BREAKING NEWS

Watsapp

Sunday, June 2, 2024

SHOLAT JANAZAH PART 9

BAROKAH NGAJI KIYAI SHOLIHIN

TERJEMAH FATHUL MU'IN

SHOLAT JANAZAH 

PART 9

LOMBA pencak silat siswa SDN GARAWANGI tingkat Kabupaten 


وَ يَقُوْلُ فِيْ وَلَدِ الزِّنَا: “اللّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًا لِأَمِّهِ”. 

 Untuk mayat kanak kanak hasil zina, doanya diganti dengan ucapan: (اللّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًا لِأَمِّهِ) – sampai akhir; “Ya Allah, jadikanlah anak ini sebagai persediaan untuk ibunya”. 📝

 ------------

📝

أي لأنه لا ينسب إلى أب، وإنما ينسب إلى أمه.

Karena anak hasil zina tidak bisa dinasabksn ke bapak, sesungguhnya dinasabkan ke ibunya.

Ianatuttholibin juz hal 128

Nurul ilmi.

-------------

وَ الْمُرَادُ بِالْإِبْدَالِ فِي الْأَهْلِ وَ الزَّوْجَةِ، إِبْدَالُ الْأَوْصَافِ لَا الذَّوَاتِ، لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {أَلْحِقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ} وَ لِخَبَرِ الطَّبَرَانِيِّ وَ غَيْرِهِ: “إِنَّ نِسَاءَ الْجَنَّةِ مِنْ نِسَاءِ الدُّنْيَا أَفْضَلُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ”. اِنْتَهَى.

Yang dimaksud dengan “penggantian ahli keluarga dan istri” adalah penggantian dalam segi sifat-sifatnya, bukan pada dzātnya ( postur tubuh ). Berdasarkan firman Allah yang artinya: “….. dan Kami temukan pada mereka keturunan mereka”, dan hadits yang diriwayatkan oleh Imām ath-Thabrānī dan lainnya: Bahwa wanita-wanita surga yang berasal dari wanita dunia lebih utama daripada bidadari surga. – Habis. –

---------------

ثُمَّ رَأَيْتُ شَيْخَنَا، قَالَ: وَقَوْلُهُ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجَةٍ: لِمَنْ لَا زَوْجَةَ لَهُ - يُصَدَّقُ بِتَقْدِيرِهَا لَهُ أَنْ لَوْ كَانَتْ لَهُ.

Kemudian saya melihat guru kami berkata: Dan perkataanya "dan pasangan yang lebih baik daripada istri": untuk orang yang tidak memiliki istri - dianggap benar jika diperkirakan ia memilikinya..

ويؤخذ منه أنه فيمن مات وهي في عصمته ولم تتزوج بعده، فإن لم تكن في عصمة أحدهم عند موته احتمل القول بأنها تخير، وأنها للثاني.

Dan dapat diambil dari (pernyataan)Abi Darda, ini bahwa bagi orang Lelaki yang meninggal sementara dia (istrinya) masih dalam pernikahannya dan dia tidak menikah lagi setelahnya, jika dia ( wanita ) tidak berada dalam pernikahan salah satu dari mereka saat kematiannya wanita, mungkin dikatakan bahwa dia boleh memilih, dan (mungkin juga dikatakan) bahwa dia (menjadi istri) yang kedua,

ولو مات أحدهم وهي في عصمته، ثم تزوجت وطلقت ثم ماتت، فهل هي للأول أو الثاني؟ ظاهر الحديث أنها للثاني

"Jika salah satu dari mereka meninggal sementara dia (wanita tersebut) masih dalam ikatan pernikahan dengannya, kemudian dia menikah lagi dan bercerai, lalu meninggal, apakah dia (wanita tersebut) milik yang pertama atau yang kedua? Secara lahiriah dari hadis tersebut, dia adalah milik yang kedua."

Ianah Tholibin juz 2 hal 128

Nurul Ilmi

وفي حديث رواه جمع لكنه ضعيف: المرأة منا ربما يكون لها زوجان في الدنيا فتموت ويموتان ويدخلان الجنة، لأيهما هي؟ قال: لأحسنهما خلقا كان عندها في الدنيا. اهـ

"Dan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh beberapa orang tetapi lemah: Seorang wanita dari kita mungkin memiliki dua suami di dunia, kemudian dia meninggal dan keduanya juga meninggal lalu masuk surga. Untuk siapa dia (wanita tersebut)? Dikatakan: Untuk yang paling baik akhlaknya ketika bersamanya di dunia."


Ianah Tholibin juz 2 hal 129

Nurul Ilmi

-------------

(وَ) سَابِعُهَا: (سَلَامٌ) كَغَيْرِهَا (بَعْدَ رَابِعَةٍ)، وَ لَا يَجِبُ فِيْ هذِهِ ذِكْرُ غَيْرِ السَّلَامِ 

(7. Salām – sebagaimana halnya dengan shalat-shalat lain – setelah takbīr yang keempat. Sesudah takbīr ini, tidak ada dzikir yang wajib selain salam. ✅

---------------

أي كسلام غير صلاة الجنازة من الصلوات في

الكيفية، كالالتفات في التسليمة الأولى على يمينه، وفي الثانية على اليسار. وفي العدد، ككونه تسليمتين.

"Setiap salam, selain salam dalam salat jenazah, dari salat-salat lainnya, baik dari segi cara, seperti memalingkan wajah pada salam pertama ke kanan, dan pada salam kedua ke kiri.Dan dari segi jumlah, yaitu terdiri dari dua salam."

Ianah Tholibin juz 2 hal 129

Nurul Ilmi.

---------------

لكِنْ يُسَنُّ: اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ أَيْ أَجْرَ الصَّلَاةِ عَلَيْهِ، أَوْ أَجْرَ الْمُصِيْبَةِ وَ لَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ أَيْ بِارْتِكَابِ الْمَعَاصِيْ وَ اغْفِرْ لَنَا وَ لَهُ. ـ

Tetapi (sebelum salām) sunnah berdoa (37): (اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ….) dan seterusnya – Ya Allah janganlah Engkau menutup kami dari pahalanya – Maksudnya adalah pahala menshalatinya atau pahala musibah – dan janganlah Engkau turunkan fitnah setelah kematiannya – Maksudnya setelah melakukan maksiat, – dan ampunilah dosa kami dan dosanya – . 

-------------

37)

.أی ولوكان طفلا لأن المغفرة لا تستدعي سبق ذنب ولا بأس بزيادة وللمسلمين

Dan meskipun dia adalah seorang anak kecil, karena ampunan/istighfar tidak memerlukan adanya dosa sebelumnya. Tidak ada salahnya menambahkan "dan untuk kaum Muslimin".

I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 129   

Nurul ilmi

-------------

وَ لَوْ تَخلَّفَ عَنْ إِمَامِهِ بِلَا عُذْرٍ بِتَكْبِيْرَةٍ حَتَّى شَرَعَ إِمَامُهُ فِيْ أُخْرَى بَطَلَتْ صَلَاتُهُ. 

Apabila dalam shalat jenazah ini seseorang tertinggal dari imām satu takbīr tanpa ada ‘udzur✅ sampai sang imam memulai takbīr lainnya, maka batallah shalat ma’mūm tersebut (38). 

 -------------

يفيد أن التخلف بتكبيرة مع العذر - كنسيان، وبطء قراءة، وعدم سماع تكبير، وجهل - يعذر به لا يبطل، بخلاف التخلف بتكبيرتين، ولا يتحقق التخلف بذلك إلا إذا شرع في الرابعة وهو في الأولى، فإنه يبطل، وهذا ما جرى عليه الجمال الرملي.

Ini menunjukkan bahwa keterlambatan satu takbir dengan alasan yang sah - seperti lupa, lambat dalam membaca, tidak mendengar takbir, atau ketidaktahuan - dimaafkan dan tidak membatalkan salat. Berbeda halnya dengan keterlambatan dua takbir, yang menyebabkan salat menjadi batal. Keterlambatan tersebut dianggap terjadi jika imam telah memulai takbir keempat sementara makmum masih pada takbir pertama, maka salatnya batal. Inilah pendapat yang dipegang oleh Jamal Ramli.


38).

وذلك لأن المتابعة لا تظهر في هذه الصلاة إلا بالتكبيرات، فيكون التخلف بها فاحشا، كالتخلف بركعة 

 Sebab mengikuti imām dalam shalat janazah ini tidak dapat tampak, kecuali mengikuti takbīr imām.

 sehingga keterlambatan dalam melakukannya dianggap keterlambatan yang parah, seperti halnya keterlambatan satu rakaat.


 I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 129 

 Nurul ilmi.

--------------

وَ لَوْ كَبَّرَ إِمَامُهُ تَكْبِيْرَةً أُخْرَى قَبْلَ قِرَاءَةِ الْمَسْبُوْقِ الْفَاتِحَةَ تَابَعَهُ فِيْ تَكْبِيْرِهِ، وَ سَقَطَتِ الْقِرَاءَةُ عَنْهُ. 

Apabila sang imām telah memulai takbīr berikutnya, 📝sedang ma’mūm masbūq belum sempat membaca fātiḥah, maka harus mengikuti bertakbīr, dan fātiḥah ( keseluruhan atau sebagian) gugur baginya.

------------

📝

في تكبيرة أخرى، بأن شرع الإمام في الثالثة والمأموم في الأولى، أو شرع في الرابعة والمأموم في الثانية.

Dalam takbir lainnya, apabila imam memulai takbir yang ketiga dan makmum masih dalam takbir yang pertama, atau imam memulai takbir yang keempat dan makmum masih dalam takbir yang kedua.

I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 129 

 Nurul ilmi.

-----------------

وَ إِذَا سَلَمَ الْإِمَامُ تَدَارَكَ الْمَسْبُوْقُ مَا بَقِيَ عَلَيْهِ مَعَ الْأَذْكَارِ. 

 Setelah imāmnya salām, maka bagi ma’mūm masbūq tersebut harus menambah takbīr-takbīr yang belum ia kerjakan beserta dzikir-dzikirnya. 

وَ يُقَدَّمُ فِي الْإِمَامَةِ فِيْ صَلَاةِ الْمَيِّتِ وَ لَوِ امْرَأَةٌ: أَبٌ، أَوْ نَائِبُهُ، فَأَبُوْهُ، ثُمَّ ابْنٌ فَابْنُهُ، ثُمَّ أَخٌ لِأَبَوَيْنِ فَلِأَبٍ، ثُمَّ ابْنُهُمَا، ثُمَّ الْعَمُّ كَذلِكَ، ثُمَّ سَائِرُ الْعَصَبَاتِ، ثُمَّ مُعْتِقٌ، ثُمَّ ذُوْ رَحِمٍ، ثُمَّ زَوْجٌ


Di dalam shalat Jenazah – sekalipun mayatnya seorang wanita yang didahulukan untuk menjadi imām adalah dengan urutan sebagai berikut: Ayah atau gantinya, kakek dari garis laki-laki, anak laki-laki mayat, cucu laki-laki dari garis laki-laki, saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki, saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki seayah, keponakan laki-laki dari kedua mereka, paman seayah, waris ashabah lainnya, orang yang memerdekakan mayat dzaw-il-arḥām, kemudian suami. (39)

----+-------

39).

واعلم أن من ذكر يقدم علی غيره ولو السلطان أو إمام المسجد ولو عصی بتقديمه وذلك لانه حقه

 Urutan-urutan tersebut lebih didahulukan daripada orang lain walaupun sultan atau imām masjid walaupun mayat berwasiyat untuk mendahulukan sulatn atau imam masjid sebab itu adalah haknya. I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 148. Dār-ul-Fikr.

----------------


MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI 

SEMOGA BERMANFAAT

DO'A DAN CARA MENYEMBELIH HEWAN QURBAN

Saturday, June 1, 2024

KAIFIYAT TATACARA MANDI WAJIB YANG MENCAKUP WUDHU, BAGAIMANAKAH?

 📎 TATACARA MANDI WAJIB YANG MENCAKUP WUDHU

P5 SPENTWOGAR BERSINERGI 

1- Basuh qubul-dubur dengan niat menghilangkan hadats besar "secara khusus". Pas basuh dubur niat "saya niat menghilangkan hadats besar khusus pada dubur". Dan pas basuh qubul niat "saya niat menghilangkan hadats besar khusus pada qubul." 


Kalau ingin niat bahasa Arab :

• Saat basuh Qubul :

نَوَيْت رفعَ الْحَدثِ الْأَكْبَر عَن القُبُلِ بِخُصُوصِهِ


• Saat basuh Dubur :

نَوَيْت رفعَ الْحَدثِ الْأَكْبَر عَن الدبر بِخُصُوصِهِ


2. Setelah itu jangan lagi memegang qubul dubur, karena itu bisa membatalkan wudhu yg nanti mandinya dinilai tidak lagi mencakup wudhu. Juga jangan sampai ada yang batalin wudhu selama proses mandi, seperti kencing, kentut dll. Kalau kencing lakukanlah sebelum proses mandi wajib.


3. Setelah basuh qubul dubur secara khusus kemudian basuh seluruh badan lain (selain qubul dubur) dengan niat menghilangkan hadats besar pada seluruh tubuh seperti yang telah lumrah di ketahui. Misal "saya niat menghilangkan hadats besar pada badan saya fardhon lillahi ta'ala". 


Atau kalau ingin yang bahasa Arab :

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ اْلحَدَثِ اْلأَكْبَرِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى


o0o

Jika sesuai ketentuan nomor satu sampai tiga ini, maka mandi wajibnya sudah mencakup wudhu. Nantinya sehabis mandi wajib, tidak wudhu, langsung shalat, maka sudah sah, walaupun tidak wudhu sama sekali saat mandi.


Keterangan: Tulisan ini hanya berfokus membahas mandi wajib yang mencakup wudhu. Tidak membahas kesunahan dalam mandi wajib dll. karena khawatir kepanjangan.

Referensi: Nihayatuz Zain & Hasyiyah Bujairomi


ثمَّ الِاغْتِسَال عَن الْحَدث الْأَكْبَر إِمَّا بالانغماس أَو بالصب أَو بالاغتراف من المَاء فَإِن كَانَ بالانغماس فَالْأَمْر ظَاهر وَإِن كَانَ بالصب فيبقي للمغتسل مُرَاعَاة مَحل الِاسْتِنْجَاء لِأَنَّهُ رُبمَا لَا يصل إِلَيْهِ مَاء الصب فَيَنْبَغِي عَلَيْهِ الْحَدث الْأَكْبَر فَيحْتَاج إِلَى غسله آخرا

فَإِن مَسّه بِبَطن كَفه من غير حَائِل انْتقض وضوؤه وَإِن لف على يَده خرقَة مثلا فَفِيهِ كلفة والمخلص من ذَلِك أَنه بعد فرَاغ الِاسْتِنْجَاء يَنْوِي رفع الْحَدث الْأَكْبَر مَعَ صب المَاء على الْمحل وَهَذِه الْمَسْأَلَة تسمى الدقيقة

لَكِن إِذا أطلق النِّيَّة فَإِن الْحَدث الْأَكْبَر يرْتَفع عَن مَحل الِاسْتِنْجَاء وَعَن بَاطِن كف المغتسل لملاقاة ذَلِك للْمَاء حَال النِّيَّة ويرتفع الْحَدث الْأَصْغَر عَن بَاطِن الْكَفّ فِي ضمن ارْتِفَاع الْحَدث الْأَكْبَر

ثمَّ يعود الْحَدث الْأَصْغَر على بَاطِن الْكَفّ بِمَسّ حَلقَة الدبر فَيحْتَاج المغتسل إِلَى إفَاضَة المَاء على بطن كَفه بنية رفع الْحَدث الْأَصْغَر عَنهُ بعد رفع حدث وَجهه وَإِنَّمَا قُلْنَا بعد رفع حدث وَجهه لوُجُوب التَّرْتِيب فِي الْحَدث الْأَصْغَر إِذا لم يكن ارتفاعه فِي ضمن الْأَكْبَر وَحدث الْكَفّ فِي هَذِه الْحَالة لَيْسَ فِي ضمن الْأَكْبَر فيراعى فِيهِ التَّرْتِيب وَالْمُسلم من هَذِه الورطة أَن يُقيد النِّيَّة بِأَن يَقُول نَوَيْت رفع الْحَدث الْأَكْبَر عَن مَحل الِاسْتِنْجَاء بِخُصُوصِهِ ثمَّ يَأْتِي بنية أُخْرَى لباقي بدنه وَهَذِه تسمى دقيقة الدقيقة فمجموع الْمَسْأَلَتَيْنِ يُسمى الدقيقة ودقيقة الدقيقة

[نووي الجاوي ,نهاية الزين ,30]


قَوْلُهُ: (يَنْبَغِي لَهُ) أَيْ يُنْدَبُ إلَخْ. وَتَرْتَفِعُ الْجَنَابَةُ عَنْ كَفِّهِ وَعَنْ مَحَلِّ الِاسْتِنْجَاءِ أَيْ: إذَا نَوَى رَفْعَ الْجَنَابَةِ عَنْهُمَا أَمَّا الْحَدَثُ الْأَصْغَرُ فَهُوَ بَاقٍ عَلَى كَفِّهِ بِمَسِّهِ حَالَ النِّيَّةِ النَّاقِضِ اهـ. قَالَ ابْنُ حَجَرٍ: فَيَحْتَاجُ إلَى غَسْلِ كَفِّهِ بَعْدَ ذَلِكَ أَيْ بَعْدَ رَفْعِ حَدَثِ الْوَجْهِ بِنِيَّةٍ مُعْتَبَرَةٍ مِنْ نِيَّاتِ الْوُضُوءِ لِتَعَذُّرِ الِانْدِرَاجِ حِينَئِذٍ، فَإِنَّ جَنَابَةَ الْيَدِ ارْتَفَعَتْ ثُمَّ طَرَأَ الْحَدَثُ الْأَصْغَرُ عَلَيْهَا بِالْمَسِّ أَيْ: فَالشَّرْطُ أَنْ لَا يُقَدِّمَ غَسْلَ كَفَّيْهِ عَلَى الْوَجْهِ فَلَوْ أَخَّرَهُ بِالْكُلِّيَّةِ عَنْ غَسْلِ جَمِيعِ الْأَعْضَاءِ، وَنَوَى كَفَى فَتَأَمَّلْ م د.

وَقَالَ شَيْخُنَا الْعَشْمَاوِيُّ: وَهَذِهِ الْمَسْأَلَةُ تُسَمَّى بِالدَّقِيقَةِ أَوْ دَقِيقَةِ الدَّقِيقَةِ، فَالدَّقِيقَةُ النِّيَّةُ عِنْدَ غَسْلِ مَحَلِّ الِاسْتِنْجَاءِ، وَدَقِيقَةُ الدَّقِيقَةِ بَقَاءُ الْحَدَثِ الْأَصْغَرِ عَلَى كَفِّهِ، وَهَذَا إذَا نَوَى رَفْعَ الْحَدَثِ الْأَكْبَرِ عَنْ الْمَحَلِّ وَالْيَدِ مَعًا أَوْ أَطْلَقَ، فَإِنْ نَوَى رَفْعَ الْجَنَابَةِ عَنْ الْمَحَلِّ فَقَطْ فَلَا يَحْتَاجُ إلَى نِيَّةِ رَفْعِ حَدَثٍ أَصْغَرَ عَنْهَا؛ لِأَنَّ الْجَنَابَةَ لَمْ تَرْتَفِعْ عَنْهَا فَهَذَا مُخَلِّصٌ لَهُ مِنْ غَسْلِ يَدِهِ ثَانِيًا اهـ.

[البجيرمي، حاشية البجيرمي على الخطيب = تحفة الحبيب على شرح الخطيب، ٢٣٩/١]

HUKUM AIR MINERAL DI GUNAKAN UNTUK BERSUCI, BAGAIMANAKAH?

 *HUKUM AIR MINERAL DI GUNAKAN UNTUK BERSUCI* 


Pertanyaan:

Apakah sah berwuduk atau bersuci menggunakan air mineral dalam kemasan botol/gelas contoh air mineral AQUA...? 

sekian trimakasih


Jawab:

Boleh berwudhu memakai air mineral atau aqua atau sejenisnya.

Jika ada ulama yang tidak memperbolehkannya itu karena memandang AQUA itu musabbal lissyurbi, hanya diperuntukkan untuk diminum. Kalau saya melihat tidak demikian, aqua itu peruntukannya bebas, boleh untuk cuci muka ataupun nyiram tanaman. Coba tanya ke pabrik aqua, boleh nggak jika aqua dipakai selain diminum.

Muhtarom atau tidak itu sangat kondisional. Di daerah yang kesulitan air minum, berwudlu dengan aqua bisa disebut tindakan tabdzir dan berlebihan. Namun di daerah dimana air bersih tersedia berlimpah tentu bukan masalah berwudlu dengan Aqua. Kalau di kereta dimana air selain air kemasan sulit didapat, maka berwudlu dengan aqua adalah hal lumrah yang jauh dari nilai makruh apalagi haram. Tapi saat air gratis berlimpah dan tak mengandung mudarat maka berwudlu dengan aqua bisa menjadi makruh bahkan haram.


📖فتح القريب المجيب باب المياه


والقسم الثالث طاهر في نفسه غير مطهر لغيره وهو الماء المستعمل في رفع أو إزالة نجس ان لم يتغير ولم يزد وزنه بعد انفصاله عما كان بعد اعتبار ما يتشربه المغسول من الماء والمتغير أي ومن هذا القسم الماء المتغير أحد أوصافه بما أي بشيء خالطه من الطاهرات تغيرا يمنع اطلاق اسم الماء عليه فإنه طاهر غير طهور حسيا كان التغير أو تقديريا كان اختلط بالماء ما يوافقه في صفاته كماء الورد المنقطع الرائحة والماء المستعمل فان لم يمنع اطلاق اسم الماء عليه بأن كان تغيره بالطاهر يسيرا أو بما يوافق الماء في صفاته وقدر مخالفا ولم يغيره فلا يسلب طهوريته فهو مطهر لغيره واحترز بقوله خالطه عن الطاهر المجاور له فإنه باق على طهوريته ولو كان التغير كثيرا وكذا المتغير بمخالط لايستغنى الماء عنه كطين وطحلب وما في مقره وممره والمتغير بطول المكث فإنه طهور.


📖إعانة الطالبين حاشية فتح المعين ج ١


(ﻗﻮﻟﻪ: ﻳﺤﺮﻡ اﻟﺘﻄﻬﺮ ﺑﺎﻝﻣﺴﺒﻞ ﻟﻠﺸﺮﺏ) ﺃﻱ ﺃﻭ ﺑﺎﻟﻤﺎء اﻟﻐﺼﻮﺏ، ﻭﻣﻊ اﻟﺤﺮﻣﺔ ﻳﺼﺢ اﻟﻮﺿﻮء. (ﻗﻮﻟﻪ: ﻭﻛﺬا ﺑﻤﺎء ﺟﻬﻞ ﺣﺎﻟﻪ) ﺃﻱ ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻳﺤﺮﻡ اﻟﺘﻄﻬﺮ ﺑﻤﺎء ﻟﻢ ﻳﺪﺭ ﻫﻞ ﻫﻮ ﻣﺴﺒﻞ ﻟﻠﺸﺮﺏ ﺃﻭ ﻟﻠﺘﻄﻬﺮ. ﻭﺳﻴﺬﻛﺮ اﻟﺸﺎﺭﺡ ﻓﻲ ﺑﺎﺏ اﻟﻮﻗﻒ ﺃﻧﻪ ﺣﻴﺚ ﺃﺟﻤﻞ اﻟﻮاﻗﻒ ﺷﺮﻃﻪ اﺗﺒﻊ ﻓﻴﻪ اﻟﻌﺮﻑ اﻟﻤﻄﺮﺩ ﻓﻲ ﺯﻣﻨﻪ ﻷﻧﻪ ﺑﻤﻨﺰﻟﺔ ﺷﺮﻁ اﻟﻮاﻗﻒ.

ﻗﺎﻝ: ﻭﻣﻦ ﺛﻢ اﻣﺘﻨﻊ ﻓﻲ اﻟﺴﻘﺎﻳﺎﺕ اﻝﻣﺴﺒﻞﺓ ﻏﻴﺮ اﻟﺸﺮﺏ ﻭﻧﻘﻞ اﻟﻤﺎء ﻣﻨﻬﺎ ﻭﻟﻮ ﻟﻠﺸﺮﺏ.


ﺛﻢ ﻗﺎﻝ: ﻭﺳﺌﻞ اﻟﻌﻼﻣﺔ اﻟﻄﻨﺒﺪاﻭﻱ ﻋﻦ اﻟﺠﻮاﺑﻲ ﻭاﻟﺠﺮاﺭ اﻟﺘﻲ ﻋﻨﺪ اﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻓﻴﻬﺎ اﻟﻤﺎء ﺇﺫا ﻟﻢ ﻳﻌﻠﻢ ﺃﻧﻬﺎ ﻣﻮﻗﻮﻓﺔ ﻟﻠﺸﺮﺏ ﺃﻭ ﻟﻠﻤﻮﺿﻮء ﺃﻭ اﻟﻐﺴﻞ اﻟﻮاﺟﺐ ﺃﻭ اﻟﻤﺴﻨﻮﻥ ﺃﻭ ﻏﺴﻞ اﻟﻨﺠﺎﺳﺔ؟. ﻓﺄﺟﺎﺏ: ﺃﻧﻪ ﺇﺫا ﺩﻟﺖ ﻗﺮﻳﻨﺔ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ اﻟﻤﺎء ﻣﻮﺿﻮﻉ ﻟﺘﻌﻤﻴﻢ اﻻﻧﺘﻔﺎﻉ ﺟﺎﺯ ﺟﻤﻴﻊ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ، ﻣﻦ اﻟﺸﺮﺏ ﻭﻏﺴﻞ اﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﻭﻏﺴﻞ اﻟﺠﻨﺎﺑﺔ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ. ﻭﻣﺜﺎﻝ اﻟﻘﺮﻳﻨﺔ ﺟﺮﻳﺎﻥ اﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻰ ﺗﻌﻤﻴﻢ اﻻﻧﺘﻔﺎﻉ ﺑﺎﻟﻤﺎء ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻧﻜﻴﺮ ﻣﻦ ﻓﻘﻴﻪ ﻭﻏﻴﺮﻩ، ﺇﺫ اﻟﻈﺎﻫﺮ ﻣﻦ ﻋﺪﻡ اﻟﻨﻜﻴﺮ ﺃﻧﻬﻢ ﺃﻗﺪﻣﻮا ﻋﻠﻰ ﺗﻌﻤﻴﻢ اﻻﻧﺘﻔﺎﻉ ﺑﺎﻟﻤﺎء ﺑﻐﺴﻞ ﻭﺷﺮﺏ ﻭﻭﺿﻮء ﻭﻏﺴﻞ ﻧﺠﺎﺳﺔ، ﻓﻤﺜﻞ ﻫﺬا ﺇﻳﻘﺎﻉ ﻳﻘﺎﻝ ﺑﺎﻟﺠﻮاﺯ. ﻭﻗﺎﻝ: ﺇﻥ ﻓﺘﻮﻯ اﻟﻌﻼﻣﺔ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﺎﻣﺨﺮﻣﺔ ﻳﻮاﻓﻖ ﻣﺎ ﺫﻛﺮﻩ.

اﻩ.

والله اعلم بالصواب



"Kapan makan lebih utama dari pada sholat?

 *"Kapan makan lebih utama dari pada sholat?*

"Yaitu ketika hidangan sdh datang, tiba tiba adzan berkumandang, sdngkn perut keroncongan, maka Ibh utama makan dulu, bahkan makruh jika mendahulukan sholat menurut jumhur ulama' (mayoritas ulama').


Kenapa lebih utama makan terlebih dahulu? "Karna sholat dalam keadaan lapar dapat mengurangi kekhusyu'an."

(يُذْهِبُ كَمَالَ الْخُشُوع)

Nb: hukum ini berlaku jika waktu sholat masih panjang, adapun jika waktu sholat sudah sempit, maka wajib mendahulukan sholat dari pada makan.

Referensi:

نيل الأوطار ج ۲ ص ٨ مكتبة الشاملة باب تقديم العشاء إذا حضر على تعجيل صلاة المغرب - عن أنس أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: «إذا قدم العشاء فابدءوا به قبل صلاة المغرب، ولا تعجلوا عن عشائكم - وعن عائشة عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: «إذا أقيمت الصلاة وحضر العشاء فابدءوا بالعشاء) » 446 - ( وعن ابن عمر قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: إذا وضع عشاء أحدكم وأقيمت الصلاة فابدءوا بالعشاء ولا تعجل حتى تفرغ منه متفق عليهن وللبخاري وأبي داود " وكان ابن عمر يوضع له الطعام، وتقام الصلاة فلا يأتيها حتى يفرغ، وإنه يسمع قراءة الإمام ")


 "Bab mendahulukan makan sore ketika telah datang daripada bersegera sholat maghrib " Hadis nomor 444 dari Anas sesungguhnya Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda: " ketika makan sore telah di datangkan maka mulailah dengannya sebelum sholat magrib, dan janganlah tergesa gesa dengan makan sore kalian."

Hadis no 445 dari Aisyah dari Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda: " ketika sholat telah di iqomati dan datang makan sore maka mulailah dengan makan sore ".

Hadis no 446 dari ibnu umar berkata: Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda: "ketika makan sore kalian telah diletakkan dan sholat telah di iqomati maka mulailah dengan makan sore dan janganlah tergesa gesa hingga selesai dari makan sore." Semua hadis tersebut adalah muttafaq alaih. Sedang riwayat dari al bukhori dan abu dawud dengan redaksi : " adalah ibnu umar diletakkan padanya makanan dan sholat telah di iqomati maka ibnu umar tidak mendatangi sholat hingga selesai (makan) dan sungguh ibnu umar mendengar bacaannya imam ". (Nailul authar juz 2 hal 8 maktabah syamilah)

شرح النواوي على مسلم ج ٥ ص ٥٤ مكتبة الشاملة باب كراهة الصلاة بحضرة الطعام الذي يريد أكله في الحال) وكراهة الصلاة مع مدافعة الحدث ونحوه

قوله صلى الله عليه وسلم إذا حضر العشاء وأقيمت الصلاة فابدوا بالعشاء وفي رواية إذا قرب العشاء وحضرت الصلاة فابدوا به قبل أن تصلوا صلاة المغرب ولا تعجلوا عن عشائكم الى.. رواية لا صلاة بحضرة طعام ولا وهو يدافعه الأخبثان في هذه الأحاديث كراهة الصلاة بحضرة الطعام الذي يريد أكله لما فيه من اشتغال القلب به وذهاب كمال الخشوع وكراهتها مع مدافعة الأخبثين وهما البول والغائط ويلحق بهذا ما كان في معناه مما يشغل القلب ويذهب كمال الخشوع وهذه الكراهة عند جمهور أصحابنا وغيرهم إذا صلى كذلك وفي الوقت سعة فإذا ضاق بحيث لو أكل أو تطهر خرج وقت الصلاة صلى على حاله محافظة على حرمة الوقت ولا يجوز تأخيرها

"Nabi muhammad SAW mengatakan:ketika makan sore telah datang dan sholat telah di iqomati maka mulailah dengan makan sore.

Dlm riwayat lain: " ketika makan sore dekatkan dan sholat datang maka mulailah dengan makan sore sebelum sholat magrib dilaksanakan dan janganlah tergesa-gesa dengan makan sore kalian " Dlm riwayat lain " ketika makan sore salah seorang diantara kalian telah diletakkan dan sholat di iqomati maka mulailah dengan makan sore dan jangan tergesa gesa hingga selesai darinya."

Dlm riwayat lain: " tiada sholat dengan hadirnya makanan dan tiada sholat sedangkan dia menahan kencing dan kotoran ".

Dlm hadist2 ini menunjukkan makruhnya sholat ketika makanan telah hadir dan dia menginginkan untuk memakannya, karena bisa menimbulkan kesibukan dalam hati dan menghilangkan kesempurnaan kekhusyu'an, serta makruhnya sholat bagi org yg menahn kencing dan kotoran.

Kemakruhn ini menurut jumhur ulama' adalah ktika wktu sholatnya masih luas, maka ketika waktunya sudah sempit maka wajib mendahulukan sholat. wallahu a'lam

Friday, May 31, 2024

RAJIN NGASIH NASIHATIN WANITA CANTIK?

 

*RAJIN NGASIH NASIHATIN  WANITA CANTIK?*

Ada orang rajin ngasih nasihat kepada wanita cantik dengan tujuan agar bisa menjadi dekat, lalu timbul cinta, lalu menikahinya, kata al-Gazzālī itu adalah jenis riyā’!. 

Tentu saja semakna dengan ini adalah wanita yang menunjuk-nunjukkan ilmu dan kesalehannya agar menarik minat lelaki.

Al-Imam Al-Gazzālī rodhiallahu'anhu wa ardhohu berkata:

[أن يكون غرضه نيل حظ مباح مِنْ حُظُوظِ الدُّنْيَا مِنْ مَالٍ أَوْ نِكَاحِ امرأة جميلة أو شريفة كالذي يظهر الحزن والبكاء ويشتغل بالوعظ والتذكير لتبذل له الأموال ويرغب في نكاحه النساء فيقصد إما امرأة بعينها لينكحها أو امرأة شريفة على الجملة وكالذي يرغب أن يتزوج بنت عالم عابد فيظهر له العلم والعبادة ليرغب في تزويجه ابنته]

Artinya: “(termasuk riya’ adalah saat) tujuannya adalah memperoleh keuntungan duniawi yang mubah seperti harta, wanita cantik, dan wanita mulia. Misalnya menampakkan kesedihan, tangisan, sibuk memberi nasihat dan peringatan agar mendapatkan harta atau menikahi wanita. 

Jadi, dia menarget wanita tertentu untuk dinikahi atau wanita mulia secara umum. Juga seperti orang yang ingin menikahi putri ulama ahli ibadah lalu dia menunjuk-nunjukkan ilmu dan ibadahnya agar sang ulama berminat menikahkannya dengan putrinya.” (Iḥyā’ ‘Ulūmiddīn juz 3 hlm 304)

Subhanallah. Ilmu ikhlas itu sungguh luar biasa. Mengamalkannya juga sungguh tidak mudah. Perjuangan seumur hidup.

***

Lelaki yang menampakkan kesalehan agar bisa menipu wanita dan bermaksiat dengannya adalah di antara jenis riyā’ yang paling berat!

Al-Imam Al-Gazzālī rodhiallahu'anhu wa ardhohu berkata:

[وقد يظهر بعضهم زي التصوف وهيئة الخشوع وكلام الحكمة على سبيل الوعظ والتذكير وإنما قصده التحبب إلى امرأة]

Artinya: “Terkadang ada sebagian orang yang menampakkan pakaian sufi, perilaku khusuk dan ucapan hikmah dalam bentuk nasihat dan mengingatkan. Padahal tujuannya hanyalah agar dapat cinta seorang wanita!.” (Iḥyā’ ‘Ulūmiddīn, juz 3 hlm 304)

DALIL TAHLILAN 3 HARI 7 HARI 25 HARI 40 HARI 100 HARI 1000 HARI. BAGAIMANAKAH?

Bismillah

DALIL TAHLILAN

3 HARI

7 HARI

25 HARI

40 HARI

100 HARI

1000 HARI

Gerbang BERKAH 

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮتى

ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓن ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ عام (الحاوي للفتاوي ,ج:۲,ص: ١٩٨


Rasulullah saw bersabda: “Doa dan shodaqoh itu hadiah kepada mayyit.”

Berkata Umar: “shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan shodaqoh dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh di hari ke tujuh akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya lalu sedekah dihari ke 40 akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.”


Referensi : (Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198)


Jumlah-jumlah harinya (3, 7, 25, 40, 100, setahun & 1000 hari) jd jelas bkn dr org hindu

Berkumpul ngirim doa adalah bentuk shodaqoh buat mayyit.

ﻓﻠﻤﺎ ﺍﺣﺘﻀﺮﻋﻤﺮ ﺃﻣﺮ ﺻﻬﻴﺒﺎ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ، ﻭﺃﻣﺮ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻃﻌﺎما، ﻓﻴﻄﻌﻤﻮﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﺴﺘﺨﻠﻔﻮﺍ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺟﻌﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﺟﺊ ﺑﺎﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﻭﺿﻌﺖ ﺍﻟﻤﻮﺍﺋﺪ ! ﻓﺄﻣﺴﻚ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﻬﺎ ﻟﻠﺤﺰﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻢ ﻓﻴﻪ ، ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ : ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﻣﺎﺕ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﻣﺎﺕ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﺇﻧﻪ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻻﺟﻞ ﻓﻜﻠﻮﺍ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ، ﺛﻢ ﻣﺪ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﻳﺪﻩ ﻓﺄﻛﻞ ﻭﻣﺪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ﻓﺄﻛﻠﻮﺍ


Ketika Umar sebelum wafatnya, ia memerintahkan pada Shuhaib untuk memimpin shalat, dan memberi makan para tamu selama 3 hari hingga mereka memilih seseorang, maka ketika hidangan–hidangan ditaruhkan, orang – orang tak mau makan karena sedihnya, maka berkatalah Abbas bin Abdulmuttalib:


Wahai hadirin.. sungguh telah wafat Rasulullah saw dan kita makan dan minum setelahnya, lalu wafat Abubakar dan kita makan dan minum sesudahnya, dan ajal itu adalah hal yang pasti, maka makanlah makanan ini..!”, lalu beliau mengulurkan tangannya dan makan, maka orang–orang pun mengulurkan tangannya masing–masing dan makan.


Referensi: [Al Fawaidussyahiir Li Abi Bakar Assyafii juz 1 hal 288, Kanzul ummaal fii sunanil aqwaal wal af’al Juz 13 hal 309, Thabaqat Al Kubra Li Ibn Sa’d Juz 4 hal 29, Tarikh Dimasyq juz 26 hal 373, Al Makrifah wattaarikh Juz 1 hal 110]


Kemudian dalam kitab Imam As Suyuthi, Al-Hawi li al-Fatawi:


ﻗﺎﻝ ﻃﺎﻭﻭﺱ : ﺍﻥ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻳﻔﺘﻨﻮﻥ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﺳﺒﻌﺎ ﻓﻜﺎﻧﻮﺍ ﻳﺴﺘﺤﺒﻮﻥ ﺍﻥ ﻳﻄﻌﻤﻮﺍ ﻋﻨﻬﻢ ﺗﻠﻚ ﺍﻻﻳﺎﻡ


Imam Thawus berkata: “Sungguh orang-orang yang telah meninggal dunia difitnah dalam kuburan mereka selama tujuh hari, maka mereka (sahabat) gemar menghidangkan makanan sebagai ganti dari mereka yang telah meninggal dunia pada hari-hari tersebut.”


ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺑﻦ ﻋﻤﻴﺮ ﻗﺎﻝ : ﻳﻔﺘﻦ ﺭﺟﻼﻥ ﻣﺆﻣﻦ ﻭﻣﻨﺎﻓﻖ , ﻓﺎﻣﺎ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺳﺒﻌﺎ ﻭﺍﻣﺎﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺍﺭﺑﻌﻴﻦ ﺻﺒﺎﺣﺎ


Dari Ubaid bin Umair ia berkata: “Dua orang yakni seorang mukmin dan seorang munafiq memperoleh fitnah kubur. Adapun seorang mukmin maka ia difitnah selama tujuh hari, sedangkan seorang munafiq disiksa selama empat puluh hari.”


Dalam tafsir Ibn Katsir (Abul Fida Ibn Katsir al Dimasyqi Al Syafi’i) 774 H beliau mengomentari ayat 39 surah an Najm (IV/236: Dar el Quthb), beliau mengatakan Imam Syafi’i berkata bahwa tidak sampai pahala itu, tapi di akhir2 nya beliau berkomentar lagi


ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﺬﺍﻙ ﻣﺠﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﻭﺻﻮﻟﻬﻤﺎ ﻭﻣﻨﺼﻮﺹ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ


bacaan alquran yang dihadiahkan kepada mayit itu sampai, Menurut Imam Syafi’i pada waktu beliau masih di Madinah dan di Baghdad, qaul beliau sama dengan Imam Malik dan Imam Hanafi, bahwa bacaan al-Quran tidak sampai ke mayit, Setelah beliau pindah ke mesir, beliau ralat perkataan itu dengan mengatakan bacaan alquran yang dihadiahkan ke mayit itu sampai dengan ditambah berdoa “Allahumma awshil.…dst.”, lalu murid beliau Imam Ahmad dan kumpulan murid2 Imam Syafi’i yang lain berfatwa bahwa bacaan alquran sampai.


Pandangan Hanabilah, Taqiyuddin Muhammad ibnu Ahmad ibnu Abdul Halim (yang lebih populer dengan julukan Ibnu Taimiyah dari madzhab Hambali) menjelaskan:


ﺍَﻣَّﺎ ﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺔُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻓَـِﺎﻧَّﻪُ ﻳَﻨْـﺘَـﻔِﻊُ ﺑِﻬَﺎ ﺑِﺎﺗِّـﻔَﺎﻕِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ. ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺭَﺩَﺕْ ﺑِﺬٰﻟِﻚَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ُﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍَﺣَﺎ ﺩِﻳْﺚُ ﺻَﺤِﻴْﺤَﺔٌ ﻣِﺜْﻞُ ﻗَﻮْﻝِ ﺳَﻌْﺪٍ ( ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍِﻥَّ ﺍُﻣِّﻲْ ﺍُﻓْﺘـُﻠِﺘـَﺖْ ﻧَﻔْﺴُﻬَﺎ ﻭَﺍَﺭَﺍﻫَﺎ ﻟَﻮْ ﺗَـﻜَﻠَّﻤَﺖْ ﺗَﺼَﺪَّﻗَﺖْ ﻓَﻬَﻞْ ﻳَﻨْـﻔَـﻌُﻬَﺎ ﺍَﻥْ ﺍَﺗَـﺼَﺪَّﻕَ ﻋَﻨْﻬَﺎ ؟ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻧَـﻌَﻢْ , ﻭَﻛَﺬٰﻟِﻚَ ﻳَـﻨْـﻔَـﻌُﻪُ ﺍﻟْﺤَﺞُّ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍْﻻُ ﺿْﺤِﻴَﺔُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟْﻌِﺘْﻖُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﻭَﺍْﻻِﺳْﺘِـْﻐﻒُﺭﺍَ ﻟَﻪُ ﺑِﻼَ ﻧِﺰﺍَﻉٍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍْﻷَﺋِﻤَّﺔِ .

“Adapun sedekah untuk mayit, maka ia bisa mengambil manfaat berdasarkan kesepakatan umat Islam, semua itu terkandung dalam beberapa hadits shahih dari Nabi Saw. seperti perkataan sahabat Sa’ad “Ya Rasulallah sesungguhnya ibuku telah wafat, dan aku berpendapat jika ibuku masih hidup pasti ia bersedekah, apakah bermanfaat jika aku bersedekah sebagai gantinya?” maka Beliau menjawab “Ya”, begitu juga bermanfaat bagi mayit: haji, qurban, memerdekakan budak, do’a dan istighfar kepadanya, yang ini tanpa perselisihan di antara para imam”.

Syekh Ibnu Taimiyyah. Dalam kitab Majmu’ul Fatawa disebutkan

                                                  وَأَمَّا الْقِرَاءَةُ وَالصَّدَقَةُ وَغَيْرُهُمَا مِنْ أَعْمَالِ الْبِرِّ فَلَا نِزَاعَ بَيْنَ عُلَمَاءِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ فِي وُصُولِ ثَوَابِ الْعِبَادَاتِ الْمَالِيَّةِ كَالصَّدَقَةِ وَالْعِتْقِ، كَمَا يَصِلُ إلَيْهِ أَيْضًا الدُّعَاءُ وَالِاسْتِغْفَارُ وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ صَلَاةُ الْجِنَازَةِ وَالدُّعَاءُ عِنْدَ قَبْرِهِ. وَتَنَازَعُوا فِي وُصُولِ الْأَعْمَالِ الْبَدَنِيَّةِ، كَالصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ وَالْقِرَاءَةِ. وَالصَّوَابُ أَنَّ الْجَمِيعَ يَصِلُ إلَيْهِ  

Dan adapun bacaan, sedekah, dan sebagainya, berupa amal-amal kebaikan, maka tidak ada perselisihan di antara para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah akan sampainya pahala ibadah harta, seperti sedekah dan pembebasan (memerdekakan budak). Sebagaimana sampai kepada mayit juga, pahala doa, istighfar, shalat jenazah, dan doa di samping kuburannya. Para ulama berbeda pendapat soal sampainya pahala amal jasmani, seperti puasa, shalat, dan bacaan. Menurut pendapat yang benar, semua amal itu sampai kepada mayit. (Lihat: Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyyah, Majmu’ul Fatawa, juz 24, h. 366).


Referensi 

Kitab Majmu’ al-Fatawa: XXIV/314-315)


Ibnu Taimiyah juga menjelaskan perihal diperbolehkannya menyampaikan hadiah pahala shalat, puasa dan bacaan al-Qur’an kepada:


ﻓَﺎِﺫَﺍ ﺍُﻫْﺪِﻱَ ﻟِﻤَﻴِّﺖٍ ﺛَﻮَﺍﺏُ ﺻِﻴﺎَﻡٍ ﺍَﻭْ ﺻَﻼَﺓٍ ﺍَﻭْ ﻗِﺮَﺋَﺔٍ ﺟَﺎﺯَ ﺫَﻟِﻚَ

Artinya: “jika saja dihadiahkan kepada mayit pahala puasa, pahala shalat atau pahala bacaan (al-Qur’an / kalimah thayyibah) maka hukumnya diperbolehkan”.


Referensi : (Majmu’ al-Fatawa: XXIV/322)


Al-Imam Abu Zakariya Muhyiddin Ibn al-Syarof, dari madzhab Syafi’i yang terkenal dengan panggilan Imam Nawawi menegaskan;


ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻤْﻜُﺚَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺪُّﻓْﻦِ ﺳَﺎﻋَـﺔً ﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻠْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻝُﻩَ. ﻧَـﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ ﻗَﺎﻟﻮُﺍ: ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻘْﺮَﺃَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺷَﻴْﺊٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃَﻥِ ﻭَﺍِﻥْ خَتَمُوْا اْلقُرْآنَ كَانَ اَفْضَلَ ) المجموع جز 5 ص 258(


“Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah menguburkan mayit untuk mendo’akan dan memohonkan ampunan kepadanya”, pendapat ini disetujui oleh Imam Syafi’i dan pengikut-pengikutnya, dan bahkan pengikut Imam Syafi’i mengatakan “sunnah dibacakan beberapa ayat al-Qur’an di samping kubur si mayit, dan lebih utama jika sampai mengha tamkan al-Qur’an”.


Selain paparannya di atas Imam Nawawi juga memberikan penjelasan yang lain seperti tertera di bawah ini;


ﻭَﻳُـﺴْـﺘَﺤَﺐُّ ﻟِﻠﺰَّﺍﺋِﺮِ ﺍَﻥْ ﻳُﺴَﻠِّﻢَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺰُﻭْﺭُﻩُ ﻭَﻟِﺠَﻤِﻴْﻊِ ﺍَﻫْﻞِ ﺍْﻟﻤَﻘْﺒَﺮَﺓِ. ﻭَﺍْﻻَﻓْﻀَﻞُ ﺍَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﺑِﻤَﺎ ﺛَﺒـَﺖَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻭَﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَﻘْﺮَﺃَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃٰﻥِ ﻣَﺎ ﺗَﻴَﺴَّﺮَ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟَﻬُﻢْ ﻋَﻘِﺒَﻬَﺎ ﻭَﻧَﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ. (ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺟﺰ 5 ص 258 )


“Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan salam atas (penghuni) kubur dan mendo’akan kepada mayit yang diziarahi dan kepada semua penghuni kubur, salam dan do’a itu akan lebih sempurna dan lebih utama jika menggunakan apa yang sudah dituntunkan atau diajarkan dari Nabi Muhammad Saw. dan disunnahkan pula membaca al-Qur’an semampunya dan diakhiri dengan berdo’a untuknya, keterangan ini dinash oleh Imam Syafi’i (dalam kitab al-Um) dan telah disepakati oleh pengikut-pengikutnya”.


Referensi 

Kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, V/258


Al-‘Allamah al-Imam Muwaffiquddin ibn Qudamah dari madzhab Hambali mengemukakan pendapatnya dan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal


ﻗَﺎﻝَ : ﻭَﻻَ ﺑَﺄْﺱَ ﺑِﺎﻟْﻘِﺮﺍَﺀَﺓِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ . ﻭَﻗَﺪْ ﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦْ ﺍَﺣْﻤَﺪَ ﺍَﻧَّـﻪُ ﻗَﺎﻝَ: ﺍِﺫﺍَ ﺩَﺧَﻠْﺘﻢُ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮَ ﺍِﻗْﺮَﺋُﻮْﺍ ﺍَﻳـَﺔَ ﺍْﻟﻜُـْﺮﺳِﻰِّ ﺛَﻼَﺙَ ﻣِﺮَﺍﺭٍ ﻭَﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪ ُﺍَﺣَﺪٌ ﺛُﻢَّ ﻗُﻞْ ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍِﻥَّ ﻓَﻀْﻠَﻪُ ِﻷَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ .


Artinya “al-Imam Ibnu Qudamah berkata: tidak mengapa membaca (ayat-ayat al-Qur’an atau kalimah tayyibah) di samping kubur, hal ini telah diriwayatkan dari Imam Ahmad ibn Hambal bahwasanya beliau berkata: Jika hendak masuk kuburan atau makam, bacalah Ayat Kursi dan Qul Huwa Allahu Akhad sebanyak tiga kali kemudian iringilah dengan do’a: Ya Allah keutamaan bacaan tadi aku peruntukkan bagi ahli kubur.

Referensi : 


Kitab al-Mughny II/566

Syekh Ibnu Qudamah dari mazhab Hanbali juga menuturkan

                                                         وَأَيُّ قُرْبَةٍ فَعَلَهَا، وَجَعَلَ ثَوَابَهَا لِلْمَيِّتِ الْمُسْلِمِ، نَفَعَهُ ذَلِكَ، إنْ شَاءَ اللَّهُ. أَمَّا الدُّعَاءُ، وَالِاسْتِغْفَارُ، وَالصَّدَقَةُ، وَأَدَاءُ الْوَاجِبَاتِ، فَلَا أَعْلَمُ فِيهِ خِلَافًا             

Dan apapun ibadah yang dia kerjakan, serta dia hadiahkan pahalanya kepada mayit muslim, akan memberi manfaat untuknya. Insya Allah. Adapun doa, istighfar, sedekah, dan pelaksanaan kewajiban maka saya tidak melihat adanya perbedaan pendapat (akan kebolehannya). (Lihat: Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah, Al-Mughni, juz 5, h. 79).S

yekh Az-Zaila’i dari mazhab Hanafi menyebutkan: أَنَّ الْإِنْسَانَ لَهُ أَنْ يَجْعَلَ ثَوَابَ عَمَلِهِ لِغَيْرِهِ، عِنْدَ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، صَلَاةً كَانَ أَوْ صَوْمًا أَوْ حَجًّا أَوْ صَدَقَةً أَوْ قِرَاءَةَ قُرْآنٍ أَوْ الْأَذْكَارَ إلَى غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ جَمِيعِ أَنْوَاعِ الْبِرِّ، وَيَصِلُ ذَلِكَ إلَى الْمَيِّتِ وَيَنْفَعُهُ 

 Bahwa seseorang diperbolehkan menjadikan pahala amalnya untuk orang lain, menurut pendapat Ahlussunnah wal Jama’ah, baik berupa shalat, puasa, haji, sedekah, bacaan Qur’an, zikir, atau sebagainya, berupa semua jenis amal baik. Pahala itu sampai kepada mayit dan bermanfaat baginya. (Lihat: Usman bin Ali Az-Zaila’i, Tabyinul Haqaiq Syarh Kanzud Daqaiq, juz 5, h. 131).

Syekh Ad-Dasuqi dari mazhab Maliki menyebutkan:

 وَإِنْ قَرَأَ الرَّجُلُ، وَأَهْدَى ثَوَابَ قِرَاءَتِهِ لِلْمَيِّتِ، جَازَ ذَلِكَ، وَحَصَلَ لِلْمَيِّتِ أَجْرُهُ 

Jika seseorang membaca Al-Qur’an, dan menghadiahkan pahala bacaannya kepada mayit, maka hal itu diperbolehkan, dan pahala bacaannya sampai kepada mayit. (Lihat: Muhammad bin Ahmad bin Arafah Ad-Dasuqi, Hasyiyatud Dasuqi Alas Syarhil Kabir, juz 4, h. 173).  

Dalam al Adzkar dijelaskan lebih spesifik lagi seperti di bawah ini:

ﻭَﺫَﻫَﺐَ ﺍَﺣْﻤَﺪُ ْﺑﻦُ ﺣَﻨْﺒَﻞٍ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺍَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓـِﻌﻰ ﺍِﻟﻰَ ﺍَﻧـَّﻪُ ﻳَـﺼِﻞ

rizqi yang halal dan berkah adalah

TAHLILAN


Wallohu a’lam Bishshowab

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes