Pertemuan ke 1 tentang pemahaman makna Q.S. Al-Hujurāt/49 : 13 Tentang Toleransi Dan Menghargai Perbedaan.
Dalam surat Al hujrat ayat 13 tersebut mengandung perintah untuk bertoleransi dan juga menghargai perbedaan sebab perbedaan itu adalah ketetapan Allah SWT bukan manusia atau makhluk lainnya. Oleh sebab itu beriman kepada Allah sudah tentu harus mengimani ketetapan-Nya termasuk penciptaan manusia yang berbeda beda.
Toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh. Secara bahasa toleransi berarti tenggang rasa. Secara istilah, toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan antar sesama manusia. Allah Swt. menciptakan manusia berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut bisa menjadi kekuatan jika dipandang secara positif. Sebaliknya, perbedaan bisa memicu konflik jika dipandang secara negatif. Sebagai gambaran Jika kita memperhatikan salah satu unsur bangunan, misalnya tembok, maka tembok itu terdiri dari beberapa bagian: batu bata, besi, semen, dan pasir. Jika masing-masing bagian itu berdiri sendiri tanpa ada persatuan dan keterkaitan maka tidak akan mempunyai kekuatan. Setelah bagian-bagian itu dipersatukan, dicampur dengan air, dan disusun rapi, maka ia menjadi satu bangunan yang kokoh. Ini semua menggambarkan bahwa perbedaan merupakan sumber kekuatan apabila bersatu dan bekerja sama.
Oleh karena itu Islam mengajarkan untuk menghargai dan menghormati perbedaan. Apabila umat Islam tidak bersatu, maka kekuatan Islam akan lemah dan mudah goyah. Hal ini akan semakin parah jika umat Islam bersikap intoleransi, saling bermusuhan, dan saling bertengkar. Toleransi dalam Islam mencakup dua hal yaitu toleransi antar sesama muslim dan toleransi kepada nonmuslim. Toleransi antar sesama muslim berarti menghargai dan menghormati perbedaan pendapat yang ada dalam ajaran agama Islam. Misalnya, perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaat shalat tarawih. Sebagian umat Islam melaksanakan salat tarawih delapan rakaat ditambah tiga rakaat shalat witir, sebagian yang lain melaksanakan dua puluh rakaat ditambah tiga rakaat shalat witir. Kedua pendapat ini harus dihargai dan dihormati karena masing-masing memiliki dasar masing- masing.
Perbedaan-perbedaan dalam tubuh agama Islam masih bisa ditoleransi apabila terjadi dalam masalah furu’iyah (cabang), seperti jumlah rakaat tarawih, doa qunut, dan lain-lain. Namun, kita tidak boleh toleransi dalam masalah ushul (pokok) dalam Islam, misalnya kitab suci al-Qur’ān, kiblat, dan Nabi. Ada orang mengaku Islam tetapi kiblat shalatnya bukan di Ka’bah, kitab sucinya bukan Q.S. Al-Kafirun, nabinya bukan Muhammad saw. Maka kita harus menolak keras pendapat seperti ini, namun tidak boleh berbuat anarkis atau menghakimi sendiri dengan tindakan kekerasan.
Adapun yang dimaksud toleransi kepada nonmuslim yaitu menghargai dan menghormati pemeluk agama lain untuk beribadah sesuai agama dan keyakinannya masing-masing. Rasulullah saw. telah mencontohkan toleransi antar umat beragama, baik ketika beliau di Mekah maupun di Madinah. Suatu ketika orang-orang kafir Mekah menawarkan toleransi kepada Rasulullah saw. Simaklah kisah berikut ini.
Beberapa tokoh kaum kafir di Mekah seperti Aswad bin Abdul Muthalib, Umayyah bin Khalaf, dan Al-Walid bin Al-Mughirah datang menemui Rasulullah saw. menawarkan kompromi dalam hal ibadah. Mereka mengusulkan agar Nabi saw. dan umat Islam mengikuti agama mereka dan mereka pun akan mengikuti agama Islam. Mereka berkata:”Wahai Muhammad, bagaimana jika kami menyembah Tuhanmu selama setahun dan kamu juga menyembah Tuhan kami selama setahun. Jika agamamu benar kami mendapat keuntungan, dan jika agama kami yang benar, kamu juga tentu memperoleh keuntungan.” Rasulullah saw. dengan tegas menjawab:”Aku berlindung kepada Allah agar tidak tergolong orang-orang bersikap dan berperilaku syirik atau menyekutukan Allah.” Untuk mempertegas penolakan Rasulullah saw. tersebut, Allah Swt. menurunkan surat Q.S. Al-Kafirun. Setelah Rasulullah saw. menerima wahyu surat Q.S. Al-Kafirun, beliau mendatangi tokoh-tokoh kafir Mekah. Di tengah- tengah kerumunan orang-orang kafir yang sedang berkumpul di Masjidil Haram, Rasulullah saw. membacakan Q.S. Al-Kafirun ayat 1- 6 dengan mantap dan lantang. Terjemah Q.S. Al-Kafirun adalah sebagai berikut:
(1) Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir!
(2) aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
(3) dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,
(4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
(5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.
(6) Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”
Manusia dilarang keras merendahkan orang lain dan merasa dirinya paling unggul dibandingkan yang lain. Larangan ini jelas tertulis dalam Surat Al Hujurat ayat 13. Surat Al Hujurat merupakan surat ke-49 yang terdiri dari 18 ayat serta tergolong surat Madaniyah. Arti Al Hujurat sendiri adalah kamar-kamar, maksudnya adalah kamar-kamar tempat kediaman Rasulullah SAW dengan istri-istri beliau.
Secara khusus, ayat 13 dari Surat Al Hujurat juga menegaskan bahwa manusia diciptakan untuk saling mengenal. Laki-laki maupun perempuan tidak bisa hidup sendirian karena membutuhkan bantuan orang lain.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Tafsir Al Hujurat Ayat 13.
Menjelaskan tafsir As-Sa’di karangan Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, melalui surat ini Allah SWT memberitahukan bahwa tujuan penciptaan Adam dan Hawa untuk mewariskan keturunan yang tersebar di muka bumi ini.
Kemudian Allah SWT menyebarkan laki-laki dan perempuan dalam jumlah yang banyak serta menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Tujuan mereka membentuk suku bangsa atau kelompok tertentu agar saling mengenal. Dengan mengenal satu sama lain, mereka bisa saling tolong-menolong, bantu-membantu, dan saling memenuhi hak-hak kerabat sekitar mereka.
Ayat ini secara gamblang juga menjelaskan bahwa manusia di mata Allah SWT adalah sama dan setara. Tidak dibenarkan jika ada yang saling merendahkan satu sama lain. Yang mampu membedakan manusia satu dengan manusia lainnya hanyalah derajat ketakwaannya.
Dapat disimpulkan melalui Surat Al Hujurat ayat 13, Allah SWT secara tegas melarang segala bentuk tindakan kebencian kepada sesama manusia dengan mengatasnamakan suku, ras, agama, dan lain sebagainya.
Pentingnya kesadaran dan meningkatkan rasa toleransi terhadap sesama perlu diwujudkan agar manusia tidak semena-mena melakukan tindakan diskriminasi, rasisme, atau tindakan sejenis lainnya. Selain Islam melarangnya, tindakan ini justru akan memecah belah bangsa dan menimbulkan kekacauan.
Dari kisah di atas kita dapat memahami bahwa toleransi hanya terbatas pada masalah-masalah keduniaan saja, tidak boleh ada toleransi dalam bidang akidah dan ibadah.