BREAKING NEWS

Watsapp

Saturday, June 22, 2024

SHOLAT JANAZAH PART 12

BAROKAH NGAJI KIYAI SHOLIHIN

TERJEMAH FATHUL MU'IN

SHOLAT JANAZAH 

PART 12



(وَ) تَصِحُّ عَلَى حَاضِرٍ (مَدْفُوْنٍ) وَ لَوْ بَعْدَ بَلَائِهِ (غَيْرَ نَبِيٍّ) فَلَا تَصِحُّ عَلَى قَبْرِ نَبِيٍّ، لِخَبَرِ الشَّيْخَيْنِ.

Sah menshalati mayat yang hadir dan sudah dikubur 📚– walaupun sudah lebuh/hancur✅ - selain Nabi. Karena itu, tidaklah sah shalat Jenazah atas Nabi yang sudah berada dalam maqāmnya, berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari-Muslim📝. 

------------------

📚

أي بشرط أن لا يتقدم المصلي على القبر - كما مر -.

Dengan syarat orang yang sholat tidak didepan ( sebelah barat ) kubur. Seperti keterangan yg telah dijelaskan.


 ۞ قال ع ش: ويسقط بها الفرض على المعتمد.

Ali Asy-Syabromallisi. Nama lengkapnya Nuruddin Abu Adh-Dhiya’ Ali bin Ali Asy-Syabromallisi (w. 1087 H). Berkata : Sholat janazah diatas kubur bisa menggugurkan fardlu kifayah menurut pendapat yg mu,tamad.


وظاهر إطلاقهم أنه لا فرق بين المنبوشة وغيرها، وهو في المنبوشة مشكل، للعلم بنجاسة ما تحت الميت.

"Dan tampak dari mereka memuthlakjan / membebaskan bahwa tidak ada perbedaan antara kuburan yang telah digali dan yang belum digali, padahal dalam hal kuburan yang telah digali itu bermasalah, karena diketahui adanya najis di bawah mayat."


 ۞ وذكر ق ل خلافه، حيث قال: نعم، لا يضر اتصال نجاسة به في القبر، لأنه كانفجاره، وهو لا يمنع صحة الصلاة عليه.

"Dan Imam Qalyubi menyebutkan kebalikannya, di mana ia berkata: Ya, tidak masalah jika najis menyentuhnya di dalam kubur, karena itu seperti ledakannya, dan hal tersebut tidak menghalangi sahnya shalat di atasnya."


 غاية للصحة، وهي للرد على القائل بأنه يشترط بقاء شئ من الميت.

 "Tujuan untuk sahnya sholat, dan ini sebagai jawaban bagi yang mengatakan bahwa disyaratkan utuhnya / tersisanya jasad dari yang mati."


📝

أي لخبر: لعن الله اليهود والنصارى، اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد.أي بصلاتهم إليها.

Allah melaknat orang - orang yahudi dan nasrani yg telah menjadikan kuburan nabi mereka sebagai masjid.

Tempat sholat mereka.


وتقدم - في مبحث مكروهات الصلاة - أن الصلاة لقبر نبي محرمة، لكن بقصد التبرك أو الإعظام لذلك القبر.

Telah dijelaskan dalam bab tentang makruh-makruh shalat bahwa shalat menghadap kuburan Nabi adalah haram jika dengan maksud untuk mengambil berkah atau mengagungkan kuburan tersebut.


فلو لم يقصد ذلك، بل وافق في صلاته أن أمامه قبر نبي - كمن يصلي خلف قبر النبي - صلى الله عليه وسلم - من الأغاوات وغيرهم - فلا حرمة ولا كراهة.

Namun, jika tidak ada maksud demikian, melainkan kebetulan saja dalam shalatnya terdapat kuburan Nabi di depannya - seperti orang yang shalat di belakang kuburan Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- seperti para penjaga makam dan lainnya - maka tidak ada keharaman atau kemakruhan.


📗Ianah Tholibin juz 2 hal 133

Nurul Ilmi.

-------------------


 (مِنْ أَهْلِ فَرْضِهَا وَقْتَ مَوْتِهِ) فَلَا تَصِحُّ مِنْ كَافِرٍ وَ حَائِضٍ يَوْمَئِذٍ، كَمَنْ بَلَغَ أَوْ أَفَاقَ بَعْدَ الْمَوْتِ، وَ لَوْ قَبْلَ الْغُسْلِ، كَمَا اقْتَضَاهُ كَلَامُ الشَّيْخَيْنِ.

(Sah sholat terhadap mayit yg ghoib dan hadir walaupun sudah dikubur seperti ini) , jika dilakukan oleh orang-orang yang memenuhi syarat untuk melakukan fardhu tersebut, di waktu kematian mayat📒. Karena itu, shalat tidak sah dilakukan oleh orang KAFIR dan orang yang HAID di saat KEMATIAN MAYAT tesebut📗, sebagaimana halnya dengan anak yang BARU BALIGH ✅atau orang yang baru SEMBUH setelah kematian mayat, sekalipun belum dimandikan. (47) Demikianlah yang sesuai dengan perkataan (Syaikhain = dua Imām, yaitu: ) Imām Rāfi‘ī – Nawawī.

-----------

📒

أي تصح الصلاة على الميت الغائب وعلى الحاضر المدفون، إن كان من يريد الصلاة من أهل أداء فرضها وقت الموت بأن يكون حينئذ مسلما مكلفا طاهرا، لأنه يؤدي فرضا خوطب به.

Artinya, sah shalat jenazah untuk mayit yang tidak hadir (gaib) dan yang sudah dimakamkan, jika orang yang akan melaksanakan shalat tersebut adalah orang yang wajib melaksanakan shalat jenazah pada saat kematian mayit tersebut, yaitu pada saat itu ia adalah seorang Muslim ( tidak murtad /kafir ), mukallaf( tidak anak mumaziz ), dan suci ( tidak haid), karena ia akan melaksanakan kewajiban yang diperintahkan kepadanya.


📗

فلا تصح صلاة من كان كافرا عند الموت ثم أسلم بعده، أو كانت حائضا عند الموت ثم طهرت بعده.

Maka tidak sah shalat jenazah dari orang yang ketika kematian mayit tersebut dalam keadaan kafir lalu masuk Islam setelahnya, atau dari perempuan yang ketika kematian mayit tersebut sedang haid lalu suci setelahnya.


أي كما لا تصح ممن كان صغيرا عند الموت ثم بلغ بعده، أو كان مجنونا عنده ثم أفاق من جنونه بعده.

Artinya, sebagaimana tidak sah shalat jenazah dari orang yang ketika kematian mayit tersebut masih kecil lalu baligh setelahnya, atau dari orang yang ketika kematian mayit tersebut sedang gila lalu sembuh dari gilanya setelahnya.


(وقوله: ولو قبل الغسل) غاية لعدم صحتها ممن أبلغ أو أفاق بعد الموت.

(Dan ucapannya: "Walaupun sebelum dimandikan") merupakan penjelasan tentang tidak sahnya shalat jenazah dari orang yang baligh atau sembuh dari gila setelah kematian.


أي لا تصح الصلاة ممن ذكر، ولو كان البلوغ أو الإفاقة قبل غسل الميت.

Artinya, tidak sah shalat jenazah dari orang-orang yang disebutkan tersebut, meskipun baligh atau sembuh dari gilanya sebelum jenazah dimandikan.


47). 

ضعيف والمعتمد أنه تصح الصلاة في هذه الحالة.


Ini adalah pendapat yang dha‘if, sedang yang mu‘tamad adalah sah.


 I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 134

Nurul ilmi

--------------


MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI

SEMOGA BERMANFAAT

Share this:

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes