BREAKING NEWS

Watsapp

Sunday, June 26, 2022

DOA UNTUK ORANG YANG BERANGKAT HAJI

 اللهم اجعله حجا مبرورا وذنبا وغفورا وسعيا مسكورا وعملا صالحا مقبولا وتجارة لن تبور 

Ya Allah,ya Tuhan kami 

Karunikanlah Haji yang Mabrur dan ampunilah Dosa -dosa hamba dan pekerjakan Haji yang dipuji,amalan sholeh yang diterima dan perniagaan yang tidak merugikan  امين

Tuesday, June 21, 2022

🕋 *MUTIARA TAKWA* 🕋

Edisi: _Menyongsong Idhul Adha, Qurban, dan Haji_

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

*7 Hikmah dan Keutamaan Qurban*

Tidak lama lagi kita kedatangan tamu istimewa, Hari Raya ‘Idul Adha, dimana di hari itu nanti dan hari tasyrik dilakukan penyembelihan hewan qurban. Jika kita belum memutuskan untuk berqurban tahun ini, ada baiknya kita menyimak hikmah dan keutamaan qurban pada hari-hari tersebut:

1️⃣Kebaikan dari setiap helai bulu hewan qurban

Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: 

“Wahai Rasulullah, apakah qurban itu?” Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menjawab: 

*“Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.”*

[HR. Ahmad dan ibn Majah]


2️⃣Berkurban adalah ciri keislaman seseorang

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda: *"Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.”* 

[HR. Ahmad dan Ibnu Majah]


3️⃣Ibadah qurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai oleh *الله*

Dari Aisyah, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda: 

*“Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai الله melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada الله –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.”*

[HR. Ibn Majah dan Tirmidzi]


4️⃣Berkurban membawa misi kepedulian pada sesama, menggembirakan kaum dhuafa

*"Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada الله”* [HR. Muslim].


5️⃣Berkurban adalah ibadah yang paling utama

*“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.”*

[QS. Al Kautsar : 2]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar menguraikan : “ *الله* Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada *الله* Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada الله Subhanahu wa Ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”

*"Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku (qurban), hidupku dan matiku hanyalah untuk الله, Tuhan semesta alam.”*

[QS. Al An’am : 162]

6️⃣Berqurban adalah sebagian dari syiar agama Islam

*“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama الله terhadap binatang ternak yang telah direzekikan الله kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada الله)”*

[QS. Al Hajj : 34]

7️⃣Mengenang ujian kecintaan dari *الله* kepada Nabi Ibrahim

*"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya الله kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”*

[QS. Ash Shaffat : 102 - 107].


Semoga keberkahan hidup senantiasa menyertai kita. Aamiin.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Monday, June 20, 2022

SAAT SAAT SYAKARATUL MAUT

 🥭 Perkara yang mesti dilakukan diketika datang pada orang yang sakratul maut 🥭,,,

(وروى) ما من ميت يقرأ عنده يس إلا هون الله عليه ويستحب إذا احتضر الميت أن يقرأ عنده أيضا سورة الرعد فإن ذلك يخفف عن الميت سكرة الموت وإنه أهون لقبضه وأيسر لشأنه وذكر جماعة أن السواك يسهل خروج الروح لاستیاکه ﷺ عند موته 

      Pemaparan-nya, apabila dibacakan surah Yasin (يسٓ ) di samping manyat niscaya akan diberikan kegembiraan oleh Allah Swt kepada si manyat tersebut.

      Dan disunnahkan pula membaca surah Ar-ra'du (رعد) disamping orang yang sakraltul maut dikarenakan akan diberikan keringanan kepada kepada orang yang sakraltul maut tersebut dan diberikan kelancaran untuk keluarnya ruh.

     Berpendapat satu kelompok ulama : sesungguhnya bersiwak (menggosok gigi) menjadi penyebab mudah keluarnya ruh karena Nabi Saw bersiwak diketika wafatnya. Wallahu 'alam 


Referensi dari kitab,

إرشاد العباد          ٣١          {الحرمين}


💖 Mohon dikoreksi apabila terdapat kekeliruan dan kesalahan 💖

Saturday, June 18, 2022

BOLEHKAN BERQURBAN TAPI BELUM AQIQOH...?

 *BAHTSUL MASAIL:*

BOLEHKAN  BERQURBAN TAPI BELUM AQIQOH...?

PERTANYAAN:

Kyai Ahmad Syuhud dari Cepiring bertanya : 

Masyarakat awam di kampung-kampung mempunyai anggapan bahwa orang yang belum diaqiqohkan ketika kecil tidak boleh menyembelih kurban, sehingga sebelum berqurban harus menyembelih aqiqoh dulu.

1. Apakah anggapan seperti itu benar...?

2. Bolehkah satu kambing disembelih dengan niat kurban dan niat aqiqoh sekaligus...?

3. Jika tidak boleh digabungkan, mana yang lebih afdol untuk didahulukan, qurban ataukah aqiqoh...?


JAWABAN:

1. Anggapan seperti itu salah dan tidak punya dalil yang jelas. Karena keutamaan ibadah qurban dan karena waktunya yang terbatas, maka diperbolehkan mendahulukan qurban meski belum aqiqah, karena aqiqah dapat dilaksanakan di sepanjang tahun, hingga pada tahun-tahun berikutnya. Bahkan karena saking utamanya qurban, Imam Ahmad bin Hanbal membolehkan berhutang terlebih dahulu demi untuk dapat berqurban. 

Terlebih jika orang yang belum aqiqah adalah orang yang telah dewasa, karena hal ini masih diperselisihkan ulama. Mengingat aqiqah adalah penyembelihan hewan bagi anak-anak, maka ada beberapa ulama yang menyatakan gugur sunnah aqiqah bagi orang yang telah dewasa, dan ada pula ulama yang menyatakan jika mampu tetap disunnahkan melaksanakan aqiqah bagi orang yang telah dewasa. Intinya, tidak ada ketentuan dalam syari’at bahwa pelaksanaan ibadah qurban harus bagi orang yang telah melaksanakan aqiqah.

2. Udh-hiyah (qurban) tidak boleh digabungkan dengan aqiqah. Pendapat ini adalah pendapat ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad.

Alasan dari pendapat ini karena aqiqah dan qurban memiliki sebab dan maksud tersendiri yang tidak bisa menggantikan satu dan lainnya. ‘Aqiqah dilaksanakan dalam rangka mensyukuri nikmat kelahiran seorang anak, sedangkan qurban mensyukuri nikmat hidup dan dilaksanakan pada hari An Nahr (Idul Adha).

Imam Ibnu Hajar Al-Haitami –salah seorang ulama Syafi’iyah- mengatakan : “Seandainya seseorang berniat satu kambing untuk qurban dan ‘aqiqah sekaligus maka keduanya sama-sama tidak teranggap. Inilah yang lebih tepat karena maksud dari qurban dan ‘aqiqah itu berbeda.”

Ibnu Hajar Al Haitami dalam Fatawa Kubro juga menjelaskan : “Sebagaimana pendapat ulama madzhab kami sejak beberapa tahun silam, tidak boleh menggabungkan niat aqiqah dan qurban. Alasannya, karena yang dimaksudkan dalam qurban dan aqiqah adalah dzatnya (sehingga tidak bisa digabungkan dengan lainnya, pen)

Begitu pula keduanya memiliki sebab dan maksud masing-masing. Udh-hiyah (qurban) sebagai tebusan untuk diri sendiri, sedangkan aqiqah sebagai tebusan untuk anak yang diharap dapat tumbuh menjadi anak sholih dan berbakti, juga aqiqah dilaksanakan untuk mendoakannya.”

3. Jika mampu membeli dua kambing untuk qurban dan aqiqoh maka itu lebih baik. Jika mampu hanya satu kambing, maka qurban lebih afdol daripada aqiqoh, dan qurbanlah yang didahulukan daripada aqiqoh dengan alasan-alasan sebagai berikut :

a. Aqiqah waktunya lebih luas (muwassa’). Sementara ibadah qurban waktunya telah ditentukan syari’at dan terbatas (mudhayaq), yaitu harus dilaksanakan pada tanggal 10-14 Dzulhijjah.

b. Qurban lebih dahulu disyariatkan dalam Islam daripada aqiqoh.

c. Pelaksanaan qurban pada tanggal 10, 11, 12 dan 13 bersifat ada’ (اداء) sedangkan pelaksanaan aqiqoh bagi orang dewasa bersifat qodlo’, ada’ lebih afdol daripada qodlo’.

d. Kesunnahan aqiqoh bagi orang dewasa masih diikhtilafkan antara ulama, sedangkan kesunnahan qurban tidak diikhtilafkan.


REFERENSI:

١. وقد سئل ابن حجر المكي الشافعي رحمه الله : عن ذبح شاة أيام الأضحية بنيتها ونية العقيقة ، فهل يحصلان أو لا ؟

فأجاب : الذي دل عليه كلام الأصحاب وجرينا عليه منذ سنين : أنه لا تداخل في ذلك ؛ لأن كلاًّ من الأضحية والعقيقة سنَّةٌ مقصودةٌ لذاتها ، ولها سبب يخالف سبب الأخرى ، والمقصود منها غير المقصود من الأخرى ، إذ الأضحيةُ فداءٌ عن النفس ، والعقيقةُ فداءٌ عن الولد ، إذ بها نُمُّوهُ وصلاحهُ ، ورجاءُ بِرِّهِ وشفاعته ، وبالقول بالتداخل يبطل المقصود من كلٍ منهما ، فلم يمكن القول به ، نظير ما قالوه في سنة غسل الجمعة وغسل العيد ، وسنة الظهر وسنة العصر ، وأما تحية المسجد ونحوها فهي ليست مقصودة لذاتها بل لعدم هتك حرمة المسجد ، وذلك حاصلٌ بصلاة غيرها ، وكذا صوم نحو الاثنين ؛ لأن القصد منه إحياء هذا اليوم بعبادة الصوم المخصوصة ، وذلك حاصلٌ بأي صومٍ وقع فيه ، وأما الأضحية والعقيقة ، فليستا كذلك كما ظهر مما قررته وهو واضح .. انتهى  الفتاوى الفقهية  ( 4 / 256 ) .


٢. قال ابن حجر الهيتمي رحمه الله في “تحفة المحتاج شرح المنهاج” (9/371) : ” وَظَاهِرُ كَلَامِ َالْأَصْحَابِ أَنَّهُ لَوْ نَوَى بِشَاةٍ الْأُضْحِيَّةَ وَالْعَقِيقَةَ لَمْ تَحْصُلْ وَاحِدَةٌ مِنْهُمَا ، وَهُوَ ظَاهِرٌ ; لِأَنَّ كُلًّا مِنْهُمَا سُنَّةٌ مَقْصُودَةٌ ” انتهى.


٣. فالأضحية سنة مؤكدة في حق القادر عليها، فإن استطعت الجمع بين فعل السنتين: الأضحية والعقيقة فهذا حسن، مع الإعراض عن بذل المصاريف غير الضرورية في العقيقة، وإن لم تستطع الجمع بين سنة الأضحية وذبح العقيقة المطلوبة شرعا، فقدم سنة الأضحية لتقدم وقتها على زمن العقيقة، وراجع الفتوى رقم: 44768.


٤. هذا إضافة إلى أن الأضحية أقوى تأكيدا من العقيقة عند بعض أهل العلم كالمالكية، ففي مواهب الجليل للحطاب: قال ابن عرفة: وفي سماع القرينين من وافق يوم عقيقة ولده يوم الأضحى ولا يملك إلا شاة عق بها ابن رشد إن رجا الأضحية في تالييه، وإلا فالأضحية، لأنها آكد. قيل: سنة واجبة، ولم يقل في العقيقة، انتهى.


*والله اعلم بالصواب*

Thursday, June 16, 2022

TYPE SESEORANG DALAM KITAB IHYA

Di dalam kitab “Ihya Uluum al-Diin” juz 1 halaman 80, Imam Al-Ghazali menukil dari ungkapan Syekh Kholil bin Ahmad. Hujjatul Islam mengelompokkan manusia menjadi empat, yaitu:

قَالَ الْخَلِيْلُ بن أَحْمَدُ : الرِّجَالُ أَرْبَعَةٌ، رَجُلٌ يَدْرِيْ وَيَدْرِيْ أَنَّهُ يَدْرِيْ فَذٰلِكَ عَالِمٌ فَاتَّبِعُوْهُ، وَرَجُلٌ يَدْرِيْ وَلاَ يَدْرِيْ أَنَّهُ يَدْرِيْ فَذٰلِكَ نَائِمٌ فَأَيْقِظُوْهُ، وَرَجُلٌ لَا يَدْرِيْ وَيَدْرِيْ أَنَّهُ لَا يَدْرِيْ فَذٰلِكَ مُسْتَرْشِدٌ فَأَرْشِدُوْهُ، وَرَجُلٌ لَا يَدْرِيْ أَنَّهُ لَا يَدْرِيْ فَذٰلِكَ جَاهِلٌ فَارْفِضُوْهُ. (إحياء علوم الدين، ج: 1، ص: 80)

Syekh Al-Kholil bin Ahmad berkata: “Manusia itu ada empat: 

(1) Seseorang yang mengetahui dan sadar bahwa dirinya mengetahui, itulah orang yang berilmu, maka ikutilah. 

(2) Seseorang yang mengetahui dan tidak sadar bahwa dirinya mengetahui, itulah orang yang tidur, maka bangunkanlah. 

(3) Seseorang yang tidak mengetahui dan sadar bahwa dirinya tidak mengetahui, itulah orang yang mencari petunjuk atau bimbingan, maka tujukkanlah atau bimbinglah. 

(4) Seseorang yang tidak mengetahui dan tidak sadar bahwa dirinya tidak mengetahui, itulah orang bodoh, maka tolaklah (hentikanlah).

Wednesday, June 15, 2022

STATUS ANAK YANG DILAHIRKAN

 Status anak yang dilahirkan diperinci sebagai berikut :

1.Jika dilahirkan lebih dari enam bulan dan kurang dari empat tahun setelah akad nikahnya, maka ada dua keadaan

2.Jika ada kemungkinan anak tersebut dari suami, karena ada hubungan badan setelah akad nikah misalnya, maka nasabnya tetap ke suami, berarti berlaku baginya hukum-hukum anak seperti hukum waris dll. Karena itu suami diharamkan meli’an istrinya atau meniadakan nasab anak tersebut darinya (tidak mengakui sebagai anaknya).

3.Jika tidak memungkinkan anak tersebut darinya seperti belum pernah ada hubungan badan semenjak akad nikah hingga melahirkan, maka nasab anak hanya ke istri bahkan wajib bagi suami meli’an dengan meniadakan nasab anak darinya (tidak mengakui sebagai anaknya). Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi hak waris kepada anak.

4.Jika dilahirkan kurang dari enam bulan atau lebih dari empat tahun, maka anak tersebut tidak bisa dinasabkan kepada suami dan tidak wajib bagi suami untuk meli’an istrinya. Bagi anak tidak berhak mendapatkan waris karena tidak ada sebab-sebab yang mendukung hubungan nasab.

Ini berlaku bagi anak yang dilahirkan laki-laki ataupun perempuan. Berarti bapak sebagai wali dalam menikahkan anak perempuannya jika diakui nasabnya dan hakim sebagai walinya jika tidak diakui nasabnya.

Perlu diperhatikan, walaupun status anak tidak bisa dinisbatkan kepada suami, tetap dinyatakan mahram baginya dikarenakan dia menjadi suami ibunya yang melahirkannya (bapak tiri) jika telah berhubungan badan dengan ibu yang melahirkannya.

CATATAN : Perempuan yang hamil di luar nikah jika dinikahkan dengan laki-laki yang berhubungan badan dengannya atau yang lainnya dengan tujuan menutupi aib pelaku atau menjadi ayah dari anak dalam kandungan, maka haram hukumnya dan wajib bagi penguasa membatalkan acara itu. Bagi yang menghalalkan acara itu dengan tujuan tersebut di atas, dihukumi keluar dari agama islam dan dinyatakan murtad (haram dishalati jika meninggal, dan tidak dikubur dimakam islam) karena adanya penipuan nasab dengan berkedok agama sehingga mengakui bayi yang lahir sebagai anaknya padahal diluar nikah, mendapatkan warisan padahal sebenarnya bukan dzawil furudh, menjadi wali nikah jika yang lahir perempuan padahal bukan menjadi ayahnya yang sebenarnya (berarti nikahnya tidak sah), atau anak yang lahir menjadi wali nikah dari keluarga laki-laki yang mengawini ibunya, bersentuhan kulit dengan saudara perempuan laki-laki itu dengan berkeyakinan tidak membatalkan wudlu’ dst.

[3] بغية المسترشدين ص235 – 236

( مسئلة ي ش ) نكح حاملا من الزنا فولدت كاملا كان له أربعة أحوال إما منتف عن الزوج ظاهرا وباطنا من غير ملاعنة وهو المولود لدون ستة أشهر من إمكان الإجتماع بعد العقد أو لأكثر من أربع سنين من آخر إمكان الإجتماع وإما لاحق به وتثبت له الأحكام إرثا وغيره ظاهرا ويلزم نفيه بأن ولدت لأكثر من الستة وأقل من الأربع السنين وعلم الزوج أو غلب على ظنه أنه ليس منه بأن لم يطأ بعد العقد ولم تستدخل ماءه أو ولدت لدون ستة أشهر من وطئه أو لأكثر من أربع سنين منه أو لأكثر من ستة أشهر بعد استبرائه لها بحيضه وثم قرينة بزناها ويأثم حينئذ بترك النفي بل هو كبيرة وورد أن تركه كفر وإما لاحق به ظاهرا أيضا لكن لا يلزمه نفيه إذا ظن أنه ليس منه بلا غلبة بأن استبرأها بعد الوطء وولدت به لأكثر من ستة أشهر بعده وثم ريبة بزناها إذ الاستبراء أمارة ظاهرة على أنه ليس منه لكن يندب تركه لأن الحامل قد تحيض وإما لاحق به ويحرم نفيه بل هو كبيرة وورد أنه كفر إن غلب على ظنه أنه منه أو استوى الأمران بأن ولدت لستة أشهر فأكثر إلى أربع سنين من وطئه ولم يستبرئها بعده أو استبرأها وولدت بعده بأقل من الستة بل يلحقه بحكم الفراش كما لو علم زناها واحتمل كون الحمل منه أو من الزنا ولا عبرة بريبة يجدها من غير قرينة فالحاصل أن المولود على فراش الزوج لاحق به مطلقا إن أمكن كونه منه ولا ينتقي منه إلا بللعان والنفي تارة يجب وتارة يحرم وتارة يجوز ولاعبرة بإقرار المرأة بالزنا وإن صدقها الزوج وظهرت أماراته .

إعانة الطالبين – (ج 3 / ص 327)

(قوله: لا مخلوقة من ماء زناه) أي لا يحرم نكاح مخلوقه من ماء زناه: إذ لا حرمة لماء الزنا لكن يكره نكاحها خروجا من خلاف الامام أبي حنيفة رضي الله عنه.ومثل المخلوقة من ماء الزنا المخلوقة من ماء استمنائه بغير يد حليلته والمرتضعة بلبن الزنا، وإن أرضعت المرأة بلبن زنا شخص بنتا صغيرة حلت له، ولا يقاس على ذلك المرأة الزانية، فإنها يحرم عليها ولدها بالاجماع.والفرق أن البنت انفصلت من الرجل وهي نطفة قذرة لا يعبأ بها، والولد

انفصل من المرأة وهو إنسان كامل

[4] مصنف ابن أبي شيبة – (ج 8 / ص 374(

(21) مسألة النكاح بغير ولي (1) حدثنا معاذ بن معاذ قال أخبرنا ابن جريح عن سليمان بن موسى عن الزهري عن عروة عن عائشة قالت : قال رسول الله (ص) : (أيما امرأة لم ينكحها الولي أو الولاة فنكاحها باطل – قالها ثلاثا – فإن أصابها فلها مهرها بما أصاب منها ، فإن تشاجروا فإن السلطان ولي من لا ولي له).

[5] بغية المسترشدين ص 249 – 250

( مسئلة ) ملخصة مع زيادة من الإكسير العزيز للشريف محمد بن أحمد عنقاء في حديث الولد للفراش الخ إذا كانت المرأة فراشا لزوجها أو سيدها فأتت بولد من الزنا كان الولد منسوبا لصاحب الفراش لا إلى الزاني فلا يلحقه الولد ولا ينسب إليه ظاهرا ولا باطنا وإن استلحقه ومن هنا يعلم شدة ما اشتهر أنه إذا زنى شخص بإمرأة وأحبلها تزوجها واستلحق الولد فورثه وورثه زاعما سترها وهذا من أشد المنكرات الشنيعة التي لا يسع أحدا السكوت عنها فإنه خرق للشريعة ومنابذة لأحكامها ومن لم يزله مع قدرته بنفسه وماله فهو شيطان فاسق ومداهن منافق وأما فاعله فكاد يخلع ربقة الإسلام لأنه قد أعظم العناد لسيد الأنام مع ما ترتب على فعله من المنكرات والمفاسد منها حرمان الورثة وتوريث من لا شيء له مع تخليد ذلك في البطون بعده ومنها أنه صير ولد الزنا باستلحاقه كابنه في دخوله على محارم الزاني وعدم نقض الوضوء بمسهن أبدا ومنها ولايته وتزويجه نساء الزاني كبناته وأخوته ومن له عليها ولاية من غير مسوغ فيصير نكاحا بلا ولي فهذه أعظم وأشنع إذ يخلد ذلك فيه وفي ذريته ويله فما كفاه أن ارتكب أفحش الكبائر حيث زنى حتى ضم إلى ذلك ما هو أشد حرمة منه وأفحش شناعة وأي ستر وقد جاء شيئا فريا وأحرم الورثة وأبقاه على كرور الملوين وكل من استحل هذا فهو كافر مرتد خارج عن دين الإسلام فيقتل وتحرق جيفته أو تلقى للكلاب وهو صائر إلى لعنة الله وعذابه الكبير فيجب مؤكدا على ولاة الأمور زجرهم عن ذلك وتنكيلهم أشد التنكيل وعقابهم بما يروعهم وقد علم بذلك شدة خطر الزنا وأنه من أكبر الكبائر ( مسئلة ي ) حملت إمرأة وولدت ولم تقر بالزنا لم يلزمها الحد إذ لا يلزم الحد إلا ببينة أو إقرار أو لعان زوج أو علم السيد بالنسبة إلى قنة إذ قد توطأ المرأة بشبهة أو وهي نائمة أو سكرانة بعذر أو مجنونة أو مكرهة أو تستدخل منيا من غير إيلاج ونحو ذلك فتحبل منه ولا يوجب حدا للشبهة فعلم أن كل امرأة حملت وأتت بولد إن أمكن لحوقه بزوجها لحقه ولم ينتف عنه إلا باللعان وإن لم يكن كأن طالت غيبة الزوج بمحل لا يمكن اجتماعهما عادة كان حكم الحمل كالزنا بالنسبة لعدم وجوب العدة وجوز انكاحها وطئها وكالشبهة بالنسبة لدرء الحد والقذف واجتناب سوء الظن نعم إن كانت قليلة الحياء والتقوى كثيرة الخلوة بالأجانب والتزين لهم وتحدث الناس بقذفها عزرها الإمام بما يزجر أمثالها عن هذا الفعل

Secara spesifik sebenarnya ada lima pendapat berbeda tentang hukum menikahi wanita pezina :

1. Mutlak tidak sah

Didukung oleh Ali, Aisyah, dan Bara’ ibn ‘Azib. Serta masing-masing satu riwayat Abu Bakar, Umar, Ibnu Mas’ud, dan Hasan Bashri (al-Hawi al-Kabir 9/492-493, al-Mughni Ibnu Qudamah 7/518, Tafsir al-Alusi 13/326). Pandangan ini didasarkan pada QS. An-Nur: 3, yakni

الزَّانِي لَا يَنْكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنْكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ

“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.”

2. Mutlak sah

Didukung oleh asy-Syafi’ie dan madzhabnya (al-Hawi al-Kabir 9/497-498). Kalangan Syafi’iyah berargumen pada ayat 24 QS. An-Nisa:

وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ

“Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian.”

Ayat an-Nisa itu turun setelah menjelaskan wanita-wanita yang haram dinikahi. Dengan demikian selain wanita yang telah disebutkan halal untuk dinikahi, termasuk wanita yang berzina. Dikuatkan dengan sabda Nabi SAW:

لَا يُحَرِّمُ الْحَرَامُ الْحَلَالَ

“Sesuatu yang haram tidak bisa mengharamkan/menjadikan mahram pada (orang) yang halal” (HR. ibnu Majah dan Baihaqi).

Abu Bakar berkata: Bila seseorang menzinai wanita lain maka tidak haram bagi orang itu untuk menikahinya.

Sedangkan mengenai Surat an-Nur ayat 3, al-Mawardi (al-Hawi al-Kabir 9/494) menyebut ada tiga takwilan terhadap ayat ini:

- Ayat itu turun khusus pada kisah Ummu Mahzul, yakni ketika ada seorang laki-laki meminta izin Rasulullah akan wanita pelacur bernama Ummu Mahzul.

- Ibnu Abbas mengartikan kata ‘yankihu’ dengan ‘bersetubuh’, sehingga maksud ayat tersebut: “Laki-laki yang berzina tidak bersetubuh melainkan (dengan) perempuan yang berzina…dst.”

- Menurut Sa’id ibn Musayyab telah dinasakh oleh QS. An-Nisa ayat 3:

فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ

“Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi.”

3. Sah dengan syarat selama menikah tidak berhubungan badan dengan istri sampai dia melahirkan

Didukung oleh Abu Hanifah dalam satu riwayat (asy-Syarh al-Kabir 7/502-503, al-Hawi al-Kabir 9/497-498).

Abu Hanifah berargumen meskipun sah dinikahi, tapi tidak boleh disetubuhi sebelum melahirkan. Termaktub dalam hadits:

لَا تَسْقِ بِمَائِكَ زَرْعَ غَيْرِكَ

“Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menyiramkan air (mani)nya ke tanaman [35] orang lain” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

4. Sah dengan syarat menikahnya dilakukan setelah wanita melahirkan (istibra’)

Didukung oleh Rabi’ah, Sufyan Tsauri, Malik, Auza’ie, Ibnu Syubrumah, Abu Yusuf, dan Abu Hanifah dalam riwayat yang lain (al-Hawi al-Kabir 9/497-498, asy-Syarh al-Kabir 7/502-503). Mereka berpendapat wanita hamil zina memiliki iddah sehingga haram dinikahi sebelum selesai iddahnya. Dalil mereka adalah QS. Ath-Thalaq ayat 4:

وَأُولَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ

“Dan perempuan-perempuan yang hamil itu ‘iddah mereka sampai mereka melahirkan.”

Disebutkan juga dalam hadits:

أَلَا لَا تُوطَأُ حَامِلٌ حَتَّى تَضَعَ وَلَا غَيْرَ ذَاتِ حَمْلٍ حَتَّى تَحِيضَ

“Ingatlah, tidak disetubuhi wanita hamil hingga ia melahirkan dan tidak juga pada wanita yang tidak hamil sampai satu kali haidh” (HR. Abu Dawud, Ahmad dan Ad-Darimi).

5. Sah dengan syarat menikahnya dilakukan setelah wanita istibra’ plus telah bertaubat

Didukung oleh Abu Ubaidah, Qatadah, Ahmad ibn Hanbal, dan Ishaq (al-Hawi al-Kabir 9/492-493, Tafsir Ibnu Katsir 6/9-10).

Ibnu Qudamah (Syarhu Kabir 7/504) menjelaskan bahwa sesuai bunyi terakhir ayat 3 surat An-Nur, ‘wa hurrima dzalika ‘alal mukminin’, keharaman menikahi pezina diperuntukkan bagi orang mukmin (yang sempurna). Sehingga ketika telah bertaubat dari zina leburlah dosa, kembali menjadi bagian dari orang-orang mukmin, dan hukum haram baru bisa terhapus. Sebagaimana hadits:

التائب من الذنب كمن لا ذنب له

“Seorang yang telah bertaubat dari dosa itu layaknya tidak ada dosa padanya” (HR. Hakim, Ibnu Majah, Thabrani, dan Baihaqi).

Ibnu Umar pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang berzina dengan seorang perempuan, apakah boleh dia menikahinya ? Jawab Ibnu Umar, “Jika keduanya telah bertaubat dan keduanya berbuat kebaikan (yakni beramal shalih)” (Al-Muhalla 9/ 475).

Dalam hal ini tidak ada perbedaan apakah wanita tersebut dinikahi oleh laki-laki yang menzinai ataupun orang lain. Dari sudut pandang Syafi’iyah karena hamil hasil zina tidak ada kehormatan apapun yang perlu dijaga seperti percampuran nasab. Dari perspektif ulama lainnya karena telah disyaratkan tidak adanya hubungan badan.  Tersebut dalam Bughyah :

(مسألة : ي ش) : يجوز نكاح الحامل من الزنا سواء الزاني وغيره ووطؤها حينئذ مع الكراهة.

الكتاب : بغية المسترشدين ص419

Juga dalam Mughni Ibnu Qudamah :

فصل : وإذا وجد الشرطان حل نكاحها للزاني وغيره

[ المغني - ابن قدامة ] ج7 ص518


Jadi jika melihat kembali pada kasus awal, apakah nikahnya harus diulang ? Maka jawabannya jelas tidak. Sebab menurut Syafi’iyah dan satu riwayat Abu Hanifah nikahnya telah sah sejak awal. Wallahulmueafiq ila aqwamhithoriq

Sunday, June 12, 2022

HUKUM MEMAKAN DAGING QURBAN

 🕋 *MUTIARA TAKWA* 🕋

Seri: _Menyongsong Idul Adha_

          🐫🐃🐂🐏🐑🐐🦌

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

*Hukum memakan daging kurbannya sendiri*

وَلَا يَأْكُلَ اْلمُضَحِّيُ شَيْئًا مِنَ اْلأُضْحِيَةِ الْمَنْذُوْرَةِ وَيَأْكُلُ مِنَ الْمُتَطَوِّعُ بِهَا

Orang yang berkurban tidak boleh memakan daging kurbannya sedikitpun dari  kurban yang _dinadzarkan_, dan boleh memakannya dari kurban _tathawwu_' (sunah). (Imam Taqiyuddin Al-Husaini : Kifayatul Akhyar, Juz 2, hal. 241)

وَأَمَّا الْأَكْلُ مِنْهَا فَيُسْتَحَبُّ وَلَا يَجِبُ، هٰذَا مَذْهَبُنَا وَمَذْهَبُ الْعُلَمَاءِ كَافَّةً ، إِلَّا مَا حُكِيَ عَنْ بَعْضِ السَّلَفِ أَنَّهُ أَوْجَبَ الْأَكْلَ مِنْهَا، وَهُوَ قَوْلُ أَبِي الطَّيِّبِ اِبْنِ سَلَمَةَ مِنْ أَصْحَابِنَا


Adapun memakan dari padanya (memakan daging kurbannya sendiri) hukumnya sunah, tidak wajib. Demikian menurut madzhab kami (Syafi'i) dan madzhab ulama secara keseluruhan, kecuali apa yang diceritakan dari sebagian ulama salaf. Sungguh mereka mewajibkan memakan sebagian dari padanya (memakan daging kurbannya sendiri), itu adalah pendapat Imam Abu Thalib bin Salamah, dari sahabat kami. (Imam Nawawi : Syarah shahih Muslim, Juz 13, hal. 131)

وَمِمَّنِ اسْتَحَبَّ اَنْ يَأْكُلَ ثُلُثًا وَيَتَصَدَّقَ بِثُلُثٍ وَيُهْدِيَ ثُلُثًا اِبْنُ مَسْعُوْدٍ وَعَطَاءٌ وَاَحْمَدُ وَاِسْحَاقُ


Di antara orang yang memandang sunah memakan sepertiga, menyedekahkan sepertiga dan menghadiahkan sepertiga adalah Ibnu Mas'ud, Imam Atha, Imam Ahmad dan Imam Ishaq. (Imam Nawawi : Al-Majmu' Syarah Al-Muhadz-dzab, Juz 8, hal. 419)

وَاْلأَفْضَلُ التَّصَدُّقُ بِكُلِّهِ إِلَّا لُقَمًا يَتَبَرَّكُ بِأَكْلِهَا وَأَنْ تَكُوْنَ مِنَ اْلكَبِدِ

Dan utamanya adalah menyedekahkan semua, kecuali beberapa potong, untuk mengambil berkah karena memakannya dan hendaklah yang dimakannya itu "hatinya". (Syekh Zainuddin Al-Malibari : Fathul mu'in, hal. 63)

وَأَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْكَبِدِ أَيْ وَاْلاَفْضَلُ أَنْ تَكُوْنَ اللُّقَمَاتُ مِنْ كَبِدِ الْاُضْحِيَةِ، لِمُوَافَقَتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


Hendaklah ada dari hatinya, maksudnya utamanya pada beberapa potong daging kurban bagiannya itu dari hati binatang kurbannya, supaya sesuai dengan amalan Nabi *محمد* saw. (Imam Sayid Bakri Syatha Ad-Dimyathi : I'anatuth Thalibin, Juz 2, hal. 333).

وَلَهُ اِطْعَامُ اَغْنِيآءَ 

Dan boleh baginya (yang berkurban) memberi makan kepada orang-orang kaya. (Syekh Zainuddin Al-Malibari : Fathul mu'in, hal. 63)

 وَقَالَ الشَّيْخُ أَبُوْ حَامِدٍ يَأْكُلُ الثُّلُثَ وَيَتَصَدَّقَ بِالثُّلُثِ وَيُهْدِي الثُّلُثَ لِلْأَغْنِيَاءِ

Syekh Abu Hamid telah berkata : Orang yang berkurban memakan sepertiga, menyedekahkan sepertiga dan yang sepertiganya lagi dihadiahkan kepada orang-orang kaya. (Imam Taqiyuddin Al-Husaini : Kifayatul Akhyar, Juz 2, hal. 242)


 وَيَجُوْزُ أَنْ يُطْعِمَ مِنْهَا كَافِرًا وَبِهٰذَا قَالَ الْحَسَنُ وَ أَبُوْ ثَوْرِ وَأَصِحَابُ الرَّأْيِ


Dan boleh memberikan sebagian daging kurbannya kepada orang kafir. Dan dengan ini telah berkata Imam Al-Hasan, Imam Abu Tsauri dan para ulama rasionalis (para ulama Kufah). (Imam Ibnu Qudamah : Al-Mughni Wasy-Syahrul Kabir, Juz 3, ha. 583)


Termasuk ulama Ash-habarra'yi adalah Imam Abu Hanifah. Dan yang dimaksud dengan kafir di sini adalah kafir dzimmi (yang tidak memusuhi Islam), bukan kafir harbi. Mereka berkata bahwa daging kurban itu adalah makanan, maka kita boleh memberikannya, sebagaimana makanan yang lain. Hukumnya sama dengan sedekah sunah, boleh diberikan kepada orang kaya dan orang yang tidak beragama Islam. Akan tetapi Imam Malik dan Imam Al-Laits memahrukan memberikannya kepada orang yang bukan muslim.

Sedang dalam madzhab Syafi'i, boleh memberikannya kepada mereka apabila kurbannya itu kurban sunah, dan tidak boleh apabila kurbannya itu kurban wajib atau nadzar. (baca kitab  Al-Majmu' Syarah Al-Muhadz-dzab Juz 8, hal. 425)


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Tuesday, June 7, 2022

Meraih Surga Dengan Sholat Duha

Selasa, 07 Juni 2022 M/ 07 Dzul Qo'dah 1443 H.

Oleh : MHD 2 ANZAAY ARBAIN

*"Meraih Surga Dengan Sholat Duha "*

*(Menggapai Keutamaan Sholat Dhuha)*

*Dhuha* adalah nama bagi waktu pada permulaan siang. Sedangkan sholat Dhuha adalah sholat yang dikerjakan pada waktu Dhuha. Maka sholat Dhuha ini adalah sholat yang diberi nama dengan nama waktu mengerjakannya. (I'anatut Tholibin. Juz. I. hal. 253).

Sholat Dhuha ini termasuk kedalam golongan sholat Sunnah Mu'akkadah. (Kifayatul Akhyar. Juz. I. hal. 87)

Waktu yang paling utama untuk melaksanakan sholat Dhuha adalah setelah lewatnya waktu seperempat siang, agar pada tiap waktu seperempat siang ada pelaksanaan Sholat. (I'anatut Tholibin. Juz. I. hal. 255).

Termasuk daripada kesunnahan adalah menjaga atas pelaksanaan sholat Dhuha ini. (Nasho'ihud Diniyyah. hal. 29).

Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

"Sesungguhnya di dalam surga ada pintu yang diberi nama *"Dhuha"*. Maka apabila hari Kiamat telah terjadi, memanggil lah malaikat yang memanggil: "Mana orang-orang yang selalu melaksanakan sholat Dhuha (ketika di dunia)? Ini adalah pintu kalian, masuklah kalian kedalamnya dengan rahmatnya Allah". (HR. Thobroni dari Abi Hurairoh)


*Sahabat-sahabat*

*رحمكم الله*

Sholat *Dhuha* ini memiliki keutamaan yang besar.

Tentang keutamaan sholat *Dhuha* ini, telah dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi

*صلى الله عليه وسلم :*

"Kalau kamu melaksanakan sholat Dhuha sebanyak dua raka'at maka kamu tidak ditulis dari golongan orang yang lalai, atau sebanyak empat raka'at maka kamu ditulis dari golongan orang-orang yang berbuat kebagusan, atau sebanyak enam raka'at maka kamu ditulis sebagai orang-orang yang selalu beribadah kepada Allah, atau sebanyak delapan raka'at maka kamu ditulis dari golongan orang-orang yang memperoleh keberuntungan, atau sebanyak sepuluh raka'at  maka tidak ditulis atasmu  pada hari itu dosa, kalau kamu melaksanakannya sebanyak dua belas raka'at maka Allah membangun untukmu rumah di surga." (HR. Baihaqi dari Abi Dzar/I'anatut Tholibin, Juz. I. hal. 254).

Telah berkata syeikh Abdus Salaam dalam sebuah sya'irnya:

- "Sholat Dhuha, wahai sahabat! Menjadi kebahagiaan bagi orang yang mengetahui #

Maka segeralah kamu melaksanakannya. ya Allah! Kamu memiliki kebebasan"

-"Didalamnya dari Nabi yang terpilih ada enam keutamaan #

Maka ambil lah olehmu bilangannya yang telah sampai kepada kita dari Abi Dzar." (I'anatut Tholibin, Juz. I. hal. 254)

*"Semoga Allah Selalu Melimpahkan  Taufiq Dan Hidayah-Nya Kepada Kita Semua, Agar Kita Bisa Selalu Melaksanakan Amal-Amal Sholeh Dalam Setiap Waktu Kehidupan Untuk Menggapai Kebahagiaan Dan Limpahan Rahmat-Nya Di Dunia Ini Dan Di Akhirat Kemudian"*


*امين يارب العالمين.*🤲🤲🤲


*والله اعلم بالصواب.*


*اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد*

*اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد*

*اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد*


Semoga Bermanfa'at!

🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏


*Monggo Diseruput ☕ Kopi Dhuhanya* 😃😃😃🙏🙏🙏

Friday, June 3, 2022

🪣 FAEDAH FAEDAH BERSIWAK 🪣,,,,


Dan memiliki banyak manfaatnya, sebagian disampaikan kepada Niveh, tujuh puluh di antaranya menyucikan mulut, memuaskan Tuhan, memutihkan gigi, mempermanis rasa, meluruskan punggung, mengencangkan pembuluh darah, memperlambat uban, memperhalusi alam, berimprov es the wit, melipatgandakan imbalan, menjadikannya mudah untuk menghilangkan, dan menyebutkan kesaksian pada kematian dan umur panjangnya, mewarisi kekayaan, dan memudahkan rezeki Ia menyembuhkan mulut dan menyelesaikan sakit kepala dan semua yang ada di dalamnya hilang Kepala bebas dari bahaya dan lendir, gigi itu alim, yang si ght itu jelas, dan bertambah dalam kebaikan perbuatan, malaikat bersukacita, dan bertepuk tangan untuk cahaya wajah, dan pemakamannya jika ia keluar untuk berdoa, dan memberikan buku dengan tangan kanannya, sepatu pergi, dan keinginan untuk uang dan anak-anak, dan manusia dikurangi dalam kuburnya, dan raja kematian, kedamaian di alaihi wasallam, datang ketika ia menangkap jiwanya dalam gambar yang baik

Pemaparan-nya, adapun faedah bersiwak (menggosok gigi) sangatlah banyak antara lain ialah sebagai berikut ini :
1. Membersihkan mulut.
2. Di ridhai oleh Allah Swt.
3. Memutihkan gigi.
4. Menyegarkan bau mulut.
5. Meratakan punggung.
6. Menguatkan gusi.
7. Memperlambat penuaan.
8. Membersihkan perangai.
9. Menambah kecerdasan.
10. Melipat gandakan pahala ibadah.
11. Mempermudah sakarat maut.
12. Mengingatkan akan syahadat saat ajal tiba.
Dan bersiwak (menggosok gigi) secara rutin berfaedah luar biasa, diantaranya:
1. Mendatangkan kelapangan dan kekayaan.
2. Memperlancar rizki.
3. Membuat nyaman mulut.
4. Meminimalisir sakit kepala.
5. Menghilangkan segala kotoran dan lendir yang ada di kepala.
6. Menguatkan gigi.
7. Mempertajam penglihatan.
8. Menambah pahala kebaikan.
9. Menggembirakan malaikat, ia sambut orang yang menjalani shalat dengan bersiwak dengan cahaya pada mukanya dan ia sertai saat keluar dari shalatnya.
10. Menyebabkan menerima buku catatan amal saat di akhirat kelak dengan tangan kanan.
11. Menghilangkan penyakit kusta (penyakit BUDO'K kalau istilah bahasa Aceh)
12. Membuat harta berkembang.
13. Mempebanyak keturunan.
14. Menjadi penghibur saat dalam kuburnya kelak.
15. Membuat rupa malaikat maut saat ajalnya tiba dengan rupa yang baik. Wallahu 'alam
Referensi dari kitab,
Subsidi siswa 2019/2020 {Haramain}
💖
Mohon dikoreksi apabila terdapat kekeliruan dan kesalahan
💖

Thursday, June 2, 2022

KOLEKSI KITAB REFERENSI AHLI SUNNAH WAL JAMA'AH

 Bagi yang ingin menambah koleksi kitab, buku dan referensi Islam Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah. Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama mempersembahkan KMNU E-Library yang bebas diakses oleh siapapun:


Aswaja

https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCNmZ4d08ybHgyd1U


E-Book NU

https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCR08tNHNzZlA5Y0k


Kitab-Kitab Nusantara

https://drive.google.com/open?id=0B49krkb9SjaCeUVvYV9IX1RiOG8


Kitab-Kitab Fikih

https://drive.google.com/drive/folders/0B49krkb9SjaCUWhvQnByMVRPSzA


Kitab-Kitab Tafsir

https://drive.google.com/drive/folders/0B49krkb9SjaCUUM1RjhwdXl3MXM


Kitab-Kitab Hadits

https://drive.google.com/drive/folders/0B49krkb9SjaCOS1tRmNmclR5bE0


Kitab-Kitab Nahwu Shorof

https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCZlRBN3VpeFg2YWc


Kitab-Kitab Tarikh

https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCcjJ6ejdsQ3pYRXM


Kitab-Kitab Maulid ar-Rasul

https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCTmpjZEpFYUxmWFE


Kitab-Kitab Tashowwuf

https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCdzQyMm5iVWNRdVk


Kitab-Kitab Tauhid

https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCdERKYW9nUk9HWlE


Nadzoman

https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCSllfY1NNeGtfWlE


Kitab-Kitab Karya Imam Ghozali

https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCQURIUzY3WDdlcEE


Kitab-Kitab Karya Abuya Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki

https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCbUNqd3hJdHNRUjQ




Mohon bantuannya membagikan pesan ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi diri kita dan orang-orang yang membutuhkan nya  selamat mutalaah / membaca semoga jadi pahala ..

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes