BREAKING NEWS

Watsapp

Tuesday, April 18, 2023

SHOLAT DAN KUCING 🐱

 


SHALAT DAN KUCING

Bagaiamana hukum shalat dinaiki kucing diatas tubuh kita? 

Ulama' menyatakan bahwa kucing bukanlah hewan yang najis, secara hukum asal adalah suci. Maka selama tidak melihat adanya najis ditubuh kucing tersebut, maka dihukum suci. Dan status shalat kita tetep sah. 

Ini sebagaimana diutarakan Imam Nawawi dalam Majmu' :

فإذا حمل حيوانا طاهرا لا نجاسة على ظاهره في صلاته صحت صلاته بلا خلاف

"Jika seseorang membawa hewan yang suci dalam shalat (seperti juga di naiki kucing saat shalat) dan tidak ada najis (yang terlihat jelas) pada fisik dzahir hewan tersebut, maka shalatnya dinilai sah tanpa ada perbedaan pendapat di kalangan ulama."

Kucing kan terkadang makan tikus, ada darahnya, darah itu najis. Kita belum tau kucingnya sudah terkena air yang menyebabkan suci atau belum. Bagaimana? 

Ini sebagaimana dijelaskan dalam Fathul Muin:

قاعدة مهمة: وهي أن ما أصله الطهارة وغلب على الظن تنجسه لغلبة النجاسة في مثله فيه قولان معروفان بقولي الأصل والظاهر أو الغالب أرجحهما أنه طاهر عملا بالأصل المتيقن

"Qaidah penting: yaitu bahwa setiap sesuatu yang aslinya suci dan prasangka kita menyatakan sangat mungkin najis karena memang pada sesuatu tersebut biasanya terkena najis, maka ada dua pendapat yang terkenal masalah ini, yang dikenal dengan qoul al-ashl (pendapat yang mengikutkan hukum asal) dan adz-dzahir atau al-ghalib (pendapat yang mengikutkan sesuatu yang secara umumnya terjadi). Yang paling kuat diantara dua pendapat ini adalah sucinya perkara tersebut, karena mengamalkan hukum asal yang diyakini (hukum semula setiap sesuatu adalah suci selama tidak yakin ada najis)."

Kalau di lubang tubuhnya terutama dubur hewan ada najis? 

Imam Nawawi dalam Majmu' mengatakan:

وَلَوْ تَنَجَّسَ مَنْفَذُ الْحَيَوَانِ الْحَيِّ كَطَائِرٍ وَنَحْوِهِ فَحَمَلَهُ فَفِي صِحَّةِ صَلَاتِهِ وَجْهَانِ أَصَحُّهُمَا عِنْدَ الْغَزَالِيِّ الصِّحَّةُ

"Jikalau lubang tubuh hewan yang hidup ada najisnya seperti burung dan semisalnya, kemudian orang yang shalat membawa itu (atau hewan tersebut naik keatas orang shalat) maka pada masalah sahnya shalat orang tersebut ada dua pendapat, yang paling shahih menurut Imam Ghazali adalah sah."


Kalau rambut atau bulunya rontok? 

Dalam madzhab Syafi'i pada masalah bulu hewan yang suci tapi tidak halal dimakan seperti kucing maka selama rambut rontok nya sedikit menurut urf, dimaafkan. 

Urf = penilaian orang secara umumnya. 

Dalam madzhab Hanafi dan Maliki secara umumnya tidak apa-apa, bahkan walaupun banyak tetep di hukum suci, asalkan tidak ada darah atau semisal daging yg ikut tercerabut. 


Wallahu ta'ala a'lam bis showab

SUARA WANITA DALAM MADZAHIBUL ARBAAH

 


Dalam kitab madzahibul arbaah 

 اختلف العلماء في صوت المرأة فقال بعضهم إنه ليس بعورة لأن نساء النبي كن يروين الأخبار للرجال وقال بعضهم إن صوتها عورة وهي منهية عن رفعه بالكلام بحيث يسمع ذلك الأجانب إذا كان صوتها أقرب إلى الفتنة من صوت خلخالها وقد قال الله تعالى: وَلاَ يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ فقد نهى الله تعالى عن استماع صوت خلخالها لأنه يدل على زينتها فحرمة رفع صوتها أولى من ذلك ولذلك كره الفقهاء أذان المرأة لأنه يحتاج فيه إلى رفع الصوت والمرأة منهية عن ذلك وعلى هذا فيحرم رفع صوت المرأة بالغناء إذا سمعها الأجانب سواء أكان الغناء على آلة لهو أو كان بغيرها وتزيد الحرمة إذا كان الغناء مشتملا على أوصاف مهيجة للشهوة كذكر الحب والغرام وأوصاف النساء والدعوة إلى الفجور وغير ذلك


SEMOGA bermanfaat 

BAGAIMANA KEWAJIBAN SHOLAT, PUASA Dan ZAKAT SESEORANG YANG MENINGGAL DIAWAL ROMADHON

 

Pemilihan KETUA Dan kepengurusan KOPRASI SPENTWOGAR 2023-2025


Pertanyaan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh 

Bagaimanakah hukum melaksanakan kewajiban orang ketika seseorang meninggal Dunia DIAWAL romadhon, baik itu sholat, PUASA dan Zakat nya.


Jawabannya sebagai berikut:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته.

1. Untuk sholat yang dia tinggalkan, maka boleh di qodho'in oleh ahli warisnya atau dikeluarkan fidyah nya satu Mud untuk satu waktu sholatnya.

*# Keterangan:*

- Kitab I'anatut Tholibin. Juz. I. 24.

(فاءدة) من مات وعليه صلاة فلا قضاء ولا فدية وفى قول كجمع مجتهدين انها تقضى عنه لخبر البخارى وغيره...الى ان قال...وفى وجه عليه كثيرون من اصحابنا انه يطعم عن كل صلاة مدا.

Sedangkan untuk puasa yang ditinggalkannya, maka tidak wajib di qodho'in dan juga tidak wajib dikeluarkan fidyahnya... karena dia meninggal sebelum punya waktu untuk melaksanakan kewajiban mengqodho puasa yang ditinggalkannya.

*# Keterangan:*

- Kitab Kifayatul Akhyar. Juz. I. hal. 212.

من فاته صيام من رمضان ومات قبل تمكنه من القضاء بان مات وعذره قاءم كاستمرار المرض فلا قضاء ولا فدية ولا اثم عليه.


2- Tidak ada kewajiban untuk dibayarkan zakatnya...

Karena dia tidak menemukan waktu kewajiban untuk membayar zakat, yaitu ketika matahari terbenam di hari terakhir bulan Romadhon.

*#Keterangan:*

- Kitab I'anatut Tholibin. Juz. II. hal. 167 - 168.

وتجب الفطرة...الى ان قال... بغروب شمس ليلة فطر من رمضان اى بادراك اخر جزء منه واول جزء من شوال...الخ


والله اعلم بالصواب.

Demikian semoga bermanfaat 🙏🙏🙏

Friday, April 14, 2023

APAKAH BETUL BACAAN FATIHAH MAKMUM DITANGGUNG IMAM



Izin bertanya para kyai🙏
Bacaan alfaatihah ma'mum apakah benar itu di tanggung imam?
[14/4 04.40] +62 813-6760-8023: Ada memang qoul SYAFIIYAH yang menyatakan Makmum tidak wajib baca FATIHAH bila imam baca jahr, akan tetapi pendapat yang Mukhtar (terpilih) tetap membaca Alfatihah. Lihat Majmu' Syarh Muhadzab Lin Nawawi :

( أما حكم المسألة )
فقراءة الفاتحة واجبة على الإمام والمنفرد في كل ركعة وعلى المسبوق فيما يدركه مع الإمام بلا خلاف . وأما المأموم فالمذهب الصحيح وجوبها عليه في كل ركعة في الصلاة السرية والجهرية ، وقال الشافعي في القديم : لا تجب عليه في الجهر ونقله الشيخ أبو حامد في تعليقه عن القديم والإملاء ، ومعلوم أن الإملاء من الجديد ، ونقله البندنيجي عن القديم والإملاء وباب صلاة الجمعة من الجديد .(المجموع شرح المهذب للنووي، ج: 3، ص: 321)

Adapun hukum dalam permasalahan bahwa membaca Surah Al-Fatihah hukum-nya wajib baik untuk Imam dan Makmum pada tiap-tiap raka’at dalam shalat, begitu juga wajib atas Makmum Masbuk yang mendapati Imam, dalam permasalahan ini tidak ada khilaf (perbedaan pendapat). Bagi Makmum berdasarkan madhab yang shahih kewajiban-nya (membaca Surah Al-Fatihah) pada tiap-tiap rakaat baik dalam shalat yang sifat-nya (Sirry) lirih dan (Jahr) keras. Imam Syafi’i Rahimahullah mengatakan dalam Qoul Qodim-nya, Tidak wajib bagi Makmum dalam sholat yang sifat-nya (Jahr) keras, pendapat ini dinukil dari Abu Hamid (Abu Hamid Al-Asfarayiny, guru Imam Syafi’i ketika di Baghdad) dalam pena’liq-an-nya dari Qoul Qodim dan Al-Imala’, yang dapat diketahui bahwa kitab Al-Imala’ adalah sebagian dari Qoul Jadid. Pendapat ini juga dinukil oleh Al-Bundanaijy (Abu Abbas Ahmad bin Ahmad Al-Bundanaijy) dari Qoul Qodim dan kitab Al-Imala’ dan Bab Sholat Jum’ah dalam dari keterangan Qoul Jadid-nya Imam Syafi’i. [Al-Majmuk Sarh Al-Muhadhab III/321].

DALAM PENENTUAN TANGGAL ALASAN KENAPA IKUT PEMERINTAH

 


Aku lebih memilih ikut pemerintah karena beberapa pertimbangan dan alasan berikut ini:

1. Pemerintah secara zahir lebih sesuai dengan perintah hadist Nabi yang berbunyi:

صوموا لرؤيته أي لرؤية الهلال وافطروا لرؤيته

Berpuasalah kalian karena melihat hilal (bulan tanggal 1) dan berhari raya juga karena melihat hilal.

2. Pemerintah memiliki keunggulan daripada Muhammadiyah dari sisi rukyat hilal versi pemerintah adalah rukyatul hilal dengan mata (رؤية الهلال البصرية والعملية) sekaligus ilmiah/hisab (رؤية الهلال النظرية والعلمية) sedangkan rukyatul hilal versi Muhammadiyah hanyalah rukyatul hilal ilmiah/hisab saja.

3. Ikut pemerintah sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur'an yang berbunyi:

اطيعوا الله واطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم... الآية

Artinya: Taatilah Allah dan taatilah Rasulullah dan pemimpin kalian...

ولو ردوه إلى الرسول وإلى أولي الأمر منهم لعلمه الذي يستنبطونه منهم (النساء/ ٨٣)

Artinya: Seandainya mereka mengembalikan persoalan mereka kepada Rasulullah dan pemimpin mereka niscaya mereka mengetahui perihal kebenaran yang sedang mereka cari... (QS Annisa ayat 83)

Dan hal ini juga selaras dengan kaidah fikih:

حكم الحاكم يرفع الخلاف

 Artinya: Putusan pemerintah menghapus perbedaan pendapat yang di antara perbedaan tersebut adalah NU vs Muhammadiyah perihal awal puasa dan lebaran.


Inilah pilihan dan pendapatku, bagaimana pendapat kalian?


Semoga bermanfaat! Wallahu A'lam Bis Shawab 🙏

APAKAH BOLEH ZAKAT DIKASIH KAN ORANG TUA SENDIRI




 HASIL MUSYAWARAH

 LAJNAH MUROJA'AH SANTRI (LMS) 

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

📝PERTANYAAN

السلام عليكم ورحمة الله وبر كاته 🙏

Terkait zakat

1. Apakah boleh zakat di kasihkan orang tua sendiri..?

👳‍♂ PENANYA +62 852-1200-0343

🔑JAWABAN

Tafshil :

📎 Tidak boleh jika orang tua nya tersebut termasuk yang dinafkahi oleh si muzakki dari bagian golongan faqir dan miskin.

📎 Boleh jika orang tua nya tersebut *bukan* termasuk yang dinafkahi oleh si muzakki dari bagian golongan faqir dan miskin.

📎 Boleh namun *makruh* jika orang tua nya tersebut termasuk yang dinafkahi oleh si muzakki dari bagian golongan faqir dan miskin, *tapi nafkah tersebut tidak mencukupi kebutuhan orang tua nya.*

📎 Boleh jika orang tua nya tersebut termasuk amil, budak mukatab (budak yang memerdekakan dirinya sendiri), ghorim (banyak hutang) dan dalam peperangan (ghuzah).


📚REFERENSI


[النووي، المجموع شرح المهذب، ٢٢٩/٦]

قال المصنف رحمه الله

* {ولا يجوز دفعها الي من تلزمه نفقته من الاقارب والزوجات من سهم الفقراء لان ذلك انما جعل للحاجة ولا حاجة بهم مع وجوب النفقة}

* {الشَّرْحُ} هَذَا الَّذِي ذَكَرَهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ عِنْدَنَا وَقَدْ اخْتَصَرَ الْمُصَنِّفُ هَذِهِ الْمَسْأَلَةَ وَهِيَ مَبْسُوطَةٌ فِي كُتُبِ الْأَصْحَابِ أَكْمَلَ بَسْطٍ وَأَنَا أَنْقُلُ فِيهَا عُيُونَ مَا ذَكَرُوهُ إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى.

*قَالَ أَصْحَابُنَا لَا يَجُوزُ لِلْإِنْسَانِ أَنْ يَدْفَعَ إلَى وَلَدِهِ وَلَا وَالِدِهِ الَّذِي يَلْزَمُهُ نفقته من سهم الفقراء والمساكين* لعلتين (احداهما) أَنَّهُ غَنِيٌّ بِنَفَقَتِهِ (وَالثَّانِيَةُ) أَنَّهُ بِالدَّفْعِ إلَيْهِ يَجْلِبُ إلَى نَفْسِهِ نَفْعًا وَهُوَ مَنْعُ وُجُوبِ النَّفَقَةِ عَلَيْهِ *قَالَ أَصْحَابُنَا وَيَجُوزُ أَنْ يَدْفَعَ إلَى وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ مِنْ سَهْمِ الْعَامِلِينَ وَالْمُكَاتَبِينَ وَالْغَارِمِينَ وَالْغُزَاةِ إذَا كَانَا بِهَذِهِ الصِّفَةِ* وَلَا يَجُوزُ أَنْ يَدْفَعَ إلَيْهِ مِنْ سَهْمِ الْمُؤَلَّفَةِ ان كان ممن يَلْزَمُهُ نَفَقَتُهُ لِأَنَّ نَفْعَهُ يَعُودُ إلَيْهِ وَهُوَ إسْقَاطُ النَّفَقَةِ فَإِنْ كَانَ مِمَّنْ لَا يَلْزَمُهُ نَفَقَتُهُ جَازَ دَفْعُهُ إلَيْهِ (وَأَمَّا) سَهْمُ ابْنِ السَّبِيلِ فَالْمَذْهَبُ أَنَّهُ إذَا كَانَ مِنْ أَبْنَاءِ السييل أَعْطَاهُ مِنْ النَّفَقَةِ مَا يَزِيدُ عَلَى نَفَقَةِ الْحَضَرِ وَيُعْطِيهِ الْمَرْكُوبَ وَالْحَمُولَةَ لِأَنَّ هَذَا لَا يَلْزَمُ الْمُنْفِقَ وَلَا

يُعْطِيهِ قَدْرَ نَفَقَةِ الْحَضَرِ لِأَنَّهَا لَازِمَةٌ وَبِهَذَا قَطَعَ كَثِيرُونَ مِنْ الْأَصْحَابِ أَوْ أَكْثَرُهُمْ

(وَالثَّانِي)

وَبِهِ قَطَعَ الْمَحَامِلِيُّ لَا يُعْطِيهِ شَيْئًا مِنْ النَّفَقَةِ بَلْ يُعْطِيهِ الْحَمُولَةَ لِأَنَّ نَفَقَتَهُ وَاجِبَةٌ عَلَيْهِ فِي الْحَضَرِ وَالسَّفَرِ وَالْحَمُولَةُ لَيْسَتْ بِوَاجِبَةٍ فِي السَّفَرِ قَالَ أَصْحَابُنَا الْمُتَقَدِّمُونَ لَهُ أَنْ يُعْطِيَ وَلَدَهُ وَوَالِدَهُ مِنْ سَهْمِ الْعَامِلِ إذَا كَانَ عَامِلًا كَمَا قَدَّمْنَاهُ قَالَ الْقَاضِي أَبُو الْفُتُوحِ مِنْ أَصْحَابِنَا هَذَا لَا يَصِحُّ لِأَنَّهُ لَا يُتَصَوَّرُ أَنْ يُعْطِيَ الْعَامِلَ شَيْئًا مِنْ زَكَاتِهِ قَالَ صَاحِبُ الشَّامِلِ أَرَادَ الْأَصْحَابُ إذَا كَانَ الدَّافِعُ هُوَ الْإِمَامُ فَلَهُ أَنْ يُعْطِيَ وَلَدَ رَبِّ الْمَالِ وَوَالِدِهِ مِنْ سَهْمِ الْعَامِلِ إذَا كَانَ عَامِلًا مِنْ زَكَاةِ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ هَذَا كُلُّهُ إذَا كَانَ الذى يعطيه هو الذى يلزمه نفقته فلو اعطاه غيره فَقَدْ أَطْلَقَ الْخُرَاسَانِيُّونَ فِيهِ وَجْهَيْنِ (أَصَحُّهُمَا) لَا يعطي لانه مستغن بالنفقة الواجبة عَلَى قَرِيبِهِ *(وَأَمَّا) إذَا كَانَ الْوَلَدُ أَوْ الوالد فقيرا أو مسكينا وقلنا في فِي بَعْضِ الْأَحْوَالِ لَا تَجِبُ نَفَقَتُهُ فَيَجُوزُ لِوَالِدِهِ وَوَلَدِهِ دَفْعُ الزَّكَاةِ إلَيْهِ مِنْ سَهْمِ الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ بِلَا خِلَافٍ لِأَنَّهُ حِينَئِذٍ كَالْأَجْنَبِيِّ*


بغية المسترشدين ص : 105 - 106 دار الفكر

( مسئلة ى ش ) لا خفاء أن مذهب الشافعى وجوب استيعاب الموجودين من الأصناف فى الزكاة والفطرة ومذهب الثلاثة جواز الاقتصار على صنف واحد وأفتى به ابن عجيل والأصبعى وذهب إليه أكثر المتأخرين لعسر الأمر ويجوز تقليد هؤلاء فى نقلها ودفعها إلى شخص واحد كما أفتى به ابن عجيل وغيره ويجوز دفع الزكاة إلى من تلزمه نفقته من سهم الغارمين بل هم أفضل من غيرهم لا من سهم الفقراء أو المساكين *إلا أن لا يكفيهم ما يعطيهم إياه* ولو دفع نحو الأب لأولاده زكاته أو فطرته بشرطه فردها الولد له عنها بشرطه أيضا *جاز مع الكراهة* كما لو ردها له بمعاوضة أو هبة وبرىء الجميع.

[وهبة الزحيلي ,الفقه الإسلامي وأدلته للزحيلي ,3/1969]

لكن يجوز دفعها لمن ذكر بصفة كونهم غارمين أو غزاة مجاهدين مثلاً. وأجاز الشافعية كما في المجموع للنووي والمالكية وابن تيمية إعطاء الزكاة لولد أو والد لاتلزم المزكي نفقته، إذا كان فقيراً؛ لأنه حينئذ كالأجنبي، وأباح المالكية للمرأة دفع زكاة فطرها - لا الزكاة الواجبة - إلى زوجها الفقير.

قال الأستاذ أبو إسحاق الشيرازي في المهذب: «ولا يجوز دفع الزكاة إلى من تلزمه نفقته من الأقارب والزوجات من سهم الفقراء؛ لأن ذلك إنما جعل للحاجة، ولا حاجة بهم مع وجوب النفقة».

وقال النووي عن الأصحاب: ويجوز أن يدفع إلى ولده ووالده من سهم العاملين والمكاتبين والغارمين والغزاة إذا كانوا بهذه الصفة. ولا يجوز أن يدفع إليه من سهم المؤلفة إن كان ممن يلزمه نفقته؛ لأن نفعه يعود إليه، وهو إسقاط النفقة، فإن كان ممن لا يلزمه نفقته، جاز رفعه إليه (1). وعلى هذا من استقل من الأولاد بكسب لا يكفيه، وليس في منزل أبيه، يجوز إعطاؤه من الزكاة عند الشافعية.


® Sibawaih

MALAM LAILATUL QODAR, MALAM JUM'AT 23 ROMADHON 144H



: من كلام سَيدّنَا ومولانا

قُطب الدَّعوَة والإِرشَادِ

عَبداللّٰه بن عَلَوِيّ الحَدَّاد

رضي اللّٰه عنه وارضاه

ونفعنا به وأعاد علينا

من بركات علومه

وأسراره وأنواره

في الدارين


❞ إذا كانت ليلة الجمعه ليلة الوتر فهي أحرىٰ بأن تكون ليلة القدر فأكثروا من الدعاء وإنكسار مع اللّٰه في هذه الليلة ليلة الوتر وليلة الجمعة رجاء ليلة القدر إن شاء اللّٰه اللَّهُمَّ اشهدنا ليلة القدر ووفقنا لإحيائها وارزقنا فيها حياة القلب وذوق الحب وحقيقة القرب ياكريم ياوهاب❝


Dari kalam Imam Haddad (al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad RA):


❝Jika malam jum'at bertepatan pada malam ganjil, maka malam itu kemungkinan besar menjadi malam Lailatul Qadar.

Maka perbanyaklah do'a dan merendahkan diri kepada Allah SWT pada malam ini/nanti malam, yaitu malam ganjil dan juga malam jum'at, dengan harapan malam ini/nanti malam adalah malam Lailatul Qadar, InsyaAllah❞ 


ـــــــــــــــــــــــ

إذاعة حاوي الخيرات

ــــــــــــــــــــــــ🎙️


Ada 6 Ciri Malam Malam Seribu Bulan atau Lailatul Qodar sesuai dengan Hadits Rasulullah Saw.


SALAH satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah adanya Malam Qodar (Lailatul Qodr) sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Qodr:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)


"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qodr). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."


Setiap Muslim pasti menginginkan bertemu dengan Malam Lailatu Qadar. Cara terbaik yaitu dengan i'tikaf di masjid.

Malam Lailatul Qadar. Malam Lailatul Qadar juga disebut malam seribu bulan karena pada malam itu malaikat diperintahkan oleh Allah SWT untuk menuliskan ketetapan tentang kebaikan, rezeki dan keberkahan di setiap tahun di bulan Ramadhan.


Ciri-Ciri Malam Lailatul Qadar

Bagaimanakah Ciri-Ciri Malam Lailatul Qadar menurut Hadist Rasulullah Saw? Berikut ini enam ciri Malam Lailatul Qadar sesuai Hadist Nabi Saw sebagaimana dilansirRumah Fiqih .


1. Udara dan Suasana Pagi Yang Tenang

Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah SAW bersabda:“Lailatul Qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah”


2. Cahaya Mentari Redup

Ada juga hadits nabi yang menginformasikan ciri malam Qadar adalah bila ada cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya. Dasarnya dari hadits Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا

“Keesokan hari malam Qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR. Muslim).


3. Terkadang Terbawa dalam Mimpi

Malam itu terbawa dalam mimpi, seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ

Dari sahabat Ibnu Umar radliyallahu’anhuma bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi saw diperlihatkan malam Qadar dalam mimpi (oleh Allah SWT) pada 7 malam terakhir (Ramadhan) kemudian Rasulullah saw berkata,”Aku melihat bahwa mimpi kalian (tentang lailatul Qadar) terjadi pada 7 malam terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya maka carilah pada 7 malam terakhir. (HR Muslim)


4. Bulan Nampak Separuh Bulatan

Ada juga yang menyebutkan bahwa malam itu bulan nampak separuh bulatan, sebagaimana hadits berikut ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ تَذَاكَرْنَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ الْقَمَرُ وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ

Abu Hurairah radliyallahuanhu berkata, ”Kami pernah berdiskusi tentang lailatul Qadar di sisi Rasulullah SAW, beliau berkata, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)


5. Malam Dengan Ciri Tertentu

Ciri yang lain dari malam Qadar adalah malam itu terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan).

Dasarnya adalah hadits Ubadah bin Shamit radhiyallahuanhu berikut ini :


إِنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيهَا قَمَرًا سَاطِعًا سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ لاَ بَرْدَ فِيهَا وَلاَ حَرَّ وَلاَ يَحِل لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيهَا حَتَّى تُصْبِحَ وَأَنَّ مِنْ أَمَارَتِهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْل الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَلاَ يَحِل لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ

Malam itu adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu” (HR. Ahmad)

Juga ada hadits yang senada dari hadits Watsilah bin al-Asqa’ dari Rasulullah SAW::

“Lailatu-Qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. At-Thabrani)


6. Lezatnya Ibadah

Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa ciri malam Qadar adalah bila orang-orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya.

Namun, dari sekian banyak riwayat yang menunjukkan bahwa malam Lailatul Qadar ini mempunyai tanda dan alamat yang bisa diketahui dan dirasakan, tidak berarti bahwa setiap orang dapat mengatahui dan merasakannya.

Seorang muslim yang menghidupkan malam-malam Ramadhannya, memungkinkan baginya mendapatkan malam Qadar itu tanpa ia ketahui tanda malam mulia tersebut.

Demikian enamCiri Malam Lailatul Qodar Menurut Hadits Nabi Saw. Semoga kita dipertemukan dengan malam yang nilai ibadah pada malam itu lebih baik dari amal ibadah seribu bulan. Amin...!

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes