BREAKING NEWS

Watsapp

Saturday, March 19, 2022

 🕋 *MUTIARA DOA DIHARI KE 16 BULAN SYA'BAN* 🕋


السلام عليكم ورحمةالله وبركاته

Alhamdulillah hari ini kita telah memasuki hari ke 16 di bulan Syaban 1443 H. 

Pada sepertiga malam ini  saya mengajak saudaraku  untuk  mendirikan shalat , membuka pintu langit , memohon kepada *الله* . 

اللهم إن هذا المرض جند من جنودك

Ya *الله* penyakit ini (Omicron) adalah tentara di antara tentara-Mu.

تصيب به من تشآء و تصرفه عن من تشآء

Engkau palingkan penyakit ini kepada siapa yang Engkau kehendaki.

اللهم فاصرفه عنا و عن بيوتنا

Ya *الله* jauhkanlah (penyakit) ini dari kami dan dari rumah-rumah kami.

و عن اهلنا و ازواجنا و ذرارينا

Dan dari keluarga kami, dan istri-istri kami, dan anak cucu kami.

و بلادنا و بلاد المسلمين

Dan  negara kami, dan negara kaum muslimin.

و احفظنا مما نخافه و نحذر

Dan jagalah kami dari yang kami takuti, dan apa yang kami waspadai.

فانت خير حافظا

Dan Engkau lah sebaik-baiknya penjaga.

و انت ارحم الراحمين

Dan Engkau adalah Maha Penyayang dari semua penyayang.

Aamiin ..

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

PTS PAI SEMESTER GENAP KELAS 7

Friday, March 18, 2022

Nisfu Sya'ban malam ditaqdirkanya Dalam Satu Tahun

 *Secangkir ☕Kopi Dhuha*


Kamis, 17 Maret 2022 M/ 14 Sya'ban 1443 H.


Oleh 

*"Malam Nishfu Sya'ban Malam Di Tetapkannya Taqdir Dalam Satu Tahun"*

*(Mari Memanjatkan Do'a Di Malam Nishfu Sya'ban)*

Malam Jum'at ini kita akan memasuki malam Nishfu Sya'ban, yaitu malam tanggal 15 bulan Sya'ban. 

Malam Nishfu Sya'ban adalah malam yang agung, malam yang penuh keberkahan dan  malam yang mulia. Di malam ini Allah menampakkan terhadap makhluk-makhluk-Nya akan keumuman ampunan-Nya dan liputan rahmat-Nya. Maka Allah mengampuni orang-orang yang memohon ampunan-Nya, mengasihi orang-orang yang memohon belas kasih-Nya, mengabulkan do'a orang-orang yang meminta kepada-Nya dan menghilangkan kesusahan orang-orang yang sedang mengalami kesusahan dan Allah membebaskan sekelompok orang dari neraka dan Allah menetapkan di malam ini rizqi-rizqi dan amal-amal perbuatan. (Dikutip dari kitab; Madza Fi Sya'ban, hal. 66).

Menurut pendapat 'ulama, malam Nishfu Sya'ban di namai juga dengan nama *_Lailatul Qismah,_* yang berarti malam pembagian rizki-rizki dan taqdir.  Karena pada malam ini Allah menetapkan dari urusan-Nya yang mulia dan sangat penting. (Dikutip dari kitab; Madza Fi Sya'ban, hal. 72.

Pendapat yang menyatakan _malam Nishfu Sya'ban_ adalah malam ditetapkannya taqdir dalam satu tahun, adalah pendapat 'Ikrimah dan sekelompok 'ulama. Sedangkan menurut mayoritas 'ulama, penetapan taqdir  terjadi pada _Lailatul Qadr._ (Murohul Labid Tafsir An-Nawawi. Juz. II. hal. 281).

Menurut satu pendapat (qiil), penyalinan taqdir untuk satu tahun yang akan datang tersebut dari Lauhil Mahfudz dimulai pada malam Nishfu Sya'ban dan kemudian diserahkan kepada para Malaikat yang mengurusnya pada malam Lailatul Qadr. (Hasyiyah As-Showie 'ala Tafsir Jalain. Juz. IV. hal. 60 dan 336-337).

Malam Nishfu Sya'ban juga dinamakan *_Lailatul Ijabah,_* yang berarti malam dikabulkannya do'a. (Dikutip dari kitab; Madza Fi Sya'ban, hal. 73)

 Telah berkata imam Syafi'i: "Telah sampai kepada kami bahwasanya do'a akan dikabulkan pada lima (5) malam, yaitu: Pada malam pertama bulan Rajab, malam *Nishfu Sya'ban,* dua malam hari raya dan malam Jum'at." (Faidhul Qodir. Juz. 6. hal. 50/Maktabah Syamilah)

*Mari Kita Panjatkan Do'a Di Malam Nishfu Sya'ban Ini*

*Sahabat-Sahabat*

*رحمكم الله*

Salah satu do'a yang dibaca oleh sayidina 'Umar bin Khotob sambil melakukan thowaf di Baitullah dan sambil menangis, iyalah:

"Ya Allah! Apabila Engkau telah tetapkan atasku sebagai orang yang celaka atau berdosa maka hapuskanlah. Sesungguhnya Engkau akan menghapus apa-apa yang Engkau Kehendaki dan Engkau menetapkannya dan di sisi-Mu lah induk nya kitab (Ummul Kitab), maka jadikanlah atasku kebahagiaan dan ampunan." 

Dan sahabat Ibnu Mas'ud juga berdo'a dengan do'a yang sama seperti ini. (Tafsir Ibnu Katsir. Juz. II. hal. 989)

Dalam sebuah hadits dijelaskan:

"Do'a dapat menolak ketetapan (qodho) Allah ..." (HR. Hakim dari Tsauban)

*"Mari Kita Perbanyak Beribadah Dan Berdo'a Di Malam Nishfu Sya'ban Yang Agung Dan   Mulia Ini, Agar Kita Bisa Memperoleh Limpahan Rahmat Allah Dan Keberkahan Serta Ampunan-Nya. Dan Semoga Do'a-Do'a Yang Kita Panjatkan Dikabulkan Oleh Allah سبحانه وتعالى. "*

*امين يارب العالمين*

*والله اعلم بالصواب*


*اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد*

*اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد*

*اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد*


Semoga Bermanfa'at.

🙏🙏🙏

PTS KELAS IX SEMETER GENAP

Wednesday, March 16, 2022

 🕌 *MALAM NISFU SYA'BAN* 🕌 


_jatuh pada_ 

Hari : Kamis Malam Jumat (ba'da Maghrib), 17 Maret 2022.

Malam ke 15 bulan Sya'ban.


🌼 Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassallam bersabda :

"Barangsiapa yang memberitahukan berita datangnya bulan Sya'ban kepada yang lain, maka haram api neraka baginya".


_*Dianjurkan membaca Surah Yasin ( 3x )*_


🏵️Surah Yasin ke 1

"Dibaca untuk memohon panjang umur dan ketaatan serta ketaqwaan dan dapat istiqamah kepada Allah Ta'ala".

🏵️Surah Yasin ke 2

"Dibaca untuk memohon diluaskan rezeqi yang halal & menolak bala".

🏵️Surah Yasin ke 3

"Dibaca untuk memohon ditetapkannya Iman Islam hingga akhir hayat".


Dan juga membaca :

📿 Astaghfirullahal 'Adzim ( 100x )

📿 Tahmid & Takbir ( 100 x )

📿 Shalawat Nabi ( 100x )

dan dzikir dzikir lainnya ..


🕋 Berdo'alah secara khusyu'... Meminta apa yang tersirat dalam hati. Karena malam nisfu Sya'ban adalah malam yang sangat diijabah untuk dikabulkan semua doa" & hajat" yang diinginkan.


📙Para Ulama menyatakan bahwa Malam nisfu Sya'ban juga dinamakan malam pengampunan atau malam Maghfirah .

📙 Imam Al Gozhali RA. mengistilahkan malam nisfu Sya'ban sebagai malam yang penuh dengan Syafaat ( pertolongan ) menurut Beliau.


♥Malam ke 13 bulan Sya'ban Allah Ta'ala memberikan 3 Syafaat kepada hambaNya.

♥Malam ke 14, seluruh Syafaat diberikan secara penuh.

♥Malam ke 15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun.


*_Karena pada malam itu Allah Ta'ala menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi terutama kepada hamba"Nya yang Shaleh._*


🌼 Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ


“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)


*_Allahumma bariklana fi Sya'ban wa balighna Ramadhan_*

*_🌹 Barakallahufikum 🌹_*lakoni ya

Saturday, March 12, 2022

HUKUM WANITA SEDANG HAIDH MEMBACA AL QUR'AN

 


Mengenai hukum wanita haidh membaca al-Qur'an, berikut uraian selengkapnya dari kitab Hasyiyah al-Bujairimi 'ala al-Iqna' karya Sulaiman bin Umar bin Muhammad al-Bujairimi :


( وَ ) الثَّالِثُ ( قِرَاءَةُ ) شَيْءٍ مِنْ ( الْقُرْآنِ ) بِاللَّفْظِ أَوْ بِالْإِشَارَةِ مِنْ الْأَخْرَسِ كَمَا قَالَ الْقَاضِي فِي فَتَاوِيهِ ، فَإِنَّهَا مُنَزَّلَةٌ مَنْزِلَةَ النُّطْقِ هُنَا وَلَوْ بَعْضَ آيَةٍ لِلْإِخْلَالِ بِالتَّعْظِيمِ ، سَوَاءٌ أَقَصَدَ مَعَ ذَلِكَ غَيْرَهَا أَمْ لَا لِحَدِيثِ التِّرْمِذِيِّ وَغَيْرِهِ : { لَا يَقْرَأْ الْجُنُبُ وَلَا الْحَائِضُ شَيْئًا مِنْ الْقُرْآنِ }


الشَّرْحُ قَوْلُهُ : ( وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ ) وَعَنْ مَالِكٍ : يَجُوزُ لَهَا قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ ، وَعَنْ الطَّحَاوِيِّ يُبَاحُ لَهَا مَا دُونَ الْآيَةِ كَمَا نَقَلَهُ فِي شَرْحِ الْكَنْزِ مِنْ كُتُبِ الْحَنَفِيَّةِ


"Keharaman sebab haid yang ketiga adalah membaca sesuatu dari al-Qur’an, dengan diucapkan atau dengan isyarah dari orang bisu, seperti yang dikatakan Qadhi Husein dalam Fatawinya. Mengingat konteks isyarah diletakkan pada konteksnya hukum berucap pada permasalahan ini, meskipun yang dibaca hanyalah sebagian ayat saja dikarenakan hal itu menunjukkan pada unsur penghinaan. Baik bacaan itu diniati bersama dengan niat yang lain ataupun tidak, berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi dan lainnya, “Orang yang sedang junub dan orang yang haid tidak diperbolehkan membaca sesuatu dari al-Qur’an.


Komentar pensyarah: [Membaca al-Qur’an] dari Imam Malik dijelaskan bahwa diperbolehkan bagi perempuan haid membaca al-Qur’an. Dan dari Ath-Thahawi diterangkan bahwa diperbolehkan bagi dia untuk membaca al-Qur’an namun kurang dari satu ayat, seperti yang dia kutipkan dalam Syarah Al-Kanzu dari kitabnya mazhab Hanafi." (Hasyiyah Bujairimi, 3/259-261)


تَنْبِيهٌ : يَحِلُّ لِمَنْ بِهِ حَدَثٌ أَكْبَرُ أَذْكَارُ الْقُرْآنِ وَغَيْرُهَا كَمَوَاعِظِهِ وَأَخْبَارِهِ وَأَحْكَامِهِ لَا بِقَصْدِ الْقُرْآنِ كَقَوْلِهِ عِنْدَ الرُّكُوبِ : { سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ } أَيْ مُطِيقِينَ ، وَعِنْدَ الْمُصِيبَةِ : { إنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إلَيْهِ رَاجِعُونَ } وَمَا جَرَى بِهِ لِسَانُهُ بِلَا قَصْدٍ فَإِنْ قَصَدَ الْقُرْآنَ وَحْدَهُ أَوْ مَعَ الذِّكْرِ حُرِّمَ ، وَإِنْ أَطْلَقَ فَلَا .


كَمَا نَبَّهَ عَلَيْهِ النَّوَوِيُّ فِي دَقَائِقِهِ لِعَدَمِ الْإِخْلَالِ بِحُرْمَتِهِ ؛ لِأَنَّهُ لَا يَكُونُ قُرْآنًا إلَّا بِالْقَصْدِ قَالَهُ النَّوَوِيُّ وَغَيْرُهُ ، وَظَاهِرُهُ أَنَّ ذَلِكَ جَارٍ فِيمَا يُوجَدُ نَظْمُهُ فِي غَيْرِ الْقُرْآنِ كَالْآيَتَيْنِ الْمُتَقَدِّمَتَيْنِ وَالْبَسْمَلَةِ وَالْحَمْدَلَةِ ، وَفِيمَا لَا يُوجَدُ نَظْمُهُ إلَّا فِيهِ كَسُورَةِ الْإِخْلَاصِ وَآيَةِ الْكُرْسِيِّ ، وَهُوَ كَذَلِكَ ، وَإِنْ قَالَ الزَّرْكَشِيّ : لَا شَكَّ فِي تَحْرِيمِ مَا لَا يُوجَدُ نَظْمُهُ فِي غَيْرِ الْقُرْآنِ ، وَتَبِعَهُ عَلَى ذَلِكَ بَعْضُ الْمُتَأَخِّرِينَ كَمَا شَمِلَ ذَلِكَ قَوْلَ الرَّوْضَةِ ، أَمَّا إذَا قَرَأَ شَيْئًا مِنْهُ لَا عَلَى قَصْدِ الْقُرْآنِ فَيَجُوزُ .


الشَّرْحُ


قَوْلُهُ : ( تَنْبِيهٌ إلَخْ ) هَذَا التَّنْبِيهُ بِمَنْزِلَةِ قَوْلِهِ مَحَلُّ حُرْمَةِ الْقِرَاءَةِ إذَا كَانَتْ بِقَصْدِ الْقُرْآنِ أَوْ بِقَصْدِ الْقُرْآنِ وَالذِّكْرِ ، و َإِلَّا فَلَا حُرْمَة .


قَوْلُهُ : ( يَحِلُّ إلَخْ ) كَلَامُهُ فِي الْحَائِضِ وَالنُّفَسَاءِ فَدُخُولُ غَيْرِهِمَا مَعَهُمَا اسْتِطْرَادِيٌّ تَأَمَّلْ ق ل .


قَوْلُهُ : ( كَمَوَاعِظِهِ ) أَيْ مَا فِيهِ تَرْغِيبٌ أَوْ تَرْهِيبٌ .


قَوْلُهُ : ( وَأَخْبَارِهِ ) أَيْ عَنْ الْأُمَمِ السَّابِقَةِ .


قَوْلُهُ : ( وَأَحْكَامِهِ ) أَيْ مَا تَعَلَّقَ بِفِعْلِ الْمُكَلَّف .


قَوْلُهُ : ( وَمَا جَرَى بِهِ لِسَانُهُ بِلَا قَصْدٍ ) بِأَنْ سَبَقَ لِسَانُهُ إلَيْهِ .


قَوْلُهُ : ( وَإِنْ أَطْلَقَ فَلَا ) كَمَا لَا يَحْرُمُ إذَا قَصَدَ الذِّكْرَ فَقَطْ ، فَالصُّوَرُ أَرْبَعَةٌ يَحِلُّ فِي ثِنْتَيْنِ ، وَيَحْرُمُ فِي ثِنْتَيْنِ وَأَمَّا لَوْ قَصَدَ وَاحِدًا لَا بِعَيْنِهِ فَفِيهِ خِلَافٌ ، وَالْمُعْتَمَدُ الْحُرْمَةُ ؛ لِأَنَّ الْوَاحِدَ الدَّائِرَ صَادِقٌ بِالْقُرْآنِ فَيَحْرُمُ لِصِدْقِهِ بِهِ . قَوْلُهُ : ( لَا يَكُونُ قُرْآنًا إلَخْ ) أَيْ لَا يَكُونُ قُرْآنًا تَحْرُمُ قِرَاءَتُهُ عِنْدَ وُجُودِ الصَّارِفِ إلَّا بِالْقَصْدِ ، وَإِلَّا فَهُوَ قُرْآنٌ مُطْلَقًا ، أَوْ الْمَعْنَى لَا يُعْطَى حُكْمَ الْقُرْآنِ إلَّا بِالْقَصْدِ ، وَمَحَلُّهُ مَا لَمْ يَكُنْ فِي صَلَاةٍ كَأَنْ أَجْنَبَ وَفَقَدَ الطَّهُورَيْنِ وَصَلَّى لِحُرْمَةِ الْوَقْتِ بِلَا طُهْرٍ ، وَقَرَأَ الْفَاتِحَةَ ، فَلَا يُشْتَرَطُ قَصْدُ الْقُرْآنِ ، بَلْ يَكُونُ قُرْآنًا عِنْدَ الْإِطْلَاقِ لِوُجُوبِ الصَّلَاةِ عَلَيْهِ فَلَا صَارِفَ فَاحْفَظْهُ وَاحْذَرْ خِلَافَهُ كَمَا ذَكَرَهُ ابْنُ شَرَفٍ عَلَى التَّحْرِيرِ .


"(Tanbih): Diperbolehkan bagi orang yang mempunyai hadats besar untuk membaca dzikir al-Qur’an dan yang lainnya, seperti mauizhahnya, cerita, dan hukum yang ada di dalam al-Qur’an, dengan tidak diniatkan pada al-Qur’annya. Seperti perkataanya ketika naik kendaraan :


(سبحان الذي سخر لنا هذا و ما كنا له مقرنين)


dan ketika mendapat musibah dia mengucapkan :


(إنا لله و إنا اليه راجعون).


Serta pada apa yang tanpa dikehendaki terucap oleh lisannya. Namun jika dia memaksudkan al-Qur’an saja atau memaksudkan al-Qur’an beserta dzikirnya, maka diharamkan. Kemudian jika dia memutlakkannya maka tidak diharamkan, sesuai dengan peringatan an-Nawawi dalam kitab Daqaiq, sebab tidak ada unsur penghinaan pada kemuliaan al-Qur'an di sini. Memandang bahwasanya al-Qur'an tidak akan diberlakukan hukum al-Qur'an kecuali ketika dengan wujudnya niat.


Secara zahir pendapat tersebut berlaku baik pada ayat yang bisa ditemukan susunan kalimatnya di luar al-Qur'an semisal dua ayat di atas, juga basmalah dan al-fatihah. Serta pada ayat yang tidak akan ditemukan susunan kalimatnya selain di al-Qur'an semisal surat al-Ikhlas dan ayat kursi. Benarlah demikian, meski az-Zarkasyi berpendapat tidak diragukannya keharaman pada ayat yang tidak akan ditemukan susunan kalimatnya selain di al-Qur'an. Pendapat az-Zarkasyi ini dianut oleh sebagian ulama mutaakhirin.


Keterangan an-Nawawi tentang kemutlakan tersebut juga terkandung dalam kitab ar-Raudhah. Sedangkan ketika membaca al-Qur'an itu tidak diniatkan pada membaca al-Qur'annya maka diperbolehkan.


Komentar pensyarah :


[Tanbih dst.] Tanbih ini menempati perkataan mushannif, “Tempat keharaman membaca al-Qur’an adalah ketika dalam pembacaan itu dengan maksud al-Qur’an atau dengan maksud al-Qur’an dan dzikir. Jika tidak memaksudkan dengan itu semua maka tidak diharamkan."


[Diperbolehkan dst.] Pembahasan penulis tentang wanita haidh dan nifas, namun bisa dikonfirmasikan juga pembahasan selain keduanya. Cermatilah. (al-Qulyubi)


[Seperti mauizhah] Yakni perkara tentang anjuran dan ancaman.


[Cerita] Yakni dari kisah umat terdahulu.


[Dan hukum yang ada di dalam al-Qur'an] Yakni perkara yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf.


[Serta pada apa yang tanpa dikehendaki terucap oleh lisannya] Dengan kelepasan bicara.


[Kemudian jika dia memutlakkannya maka tidak diharamkan] Sebagaimana tidak pula diharamkan ketika diniatkan pada dzikirnya saja. Sehingga bisa disimpulkan ada empat situasi pembacaan al-Qur'an di sini. Dua diperbolehkan, dan dua lainnya diharamkan.


Sedangkan ketika dia meniatkan pada salah satunya namun tanpa dijelaskan yang mana maka hukumnya khilaf. Menurut qaul Mu'tamad dihukumi haram. Sebab unsur salah satunya bisa dimungkinkan niat pada al-Qur'annya sehingga diharamkan memandang adanya kemungkinan tersebut. [Al-Qur'an tidak akan diberlakukan hukum al-Qur'an dst.] Yakni ketika muncul qarinah pembeda maka tidak dianggap sebagai al-Qur'an yang haram dibaca kecuali dengan wujudnya niat. Atau bisa juga diartikan tidak diberlakukan hukum al-Qur'an kecuali dengan wujudnya niat. Konteks ini mengesampingkan pada kasus shalat, semisal pada orang junub yang tidak bisa bersuci dengan wudhu dan tayammum, lantas dia shalat li hurmatil waqti, membaca al-Fatihah, maka tidak berlaku persyaratan niat membaca al-Qur'an. Bahkan tetap dianggap sebagai hukum bacaan al-Qur'an ketika dimutlakkan sebab tidak ada qarinah pembeda di sini. Camkanlah dan hati-hati terhadap kesalahpahaman tentang hal itu, sebagaimana dituturkan oleh an-Nawawi dalam kitab at-Tahrir." (Hasyiyah al-Bujairimi, 1/259-264).


Elaborasi tentang khilafiyah Imam Malik dituturkan dalam kitab al-Mausu'ah:


وَذَهَبَ الْمَالِكِيَّةُ إِلَى أَنَّ الْحَائِضَ يَجُوزُ لَهَا قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ فِي حَال اسْتِرْسَال الدَّمِ مُطْلَقًا ، كَانَتْ جُنُبًا أَمْ لاَ ، خَافَتِ النِّسْيَانَ أَمْ لاَ . وَأَمَّا إِذَا انْقَطَعَ حَيْضُهَا ، فَلاَ تَجُوزُ لَهَا الْقِرَاءَةُ حَتَّى تَغْتَسِل جُنُبًا كَانَتْ أَمْ لاَ ، إِلاَّ أَنْ تَخَافَ النِّسْيَانَ .


هَذَا هُوَ الْمُعْتَمَدُ عِنْدَهُمْ ، لأَنَّهَا قَادِرَةٌ عَلَى التَّطَهُّرِ فِي هَذِهِ الْحَالَةِ ، وَهُنَاكَ قَوْلٌ ضَعِيفٌ هُوَ أَنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا انْقَطَعَ حَيْضُهَا جَازَ لَهَا الْقِرَاءَةُ إِنْ لَمْ تَكُنْ جُنُبًا قَبْل الْحَيْضِ . فَإِنْ كَانَتْ جَنْبًا قَبْلَهُ فَلاَ تَجُوزُ لَهَا الْقِرَاءَةُ .


"Kalangan malikiyah berpendapat bahwa wanita haidh diperbolehkan membaca al-Qur'an di masa sedang keluarnya darah haidh secara mutlak, baik disertai junub maupun tidak, entah karena khawatir lupa ataupun tidak. Sedangkan di masa darah haidh sedang berhenti maka tidak diperbolehkan membaca al-Qur'an sampai dia mandi bersuci, baik kondisinya disertai junub maupun tidak, kecuali bila khawatir lupa (maka boleh membaca, pen).


Pendapat di atas adalah qaul mu'tamad, sebab seorang wanita dipandang mampu bersuci dalam kondisi darah sedang berhenti tersebut. Namun dalam hal ini ada qaul dha'if yang berpendapat seorang wanita ketika darahnya sedang berhenti tetap diperbolehkan membaca al-Qur'an asalkan kondisinya tidak disertai junub sebelum haidh. Ketika sebelum haidh telah disertai junub maka tidak diperbolehkan membaca al-Qur'an (sampai dia mandi bersuci, pen)" (al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah al-Kuwatiyyah, 18/322)


Kesimpulan :


Dalam mazhab syafi'iyah terdapat tujuh pembahasan yang berkaitan dengan hukum wanita haidh membaca al-Qur'an :


•Bila membaca al-Qur'an diniati untuk membaca al-Qur'annya maka haram.


•Bila membaca al-Qur'an diniati untuk membaca al-Qur'annya besertaan niat lainnya maka juga dihukumi haram.


•Bila membaca al-Qur'an diniati selain untuk membaca al-Qur'an seperti untuk menjaga hafalan, membaca zikirnya, kisah-kisah, mauizah, hukum-hukum, maka diperbolehkan.


•Bila membaca al-Qur'an karena kelepasan bicara maka diperbolehkan.


•Bila membaca al-Qur'an diniati secara mutlak, yakni sekedar ingin membaca tanpa niat tertentu maka diperbolehkan.


•Bila membaca al-Qur'an diniati secara mutlak atau niat selain al-Qur'an, namun yang dibaca adalah susunan kalimat khas al-Qur'an atau satu surat panjang atau keseluruhan al-Qur'an maka khilaf. Menurut an-Nawawi, ar-Ramli Kabir, dan Ibnu Hajar diperbolehkan, sedangkan bagi az-Zarkasyi dan as-Suyuthi diharamkan.


•Bila membaca al-Qur'an diniatkan pada salah satunya tanpa dijelaskan yang mana maka khilaf. Menurut qaul mu'tamad diharamkan sebab adanya kemungkinan niat pada bacaan al-Qur'an.


Sedangkan dalam mazhab malikiyah boleh bagi wanita haidh membaca al-Qur'an. Lebih jelasnya tentang hal ini terdapat dua pembahasan:


❖ Boleh secara mutlak, yakni ketika membacanya dalam kondisi darah haidh sedang merembes keluar.


❖ Tidak diperbolehkan sebelum mandi hadats, yakni ketika membacanya dalam kondisi darah haidh sedang mampet. Kecuali bila khawatir lupa, atau kecuali dengan menengok pada qaul dha'if yang memperbolehkannya

Friday, March 11, 2022

LATIHAN PENTAS PAI 2022

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes