RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
Mengidentifikasi Contoh-Contoh Nyata Perilaku Tawakal Yang Mencerminkan Beriman Kepada Qadha Dan Qadar.
Menjelaskan contoh-contoh nyata perilaku tawakal yang mencerminkan beriman kepada qadha dan qada.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
Penilaian yang akan dilakukan diantaranya penilaian skala sikap, penilaian “Membaca dengan Tartil”, penilaian tes uraian serta penilaian diskusi.
Sebagai seorang muslim, pasti sudah memahami mengenai perilaku tawakal dalam kehidupan. Sikap berserah diri kepada Allah SWT setelah melakukan usaha atau ikhtiar dengan semampu diri kita kemudian menerima dengan ikhlas segala ketentuan Allah SWT terhadapnya disebut sebagai tawakal.
Seseorang yang bersikap tawakal akan selalu bersyukur kepada Allah jika mendapat keberhasilan atau kesuksesan atas usahanya. Hal ini karena dirinya menyadari bahwa kesuksesan tersebut merupakan atas izin Allah SWT.
Sebaliknya, jika ia mengalami kegagalan, orang yang tawakal akan merasa ridha dan ikhlas menerima keadaan tanpa merasa putus asa dan terlarut dalam kesedihan dikarenakan telah sadar bahwa semua keputusan Allah pasti yang terbaik.
Contoh Perilaku Tawakal dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut ini beberapa contoh perilaku tawakal yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari :
Selalu bersyukur jika mendapatkan nikmat dari Allah swt, dan bersabar apabila mendapatkan musibah.
Selalu berdoa dan menyerahkan diri atas apa yang kita usahakan sebelumnya.
Selalu berprasangka baik terhadap Allah SWT atas kejadian atau apa yang kita terima.
Tidak berkeluh kesah dan gelisah ketika berusaha dan berikhtiar.
Menyerahkan segala sesuatu hal terhadap Allah SWT setelah berusaha keras.
Selalu berusaha dan berikhtiar dengan maksimal, selanjutnya bertawakal kepada Allah swt.
Tidak mudah berputus asa dalam berusaha.
Menerima semua ketentuan Allah swt dengan rasa ikhlas dan ridha.
Ketika kita meninggalkan rumah, kita bertawakal kepada Allah SWT atas rumah yang kita tinggalkan.
Ketika kita mendapatkan suatu masalah, kita berserah diri kepada Allah SWT dan berdoa agar segera mendapatkan solusi dari masalah yang kita alami.
Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain.
Sebelum dan setelah kita ujian, diiringi dengan berdoa dan menyerahkan semua kepada Allah SWT.
Ketika kita berobat ke rumah sakit, kita berserah diri dan memohon kepada Allah agar diberi kesembuhan.
Itulah contoh perilaku tawakal yang bisa kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan membuat diri kita lebih dekat dengan Allah SWT.
Sebelum menginjak ke pembahasan tentang perilaku yang mencerminkan iman kepada qadha dan qadar, kita mesti terlebih dahulu paham pengertian tentang qadha dan qadar.
Ketetapan Allah Swt. di zaman azali disebut sebagai Qadha. Kenyataan bahwa saat terjadinya sesuatu yang menimpa makhluk Allah Swt. disebut Qadar atau takdir.
Qadar adalah perwujudan dari Qadha. Keduanya, baik Qadha maupun Qadar saling berkaitan satu sama lain. Qadha adalah ketentuan, yakni hukum atau rencana Allah Swt. sejak zaman azali.
Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah Swt. Ada hubungan antara Qadha dan Qadar, keduanya bisa diibaratkan sebagai rencana dan perbuatan. Perbuatan Allah Swt. berupa Qadar-Nya yang sesuai dengan ketentuan-Nya.
Perilaku seseorang yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Qadha dan Qadar Allah Swt., bentuknya bisa diwujudkan dalam beberapa perilaku seseorang, diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, selalu menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa.
Orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar, jika memperoleh keberhasilan, maka ia akan menganggap keberhasilan tersebut adalah semata-mata karena rahmat Allah Swt.
Jika ia mengalami kegagalan, maka ia tidak mudah berkeluh kesah dan berputus asa. Sebab, ia menyadari bahwa kegagalan tersebut sebenarnya adalah ketentuan Allah Swt. Ia menyadari bahwa dibalik kegagalan, selalu ada hikmah.
Kedua, banyak bersyukur dan bersabar.
Orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar, jika mendapat keberuntungan, maka akan bersyukur. Sebab, keberuntungan tersebut adalah nikmat Allah Swt. yang harus disyukuri.
Sebaliknya, jika terkena musibah, maka ia akan sabar. Sebab, hal tersebut adalah ujian. Mengapa dinamakan ujian? Sebab, hal tersebut tercantum dalam firman Allah Swt. dalam Q.S.at-Taubat (9):51:
ٱشْتَرَوْا۟ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَصَدُّوا۟ عَن سَبِيلِهِۦٓ ۚ إِنَّهُمْ سَآءَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya: “Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu.”
Ketiga, bersikap optimis dan giat bekerja.
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu saja menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan tersebut tidak datang begitu saja, tapi mesti diusahakan.
Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali Imran (3):159.
Keempat, selalu tenang jiwanya.
Orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar senantiasa tenang hidupnya, sebab ia selalu senang atas apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur.
Iman kepada Qadha dan Qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt. telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya.
Beriman kepada Qadha dan Qadar adalah salah satu rukun iman. Seorang Muslim tidak sempurna dan sah imannya kecuali beriman kepada Qadha dan Qadar Allah Swt.
Takdir Allah Swt. adalah iradah atau kehendak Allah. Oleh sebab itu, takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita.
Orang yang beriman dengan sebenar-benarnya kepada Qadha dan Qadar akan senantiasa menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa, selalu optimis, giat bekerja, dan jiwanya senantiasa tenang.
Nasib manusia telah ditentukan Allah Swt. sejak sebelum manusia dilahirkan. Meskipun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha atau ikhtiar.
Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya. Ada doa dan usaha yang mesti menyertainya. (Baca: Takdir dan Usaha Manusia Menurut Imam Abul Hasan al-Asy’ari)
Iman kepada Qadha dan Qadar menimbulkan banyak hikmah yang amat berharga bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.[]
SUMBER REFERENSI
https://bincangsyariah.com/kalam/perilaku-yang-mencerminkan-iman-kepada-qadha-dan-qadar/
Post a Comment