BAROKAH NGAJI KIYAI SHOLIHIN
TERJEMAH FATHUL MUIN
SHIFAT SHOLAT
𝕡𝕒𝕣𝕥 2⃣
(وَ سُنَّ) فِي النِّيَّةِ (إِضَافَةٌ إِلَى اللهِ) (تَعَالَى)، خُرُوْجًا مِنْ خِلَافِ مَنْ أَوْجَبَهَا، وَ لِيَتَحَقَّقَ مَعْنَى الْإِخْلَاصِ.
(Disunnahkan) di dalam niat (untuk menyandarkan lafazh Allah ta‘ālā)📝, (77) karena keluar dari perselisihan ‘ulamā’ yang mewajibkannya dan sekaligus sebagai ungkapan bentuk nyata makna keikhlasan.📚
----------------
📝أي يسن أن يسند ما نواه إلى الله تعالى، أي يلاحظ ذلك.
Artinya, disunnahkan untuk mengaitkan niatnya kepada Allah Ta'ala, yaitu memperhatikan hal tersebut.
وإنما لم تجب الإضافة لأنها في الواقع لا تكون إلا لله تعالى.
Namun, kaitan ini tidak diwajibkan karena pada hakikatnya niat itu memang hanya ditujukan kepada Allah Ta'ala.
📚ومراتبه ثلاث:
عليا، وهي أن يعمل لله وحده امتثالا لأمره وقياما بحق عبوديته.
Dan tingkatan-tingkatannya IKHLAS ada tiga:
1⃣ **Tingkatan tertinggi**, yaitu seseorang beramal hanya untuk Allah semata, semata-mata untuk menaati perintah-Nya dan menunaikan hak penghambaan kepada-Nya.
ووسطى، وهي أن يعمل لثواب الآخرة.
2⃣ **Tingkatan pertengahan**, yaitu seseorang beramal dengan tujuan untuk memperoleh pahala di akhirat.
ودنيا، وهي أن يعمل للإكرام في الدنيا والسلامة من آفاتها.
3⃣ **Tingkatan terendah**, yaitu seseorang beramal dengan tujuan untuk mendapatkan penghormatan di dunia dan keselamatan dari bencana-bencananya.
وما عدا ذلك رياء وإن تفاوتت أفراده
Adapun selain dari itu adalah riya', meskipun tingkatannya berbeda-beda.
👈قال الغزالي: وعلامة الإخلاص أن يكون الخاطر يألف العمل في الخلوة كما يألفه في الملأ،
Imam Al-Ghazali berkata: "Tanda keikhlasan adalah ketika pikiran / gagasan / krentek cenderung melakukan amal di tempat tersembunyi sebagaimana ia ( yang punya gagasan ) melakukannya di hadapan banyak orang,
ولا يكون حضور الغير هو السبب في حضور الخاطر، كما لا يكون حضور البهيمة سببا في ذلك.
Dan kehadiran orang lain bukanlah alasan / sebab munculnya dorongan / gagasan untuk beramal, sebagaimana kehadiran seekor hewan bukanlah alasan untuk beramal .
فما دام يفرق في أحواله بين مشاهدة إنسان ومشاهدة بهيمة فهو خارج عن صفوة الإخلاص،
مدنس الباطن بالشرك الخفي من الرياء.
Selama seseorang masih membedakan dalam perbuatanya antara kehadliran manusia dan kehadliran hewan, maka ia masih belum mencapai ( keluar ) dari puncak keikhlasan,
Dan hatinya masih tercemar oleh syirik tersembunyi berupa riya.
وهذا الشرك أخفى في قلب ابن آدم من دبيب النملة السوداء في الليلة الظلماء على الصخرة الصماء.
Syirik Riyak ini lebih tersembunyi dalam hati manusia daripada gerakan semut hitam di malam yang gelap gulita di atas batu yang keras."
وقد ورد في الإخلاص آيات كثيرة وأحاديث شهيرة، فمن الآيات قوله تعالى: * (وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين)
Dalam pembahasan mengenai keikhlasan, terdapat banyak ayat Al-Qur'an dan hadis yang membahas tentangnya. Di antara ayat-ayat tersebut adalah firman Allah Ta'ala: *(Dan mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas kepada-Nya dalam menjalankan agama).*
* ومن الأحاديث ما رواه الدارقطني: أخلصوا أعمالكم لله فإن الله لا يقبل إلا ما خلص له.
Dan di antara hadis-hadisnya adalah yang diriwayatkan oleh Ad-Daraqutni: *"Ikhlaskanlah amal-amal kalian hanya untuk Allah, karena sesungguhnya Allah tidak menerima kecuali amal yang murni untuk-Nya."*
IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 129
NURUL ILMI
---------------
(وَ تَعَرُّضٌ لِأَدَاءٍ أَوْ قَضَاءٍ) وَ لَا يَجِبُ وَ إِنْ كَانَ عَلَيْهِ فَائِتَةٌ مُمَاثِلَةٌ لِلْمُؤَدَّاةِ، خِلَافًا لِمَا اعْتَمَدَهُ الْأَذْرَعِيُّ.
(Menyebutkan 💻lafazh ‘adā’ ataupun qadhā’), hukumnya tidak wajib walaupun baginya memiliki shalat yang telah terlewat waktunya yang menyamai dengan shalat yang dikerjakan, berbeda dengan pendapat yang menjadi pedoman Imām Adzra‘ī.📒
----------------
💻أي وسن تعرض لذلك، ولو في النفل، لتمتاز عن غيرها.
Disunnahkan Menyebutkan lafazh ‘adā’ ataupun qadhā’ walaupun dalam sholat sunnah, supaya berbeda dari lainya.
📒أي من وجوب التعرض إذا كان عليه فائتة مماثلة للمؤداة، لأجل التميز.
Dari Wajibnya menyatakan ADAAN ATAU QODLOAN adalah apabila seseorang mempunyai sholat QODLO yang serupa dengan shalat yang sedang dilakukan, agar dapat dibedakan antara ADAAN dan QODLO.
IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 129
NURUL ILMI
-----------------
وَ الْأَصَحُّ صِحَّةُ الْأَدَاءِ بِنِيَّةِ الْقَضَاءِ، وَ عَكْسُهُ إِنْ عُذِرَ بِنَحْوِ غَيْمٍ، وَ إِلَّا بَطُلَتْ قَطْعًا لِتَلَاعُبِهِ،
Menurut pendapat yang ashaḥ shalat yang sedang dikerjakan sah diniati dengan qadha’,🔷 begitu pula sebaliknya📌, jika ada ‘udzur semacam mendung📗, dan bila tidak ada ‘udzur, maka shalat batal secara mutlak sebab mempermainkan shalat.
----------------
🔷كأن قال: نويت أصلي فرض الظهر قضاء، ظانا خروج الوقت مثلا فتبين بعد الصلاة بقاؤه، فتصح صلاته وتقع أداء.
*"Misalnya seseorang berkata: 'Saya berniat untuk shalat dzuhur qadha,' dengan mengira waktu telah habis, kemudian setelah shalat ternyata waktunya masih ada, maka shalatnya sah dan dianggap sebagai shalat pada waktunya / ADAAN."*
📌(قوله: وعكسه) وهو صحة القضاء بنية الأداء، كأن قال: أصلي فرض الظهر أداء، ظانا بقاء الوقت فتبين خروجه، فتصح صلاته وتقع قضاء.
*(Perkataan Mushonef : 'dan sebaliknya') yaitu sahnya shalat qadha dengan niat shalat pada waktunya / Ada, An, seperti seseorang berkata: 'Saya shalat dzuhur sebagai shalat Ada An dengan mengira waktunya masih ada, kemudian ternyata waktu telah habis, maka shalatnya sah dan dianggap sebagai shalat qadha."**
*
📗كأن ظن خروج وقتها فنواها قضاء فتبين بقاؤه، أو ظن بقاءه فنواها أداء فتبين خروجه، فعلى كل تصح الصلاة.
*"Seperti jika seseorang mengira waktu shalat telah habis, lalu ia meniatkan shalat tersebut sebagai qadha, kemudian ternyata waktunya masih ada, atau ia mengira waktunya masih ada lalu meniatkannya sebagai shalat pada waktunya / ada an, kemudian ternyata waktunya telah habis, maka dalam kedua keadaan tersebut shalatnya tetap sah.*
ومثله ما إذا قصد المعنى اللغوي، إذ كل يطلق على الآخر لغة، تقول: قضيت الدين وأديته، بمعنى واحد.
*Demikian pula halnya jika seseorang berniat berdasarkan makna bahasa, karena dalam bahasa, kedua istilah tersebut dapat saling menggantikan. Misalnya, kamu bisa mengatakan: 'Saya telah melunasi dan menyelesaikan hutang,' dengan makna yang sama."*
👈قال في التحفة: وأخذ البارزي من هذا أن من مكث بمحل عشرين سنة يصلي الصبح لظنه دخول وقته ثم بان خطؤه، لم يلزمه إلا قضاء واحدة.
*"Disebutkan dalam kitab *At -Tuhfah* bahwa Al-Barizi mengambil kesimpulan dari hal ini bahwa jika seseorang tinggal di suatu tempat selama dua puluh tahun dan setiap hari dia shalat subuh karena mengira waktu subuh telah masuk, lalu kemudian diketahui bahwa dia salah, maka dia hanya diwajibkan mengganti (qadha) satu shalat saja.*
لأن صلاة كل يوم تقع عما قبله إذ لا يشترط نية القضاء.
Ini karena setiap shalat yang dilakukan setiap hari dianggap menggantikan shalat subuh sebelumnya, karena niat qadha tidak disyaratkan."*
👉KENAPA HANYA SATU SHOLAT YG HARUS DI QODLO?
Karena setiap hari dia sholat shubuh walaupun tak SAH sebagai SHOLAT ADA AN , tapi SAH sebagai sholat QODLO dari sholat sebelumnya.
Karena dalam sholat qodlo tidak diwajibkan mengatakan QODLO AN.
☝
IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 129
NURUL ILMI
----------------
(وَ) تَعَرُّضٌ (لِاسْتِقْبَالٍ وَ عَدَدِ رَكَعَاتٍ) لِلْخُرُوْجِ مِنْ خِلَافِ مَنْ أَوْجَبَ التَّعَرُّضَ لَهُمَا.
Sunnah pula menyebutkan (menghadap qiblat dan jumlah raka‘at), untuk keluar dari perbedaan✅ ‘ulamā’ yang mewajibkan penyebutan dua hal tersebut .
------------------
✅أي ولتمتاز عن غيرها بالنسبة لعدد الركعات.
"Dan supaya berbeda shalat ini dari sholat yang lainnya dengan jumlah rakaatnya.
فإن عين عددا أو أخطأ فيه عمدا بطلت لأنه نوى غير الواقع.
Jika ia menetapkan jumlah Rokaat tertentu atau salah dalam menentukan jumlah rokaat dengan sengaja, maka shalatnya batal karena ia meniatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataannya."
IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 130
NURUL ILMI
----------------
(وَ) سُنّ (نُطْقٌ بِمَنَوِيٍّ) قَبْلَ التَّكْبِيْرِ، لِيُسَاعِدَ اللِّسَانُ الْقَلْبَ، وَ خُرُوْجًا مِنْ خِلَافِ مَنْ أَوْجَبَهُ.
(mengucapkan hal yang diniatkan)👇 sebelum takbīr supaya lidah membantu terhadap hati💖, dan untuk keluar dari perselisihan ‘ulamā’ yang mewajibkannya.
-----------------
👇أي ولا يجب، فلو نوى الظهر بقلبه وجرى على لسانه العصر لم يضر، إذ العبرة بما في القلب.
"Dan tidak wajib (mengucapkan niat secara lisan), jadi jika seseorang berniat di dalam hati untuk shalat Dzuhur dan diucapkannya di lisan 'Ashar', itu tidak masalah, karena yang diperhitungkan adalah apa yang ada di dalam hati."
💖أي ولأنه أبعد من الوسواس.
"Dan karena hal itu lebih jauh dari keraguan."
وقوله: وخروجا من خلاف من أوجبه أي النطق بالمنوي.
"Dan kalimat 'keluar dari
perselisihan orang yang mewajibkan mengucapkan niat."
IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 130
NURUL ILMI
----------------
وَ لَوْ شَكَّ: هَلْ أَتَى بِكَمَالِ النَّيَّةِ أَوْ لَا؟ أَوْ هَلْ نَوَى ظُهْرًا أَوْ عَصْرًا؟ فَإِنْ ذَكَرَ بَعْدَ طُوْلِ زَمَانٍ، أَوْ بَعْدَ إِتْيَانِهِ بِرُكْنٍ وَ لَوْ قَوْلِيًا كَالْقِرَاءَةِ بَطَلَتْ صَلَاتُهُ، أَوْ قَبْلَهُما فَلَا.
Jika seorang yang shalat ragu, apakah telah berniat shalat Zhuhur atau ‘Ashar?, maka jika ia ingat setelah waktu yang lama atau setelah mengerjakan satu rukun – walaupun rukun qauli seperti membaca surat al-Fātiḥah – maka shalatnya batal. Atau ingat sebelum kedua hal tersebut, maka tidaklah batal.
{ Dalam hal keraguan niyat akan dijelaskan di bab hal hal yg membatalkan sholat }
MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI
SEMOGA BERMANFAAT
Post a Comment