BREAKING NEWS

Watsapp

Tuesday, January 25, 2022

HAJI DAN UMROH

 


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah                 : SMPN 2 GARAWANGI

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Kelas/Semester : IX / 2 (Genap)

Alokasi Waktu : 120 Menit

Materi Pokok : Ibadah Haji dan Umrah


  1. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:

  • Memahami penjelasan mengenai hukum, ketentuan, dan Tata Cara Ibadah Haji Dan Umrah.

  • Menjelaskan dengan diagram alur pelaksanaan manasik ibadah haji dan umrah.


Media/Alat, Bahan & Sumber Belajar


Media/Alat

:

Worksheet atau lembar kerja (siswa), Lembar penilaian, Al-Qur’an


Bahan

:

Penggaris, spidol, papan tulis, Laptop & infocus


Sumber Belajar

:

Buku Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2016


  1. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pertemuan Ke-2

Pendahuluan (15 menit)

1.

Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin

2.

Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya serta mengajukan pertanyaan untuk mengingat dan menghubungkan dengan materi selanjutnya.

3.

Menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan & manfaat) dengan mempelajari materi : 

Tata Cara Ibadah Haji Dan Umrah

4.

Menjelaskan hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode belajar yang akan ditempuh,


Kegiatan Inti

(90 Menit)

KEGIATAN LITERASI

  • Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca dan menuliskannya kembali. Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan terkait materi Tata Cara Ibadah Haji Dan Umrah.

CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)

  • Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan ini harus tetap berkaitan dengan materi Tata Cara Ibadah Haji Dan Umrah.

COLLABORATION (KERJASAMA)

  • Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Tata Cara Ibadah Haji Dan Umrah.

COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)

  • Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan

CREATIVITY (KREATIVITAS)

  • Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Tata Cara Ibadah Haji Dan Umrah. Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami

Penutup (15 menit)

1.

Peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan. 

2.

Guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.


  1. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN

  • Penilaian yang akan dilakukan diantaranya penilaian skala sikap, penilaian “Membaca dengan Tartil”, penilaian tes uraian serta penilaian diskusi.




BAHAN AJAR

Kewajiban Haji Ada Tiga (Selain Rukun)


(وواجبات الحج غير الأركان ثلاثة أشياء)


أحدها (الإحرام من الميقات) الصادق الزماني والمكاني، والزماني بالنسبة للحج شوال وذو القعدة وعشر ليال من ذي الحجة، وأما بالنسبة للعمرة، فجميع السنة وقت لإحرامه والميقات المكاني للحج في حق المقيم بمكة نفس مكة مكياً كان أو آفاقياً، وأما غير المقيم بمكة فميقات المتوجه من المدينة الشريفة ذو الحليفة والمتوجه من الشام ومصر والمغرب الجحفة، والمتوجه من تهامة اليمن يلملم، والمتوجه من نجد الحجاز ونجد، اليمن قرن والمتوجه من المشرق ذات عرق


(و) الثاني من واجبات الحج (رمي الجمار الثلاث) يبدأ الكبرى ثم الوسطى، ثم جمرة العقبة يرمي كل جمرة بسبع حصيات واحدة بعد واحدة، فلو رمى حصاتين دفعة حسبت واحدة، ولو رمى حصاة واحدة سبع مرات كفى، ويشترط كون المرمى به حجراً، فلا يكفي غيره كلؤلؤ وجص (و) الثالث (الحلق) أو التقصير والأفضل للرجل الحلق وللمرأة التقصير، وأقل الحلق إزالة ثلاث شعرات من الرأس حلقاً أو تقصيراً أو نتفاً أو إحراقاً أو قصاً، ومن لا شعر برأسه يسن له إمراراً لموسى عليه، ولا يقوم شعر غير الرأس من اللحية، وغيرها مقام شعر الرأس


(وسنن الحج سبع) أحدها (الإفراد وهو تقديم الحج على العمرة) أن يحرم أولاً بالحج من ميقاته يفرغ منه ثم يخرج من مكة إلى أدنى الحل، فيحرم بالعمرة ويأتي بعملها ولو عكس لم يكن مفرداً (و) الثاني (التلبية) ويسن الإكثار منها في دوام الإحرام ويرفع الرجل صوته بها. ولفظها لبيك اللهم لبيك لبيك لا شريك لك لبيك، إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك، وإذا فرغ من التلبية صلى على النبي، واسأل الله تعالى الجنة ورضوانه، واستعاذ به من النار.


(و) الثالث (طواف القدوم) ويختص بحاج دخل مكة قبل الوقوف بعرفة، و المعتمر إذا طاف للعمرة أجزأه عن طواف القدوم (و) الرابع (المبيت بمزدلفة) وعده من السنن هو ما يقتضيه كلام الرافعي، لكن الذي في زيادة الروضة، وشرح المهذب أن المبيت بمزدلفة واجب


(والخامس (ركعتا الطواف) بعد الفراغ منه يصليهما خلف مقام إبراهيم عليه الصلاة والسلام ويسرّ بالقراءة فيهما نهاراً، ويجهر بها ليلاً وإذا لم يصلهما خلف المقام، ففي الحجر وإلا ففي المسجد، وإلا ففي أي موضع شاء من الحرم وغيره (و) السادس (المبيت بمنى) هذا ما صححه الرافعي لكن صحح النووي في زيادة الروضة الوجوب (و) السابع (طواف الوداع) عند إرادة الخروج من مكة للسفر حاجاً كان أو لا طويلاً كان السفر أو قصيراً. وما ذكره المصنف من سنيته قول مرجوح، لكن الأظهر وجوبه (ويتجرد الرجل) حتماً كما في شرح المهذب (عند الإحرام عن المخيط) من الثياب وعن منسوجة وعقودها، وعن غير الثياب من خف ونعل (ويلبس إزاراً ورداء أبيضين) جديدين وإلا نظيفين.


  1. Kewajiban-Kewajiban Haji

Kewajiban-kewajiban haji selain rukun ada tiga perkara.


  1. Miqat

Salah satunya adalah ihram dari miqat, yang mencakup miqat zaman dan miqat makan.

Miqat zaman bagi haji adalah bulan Syawal, Dzulqa'dah, dan sepuluh hari bulan Dzulhijjah.

Adapun miqat zaman bagi umrah adalah sepanjang tahun adalah waktu yang bisa untuk melaksanakan ihram umrah.

Miqat makani dalam haji bagi orang yang bermukim di Makkah adalah daerah Makkah itu sendiri, baik ia penduduk asli Makkah atau pendatang.

Adapun selain orang yang bermukim di Makkah, maka miqat bagi orang yang datang dari Madinah Musyarrafah adalah Dzul Hulaifah.

Bagi orang yang datang dari Iran, Mesir dan Maroko adalah Juhfah.

Bagi orang yang datang dari dataran rendah Yaman adalah Yulamlam.

Bagi orang yang datang dari dataran tinggi Hijaz dan Yaman adalah Qarn.

Dan yang datang dari daerah timur adalah Dzatu ‘Irq.


  1. Lempar Jumrah

Yang kedua dari kewajiban-kewajiban haji adalah melempar tiga jumrah.

Di mulai dari jumrah Kubra, kemudian jumrah Wustha, lalu Jumrah Aqabah.

Masing-masing jumrah dilempar dengan tujuh kerikil satu persatu.

Seandainya ia melempar dua kerikil sekaligus, maka dihitung satu.

Jika melempar menggunakan satu kerikil untuk melempar tujuh kali, maka dianggap mencukupi.

Disyaratkan sesuatu yang digunakan untuk melempar adalah batu. Maka selain batu seperti permata dan gamping tidak mencukupi.


  1. Mencukur Rambut

Kewajiban ketiga adalah mencukur atau memotong rambut.

Yang utama bagi laki-laki adalah mencukur. Dan bagi perempuan adalah memotong.

Minimal mencukur adalah menghilangkan tiga helai rambut kepala dengan cara dicukur, potong, cabut, bakar atau digunting.

Orang yang tidak memiliki rambut kepala, maka bagi dia disunnahkan untuk menjalankan pisau cukur di kepalanya.

Rambut selain kepala baik jenggot dan lainnya, tidak bisa menggantikan rambut kepala.


B. Kesunahan-Kesunahan Haji

Kesunahan-kesunahan haji ada tujuh.


  1. Haji Ifrad

Salah satunya adalah ifrad. Yaitu mendahulukan pelaksanaan haji sebelum melaksanakan umrah.

Dengan cara pertama ihram haji dari miqatnya, dan setelah selesai melaksanakan haji kemudian ia keluar dari Makkah menuju tanah halal terdekat lalu melakukan ihram umrah dan melaksanakan amal-amalnya.

Jika dibalik, maka dia bukan orang yang melakukan haji ifrad


  1. Talbiyah

Yang kedua adalah membaca talbiyah. Disunnahkan memperbanyak membaca talbiyah selama menjalankan ihram.

Bagi laki-laki sunnah mengeraskan suara bacaan talbiyahnya.

Lafadz talbiyah adalah, “ya Allah aku penuhi panggilanMu, aku penuhi panggilanMu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan kenikmatan hanya milik-Mu Dan kerajaan. Tidak ada sekutu bagi-Mu.”

Ketika selesai membaca talbiah, hendaknya ia membaca sholawat kepada baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan meminta kepada Allah ta’ala agar diberi surga dan keridhaan-Nya, dan berlindung kepada-Nya dari api neraka.


  1. Thawaf Qudum

Yang ketiga adalah thawaf Qudum.

Thawaf Qudum dikhususkan bagi orang haji yang masuk Makkah sebelum melaksanakan wukuf di Arafah

Sedangkan bagi orang yang melaksanakan umrah, ketika ia melaksanakan thawaf umrah, maka sudah mencukupi dari thawaf Qudum.


  1. Mabit Muzdalifah

Yang keempat adalah mabit di Muzdalifah.

Memasukkan mabit di Muzdalifah di dalam golongan kesunahan adalah pendapat yang ditetapkan oleh pendapatnya imam ar Rafi’i.

Akan tetapi keterangan yang terdapat di dalam tambahannya kitab ar Raudlah dan Syarh al Muhadzdzab, bahwa sesungguhnya mabit di Muzdalifah adalah sesuatu yang wajib.


  1. Sholat Sunnah Thawaf

Yang kelima adalah shalat dua rakaat thawaf setelah selesai melaksanakannya.

Hendaknya ia melaksanakan sholat tersebut di belakang maqam Ibrahim As.

Sunnah memelankan suara bacaan saat melaksanakan sholat tersebut di siang hari, dan mengeraskan suara bacaan di malam hari.

Dan ketika tidak melaksanakan sholat tersebut di belakang maqam Ibrahim, maka hendaknya sholat di Hijir Ismail, jika tidak maka di dalam masjid, dan jika tidak maka di tempat manapun yang ia kehendaki baik tanah Haram dan yang lainnya.


  1. Mabit Mina

Yang keenam adalah mabit di Mina. Ini adalah pendapat yang disahkan oleh imam ar Rafi’i.

Akan tetapi di dalam tambahan ar Raudlah, imam an Nawawi menshahihkan hukum wajib.


  1. Thawaf Wada’

Yang ketujuh adalah thawaf Wada’ ketika hendak keluar dari Makkah karena untuk bepergian. Baik orang haji atau bukan. Baik bepergian jauh atau dekat.

Apa yang telah disampaikan mushannif yaitu berupa hukum kesunahan thawaf Wada’ adalah pendapat marjuh (lemah), akan tetapi menurut pendapat al adhhar hukumnya adalah wajib.


Pakaian Orang Ihram

Saat ihram, menurut keterangan di dalam kitab Syarh al Muhadzdzab, seorang laki-laki wajib menghindari pakaian yang berjahit, di tenun, di kelabang, dan dari selain pakaian yang berupa muza dan sandal.

Dan wajib bagi dia mengenakan jarik dan selendang berwarna putih yang masih baru, jika tidak maka yang bersih.[alkhoirot.org]


Dam (Denda) dalam Ihram Haji dan Umroh

 

(فصل): في أنواع الدماء الواجبة في الإحرام بترك واجب أو فعل حرام (والدماء الواجبة في الإحرام خمسة أشياء أحدها الدم الواجب بترك نسك) أي ترك مأمور به كترك الإحرام من الميقات. (وهو) أي هذا الدم (على الترتيب) فيجب أولاً بترك المأمور به (شاة) تجزئ في الأضحية (فإن لم يجد) ها أصلاً أو وجدها بزيادة على ثمن مثلها (فصيام عشرة أيام ثلاثة في الحج) تسن قبل يوم عرفة في صوم سادس ذي الحجة وسابعة وثامنة (و) صيام (سبعة إذا رجع إلى أهله) ووطنه ولا يجوز صومها في أثناء الطريق، فإن أراد الإقامة بمكة صامها كما في المحرر، ولو لم يصم الثلاثة في الحج، ورجع لزمه صوم العشرة وفرق بين الثلاثة والسبعة بأربعة أيام، ومدة إمكان السير إلى الوطن وما ذكره المصنف من كون الدم المذكور دم ترتيب موافق لما في الروضة وأصلها، وشرح المهذب لكن الذي في المنهاج تبعاً للمحرر أنه دم ترتيب وتعديل، فيجب أولاً شاة فإن عجز عنها اشترى بقيمتها طعاماً وتصدق به، فإن عجز صام عن كل مد يوماً

 

(والثاني الدم الواجب بالحلق والترفه) كالطيب والدهن والحلق إما لجميع الرأس أو لثلاث شعرات (وهو) أي هذا الدم (على التخيير) فيجب إما (شاة) تجزئ في الأضحية (أو صوم ثلاثة أيام والتصدق بثلاثة آصع على ستة مساكين) أو فقراء لكل منهم نصف صاع من طعام يجزئ في الفطرة

 

(والثالث الدم الواجب بالإحصار فيتحلل) المحرم بنية التحلل، بأن يقصد الخروج من نسكه بالإحصار (ويهدي) أي يذبح (شاة) حيث أحصر ويحلق رأسه بعد الذبح

 

(والرابع الدم الواجب بقتل الصيد وهو) أي هذا الدم (على التخيير) بين ثلاثة أمور (إن كان الصيد مما له مثل) والمراد بمثل الصيد ما يقاربه في الصورة، وذكر المصنف الأول من هذه الثلاثة في قوله (أخرج المثل من النعم) أي يذبح المثل من النعم ويتصدق به على مساكين الحرم وفقرائه، فيجب في قتل النعامة بدنة، وفي بقرة الوحش وحماره بقرة، وفي الغزال عنز وبقية صور الذي له مثل من النعم مذكورة في المطولات وذكر الثاني في قوله (أو قومه) أي المثل بدراهم بقيمة مكة يوم الإخراج (واشترى بقيمته طعاماً) مجزئاً في الفطرة (وتصدق به) على مساكين الحرم وفقرائه، وذكر المصنف الثالث في قوله (أو صام عن كل مد يوماً) فإن بقي أقل من مد صام عنه يوماً (وإن كان الصيد مما لا مثل له) فيتخير بين أمرين ذكرهما المصنف في قوله (أخرج بقيمته طعاماً وتصدق به) (وصام عن كل مد يوماً) وإن بقي أقل من مد صام عنه يوماً

 

(والخامس الدم الواجب بالوطء) من عاقل عامد عالم بالتحريم مختار سواء جامع في قبل أو دبر كما سبق (وهو) أي هذا الواجب (على الترتيب) فيجب به أولاً (بدنة) وتطلق على الذكر والأنثى من الإبل (فإن لم يجدها فبقرة فإن لم يجدها فسبع من الغنم فإن لم يجدها قوم البدنة) بدراهم بسعر مكة وقت الوجوب (واشترى بقيمتها طعاماً وتصدق به) على مساكين الحرم وفقرائه، ولا تقدير في الذي يدفع لكل فقير، ولو تصدق بالدراهم لم يجزه (فإن لم يجد) طعاماً (صام عن كل مد يوماً)

 

واعلم أن الهدي على قسمين أحدهما ما كان عن إحصار، وهذا لا يجب بعثه إلى الحرم، بل يذبح في موضع الإحصار، والثاني الهدي الواجب بسبب ترك واجب أو فعل حرام، ويختص ذبحه بالحرم، وذكر المصنف هذا في قوله (ولا يجزئ الهدي ولا الإطعام إلا بالحرم) وأقل ما يجزئ أن يدفع الهدي إلى ثلاثة مساكين أو فقراء (ويجزئه أن يصوم حيث شاء) من حرم أو غيره (ولا يجوز قتل صيد الحرم) ولو كان مكرهاً على القتل ولو أحرم ثم جن فقتل صيداً لم يضمنه في الأظهر (ولا) يجوز (قطع شجرة) أي الحرم ويضمن الشجرة الكبيرة ببقرة، والصغيرة بشاة كل منهما بصفة الأضحية، ولا يجوز أيضاً قطع، ولا قلع نبات الحرم الذي لا يستثنيه الناس، بل ينبت بنفسه أما الحشيش اليابس، فيجوز قطعه لا قلعه (والمحل) بضم الميم أي الحلال (والمحرم في ذلك) الحكم السابق (سواء)


Dam dalam Ihram ada Lima


(Fasal) menjelaskan macam-macam dam yang wajib di dalam ihram sebab meninggalkan kewajiban atau melakukan keharaman.


Dam yang wajib di dalam ihram ada lima perkara.


Salah satunya adalah dam yang wajib sebab meninggalkan ibadah, maksudnya meninggalkan sesuatu yang diperintahkan seperti meninggalkan ihram dari miqat.


Dam ini dengan cara berurutan/ tertib.


Maka sebab meninggalkan sesuatu yang diperintahkan, pertama kali yang wajib adalah satu ekor kambing yang mencukupi digunakan untuk kurban.


Jika ia tidak menemukannya sama sekali, atau menemukan dengan harta di atas harga standar, maka wajib melakukan puasa sepuluh hari, tiga hari saat ihram haji.


Disunnahkan tiga hari tersebut dilaksanakan sebelum hari Arafah, maka ia berpuasa pada hari ke enam, tujuh dan delapan bulan Dzulhijjah.


Dan puasa tujuh hari ketika ia sudah kembali ke keluarganya dan tempat tinggalnya.


Tidak diperkenankan melaksanakan puasa tujuh hari tersebut di tengah perjalanan pulang.


Jika ia berkehendak untuk bertempat tinggal di Makkah, maka lakukanlah puasa tersebut di sana, sebagaimana keterangan di dalam kitab al Muharrar.


Seandainya ia tidak melakukan puasa tiga hari saat masih ihram haji dan telah pulang ke daerahnya, maka wajib baginya untuk melaksanakan puasa sepuluh hari dan memisah antara tiga hari dan tujuh hari tersebut dengan empat hari di tambah lama masa perjalanan pulang ke daerahnya.


Apa yang telah disampaikan Mushannif bahwa dam tersebut adalah dam tertib, itu sesuai dengan keterangan di dalam kitab ar Raudlah, kitab asalnya Raudlah dan kitab Syarh al Muhadzdzab.


Akan tetapi keterangan di dalam kitab al Minhaj yang mengikut kepada kitab al Muharrar menjelaskan bahwa dam tersebut adalah dam tartib wa ta’dil.


Sehingga, pertama wajib membayar seekor kambing. Kemudian jika tidak mampu, maka wajib menggunakan kadar harga kambing tersebut untuk membeli bahan makanan dan menyedekahkannya.


Kemudian jika tidak mampu, maka wajib berpuasa sehari sebagai ganti dari setiap mudnya.


Yang kedua adalah dam yang wajib sebab mencukur rambut dan enak-enakan seperti memakai wangi-wangian, memakai minyak -di rambut kepala atau jenggot- dan mencukur adakalanya seluruh rambut kepala atau tiga helai rambut saja.



HAJI DAN UMROH

 


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah                 : SMP 2 GARAWANGI

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Kelas/Semester : IX / 2 (Genap)

Alokasi Waktu : 120 Menit

Materi Pokok         : Ibadah Haji dan Umrah


  1. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:

  • Meyakini bahwa ibadah haji dan umrah adalah perintah allah swt.

  • Menunjukkan perilaku menjaga solidaritas umat islam dalam kehidupan sehari-hari

  • Memahami penjelasan mengenai hukum, ketentuan, dan Tata Cara Ibadah Haji Dan Umrah.


Media/Alat, Bahan & Sumber Belajar


Media/Alat

:

Worksheet atau lembar kerja (siswa), Lembar penilaian, Al-Qur’an


Bahan

:

Penggaris, spidol, papan tulis, Laptop & infocus


Sumber Belajar

:

Buku Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2016


  1. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pertemuan Ke-1

Pendahuluan (15 menit)

1.

Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin

2.

Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya serta mengajukan pertanyaan untuk mengingat dan menghubungkan dengan materi selanjutnya.

3.

Menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan & manfaat) dengan mempelajari materi : Hukum Dan Ketentuan Ibadah Haji Dan Umrah

4.

Menjelaskan hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode belajar yang akan ditempuh,


Kegiatan Inti

(90 Menit)

KEGIATAN LITERASI

  • Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca dan menuliskannya kembali. Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan terkait materi Hukum Dan Ketentuan Ibadah Haji Dan Umrah.

CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)

  • Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan ini harus tetap berkaitan dengan materi Hukum Dan Ketentuan Ibadah Haji Dan Umrah.

COLLABORATION (KERJASAMA)

  • Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Hukum Dan Ketentuan Ibadah Haji Dan Umrah.

COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)

  • Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan

CREATIVITY (KREATIVITAS)

  • Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Hukum Dan Ketentuan Ibadah Haji Dan Umrah. Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami

Penutup (15 menit)

1.

Peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan. 

2.

Guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.


  1. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN

  • Penilaian yang akan dilakukan diantaranya penilaian skala sikap, penilaian “Membaca dengan Tartil”, penilaian tes uraian serta penilaian diskusi.








Haji adalah ibadah yang wajib dilaksanakan sekali seumur hidup oleh setiap muslim yang memenuhi syarat. Rukun haji adalah hal terpenting yang harus diketahui. Karena, meninggalkan rukun haji berarti tidak sah hajinya. Kewajiban-kewajiban haji juga harus diketahui agar supaya terhindar dari membayar dam (denda) dan agar lebih sempurna ibadahnya. Begitu juga ibadah umroh.

Nama kitab: Terjemah Kitab Fathul Qorib
Judul kitab asal: Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب أو القول المختار في شرح غاية الإختصار)
Pengarang: Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili
Bidang studi: Fiqih madzhab Syafi'i

KITAB BINATANG BURUAN, KURBAN DAN BINATANG YANG HALAL DIMAKAN


 

KITAB BINATANG BURUAN, KURBAN DAN BINATANG YANG HALAL DIMAKAN

كتاب أحكام الصيد والذبائح والأطعمة

والصيد مصدر أطلق هنا على اسم المفعول وهو المصيد (وما) أي والحيوان البري المأكول الذي (قدر) بضم أوله (على ذكاته) أي ذبحه (فذكاته) تكون (في حلقه) وهو أعلى العنق (ولبته) أي بلام مفتوحة وموحدة مشددة أسفل العنق والذكاة بذال معجمة لغة التطبيب لما فيها من تطيب أكل اللحم المذبوح، وشرعاً إبطال الحرارة الغريزية على وجه مخصوص أما الحيوان المأكول البحري فيحل على الصحيح بلا ذبح (وما) أي والحيوان الذي (لم يقدر) بضم أوله (على ذكاته) كشاة إنسية توحشت أو بعير ذهب شارداً (فذكاته عقره) بفتح العين عقراً مزهقاً للروح (حيث قدر عليه) أي في أي موضع كان العقر (وكمال الذكاة) وفي بعض النسخ ويستحب في الذكاة (أربعة أشياء) أحدها (قطع الحلقوم) بضم الحاء المهملة وهو مجرى النفس دخولاً وخروجاً (و) الثاني قطع (المريء) بفتح ميمه وهمز آخره، ويجوز تسهيله وهو مجرى الطعام والشراب من الحلق إلى المعدة والمريء تحت الحلقوم، ويكون قطع ما ذكر دفعة واحدة لا في دفعتين. فإنه يحرم المذبوح حينئذ، ومتى بقي شيء من الحلقوم والمريء لم يحل المذبوح (و) الثالث والرابع قطع (الودجين) بواو ودال مفتوحتين تثنية ودج بفتح الدال وكسرها وهما عرقان في صفحتي العنق محيطان بالحلقوم (والمجزىء منها) أي الذي يكفي في الذكاة (شيئان قطع الحلقوم والمريء) فقط ولا يسن قطع ما وراء الودجين (ويجوز) أي يحل (الاصطياد) أي أكل المصاد (بكل جارحة معلمة من السباع) وفي بعض النسخ من سباع البهائم كالفهد والنمر والكلب (ومن جوارح الطير) كصقر وباز في أي موضع كان جرح السباع والطير. والجارحة مشتقة من الجرح وهو الكسب

(وشرائط تعليمها) أي الجوارح (أربعة) أحدها (أن تكون) الجارحة معلمة بحيث (إذا أرسلت) أي أرسلها صاحبها (استرسلت و) الثاني أنها (إذا زجرت) بضم أوله أي زجرها صاحبها (انزجرت و) الثالث أنها (إذا قتلت صيداً لم تأكل منه شيئاً و) الرابع (أن يتكرر ذلك منها) أي تتكرر الشرائط الأربعة من الجارحة بحيث يظن تأدبها، ولا يرجع في التكرار لعدد، بل المرجع فيه لأهل الخبرة بطباع الجوارح (فإن عدمت) منها (إحدى الشرائط لم يحل ما أخذته) الجارحة (إلا أن يدرك) ما أخذته الجارحة (حياً فيذكى) فيحل حينئذ. ثم ذكر المصنف آلة الذبح في قوله (وتجوز الذكاة بكل ما) أي بكل محدد (يجرح) كحديد ونحاس (إلا بالسن والظفر) وباقي العظام، فلا تجوز التذكية بها، ثم ذكر المصنف من تصح منه التذكية بقوله (وتحل ذكاة كل مسلم) بالغ أو مميز يطيق الذبح (و) ذكاة كل (كتابي) يهودي أو نصراني ويحل ذبح مجنون وسكران في الأظهر وتكره ذكاة أعمى (ولا تحل ذبيحة مجوسي ولا وثني) ولا نحوهما ممن لا كتاب له (وذكاة الجنين) حاصلة (بذكاة أمه) فلا يحتاج لتذكيته هذا إن وجد ميتاً وفيه حياة غير مستقرة اللهم (إلا أن يوجد حياً) بحياة مستقرة بعد خروجه من بطن أمه (فيذكى) حينئذ (وما قطع من) حيوان (حي فهو ميت إلا الشعر) أي المقطوع من حيوان مأكول. وفي بعض النسخ إلا الشعور (المنتفع بها في المفارش والملابس) وغيرها.

Pengertian Shayd (Binatang Buruan)

Lafadz “ash shayid” adalah kalimat masdar yang mana disini diungkapkan untuk makna isim maf’ul yaitu lafadz “al mashid” -bermakna binatang yang diburu-.

Menyembelih Hewan Darat

Binatang, maksudnya binatang darat yang halal dimakan ketika mudah untuk disembelih, maka penyembelihannya dilakukan pada halq, yaitu leher bagian atas, dan pada labbah. Labbah dengan menggunakan huruf lam yang dibaca fathah dan huruf ba’ yang diberi titik satu serta dibaca tasydid adalah leher bagian bawah.

Adz dzakah dengan menggunakan huruf dzal yang diberi titik satu di atas, maknanya secara bahasa adalah membuat enak, karena di dalam penyembelihan terdapat unsur membuat enak pada daging binatang yang disembelih.

Dan secara syara’ adalah menghentikan al hararah al ghariziyah (nyawa) dengan cara tertentu.

Sedangkan binatang air yang halal dimakan, maka hukumnya halal tanpa disembelih menurut pendapat al ashah.

Binatang yang tidak mudah untuk disembelih seperti kambing yang sulit dikendalikan atau onta yang lari tidak bisa dikendalikan, maka proses penyembelihannya dengan cara ‘aqruhu (melukainya), dengan membaca fathah huruf ‘ainnya, dengan bentuk melukai yang bisa menyebabkan kematian dengan cepat pada bagian manapun yang mudah untuk dilukai, maksudnya pada bagian manapun luka tersebut.

Proses Penyembelihan

Kesempurnaan penyembelihan, dalam sebagian redaksi, “dalam proses penyembelihan disunnahkan” melakukan empat perkara :

Salah satunya adalah memotong al hulqum, dengan membaca huruf ha’nya yang tidak diberi titik. Al hulqum adalah otot jalur keluar masuknya nafas.

Yang kedua memotong al mari’ dengan membaca fathah huruf mimnya dan menggunakan huruf hamzah di akhirnya, dan boleh membaca tashil huruf hamzahnya.

Al mari’ adalah otot jalur makanan dan minuman dari leher hingga lambung. Posisi al mari’ di bawah al hulqum.

Semua yang disebutkan di atas harus dipotong sekaligus tidak boleh dengan dua kali pemotongan. Jika dengan dua kali pemotongan, maka hukum binatang yang disembelih adalah haram.

Ketika dari al hulqum dan al mari’ masih ada yang tersisa -tidak terpotong-, maka hukum binatang yang disembelih adalah tidak halal.

Yang ketiga dan keempat adalah memotong al wadajain, dengan menggunakan huruf wau dan huruf dal yang terbaca fathah. Al wadajain adalah bentuk kalimat tatsniyah dari lafadz “wadaj” dengan membaca fathah atau kasrah huruf dalnya.

Al wadajain adalah dua otot yang berada di lipatan leher yang meliputi al hulqum.

Sesuatu yang sudah dianggap cukup dari penyembelihan, maksudnya sesuatu yang sudah cukup dalam proses penyembelihan adalah dua perkara, yaitu memotong al hulqum dan al mari’ saja.

Tidak disunnahkan memotong bagian dibalik al wadajain.

Berburu

Diperbolehkan, maksudnya halal berburu, maksudnya memakan binatang yang diburu dengan setiap binatang buas yang telah terlatih.

Dalam sebagian redaksi dengan menggunakan bahasa, “dari binatang buas pemburu binatang ternak”, seperti macan kumbang, macan tutul, dan anjing.

Dan burung-burung pemburu seperti burung elang dan rajawali, pada bagian manapun luka yang diakibatkan oleh binatang atau burung pemburu tersebut.

Al jarihah adalah lafadz yang tercetak dari lafadz “al jurh” yang bermakna berburu.

Syarat-Syarat Binatang Pemburu

Syarat binatang yang terlatih, maksudnya binatang-binatang pemburu ada empat :

Salah satunya, binatang pemburu tersebut sudah terlatih sekira ketika dilepas, maksudnya dilepas oleh pemiliknya, maka binatang tersebut akan menurut.

Kedua, ketika binatang tersebut dihentikan, dengan membaca dlammah huruf awalnya, maksudnya dihentikan oleh pemiliknya, maka binatang tersebut menuruti perintah / berhenti.

Ketiga, ketika binatang pemburu tersebut berhasil membunuh buruannya, maka ia sama sekali tidak memakan bagian dari binatang buruannya.

Ke empat, hal tersebut telah teruji berulang kali dari binatang pemburu tersebut, maksudnya ke empat syarat itu telah teruji berulang kali dari binatang pemburu tersebut sekira sudah ada dugaan bahwa binatang pemburu itu sudah benar-benar terlatih.

Tikrar (berulang kali) tidak dikembalikan pada jumlah akan tetapi pada pakar ahli binatang pemburu.

Kemudian jika salah satu dari syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka binatang yang berhasil ditangkap oleh binatang pemburu tersebut tidak halal dimakan.

Kecuali binatang yang telah ditangkap binatang pemburu tersebut masih ditemukan dalam keadaan hidup kemudian ia menyembelihnya, maka kalau demikian hukumnya halal dimakan.

Alat Penyembelihan

Kemudian mushannif menjelaskan tentang alat penyembelihan di dalam perkataan beliau,

Diperkenankan menyembelih dengan setiap perkara, maksudnya dengan setiap perkara tajam yang bisa melukai seperti besi dan perunggu.

Selain gigi, kuku, dan tulang-tulang yang lain, maka tidak diperkenankan menyembelih dengan menggunakan barang-barang tersebut.

Orang Yang Menyembelih

Kemudian mushannif menjelaskan orang yang sah penyembelihannya dengan perkataan beliau,

Hukumnya halal binatang sembelihan setiap orang muslim yang baligh atau tamyiz yang mampu untuk menyembelih.

Dan -halal- binatang sembelihan setiap orang kafir kitabi, yaitu orang yahudi atau nasrani.

Dan hukumnya halal binatang sembelihan orang gila atau orang yang mabuk menurut pendapat al adhar.

Dan hukumnya makruh penyembelih yang dilakukan oleh orang buta.

Dan hukumnya tidak halal binatang sembelihan orang majusi, orang penyembah berhala dan orang sesamanya yaitu orang-orang yang tidak memiliki kitab samawi di dalam agamanya.

Janin di Perut Induknya

Penyembelihan janin -yang masih dalam kandungan induknya- sudah dicukupkan dengan penyembelihan induknya, sehingga tidak usah untuk disembelih lagi.

Hukum ini jika janin tersebut keluar dalam keadaan mati atau padanya terdapat hayat mustaqirah (hidup yang masih).

Allahumma, kecuali janin tersebut ditemukan dalam keadaan hidup dengan hayyat mustaqirah setelah keluar dari perut induknya, maka kalau demikian harus disembelih.

Bagian Tubuh Binatang Hidup

Bagian yang terpotong dari binatang yang hidup maka hukumnya adalah bangkai,

Kecuali bulu, maksudnya bulu yang terlepas dari binatang yang halal dimakan, dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa, “kecuali bulu-bulu”, yang dimanfaatkan untuk alas, pakaian dan yang lainnya.[Moga Bermamfa'at]

BAB BURUAN DAN SEMBELIHAN

 

BURUAN DAN SEMBELIHAN

كتاب الصيد والذبائح

وما قدر على ذكاته فذكاته في حلقه ولبته وما لم يقدر على ذكاته فذكاته عقرة حيث قدر عليه وكمال الذكاة أربعة أشياء قطع الحلقوم والمريء والودجين والمجزئ منها شيئان قطع الحلقوم والمريء ويجوز الاصطياد بكل جارحة معلمة من السباع ومن جوارح الطير وشرائط تعليمها أربعة أن تكون إذا أرسلت استرسلت وإذا زجر انزجر وإذا قتلت شيئا لم تأكل منه شيئا وأن يتكرر ذلك منها فإن عدمت إحدى الشرائط لم يحل ما أخذته إلا أن يدرك حيا في ذكى و تجوز الذكاة بكل ما يجرح إلا بالسن والظفر وتحل ذكاة كل مسلم وكتابي ولا تحل ذبيحة مجوسي ولا وثني و ذكاة الجنين بذكاة أمه إلا أن يوجد حيا في ذكى وما قطع من حي فهو ميت إلا الشعر.

Hewan yang mampu disembelih maka tempat sembelihannya adalah leher, dan bila tidak mampu menyembelih di leher maka tempat sembelihannya adalah leher dengan cara semampunya.


Dan sembelihan yang sempurna ada empat hal memotong tenggorokan, kerongkongan, kedua urat leher dan cukup dua. Memotong aliran udara dan aliran darah. Diperbolehkan berburu dengan semua hewan yang bisa melukai dari binatang buas yang terdidik. Dan dari burung yang terdidik. Sarat terdidiknya hewan ada empat: 1. Ketika disuruh maka dia pergi; 2. Ketika dilarang dia berhenti; 3. Ketika dia berburu dia tidak memakannya sedikitpun; 4. Hal ini terulang ulang.


Ketika salah satu syarat empat tersebut tidak ada maka hewan tangkapannya tidak halal kecuali buruan tersebut ditemukan dalam keadaan hidup dan disembelihnya.


Diperbolehkan menyembelih dengan sesuatu yang bisa melukai kecuali gigi, tulang. Dan halal sembelihannya muslim dan juga halal sembelihannya kitabi.dan tidak halal sembelihannya majusi dan penyembah berhala. Dan cara menyembelih janin yang ada di kandungan adalah dengan menyembelih induknya kecuali bila didapatinya masih hidup maka harus disembelih. Anggota yang terpotong dari hewan yang masih hidup adalah seperti bangkai kecuali rambut yang biasa dimanfaatkan untuk tikar dan pakaian.

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes