BREAKING NEWS

Watsapp

Saturday, August 13, 2022

🛑Ngaji Kitab Sullamut Taufiq (PART 2️⃣)

 🛑Ngaji Kitab Sullamut Taufiq (PART 2️⃣)

Muallif :

Abdullah bin Husain bin Thohir Ba’alawi At-Tarimi Al-Hadhromi. 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

قَالَ الْمُؤَلِّفُ رَحِمَهُ اللَّهُ :

وَالثُّبُوتُ فِيهِ عَلَى الدَّوَامِ وَالْتِزَامُ مَا لَزِمَ عَلَيْهِ مِنَ الْاَحْكَامِ

"(Wajib bagi semua mukallaf) tetap dalam agama Islam selamanya dan menetapi hukum-hukum yg wajib baginya"

🛑Keterangan:

👉 Tetap dalam agama Islam selamanya ,artinya tidak boleh ada di dalam hati niat untuk keluar dari Islam pada masa yg akan datang. Karena berniat untuk keluar dari Islam pada masa yg akan datang berarti telah keluar dari Islam seketika itu juga

من عزم على الكفر في المستقبل كفر في الحال

👉 Selamanya maksudnya sampai mati. Karena keselamatan seseorang ditentukan ketika dia mati. Jika mati dalam keadaan muslim (husnul khotimah) maka dia ahli surga, sebaliknya jika dia mati dalam keadaan kafir (suul khotimah)  maka dia ahli neraka. 

Allah berfirman:

(وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ)

[Surat Al-Hijr 99]

"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kematian kepadamu"

👉 Menetapi hukum yg wajib baginya adalah dengan menjalankan seluruh perkara-perkara yg diwajibkan dan meninggalkan seluruh perkara-perkara yg diharamkan (taqwa).

➡Orang mukallaf muslim wajib sholat lima waktu, puasa Romadlon, mengeluarkan zakat jika telah memiliki harta mencapai nishob, berangkat haji jika mampu, ikhlas dalam beramal, syukur, sabar, ridlo terhadap taqdir dan kewajiban lainnya, baik kewajiban dzahir maupun batin.

➡Orang mukallaf muslim wajib meninggalkan membunuh tanpa haq, zina, judi, minum khomr, riya', ujub, sombong, hasad dan perkara haram lainnya, baik keharaman dzohir maupun batin.

Wallahu a'lam

Friday, August 12, 2022

🔳Kitab Kifayatul Awam Karangan Syekh Muhammad Al-Fudholi

  

🔳Kitab Kifayatul Awam Karangan Syekh Muhammad Al-Fudholi

♦️(Bersama Fitri Z)

MUQADDIMAH

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

✍️Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمُنْفَرِدِ بِالِايْجَادِ

✍️"Segala puji bagi Allah yang bersendiri dengan (perbuatan) menjadikan".

وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ افْضَلِ الْعِبَادِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَوْلِى الْبَهْجَةِ وَالرَّشَادِ

✍️"Dan semoga sholawat dan salam (tercurah) atas junjungan kita Nabi Muhammad hamba yang paling utama dan atas keluarganya serta para sahabatnya yang mempunyai kebagusan dan petunjuk".

وَبَعْدُ فَيَقُولُ الْعَبْدُ الْفَقِيرُ إِلَى رَحْمَةِ رَبِّهِ الْمُتَعَالِيِّ مُحَمَّدُ ابْنُ

الشَّافِعِيِّ الْفَضَّالِيُّ الشَّافِعِيُّ

✍️"(Dan sesudah itu) maka berkatalah hamba yang faqir (membutuhkan) kepada rahmat Tuhannya yang Maha Tinggi yaitu Muhammad Bin Syafi'i yang berbangsa Fudholi serta bermadzhab Syafi'i".

قَدْ سَئَلَنِي بَعْضُ الْإِخْوَانِ أَنْ أُؤَلِّفَ رِسَالَةً فِي عِلْمِ التَّوْحِيدِ

✍️"Sungguh telah meminta kepadaku sebagian kawan-kawan agar aku menyusun satu risalah dalam perkara ILMU TAUHID".

وَاَجَبْتُهُ إِلَى ذَلِكَ نَاحِيًا نَحْوَ الْعَلَّامَةِ الشَّيْخِ السِّنُوسِي فِي تَقْرِيرِ الْبَرَاهِينِ غَيْرَ أَنِّي أُتَيْتُ بِالدَّلِيلِ بِجَانِبِ الْمَدْلُولِ وَزِدْتُهُ تَوْضِيحًا لِعِلْمِي بِقُصُورٍ لِهَذَا الطَّالِبِ

✍️"Maka aku penuhi (permintaannya) yang demikian itu seraya aku maksudkan (satu tujuan) sebagaimana maksud dari yang sangat alim Syeikh Sanusi di dalam menjelaskan dalil-dalil. Hanya saja saya mendatangkan dalil disamping madlulnya (sesuatu yang diberi dalil) dan saya telah menambahkan padanya sebagai penjelasan karena saya tahu perihal lemahnya kemampuan orang yang meminta ini".

فَجَاءَتْ بِحَمْدِ اللَّهِ تَعَالَى رِسَالَةٌ مُفِيدَةٌ وَلِتَقْرِيرِ مَا فِيهَا مَجِيدَةٌ

✍️Maka hadirlah dengan berkat pujian kepada Allah Taala satu risalah yang bermanfaat serta baik dengan penjelasan makna-makna padanya. yang ada

وَسَمَّيْتُهَا كِفَايَةَ الْعَوَامِ

✍️"Dan saya namakan risalah ini dengan:(Kifayatul awam)

كِفَايَةِ الْعَوَامّ فِيمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ عِلْمِ الْكَلَامِ

✍️yakni "Kecukupan orang-orang awam pada perkara yang wajib atas mereka dari Ilmu Kalam".

وَاللَّهُ تَعَالَى اَسْئَلُ أَنْ يَنْفَعَ بِهَا وَهُوَ حَسْبِي وَنِعْمَ الْوَكِيلِ

✍️""Dan hanya kepada Allah aku memohon agar dia memberi manfaat dengan risalah ini. Dan Dialah kecukupanku serta sebaik-baik tempat menyerahkan diri".

Wallahu alam

✍️Nantikan kelanjutan nya ......(insyaallah)


🛑Ngaji Kitab Sullamut Taufiq (PART 1️⃣)

 🛑Ngaji Kitab Sullamut Taufiq (PART 1️⃣)

Muallif :

Abdullah bin Husain bin Thohir Ba’alawi At-Tarimi Al-Hadhromi. 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

قَالَ الْمُؤَلِّفُ:

يَجِبُ عَلَى كَافَّةِ الْمُكَلَّفِينَ الدُّخُولُ فِي دِينِ الِاسْلَامِ

✍️"Wajib bagi seluruh mukallaf masuk ke dalam agama Islam".

🛑Keterangan:

- Mukallaf adalah orang yg baligh, berakal dan telah sampai kepadanya dakwah Islam (telah mendengar dua kalimah syahadat).

👉Anak kecil dan orang gila bukan mukallaf

👉 Orang pedalaman seandainya belum pernah mendengar dua kalimah syahadat bukan mukallaf.

- Kenapa setiap mukallaf wajib masuk Islam?

👉 Karena Islam adalah adalah satu-satunya agama yg benar dan diridloi oleh Allah :

(إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ)

[Surat Ali 'Imran 19]

👉 Islam adalah agama seluruh para nabi dan Rasul. 

Rasulullooh shallallahu alayhi wasallam bersabda:

 الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ دِينُهُمْ وَاحِدٌ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى

"Para nabi itu (ibarat) saudara satu bapak lain ibu, agama mereka satu (yaitu Islam) dan ibu2 mereka (syariat mereka) berbeda-beda". HR  Ahmad.

👉Islam adalah rahmat dan nikmat terbesar bagi manusia, karena orang yg mati dalam keadaan muslim maka akan masuk surga. 

Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda :

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

"Barang siapa akhir perkataannya Laa ilaaha illa Allah maka dia masuk surga". HR Abu Dawud.

➡Artinya orang yg mati dalam keadaan muslim, dengan meyakini bahwa tidak ada yg berhak disembah dg benar selain hanya Allah dan Muhammad bin Abdillah adalah hamba dan utusan Allah maka orang tersebut masuk surga.

Thursday, August 11, 2022

🛑 SAFINAH AN NAJAH

 🛑NGAJI KITAB  (PART 11)

SAFINAH AN NAJAH 

🛑LARANGAN BAGI ORANG YANG BATAL WUDHU ,JUNUB ,DAN HAID 


(فصل ) من انتقض وضوؤه حرم عليه أربعه أشياء : الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله.


Larangan Bagi Orang yang Batal Wudhu, Junub, Haid.


Man Intaqodho wudhuu-uhu Haruma ‘Alaihi ‘Arba’atu Asyyaaa

: Ash-Sholaatu , Wath-Thowaafu , Wamassul Mush-hafi , Wahamluhu .

 

Orang yang batal wudhunya haram atasnya 4 perkara : Sholat , dan Thowaf , dan menyentuh AlQur-an , dan membawanya .


ويحرم على الجنب ستة أشياء: الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله واللبث في المسجد وقراءة القرآن.


Wayahrumu ‘Alal Junubi Sittatu Asyyaa-a : Ash-Sholaatu , Wath-Thowaafu , Wamassul Mush-hafi , Wahamluhu , Wallubtsu Fil Masjidi , Waqirooatul Qur-aani Biqoshdil Qur-aani .

Dan haram atas orang  yang  junub 6 perkara : Sholat , dan Thowaf , dan menyentuh Al-Quran , dan membawanya , dan berdiam diri di Masjid , dan membaca Al Qur-an dengan maksud baca Al Qur-an

 

ويحرم بالحيض عشرة أشياء : الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله واللبث في المسجد وقراءة القرآن والصوم والطلاق والمرور في المسجد إن خافت تلويثه والاستمتاع بما بين السرة والركبة.


Wayahrumu Bilhaidhi ‘Asyarotu Asyyaa-a : Ash-Sholaatu , Wath-Thowaafu , Wamassul Mush-hafi , Wahamluhu , Wallubtsu Fil Masjidi , Waqirooatul Qur-aani Biqoshdil Qur-aani , Wash-Shoumu , Wath-Tholaaqu , Walmuruuru Fil Masjidi In Khoofat Talwiitsahu , Wal Istimnaa’u Bimaa Bainassurroti Warrukbati.

Dan haram dengan sebab haid 10 perkara : Sholat , dan Thowaf , dan menyentuh AlQur-an , dan membawanya , dan berdiam diri di Masjid , dan membaca AlQur-an dengan qoshod Qur-an , dan puasa , dan talak , dan berjalan di dalam Masjid jika ia takut menyamarkannya , dan bersedap-sedap dengan sesuatu yang antara pusat dan lutut


🛑 PENJELASAN 

🔲 LARANGAN BAGI ORANG YANG TIDAK ADA WUDHU


kajian kitab safinatun najah:


✍️Larangan Bagi Yang Tidak Berwudhu

Dilarang bagi yang tidak ada wudhu melakukan empat perkara:

 

1. Shalat

Semua yang dinamakan shalat tidak boleh dilakukan tanpa wudhu walaupun sujud tilawah atau shalat janazah, sesuai dengan sabda Rasulallah saw “Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci” (HR Muslim)

 

2. Thawaf

Sesuai dengan sabda Rasulallah saw “Thawaf di Baitullah itu sama dengan shalat hanya saja Allah membolehkan dalam thawaf berbicara” (HR at-Tirmidzi, al-Hakim, ad-Dar quthni).

 

3. Menyentuh Al-Qur’an dan 

4. membawa Al-Qur'an, karena ia adalah kitab suci, maka tidak boleh disentuh atau dibawa kecuali dalam keadaan suci

 

 Allah berfirman:  “tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan” (alWaqi’ah:77).

Dibolehkan membawa atau menyentuh al-Qur’an tanpa wudhu berupa barang atau tafsir/terjemahan yang kalimatnya lebih banyak dari isi al-Qur’an.

Barang siapa yang ragu apakah ia masih menyimpan wudhu atau tidak maka hendaknya ia bepegang kepada keyakinnya, sesuai dengan hadist Rasulallah saw dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw., “Apabila seseorang dari kalian merasa sesuatu di dalam perutnya, yaitu ragu-ragu apakah keluar darinya sesuatu atau tidak, maka janganlah ia keluar dari masjid (untuk berwudhu) hingga ia dengar suara atau ia merasakan angin (bau).” (HR Muslim)


🔲LARANGAN BAGI ORANG YANG JUNUB

✍️Larangan Bagi Orang Junub

1. Shalat

Sesuai dengan sabda Rasulallah saw “Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci” (HR Muslim)

2. Thawaf

Sesuai dengan sabda Rasulallah saw “Thawaf di Baitullah itu sama dengan shalat hanya saja Allah membolehkan dalam thawaf berbicara” (HR at-Tirmidzi, al-Hakim, ad-Dar quthni).

3. Menyentuh Al-Qur’an, karena ia adalah kitab suci, maka tidak boleh disentuh atau dibawa kecuali dalam keadaan suci.

 Allah berfirman: “tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan” (alWaqi’ah:77).

4. Membawa Al-Qur’an. Hal ini dikiyaskan dari menyentuh al-Qur’an

5. Membaca Al-Qur’an

Sesuai dengan hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, Rasulallah saw bersabda “Janganlah orang junub dan wanita haid membaca sesuatu pun dari Al Qur’an (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Baihaqi).

Hadist lainya yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalib ra sesungguhnya Rasulallah saw membuang hajatnya kemudian membaca al-Qur’an dan tidak menghalanginya dari pembacaan al-Quran, kemungkinan ia berkata: Bahwasanya menghalangi suatu dari membaca al-Qur’an selain junub (HR Abu Daud, at-Tirmizi, an-Nasai’, hadist hasan shahih).

6. Duduk di Masjid

Allah berfirfman “janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja” an-Nisa’ 43


🔲LARANGAN BAGI HAID DAN NIFAS

kajian kitab safinatun najah:

Larangan Bagi Haid Dan Nifas.

✍️Diharam Bagi Wanita Haidh Dan Nifas melakukan:


1. Shalat.

Sesuai dengan sabda Rasulallah saw kepada Fatimah binti Abi Hubaisy: “Jika datang haid maka tinggalkanlah shalat, dan jika telah pergi maka mandilah dan lakukanlah shalat” (HR Bukhari Muslim).


2. Puasa.

Rasulallah saw bersabda: “Aku tidak melihat kurangnya akal dan agama yang lebih menguasai manusia dari wanita.”.  Beliau bersabda “Wanita bangun malam tanpa mengerjakan shalat dan tidak puasa di bulan Ramadan (karena haid), ini adalah kekurangan pada agama” (HR Bukhari Muslim).


3. Thawaf

Sesuai dengan sabda Rasulallah saw kepada Aisyah ra (Ketika haji wada’ dan ia mendapatkan haid): “Lakukanlah semua amalan yang dilakukan oleh orang yang melaksanakan haji, hanya saja engkau tidak boleh melakukan thawaf di Baitullah” (HR Bukhari Muslim).

4. Membaca Al-Quran, berkiyas kepada orang yang sedang junub diharamkan membaca al-Qur’an.

Allah berfirman: “tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.” Al-Waqiah 79.

Membaca quran. Artinya melafadzkan dengan lisan baik satu ayat atau lebih. Dengan demikian, perempuan yang haidl diperbolehkan mengingat ayat-ayat al-Quran di dalam hati dengan tanpa melafadzkannya dengan lisan. Ia juga diperbolehkan melihat fisik al-Quran. Dan ulama bersepakat bahwa diperbolehkan bagi perempuan haidl dan orang yang berhadats membaca tahlil, tasbih, tahmidl, takbir, shalawat kepada nabi dan dzikir-dzikir yang lainnya.

5. Menyentuh Al-Qur’an atau membawanya, karena ia adalah kitab suci, maka tidak boleh disentuh atau dibawa kecuali dalam keadaan suci, “tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan” alWaqi’ah:77


6. Berdiam (I’tikaf) di masjid.

Rasulallah saw bersabda “Tidak halal masjid bagi orang yang junub dan wanita yang sedang haid” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, at-Thabrani, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu al-Qathan)


7. Masuk ke dalam masjid sekalipun hanya untuk sekedar lewat jika ia takut akan mengotori masjid tersebut. 

adanya keharaman itu sebagaimana pendapat menurut jumhur ulama. Mereka umumnya menggunakan dalil qiyas. Yaitu menyamakan orang yang sedang haidh dengan orang yang sedang junub. Sebagaimana kita ketahui bahwa orang yang sedang junub dilarang masuk masjid kecuali sekedar lewat saja. Hal itu telah ditetapkan Allah SWT di dalam firman-Nya:


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.... (QS An-Nisa: 43)


Para ulama mengatakan bahwa makna jangan mendekati shalat adalah mendekati tempat shalat, yaitu masjid. Ayat ini bukan hanya melarang orang yang junub untuk shalat, tetapi menjadi dalil haramnya orang junub masuk ke masjid. Lalu wanita yang haidh diqiyas seperti orang yang junub, sehingga wanita haidh tidak boleh masuk masjid juga.


Di samping itu ada sabda Rasulullah SAW berikut ini.


Dari Aisyah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ku halalkan masjid bagi orang yang junub dan haidh." (HR Bukhori, Abu Daud dan Ibnu Khuzaemah)


8. Cerai, karena itu, dilarang suami menceraikan isterinya dalam keadaan haidh. 


Diharamkan bagi seorang suami untuk menceraikan istrinya dalam keadaan haid, berdasarkan firman Allah Ta’ala :


“Wahai Nabi, apabila kalian hendak menceraikan para istri maka ceraikanlah mereka pada saat mereka dapat (menghadapi) ‘iddah-nya… .” (At Thalaq : 1)


Al Hafidh Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya membawakan ucapan Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas tentang firman Allah Ta’ala : “Fathalliquuhunna li ‘iddatihinna”.


“Ibnu Abbas menafsirkan : ((Tidak boleh seseorang menceraikan istrinya dalam keadaan haid dan tidak boleh pula ketika si istri dalam keadaan suci namun telah disetubuhi dalam masa suci tersebut. Akan tetapi bila ia tetap ingin menceraikan istrinya maka hendaklah ia membiarkannya (menahannya) sampai datang masa haid berikutnya lalu disusul masa suci, setelah itu ia bisa menceraikannya)).” (Tafsirul Qur’anil Adhim 4/485)


Ibnu Katsir rahimahullah selanjutnya mengata


kan : “Dari sini fuqaha (para ahli fikih) mengambil hukum-hukum talak. Mereka membagi talak itu kepada talak sunnah dan talak bid’ah. Talak sunnah adalah seseorang mentalak istrinya dalam keadaan suci dan belum disetubuhi (ketika suci tersebut) atau dalam keadaan istrinya telah dipastikan hamil. Sedangkan talak bid’ah adalah seseorang mentalak istrinya ketika sedang haid atau ketika suci namun telah disetubuhi, sehingga tidak diketahui apakah si istri hamil dengan sebab hubungan badan tersebut atau tidak hamil… .” (Tafsirul Qur’anil Adhim 4/485)


Apabila si istri dicerai dalam hari haidnya maka ia tidak dapat segera menghitung masa ‘iddah-nya karena haid yang sedang ia alami tidak terhitung sebagai ‘iddah. Sebagaimana kita ketahui bahwa masa ‘iddah wanita yang dicerai suaminya adalah tiga quru’ (tiga kali haid atau tiga kali suci).


Allah SWT berfirman :


“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’… .” (Al Baqarah : 228)


Demikian pula apabila ia dicerai dalam keadaan suci setelah sebelumnya disetubuhi, maka ia juga tidak dapat menghitung ‘iddah-nya secara pasti karena belum diketahui apakah ia hamil dari hubungan itu hingga ia harus ber-’iddah dengan kehamilannya ataukah ia tidak hamil hingga ia dapat ber-’iddah dengan hitungan masa haidnya. Karena ada perbedaan antara ‘iddah-nya wanita yang hamil dengan wanita yang tidak hamil. ‘Iddah wanita yang hamil disebutkan dalam firman Allah Ta’ala :


“Dan wanita-wanita yang hamil masa ‘iddah mereka adalah sampai mereka melahirkan kandungannya.” (Ath Thalaq : 4).

Dengan demikian apabila tidak terdapat keyakinan kapan masa ‘iddah dapat dihitung maka diharamkan menjatuhkan talak kecuali setelah jelas perkaranya.

Apabila seorang suami menceraikan istrinya yang sedang haid, maka si suami berdosa. Ia wajib bertaubat kepada Allah Ta’ala dan ia kembalikan si istri dalam perlindungannya (rujuk) untuk ia ceraikan dengan cerai yang syar’i sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Setelah ia rujuk, ia biarkan istrinya sampai bersih dari haid tersebut (suci), kemudian ia tahan lagi (jangan dijatuhkan talak) sampai datang haid berikutnya lalu suci. Setelah itu, ia bisa memilih antara menceraikan atau tidak. Namun bila ia ingin menceraikan, maka tidak boleh ia gauli istri tersebut dalam masa sucinya itu (yakni dicerai sebelum digauli).


Dalil dari penjelasan di atas disebutkan oleh Al Imam Al Bukhari dalam Shahih-nya dengan sanad yang beliau bawakan sampai kepada Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasannya ia menceraikan istrinya dalam keadaan haid. Maka Umar menanyakan hal tersebut kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Mendengar hal tersebut Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam marah, kemudian beliau bersabda :


“Perintahkanlah ia (yakni Ibnu Umar) agar merujuk istrinya, kemudian ia tahan hingga istrinya suci dari haid. Kemudian (dia tahan hingga) istrinya haid lagi (datang haid berikutnya) lalu suci. Setelah itu jika ia mau, ia tahan istrinya (tidak diceraikan) dan jika ia mau, ia ceraikan sebelum digauli. Itulah ‘iddah yang diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla untuk menceraikan wanita (bila ingin dicerai, pent.).” (HR. Bukhari nomor 5251 dan Muslim nomor 1, 2 Kitab Ath Thalaq)


Dalam riwayat Muslim disebutkan : “Perintahkanlah dia agar merujuk istrinya, kemudian hendaklah ia menceraikannya dalam keadaan suci atau (dipastikan) hamil.”


9. Bersetubuh

Allah berfirman: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu” al-Baqarah 222.

10. Menikmati dengan membuka antara lutut dan pusar (tanpa busana).

Sesuai dengan firman Allah tersebut diatas, dan hadist Rasulallah saw, beliau bersabda: “Halal bagi laki-laki atas perempuan yang sedang haid, menyentuh apa-apa yang diatas kain (di atas pusar)” (HR Ibnu Majah, al-Baihaqi)


🛑Hukum Wanita Haid Berdiam di Masjid

Jumhur ulama, di antaranya imam madzhab yang empat, sepakat bahwa wanita yang haid tidak boleh berdiam (al-lubts) di dalam masjid, karena ada hadits Nabi Saw yang mengharamkannya.[i] Imam Dawud Azh-Zhahirimembolehkan wanita haid dan orang junub berdiam di masjid.[ii] Namun pendapat yang kuat adalah pendapat jumhur yang mengharamkannya. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Saw:


“Sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid bagi wanita yang haid dan orang junub.” [HR. Abu Dawud].[iii]

Yang dimaksud berdiam (al-lubtsu, atau al-muktsu) artinya berdiam atau tinggal di masjid, misalnya duduk untuk mengisi atau mendengarkan pengajian, atau tidur di dalam masjid. Tidak ada bedanya apakah duduk atau berdiri. Berjalan mondar-mandir (at-taraddud) di dalam masjid, juga tidak dibolehkan bagi wanita haid.[iv]

Tuesday, August 9, 2022

🛑 Kifayatul Awam

 🛑Ngaji Kitab (PART 12)


Kitab Kifayatul Awam

(Karya Syeikh Muhammad Al Fudhali)


🔲PELAJARAN 3


🛑 PENGERTIAN BAQO'


الصِّفَةُ الثَّالِثَةُ الْوَاجِبَةُ لَهُ تَعَالَى الْبَقَاءُ وَمَعْنَاهُ عَدَمُ الْآخَرِيَّةِ

لِلْوُجُودِ

✍️"Sifat ketiga yang wajib bagi Allah adalah Baqo' dan maknanya adalah: Tidak ada akhir bagi wujud".


فَمَعْنَى كَوْنِ اللَّهِ تَعَالَى بَاقِيًا اَنَّهُ لَا آخِرَ لِوُجُودِهِ

✍️"Maka makna keadaan Allah itu Baqo' (kekal) adalah bahwa Dia tidak ada akhir bagi wujudNya".


🛑DALIL SIFAT BAQO'


وَالدَّلِيلُ عَلَى بَقَائِهِ تَعَالَى أَنَّهُ لَوْجَازَ أَنْ يُلْحِقَهُ الْعَدَمُ لَكَانَ حَادِثًا فَيَفْتَقِرُ إِلَى مُحْدِثٍ وَيَلْزَمُ الدُّورُ أَوِ التَّسَلْسُلُ وَقَدْ تَقَدَّمَ تَعْرِيفُ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا فِي دَلِيلِ الْقِدَمِ

✍️"Dan dalil atas baqo Nya Allah adalah bahwa kalau boleh Allah itu dihubungi oleh ketiadaan ('adam) niscaya jadilah Dia baru (hadits) maka dia membutuhkan kepada muhdits dan lazimlah Daur atau Tasalsul. Dan telah terdahulu ta'rif masing-masing dari keduanya pada dalil Qidam"


وَتَوْضِيحُهُ أَنَّ الشَّيْءَ الَّذِي يَحُوزُ عَلَيْهِ الْعَدَمُ يَنْتَفِى عَنْهُ الْقِدَمُ لِأَنَّ كُلَّ مَنْ لَحِقَهُ الْعَدَمُ يَكُونُ وُجُودُهُ حَائِزًا وَكُلُّ جَائِزٍ الْوُجُودِ يَكُونُ حَادِثًا وَكُلُّ حَادِثٍ يَفْتَقِرُ إِلَى مُحْدِثٍ وَهُوَ تَعَالَى ثَبَتَ لَهُ الْقِدَمُ بِالدَّلِيلِ الْمُتَقَدِّمِ وَكُلُّ مَا ثَبَتَ لَهُ الْقِدَمُ اسْتَحَالَ عَلَيْهِ الْعَدَمُ فَدَلِيلُ الْبَقَاءِ لَهُ تَعَالَى هُوَ دَلِيلُ الْقِدَمِ

✍️"Dan penjelasannya adalah bahwa sesuatu yang boleh atasnya a'dam maka tidak ada padanya Qidam karena setiap dzat yang bisa dihubungi a'dam jadilah wujudnya jaiz dan setiap yang jaiz wujud adalah hadits dan setiap yang hadits membutuhkan kepada Muhdits. Dan Dia Allah telah tetap bagiNya qidam dengan dalil yang terdahulu dan setiap sesuatu yang telah tetap baginya Qidam niscaya mustahil atasNya a'dam. Maka, dalil baQo bagi Allah adalah dalil qidam".


🛑 KESIMPULAN DALIL BAQO'


وَحَاصِلُهُ أَنْ تَقُولَ لَوْ لَمْ يَجِبْ لَهُ الْبَقَاءُ بِأَنْ كَانَ يَجُوزُ عَلَيْهِ الْعَدَمُ لَا نُتَّفَى عَنْهُ الْقِدَمُ وَالْقِدَمُ لَا يَصِحُّ انْتِفَائُهُ عَنْهُ تَعَالَى لِلدَّلِيلِ

الْمُتَقَدِّمِ

✍️"Dan kesimpulannya adalah bahwa anda berkata: Kalau tidak wajib bagi Allah itu baqo' dalam arti boleh atasNya a'dam niscaya tidak ada padaNya qidam, sedangkan qidam itu tidak syah dihilangkan dari Allah, karena dalil yang terdahulu".


وَلِهَذَا هُوَ الدَّلِيلُ الْإِجْمَالِيُّ لِلْبَقَاءِ الَّذِي يَجِبُ عَلَى كُلِّ شَخْصٍ

أَنْ يَعْلَمَهُ

✍️"Dan inilah dalil ijmali bagi baqo' yang wajib atas setiap orang untuk mengetahuinya".


وَهَكَذَا كُلُّ عَقِيدَةٍ يَجِبُ أَنْ يُعْلَمَهَا وَيَعْلَمَ دَلِيلَهَا الْإِجْمَالِيَّ فَإِذَا عَرَفَ بَعْضَ الْعَقَائِدِ بِدَلِيلِهِ وَلَمْ يَعْرِفْ الْبَاقِي بِدَلِيلِهِ لَمْ يَكْفِ فِي الِايْمَانِ عَلَى رَأَى مَنْ لَمْ يَكْتَفِ بِالتَّقْلِيدِ

✍️"Dan begitu juga tiap-tiap aqidah, wajib untuk mengetahuinya dan mengetahui akan dalilnya yang ijmali. Maka jika dia mengetahui sebagian akidah-akidah dengan dalilnya sedangkan dia tidak mengetahui yang lain beserta dalilnya, tidaklah cukup pada iman berdasarkan pendapat ulama yang tidak menganggap cukup dengan taklid".


🛑TAMBAHAN


KAMUS ILMU TAUHID:


🔴 #QADIM SIFATI (قديم صفاتي)


Qadim Sifati adalah Tidak ada permulaan pada #SIFAT Allah swt.


🔴 #QADIM ZATI (قديم ذاتي)


Qadim Zati adalah Tidak ada permulaan pada #ZAT Allah swt


🔴 #QADIM IDHAFI (قديم اضافي)


Qadim Idhafi adalah Terdahulu suatu atas suatu seperti terdahulu bapa kepada anak 


🔴 #QADIM ZAMANI (قديم زماني)


Qadim Zamani adalah Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya setahun.


🔴 #QADIM HAKIKI (قديم حقيقي)


Qadim Hakiki Ialah QADIM SIFATI & QADIM ZATI,tiada harus dikatakan lain daripada Allah swt.


🔴 #KEKAL HAKIKI (ككل حقيقي)


Kekal Hakiki adalah kekal yang sebenar. 


🔴 #KEKAL ARADHI (ككل عرضي)


= Kekal Aradhi ialah kekal yang mendatang .Ada 10 semuanya :


1⃣  #SYURGA 


2⃣ #NERAKA 


3⃣ #LAUH MAHFUZ 


4⃣ #ARASH 


5⃣ #QALAM 


6⃣ #KURSI 


7⃣ #ROH 


8⃣ #JISIM SEKALIAN NABI 


9⃣ #JISIM PEJUANG MATI SYAHID.


🔟 #AJBU ZANBI (عجب الذنب)


=Iaitu tulang kecil seperti biji sawi duduknya ditungging manusia.Itulah benih anak adam ketika bangkit dari kubur.


Sumber :

Kitab Risalah tauhid.


🔴 #DAUR (دور) 


Daur ertinya BERKELILINGAN.

Terbahagi kpd 2 :


1⃣ DAUR MUSARRAH (دور مصرح)


Berkelilingan yang dinyatakan.Iaitu ada dua peringkat seperti Zaid menjadikan Amar & Amar menjadikan Zaid.


2⃣ DAUR MUDHMAR (دور مضمر).

Iaitu Berkelilingan yang disembunyikan.Iaitu adanya ia dengan beberapa peringkat seperti Zaid menjadikan Amar,Amar menjadikan Bakar dan Bakar itu menjadikan Zaid.


🔴 #TASALSUL (تسلسل)


Tasalsul ertinya Berturutan/Berangkai yang tiada kesudahan.

Seperti Zaid menjadikan Amar,Amar menjadikan Bakar,Bakar menjadikan khalid dan demikian lah seterusnya hingga tiada kesudahan pada menjadikan itu.


Wallahu a'lam

Monday, August 8, 2022

AMALKAN HARI ASYURA DARI KITAB IANATUT THOLIBIN

 Amalan Hari Asyura dari kitab I'anatut Thalibiin.

Terjemahan I'anatut Thalibin Juz 2 Hal 266-267

Dalam kitab Fathul Mu’in Syaikh Zainuddin Al-Malibari menuturkan:

(و) يوم (عاشوراء): وهو عاشر المحرم، لأنه يكفر السنة الماضية - كما في مسلم -.

Dan disunnahkan muakkad berpuasa Asyura. Asyura adalah hari kesepuluh Muharram. Karena berpuasa Asyura menghapus tahun yang lewat sebagaimana dalam shahih Muslim

(وتاسوعاء): وهو تاسع، لخبر مسلم: لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع. فمات قبله.

Dan disunnahkan muakkad berpuasa Tasu’a. Tasu'a adalah hari kesembilan Muharram. Karena khabar Imam Muslim:

“Sungguh jika aku masih hidup hingga tahun depan, sungguh-sungguh aku akan berpuasa di hari kesembilan.”

Beliau wafat sebelumnya.

وَالْحِكْمَةُ مُخَالَفَةُ الْيَهُوْدِ وَمِنْ ثَمَّ سُنَّ لِمَنْ لَمْ يَصُمْهُ صَوْمُ الْحَادِيَ عَشَرَ بَلْ إِنْ صَامَهُ لِخَبَرٍ فِيْهِ

Hikmah berpuasa Tasu’a bersama Asyura adalah menyelisihi yahudi.

Oleh karenanya bagi orang yang tidak berpuasa Tasu’a agar berpuasa hari kesebelas, bahkan seandainya dia berpuasa Tasu’a (juga disunnahkan berpuasa hari kesebelas) karena adanya khabar (hadits) didalamnya

وَفِي الْأُمِّ لَا بَأْسَ أَنْ يُفْرِدَهُ

Didalam kitab al Umm (diterangkan): Tidak apa-apa menyendirikan puasa Asyura

وَأَمَّا أَحَادِيْثُ الْإِكْتِحَالِ وَالْغُسْلِ وَالتَّطَيُّبِ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ فَمِنْ وَضْعِ الْكَذَّابِيْنَ

Adapun hadits-hadits (yang menerangkan) keutamaan bercelak, mandi dan memakai wangi-wangian, itu adalah termasuk bikinan pendusta

======

Kentar kitab I'anatut Thalibin syekh Abu Bakar Syatho menuturkan:

( قَوْلُهُ وَأَمَّا أَحَادِيْثُ الْإِكْتِحَالِ إِلَخْ )

(Perkataan pengarang Kitab Fathul Muin: Adapun hadits-hadits (yang menerangkan keutamaan bercelak…dst)

فِي النَّفَحَاتِ النَّبَوِيَّةِ فِي الْفَضَائِلِ الْعَاشُوْرِيَّةِ لِلشَّيْخِ اَلْعَدَوِيِّ مَا نَصُّهُ

Di Dalam kitab An Nafahat An Nabawiyyah Fil fadhail Al ‘Ashriyyah karya Syaikh Al ‘Adawi ditulis:

قَالَ الْعَلَّامَةَ اَلْأَجْهُوْرِيُّ أَمَّا حَدِيْثُ الْكَحْلِ فَقَالَ الْحَاكِمُ إِنَّهُ مُنْكَرٌ وَقَالَ ابْنُ حَجَرٍ إِنَّهُ مَوْضُوْعٌ بَلْ قَالَ بَعْضُ الْحَنَفِيَّةِ إِنَّ الْإِكْتِحَالَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ لَمَّا صَارَ عَلَامَةً لِبُغْضِ آلِ الْبَيْتِ وَجَبَ تَرْكُهُ

Al Allamah al Ajhuri berkata: Adapun hadits bercelak, Imam Hakim berkata bahwa itu hadits munkar. Sementara Imam Ibnu Hajar berpendapat itu hadits maudhu’..Bahkan sebagian ulama Hanafiyyah berkata, sesungguhnya bercelak pada hari Asyura, karena menjadi tanda kebencian kepada Ahlul bait maka wajib ditinggalkan

قَالَ وَقَالَ الْعَلَّامَةُ صَاحِبُ جَمْعِ التَّعَالِيْقِ يُكْرَهُ الْكَحْلُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ لِأَنَّ يَزِيْدَ وَابْنَ زِيَادٍ اِكْتَحَلَا بِدَمِ الْحُسَيْنِ هَذَا الْيَوْمَ وَقِيْلَ بِالْإِثْمِدِ لِتَقَرَّ عَيْنُهُمَا بِفِعْلِهِ

Al Allamah Al ajhuri berkata:

Al Allamah Shahib kitab Jam'ul Ta'liq berkata: Dimakruhkan bercelak pada hari Asyura, karena Yazid dan Ibnu Ziyad, mereka berdua bercelak dengan darah Al Husain pada hari ini (hari Asyura), ada yang mengatakan mereka bercelak dengan itsmid, tujuan mereka berdua agar senang melihat perbuatannya itu

قَالَ الْعَلَّامَةُ اَلْأَجْهُوْرِيُّ وَلَقَدْ سَأَلْتُ بَعْضَ أَئِمَّةِ الْحَدِيِثِ وَالْفِقْهِ عَنِ الْكَحْلِ وَطَبْخِ الْحُبُوْبِ وَلُبْسِ الْجَدِيْدِ وَإِظْهَارِ السُّرُوْرِ فَقَالَ لَمْ يَرِدْ فِيْهِ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا عَنْ أَحَدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ وَلَا اِسْتَحَبَّهُ أَحَدٌ مِنْ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَكَذَا مَا قِيْلَ إِنَّهُ مَنْ اِكْتَحَلَ يَوْمَهُ لَمْ يَرْمَدْ ذَلِكَ الْعَامَ

وَمَنْ اِغْتَسَلَ يَوْمَهُ لَمْ يَمْرَضْ كَذَلِكَ

Al Al Allamah Al Ajhuri berkata: Sungguh aku telah bertanya sebagian imam hadits dan fiqh mengenai bercelak, memasak biji-bijian, memakai pakaian baru, menampakkan kegembiraan, beliau menjawab: Dalam hal-hal tersebut tidak diriwayatkan hadits yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, dan juga tidak dari para sahabat, dan juga tidak ada satupun imam-imam muslimin yang menyunnahkannya.

Demikian juga apa yang dikatakan:

“Barang siapa bercelak pada hari Asyura maka tidak akan sakit matanya” dan: "Barang siapa mandi pada hari Asyura maka dia tidak akan sakit”

قَالَ وَحَاصِلُهُ أَنَّ مَا وَرَدَ مِنْ فِعْلِ عَشْرِ خِصَالٍ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ لَمْ يَصِحَّ فِيْهَا إِلَّا حَدِيْثُ الصِّيَامِ وَالتَّوْسِعَةِ عَلَى الْعِيَالِ وَأَمَّا بَاقِي الْخِصَالِ الثَّمَانِيَةِ فَمِنْهَا مَا هُوَ ضَعِيْفٌ وَمِنْهَا مَا هُوَ مُنْكَرٌ مَوْضُوْعٌ

Al Allamah Al Ajhuri berkata:

Walhasil, apa yang diriwayatkan berupa amalan sepuluh macam pada hari Asyura tidak ada yang shahih kecuali hadits berpuasa dan memberi kelonggaran atas keluarga. Adapun yang lainnya ada yang dhaif. Munkar dan maudhu’.

وَقَدْ عَدَّهَا بَعْضُهُمْ اِثْنَتَيْ عَشْرَةَ خَصْلَةً وَهِيَ اَلصَّلَاةُ وَالصَّوْمُ وَصِلَةُ الرَّحِمِ وَالصَّدَقَةُ وَالْإِغْتِسَالُ وَالْإِكْتِحَالُ وَزِيَارَةُ عَالِمٍ وَعِيَادَةُ مَرِيْضٍ وَمَسْحُ رَأْسِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوْسِعَةُ عَلَى الْعِيَالِ وَتَقْلِيْمُ الْأَظْفَارِ وَقِرَاءَةُ سُوْرَةِ الْإِخْلَاصِ أَلْفَ مَرَّةٍ

Ulama menghitungnya menjadi dua belas macam, yaitu:

1. Shalat

2. Berpuasa

3.Silaturrahim

4. Bersedekah

5. Mandi

6. Bercelak

7. Mengunjungi orang alim

8. Menjenguk orang sakit

9. Mengusap kepala anak yatim

10. Memberi kelonggaran atas keluarga

11. Memotong kuku

12. Membaca surat Al Ikhlas seribu kali

ونظمها بعضهم فقال:

Dan sebagian ulama telah membuat Nadhoman ucapanya:

فِى يوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ * بِهَا اثْنَتَانِ وَلهَاَ فَضْلٌ نُقِلْ 

Ada sepuluh amalan di dalam bulan ‘asyura, yang ditambah lagi dua amalan dan baginya keutamaan yang telah di ambil (dari Hadits)

صُمْ صَلِّ صَلْ زُرْ عَالمِاً عُدْ وَاكْتَحِلْ * رَأْسُ الْيَتِيْمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِلْ

Puasalah, shalatlah, sambung silaturahmi, ziarah orang alim, menjenguk orang sakit dan celak mata. Usaplah kepala anak yatim, bersedekah, dan mandi,

وَسِّعْ عَلَى اْلعِيَالِ قَلِّمْ ظُفْرَا * وَسُوْرَةَ الْاِخْلاَصِ قُلْ اَلْفَ تَصِلْ 

Luaskanlah (dermawan) terhadap keluarga, memotong kuku, membaca surat al-Ikhlas 1000 kali.

(فائدة) عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: إن الله عز وجل افترض على بين إسرائيل صوم يوم في السنة، وهو يوم عاشوراء، - وهو اليوم العاشر من المحرم - فصوموه ووسعوا على عيالكم فيه، فإنه من وسع فيه على عياله وأهله من ماله وسع الله عليه سائر سنته

“Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah mewajibkan atas Bani Israil untuk berpuasa satu hari dalam setahun, yaitu hari asyura – yakni hari ke 10 dari bulan muharram – maka berpuasalah kalian, dan berilah kelonggaran nafkah pada orang yang menjadi tanggungan wajib kalian, karena barangsiapa memberi kelapangan nafkah di hari asyura dari hartanya maka dia akan diberi kelapangan oleh Allah di tahun itu, maka berpuasalah.

فصوموه فإنه اليوم الذي تاب الله فيه على آدم فأصبح صفيا، ورفع فيه إدريس مكانا عليا، وأخرج نوح من السفينة ونجا إبراهيم من النار، وأنزل الله فيه التوراة على موسى، وأخرج فيه يوسف من السجن، ورد فيه على يعقوب بصره، وفيه كشف الضر عن أيوب، وفيه أخرج يونس من بطن الحوت، وفيه فلق البحر لبني إسرائيل، وفيه غفر لداود ذنبه، وفيه أعطى الله الملك لسليمان، وفي هذا اليوم غفر لمحمد - صلى الله عليه وسلم - ما تقدم من ذنبه وما تأخر، وهو أول يوم خلق الله فيه الدنيا.

وأول يوم نزل فيه المطر من السماء يوم عاشوراء، وأول رحمة نزلت إلى الأرض يوم عاشوراء.

Lakukanlah puasa Asyura’, karena pada hari itu Allah :

1. Menerima taubat Nabi Adam, maka jadilah beliau orang yang bersih,

2. Allah mengeluarkan Nabi Nuh dari kapalnya,

3. Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kobaran api,

4. Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa,

5. Allah mengeluarkan Nabi Yusuf dari penjara,

6. Allah mengembalikan mata penglihatan Nabi Ya’qub,

7. Allah membebaskan Nabi Ayyub dari bencana (penyakit),

8. Allah mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan,

9. Allah membelah lautan (menjadi daratan) bagi bani Israil,

10. Allah pada hari itu mengampuni dosa Nabi Daud,

11. Allah pada hari itu memberikan kerajaan kepada Nabi Sulaiman,

12. Allah pada hari itu mengampuni dosa-dosa Nabi Muhammad yang telah lalu maupun yang akan datang,

13. Hari Asyura’ adalah hari pertama yang Allah ciptakan dunia,

14. Pada hari Asyura’ Allah menurunkan hujan dari langit untuk pertama kalinya,

15. dan pada hari Asyura pertama kali rahmat Allah turun di bumi,

فمن صام يوم عاشوراء فكأنما صام الدهر كله، وهو صوم الأنبياء.

Barangsiapa berpuasa Asyura’, maka seakan-akan ia berpuasa sepanjang tahun. Puasa Asyura’ adalah puasanya para Nabi,

ومن أحيا ليلة عاشوراء بالعبادة فكأنما عبد الله تعالى مثل عبادة أهل السموات السبع.

Dan barangsiapa menghidupkan malam Asyura’ maka seakan-akan ia beribadah kepada Allah seperti ibadahnya para penghuni tujuh langit,

ومن صلى فيه أربع ركعات يقرأ في كل ركعة الحمد لله مرة، وقل هو الله أحد، إحدى وخمسين مرة، غفر الله له ذنوب خمسين عاما.

Barangsiapa shalat empat rakaat dan pada setiap rakaat ia membaca Alhamdulillah sekali dan Qul Huwallah Ahad 50 (lima puluh) kali, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya selama 50 tahun,

ومن سقى في يوم عاشوراء شربة ماء سقاه الله يوم العطش الأكبر كأسا لم يظمأ بعدها أبدا، وكأنما لم يعص الله طرفة عين.

Barangsiapa memberi seteguk air minum maka Allah akan memberikan kepadanya satu gelas minuman pada hari haus yang besar, yang mana dia tidak akan dahaga sesudah itu selamanya, dan seakan-akan ia tidak pernah bermaksiat kepada Allah sekejap pun,

ومن تصدق فيه بصدقة فكأنما لم يرد سائل قط.

Barangsiapa bersedekah dengan suatu sedekah pada hari Asyura’, maka seakan-akan ia tidak pernah menolak seorang pun yang meminta-minta,

ومن اغتسل وتطهر يوم عاشوراء لم يمرض في سنته إلا مرض الموت.

Barangsiapa mandi pada hari Asyura’, maka ia tidak akan mengalami sakit apapun kecuali kematian,

ومن مسح فيه على رأس يتيم أو أحسن إليه فكأنما أحسن إلى أيتام ولد آدم كلهم.

Barangsiapa tangannya mengusap kepala anak yatim atau berbuat baik kepadanya, maka seakan-akan ia ia telah berbuat baik kepada semua anak yatim bani Adam,

ومن عاد مريضا في يوم عاشوراء فكأنما عاد مرضى ولد آدم كلهم.

Dan barangsiapa menjenguk orang sakit pada hari Asyura’, maka seakan-akan ia telah menjenguk semua orang sakit dari keturunan nabi Adam,

وهو اليوم الذي خلق الله فيه العرش، واللوح، والقلم. وهو اليوم الذي خلق الله فيها جبريل، ورفع فيه عيسى. وهو اليوم الذي تقوم فيه الساعة.

Pada hari Asyura’ Allah menciptakan ‘Arsy, Lauh, Qalam, dan hari itu Allah menciptakan Jibril, dan mengangkat nabi Isa dan pada hari itu terjadinya kiamat.

[البكري الدمياطي ,إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ,2/267]

Sumber: Kitab I’anatut Thalibin Juz 2 hal 266-267 – As Sayyid Asy Syeikh Abu Bakar bin Muhammad Syatha

Wallahu a'lam.


Sunday, August 7, 2022

SEORANG ISTRI MENUTUPI KEMISKINAN SUAMINYA"

 "SEORANG ISTRI MENUTUPI KEMISKINAN SUAMINYA"


Ada sebuah kisah, ketika seorang suami menangis kepada sahabatnya.

Sahabatnya itu pun bertanya, "Kenapa kau menangis tersedu-sedu seperti ini?"

Sang suami menjawab, "Istriku sedang sakit demam".

Sahabatnya bertanya lagi, "Sebegitu cintanyakah kau? Sehingga istri sakit demam saja sampai menangis sangat dlm seperti ini?

Sang suami menjawab, "Kau tahu siapa istriku?"

Lalu sang suami menceritakan pada sahabatnya, Aku ini miskin, tidak punya pekerjaan tetap & setiap hari keluargaku hanya makan dengan kacang, itu pun jika aku pulang. Jika aku tak pulang karena belum mendapat apa "untuk dimakan paling istriku hanya minum air atau berpuasa.

Suatu hari keluarga mertuaku mengundang kami untuk berkunjung ke rumahnya, kebetulan istriku berasal dari keluarga kaya.

Saat aku duduk berkumpul bersama mertuaku & keluarga yang lain di meja makan dengan hidangan yang mewah, aku tidak menemukan istriku. Lalu aku bertanya kepada ibu mertuaku,

"Dimanakah dia ibu?". Ibu mertuaku menjawab, "Istrimu sedang di dapur, dia mencari kacang..... Katanya dia sudah bosan dengan hidangan lauk & daging, sehingga dia sangat ingin makan kacang"

Ketika mendengar itu ayah mertuaku langsung memelukku sambil berkata,... "Terima kasih menantuku kau telah mencukupi nafkah anakku dengan baik, sampai "dia bosan makan daging & malah ingin mencoba makan kacang."

Saat itu dadaku tersesak, menahan tangis. Lalu saat pulang ke rumah kami, aku tak bisa lagi menahan tangis, sambil ku peluk erat istriku ...

"Betapa engkau sangat menjaga kehormatanku di hadapan orang lain wahai istriku walau pun itu orang tuamu sendiri, sedangkan aku tahu setiap hari kau hidup kekurangan disini, bahkan sampai tidak makan sama sekali."

Istriku hanya menjawab, "Aku berkewajiban menjaga kehormatanmu, Karena istri adalah pakaian suami & suami adalah pakaian istri. Karena itu istri adalah kehormatan suaminya, begitu juga pun sebaliknya suami adalah kehormatan bagi isterinya".

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes