RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
Menunjukkan contoh perilaku meneladani perjuangan Nabi Muhammad saw. periode Mekah.
Menerangkan sejarah perjuangan Nabi Muhammad saw. periode Mekah.
Menunjukkan perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad saw. periode Mekah.
Menjelaskan perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad saw. periode Mekah.
Meneladani perjuangan Rasulullah saw. di Mekah.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
Penilaian Skala Sikap
Penilaian “Membaca dengan Tartil”
Penilaian Diskusi
b. Sejarah Islam di Mekkah
1) Dakwah secara rahasia Nabi saw. mulai mengajak manusia untuk menyembah Allah semata dan menyuruh meninggalkan berhala. Akan tetapi dakwah tersebut dilakukan secara rahasia guna menghindari tindakan buruk orang-orang Quraisy yang fanatik dengan keyakinannya. Nabi saw belum melakukan dakwah di majelis-majelis umum orang Quraisy, dan tidak melakukan dakwah kecuali kepada orang terdekatnya. Orang-orang pertama yang masuk Islam adalah Khadijah binti Khuwailid dan Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritza mantan budak Rasulullah saw dan Abu Bakar bin Abi Quhafah, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqash.(1)
Mereka-mereka ini bertemu dengan Nabi saw secara rahasia apabila salah seorang diantara mereka ingin melaksanakan salah satu ibadah, mereka pergi ke lorong-lorong Mekkah seraya bersembunyi dari pandangan orang-orang Quraisy. Dan ketika penganut Islam sudah mencapai lebih dari tiga puluh lelaki dan wanita, Nabi saw memilih tempat salah seorang dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin abi al-Arqam sebagai tempat pertemuan.
2) Dakwah secara terang-terangan Nabi Muhammad saw diperintah oleh Tuhan untuk menyampaikan dakwahnya secara terang-terangan sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Al Hijr /15: 94.
Terjemahnya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.(2)
QS. Asy-Syu’ara/26: 214-215.
Terjemahnya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman.(3)
Q.S. al-Hijr/15:89.
Terjemahnya: Dan Katakanlah: "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan".(4)
Dakwah Nabi saw, secara terang-terangan ini mendapat tantangan dan ditolak oleh bangsa Quraisy, dengan alasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan agama yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya dan tradisi tersebut sudah berakar dalam diri mereka. Rasulullah pun sedikit memberi reaksi untuk mengingatkan mereka akan perlunya membebaskan pikiran dari belenggu taklik. Selanjutnya Nabi saw menjelaskan bahwa Tuhan-Tuhan yang mereka sembah itu tidak dapat memberikan faedah atau bahaya sama sekali.
3) Hijrah pertama dalam Islam Ketika Nabi saw melihat keganasan kaum musyrik kian hari kian bertambah keras, sedang beliau tidak dapat memberikan perlindungan kepada kaum muslimin, maka beliau berkata kepada mereka: “alangkah baiknya jika kamu dapat berhijrah ke negeri Habasyah, karena di sana terdapat seorang raja yang adil sekali. Di bawah kekuasaannya tidak seorang pun boleh dianiaya. Karena itu pergilah kamu ke sana sampai allah memberikan jalan keluar kepada kita, karena negeri itu adalah negeri yang cocok bagi kamu.” Maka berangkatlah kaum muslimin ke negeri Habasyah demi menghindari fitnah dan lari menuju Allah dengan membawa agama mereka. Hijrah ini merupakan hijrah pertama dalam Islam. Di Antara kaum muhajirin yang terkenal adalah: Utsman bin Affan beserta istrinya, Ruqaiyyah binti Rasulullah saw, Abu Hudzaifah beserta istrinya, Zubair bin Awwam, Mush’ab bin Umair dan Abdurrahman bin Auf. Pada akhirnya para sahabat Rasulullah saw sebanyak delapan puluh lebih berkumpul di Habasyah.
4) Hijrah Rasulullah saw ke Thaif Setelah merasakan berbagai siksaan dan penderitaan yang dilancarkan oleh kaum Quraisy, Rasulullah saw berangkat ke Thaif mencari perlindungan dan dukungan dari bani Tsaqif dan berharap agar mereka dapat menerima ajaran yang dibawakannya. Setibanya di Thaif, beliau menuju tempat para pemuka bani Tsaqif, sebagai orang-orang yang berkuasa di daerah tersebut. Beliau berbicara tentang Islam dan mengajak mereka untuk beriman kepada Allah. Tetapi ajakan beliau ditolak mentah-mentah dan dijawab secara kasar. Kemudian Rasulullah saw bangkit dan meninggalkan mereka, seraya mengharap supaya mereka menyembunyikan berita kedatangan nabi dari kaum Quraisy, tetapi mereka menolaknya. Bani Tsaqif justru mengerahkan penjahat dan para budak untuk mencerca dan melemparinya dengan batu, sehingga mengakibatkan cedera pada kedua kaki Rasulullah saw, Zaid bin Haritsah, berusaha melindungi nabi dari serangan, akan tetapi beliau kelelahan dan akhirnya ia sendiri mengalami cedera pada kepalanya.
5) Permulaan kaum Anshar menganut Islam Setiap musim haji tiba Rasulullah saw selalu menemui kabilah-kabilah yang datang ke Baitul-Haram, membacakan kitab Allah kepada mereka dan mengajak untuk mentauhidkan Allah. Tetapi tidak seorangpun yang menyambut ajakannya. Pada tahun kesebelas kenabian, Rasulullah saw mendatangi kabilah kabilah sebagaimana yang sering dilakukannya setiap tahun. Ketika berada di Aqabah (suatu tempat antara Mina dan Mekah, tempat melempar Jumrah) nabi saw bertemu dengan sekelompok orang dari kabilah Khazraj yang sudah dibukakan hatinya oleh Allah untuk menerima kebaikan. Rasulullah saw bertanya kepada mereka, “kalian siapa?”, “Kami orang-orang dari kabilah Khazraj.” Beliau bertanya lagi, “ Apakah dari orang-orang yang bersahabat dengan orang Yahudi?” Mereka menjawab, “Ya benar.” Nabi saw bertanya, “Apakah kalian bersedia duduk bersama kami untuk bercakap-cakap?” Jawab mereka, “Baik.” Lalu mereka duduk bersama nabi saw. Rasulullah saw mengajak mereka beriman kepada Allah, menawarkan Islam kepada mereka dan akhirnya mereka menerima Islam sebagai ajarannya. Setelah pembaiatan tersebut, pada tahun berikutnya dua belas orang lelaki dari Anshar datang di musim haji menemui Rasulullah saw, kemudian mereka berbaiat kepada Rasulullah saw. Setelah pembaiatan, para utusan kaum Anshar itu pulang ke Madinah. Bersama dengan mereka Rasulullah saw mengikutsertakan Mush’ab bin Umair untuk mengajarkan al-Qur’an dan hukum hukum agama kepada mereka. Mush’ab bin Umair adalah salah seorang sahabat muda nabi saw yang masuk sebelum hijrah. Ia adalah seorang pria tampan dan pintar, penuh dedikasi dan dermawan. Ia pernah ikut dalam perang Badar bersama Rasulullah saw dan perang Uhud, dan pada akhirnya ia terbunuh sebagai syahid. Mush’ab bin Umair adalah orang pertama melakukan shalat Jum’at di Madinah.(5)
c. Sejarah Islam di Madinah
1) Nabi saw. mengijinkan para sahabatnya berhijrah ke Madinah Ibnu Sa’d di dalam kitabnya ath-Thabaqat menyebutkan riwayat dari Aisyah ra: ketika jumlah pengikutnya mencapai tujuh puluh orang. Rasulullah saw merasa senang, karena Allah telah membuatnya suatu “benteng pertahanan” dari suatu kaum yang memiliki keahlian dalam peperangan, persenjataan, dan pembelaan. Tapi permusuhan dan penyiksaan kaum musyrik terhadap kaum muslim pun semakin gencar dan berat. Mereka menerima cacian dan penyiksaan yang sebelumnya tidak pernah mereka alami, sehingga para sahabat mengadu kepada Rasulullah saw dan permintaan ini dijawab oleh Rasulullah saw: “Sesungguhnya akupun telah diberitahu bahwa tempat hijrah kalian adalah Yatsrib. Barang siapa yang hendak keluar, maka hendaklah ia keluar ke Yatsrib.”(6)
Maka para sahabat pun bersiap-siap, mengemas semua keperluan perjalanan kemudian berangkatlah ke Madinah secara sembunyi-sembunyi. Sahabat yang pertama kali sampai di Madinah ialah Abu Salamah bin Abdul-Asad kemudian Amir bin Rabi'ah bersama istrinya. Laila binti Abi Hatsmah, dialah wanita yang pertama kali datang ke Madinah. Setelah itu para sahabat Rasulullah saw datang secara bergelombang. Mereka turun di rumah-rumah kaum Anshar mendapatkan tempat perlindungan.
2) Hijrah Rasulullah saw Dalam beberapa riwayat yang shahih disebutkan bahwa setelah Abu Bakar ra melihat kaum muslim yang berangkat ke Madinah, ia datang kepada Rasulullah saw meminta izin untuk berhijrah. Tetapi dijawab oleh Rasulullah saw: “Jangan tergesa-gesa aku ingin memperoleh izin dulu dari Allah.” Abu Bakar bertanya, “Apakah engkau juga menginginkannya?” jawab nabi saw, “Ya” kemudian Abu Bakar ra menangguhkan keberangkatannya untuk menemani Rasulullah saw. Iya lalu membeli dua ekor unta dan dipeliharanya selama empat bulan. Selama masa tersebut Quraisy mengetahui bahwa Rasulullah saw telah memiliki pendukung dan sahabat dari luar Mekkah. Mereka khawatir jangan jangan Rasulullah saw keluar dari Mekkah kemudian menghimpun kekuatan di sana dan menyerang mereka. Maka diadakanlah pertemuan di Darun-Nadwah (rumah Qushay bin Kilab, tempat kaum Quraisy memutuskan segala perkara) untuk membahas apa yang harus dilakukan terhadap Rasulullah saw. Akhirnya diperoleh kata sepakat untuk mengambil seorang pemuda yang kuat dan perkasa dari setiap kabilah Quraisy. Kepada masing-masing pemuda itu diberikan sebilah pedang yang ampuh kemudian secara bersama-sama mereka serentak membunuhnya, agar Bani Manaf tidak berani melancarkan serangan terhadap semua orang Quraisy. Arti harfiah Quraisy adalah “ikan hiu”.(7)
Setelah ditentukan hari pelaksanaannya. Jibril as datang kepada Rasulullah saw memerintahkan berhijrah dan melarangnya tidur ditempat tidurnya pada malam itu. Kemudian Rasulullah saw menemani Ali bin Abi Thalib dan memerintahkan untuk menunda keberangkatannya hingga selesai mengembalikan barang-barang titipan setiap orang di Mekkah yang merasa khawatir terhadap barang miliknya yang berharga, mereka selalu menitipkannya kepada Rasulullah saw karena mereka mengetahui kejujuran dan kesetiaan beliau di dalam menjaga barang amanat. Rencana keji orang kafir Quraisy diketahui oleh Nabi Muhammad saw melalui firman Tuhan yang diturunkan malaikat Jibril. Nabi saw memilih saudaranya Ali untuk menggantikan tidur diatas dipan dengan mempertaruhkan hidupnya demi keselamatan Nabi saw beliau pun berhijrah dari Mekkah ke Madinah dalam kegelapan malam. Kaum kafir Quraisy telah berkumpul mengelilingi rumah Nabi saw dengan maksud ingin membunuhnya. Betapa terkejutnya mereka ketika mendapati Ali bin Abi Thalib di atas dipan Nabi saw begitu mereka mengetahui hal tersebut, mereka memutuskan untuk mengejar Nabi Saw, akan tetapi pengejaran tersebut gagal, sehingga mereka harus pulang dengan tangan hampa. Malaikat Jibril turun dari langit dengan membaca ayat suci al-Qur’an sebagai berikut: “Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhaan Allah. (al-Baqarah: 207) Maksud ayat di atas adalah seseorang yang berani mengorbankan dirinya untuk menyenangkan Allah Yang Maha Mulia, ayat ini memuji perilaku Ali dan pengorbanannya.(8)
Setelah Nabi Saw menempuh perjalanan yang melelahkan, Nabi Saw tiba di Quba, sebuah tempat dekat dengan kota Madinah. Penduduk Madinah menyambut kedatangan Nabi Saw suka cita. Nabi Saw membangun sebuah masjid Quba sebagai tempat sholat dan menyusun tugas-tugas dakwah. Pembangunan Masjid Quba berjalan dengan lancar, Nabi Saw pun turut mengulurkan tangan dalam menyelesaikan pembangunan. Sesudah mesjid itu rampung, Nabi Saw shalat Jum’at dan bertindak selaku khatib. Jum’at yang baru pertama kali dilaksanakan dan diisi dengan ceramah singkat. Rasulullah melakukan hal tersebut, menantikan kedatangan Ali beserta perempuan dari keturunan Bani Hasyim, sehingga dapat memasuki kota Madinah secara bersamaan. Rasulullah Saw, Ali dan para perempuan memasuki kota Madinah dengan sambutan hangat penduduk kota yang menantikan kedatangan mereka. Setiap penduduk berlomba meminta Rasulullah saw untuk bertandang ke rumah mereka. Tapi Rasulullah saw berkata, “Berilah jalan pada untaku ini. Aku akan menjadi tamu orang yang di depan pintunya unta ini berhenti”.
d. Piagam Madinah
Sebelum lahirnya Piagam Madinah hak kemanusiaan tergantung kepada adat istiadat atau bisa disebut hukum adat yang terdapat pada setiap suku. Perang antara kabilah adalah fenomena biasa dikalangan masyarakat Arab. Jaminan keamanan individu tergantung pada kekuasaan pemimpin kabilah masing-masing, pemimpin kaum juga segala undang-undang, adat, dan keadilan sosial. Dalam piagam Madinah tersebut ditemukan kaidah-kaidah umum yang mampu mengakomodasi berbagai hak dan kewajiban warga.(9)
Piagam tersebut membuat hak-hak golongan minoritas. Piagam Madinah juga mengatur kebebasan berpendapat, perlindungan terhadap hak sipil dan hak hidup, memperkenalkan ide nasionalisme dan negara dalam luas. Prinsip piagam Madinah menjamin persamaan hak dan kewajiban setiap individu tanpa membedakan ras , bahasa, ataupun kepercayaan. Piagam Madinah lahir berdasarkan kondisi sosial masyarakat Madinah yang heterogen, baik kondisi keagamaan, politik, ekonomi, dan suku bangsa. Semua kondisi tersebut sangat rentan memicu lahirnya konflik diantara mereka. Untuk itulah Piagam Madinah lahir dalam usaha meredam munculnya konflik diantara mereka. Satu hal yang menarik dari perjuangan Rasulullah saw selama hidupnya, yaitu bagaimanakah nasib Islam setelah ditinggal oleh Rasulullah saw. Di saat saat terakhir kehidupannya, Rasulullah kerap memberikan isyarat kepada umatnya bahwa tak lama lagi ia akan meninggalkan mereka. Dalam salah satu karya Baqir Shadr, mengatakan ada tiga asumsi tentang nasib ajaran Islam. Pertama, Rasulullah saw bersikap pasif tentang ajarannya. Kedua, Rasulullah saw bersikap responsif terhadap ajarannya. Dan ketiga adalah Rasulullah saw bersikap aktif tentang ajarannya.(10)
Post a Comment