فِي التصوف فجزاهم الله خيرا ونفعنا بهم آمين.


"Yang didapat adalah bahwa Imam Asy-Syafi'i dan semacamnya adalah pembimbing umat dalam cabang-cabang ilmu, dan Imam Al-Asy'ari dan semacamnya adalah pembimbing umat dalam pokok-pokok ilmu, dan Al-Junaid dan semacamnya adalah pembimbing umat dalam tasawuf. Semoga Allah memberi mereka balasan yang baik dan memberikan manfaat kepada kita melalui mereka, amin."






MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI

SEMOGA BERMANFAAT

Share this:

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes