*Kisah Saat Nabi Musa Mengeluh Sakit Gigi Kepada Allah*
وحكي أن سيدنا موسى عليه السلام شكا ألم سنه إلى الله تعالى فقال له خذ الحشيشة الفلانية وضعها على سنك فسكن الوجع فى الحال ثم بعد مدة عاوده ذلك الوجع فأخذ تلك الحشيشة ووضعها على سنه فزاد الوجع أضعاف ماكان فاستغاث إلى الله تعالى فقال إلهى ألست أمرتنى بهذا ودللتنى عليه فقال تعالى أناالشافى وأناالمعافى وأناالضار وأناالنافع قصدتنى فى المرة الأولى فأزلت مرضك والأن قصدت الحشيشة وماقصدتنى.
{Dikisahkan} Sesungguhnya nabi musa AS terkena sakit gigi, dan mengadukan kepada Allah tentang sakitnya itu. Allah SWT berfirman : Ambillah rumput Falani, dan letakkan pada gigimu yang sakit. Setelah dipasang, seketika sakitnya langsung hilang.
Beberapa waktu kemudian sakit giginya kambuh lagi, maka tanpa lebih dulu mengadu kepada allah SWT, Nabi musa AS langsung mengambil rumput seperti petunjuk Allah tempo hari, lalu diletakkan rumput itu pada giginya yang sakit. Namun yang terjadi sakitnya malah tambah parah, lebih parah dari yang pertama. Lalu beliau mengadu kepada Allah SWT, Ya tuhanku, bukankah engkau pernah menyuruhku dengan pelantara ini, dan menunjukkan itu kepadaku.
Allah SWT berfirman : Aku yang menyembuhkan, dan aku yang menyihatkan, Aku yang memberi bahaya, dan aku pula yang memberi manfaat. Dulu waktu sakit pertama kau menuju kepadaku, lalu Aku hilangkan sakitmu. Sekarang kamu hanya menuju pada rumput bukan kepadaku.
Assalamualaikum maaf para yai ustadz bertanya tentang hukum berbicara sebelum sholat jum'at sekedar "luruskan rapatkan shaf "terima kasih atas jawaban dan Dalilnya..??
Kalangan syafi’iyyah berpendapat : Boleh berbicara sebelum dimulainya khutbah, setelah khutbah dan sebelum shalat, sedang berbicara di tengah-tengah khutbah berlangsung terjadi perbedaan pendapat di kalangan syafi’iyyah, menurut pendapat yang zhahir juga tidak haram seperti keterangan dalam kitab ‘alMuhadzdzab’, ini semua bila pembicaraan di atas tidak berhubungan dengan hal-hal penting, namun bila berhubungan dengan hal penting seperti mengingatkan orang buta yang hendak jatuh dalam sumur, ulama sepakat tidak haram begitu juga saat isi pembicaraan berhubungan dengan memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran maka juga tidak haram seperti yang telah ditentukan oleh Imam syafi’I dan disepakati para pengikutnya.
Fiqih Islam
فتح العلام ج ٣ ص ٦٠
و حاصل ما يقال في هذا المقام أنه يسن للسامع ترك الكلام و الذكر مع الإصغاء لما لا يجب سماعه و هو غير الأركان لأربعين بخلاف الأركان لأربعين فيجب سماعه و يحرم على أحدهم كلام فوت سماع ركن لتسببه في إبطال الجمعة عند ابن حجر و أما الرملي فلا يشترط عنده السماع بالفعل.
و يندب الكلام حال الخطبة إذا دعت إليه حاجة كتنبيه من خاف وقوع محذور به لو لم ينبهه و تعليم غيره خيرا ناجزا أو نهيه عن منكر بل قد يجب ما ذكر و يقتصر على أقل ما يكفي بل لو كفت الإشارة ندب الإقتصار عليها كما في بشرى الكريم. و الله أعلم
Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan . Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (QS. 4.4).
المسألة الثامنة : دلت هذه الآية على أمور : منها : ان المهر لها ولا حق للولي فيه ، ومنها جواز هبتها المهر للزوج ، وجواز أن يأخذه الزوج ، لأن قوله : { فَكُلُوهُ هَنِيئاً مَّرِيئاً } يدل على المعنيين ، ومنها جواز هبتها المهر قبل القبض ، لأن الله تعالى لم يفرق بين الحالتين .... المراد بقوله : { فَكُلُوهُ هَنِيئاً مَّرِيئاً } ليس نفس الأكل ، بل المراد منه حل التصرفات ، وإنما خص الأكل بالذكر لأن معظم المقصود من المال إنما هو الأكل ، ونظيره قوله تعالى : { إِنَّ الذين يَأْكُلُونَ أموال اليتامى ظُلْماً } [ النساء : 10 ] وقال : { لاَ تَأْكُلُواْ أموالكم بَيْنَكُمْ بالباطل } [ البقرة : 188 ] .
[ Masalah 8 ] Ayat ini menunjukkan beberapa makna di antaranya :
* Mahar pernikahan adalah hak istri bukan wali
§Boleh bagi istri menghibahkan maharnya pada suami
§Boleh bagi suami mengambil pemberiannya karena ayat “maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” Menunjukkan dua makna.
§Istri boleh menghibahkannya sebelum ia terima
Yang dimaksud “maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya” bukan hanya sebatas memakannya namun mencakup segala unsur pengelolaan harta, sedang dalam ayat tersebut hanya dibatasi dengan kata ‘memakan’ karena maksud utama dari dari penggunaan harta benda adalah memakannya sebagaimana dalam ayat lain : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara lalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”(QS. 4:10), dan ayat “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil.” (QS. 2:188). [ Tafsiir ar-Roozy V/190 ]. Wallaahu A'lamu Bis Showaab.
Dalam referensi yang lain menjelaskan
المسألة الثامنة : دلت هذه الآية على أمور : منها : ان المهر لها ولا حق للولي فيه ، ومنها جواز هبتها المهر للزوج ، وجواز أن يأخذه الزوج ، لأن قوله : { فَكُلُوهُ هَنِيئاً مَّرِيئاً } يدل على المعنيين ، ومنها جواز هبتها المهر قبل القبض ، لأن الله تعالى لم يفرق بين الحالتين .... المراد بقوله : { فَكُلُوهُ هَنِيئاً مَّرِيئاً } ليس نفس الأكل ، بل المراد منه حل التصرفات ، وإنما خص الأكل بالذكر لأن معظم المقصود من المال إنما هو الأكل ، ونظيره قوله تعالى : { إِنَّ الذين يَأْكُلُونَ أموال اليتامى ظُلْماً } [ النساء : 10 ] وقال : { لاَ تَأْكُلُواْ أموالكم بَيْنَكُمْ بالباطل } [ البقرة : 188 ] .
[Masalah 8 ] Ayat ini menunjukkan beberapa makna di antaranya :
* Mahar pernikahan adalah hak istri bukan wali
▪Boleh bagi istri menghibahkan maharnya pada suami
▪Boleh bagi suami mengambil pemberiannya karena ayat “maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” Menunjukkan dua makna.
Disunnahkan juga agar suami tidak menyetubuhi istri sehingga memberi sebagian mahar, disunnahkan tersebut karena keluar dari pendapat yang mewajibkan menyebutkan mahar disaat aqadsebagian ulama' berkata hikmahnya mahar yaitu di saat Allah menciptakan hawa maka adam sangat suka dan mengulurkan tangan untuk menyentuhnya maka Allah berfirman padanya wahai adam sehingga kamu memberi mahar padanya, Adam bertanya, apa maharnya? Allah menjawab bacalah sholawat pada Muhammad 1000 kali pada 1 nafas, lalu adam membaca sholawat sampai 500 kali terus bernafas, lalu Allah berfirman, sholawat yang engkau baca itu adalah permulaan mahar dan yang sisanya adalah pelunasan mahardan dalam suatu riwayat, ketika Allah menciptakan hawa maka adam berkata, ya Tuhan nikahkanlah aku pada hawa, lalu Allah berfirman hai adam sehingga kau memberi mahar padanyaadam bertanya apa maharnya ya Tuhanku? Allah berfirman maharnya adalah kamu baca sholawat pada kekasihku Muhammad 100 kali dalam 1 nafas, lalu adam membaca sholawat sampai 70 kali lalu bernafas, maka Allah berfirman, tidak mengapa,sholawat yang telah kau baca itu adalah permulaan mahar dan sisanya adalah pelunasan mahar, oleh karena itu sebagian manusia pada melakukan / menemukan mengeluarkan separo dulu dan yang separo itu menyusul sebagian lagi ada yang membayar 2/3 dulu sedangkan yang 1/3 nya lagi dibayar belakangan dan ini adalah kewajaran yang terjadi di antara kita di zaman sekarang. Wallaahu A'lam
Catatan tambahan Referensinya
Nambahin ibarat dari kitab Nihayatul ziin
وَيسْتَحب أَن لَا يدْخل بهَا حَتَّى يدْفع لَهَا شَيْئا من الصَدَاق خُرُوجًا من خلاف من أوجبه سَوَاء كَانَ حَالا كُله أَو بعضه أَو مُؤَجّلا إِذْ لَا مَانع من التَّعْجِيل
Dalam hal yang di tanyakan ini, bisa benar yaitu suami di larang menjimak istrinya yang Blum di berikan maharnya, apabila istri nya melarang untuk menjimak nya,
"Ya Allah di hari Jum’at ini kami meminta kepada-Mu dengan perantaraan Nama-namaMu yang Indah dan sifat-Mu yang Tinggi, agar kiranya Engkau tutupi aib guru-guru kami dari kami. Dan jangan Engkau hilangkan keberkahan ilmunya dari kami."
“Ya Allah ampunilah guru-guru kami dan siapapun yang telah mengajarkan kami. Sayangilah mereka. Muliakanlah mereka dengan RidhaMu yang Agung, tempatkan mereka di tempat yang mulia di sisi-Mu, wahai dzat yang Maha Penyayang.”
Azay Nipira itu saya sebuah nama untuk dalam bermedia saja. Adalah terlahir dari seorang ibu yang cantik, baik, sholehah berdarah Sunda. Tentu saya adalah seorang manusia makhluk biasa yang senantiasa berdoa dan berusaha untuk terus berupaya dan untuk terus berdaya sekemampuan berbuat kebaikan untuk ibu, saudara saudari, seggenap keluarga, masyarakat, bangsa, negara sebagai perintah agama Islam yang saya yakini kebenarannya. Dengan tetap saling menghormati, menghargai, serta menjungjung tinggi siapapun orang untuk tetap saling mengenal satu sama yang lainnya. Ucapan terimakasih kepada siapapun yang telah memberikan ilmu ilmu kepada sayadan menjadi guruku, namun mohon ma'af saya tidak bisa membalasnya hanya saya selalu berdo'a untuk semua yang menjadi guruku dengan mendo'akan agar menjadi nilai tambah baginya sehingga mendapatkan balasan yang setimpal sepadan dari Allah SWT sebaik baiknya Dzat pemberi balasan kebaikan. Aamii..n. yaa..Rabbal Aalamiin....