SHOLAT JANAZAH PART 10
Posted by
MWC.NUGAR.ANZAAY
on
June 04, 2024
in
FIQIH SHOLAT
|
BAROKAH NGAJI KIYAI SHOLIHIN
TERJEMAH FATHUL MU'IN
SHOLAT JANAZAH
PART 10
Presentasi santri
(وَ شُرِطَ لَهَا) أَيْ لِلصَّلَاةِ عَلَى الْمَيِّتِ مَعَ شُرُوْطِ سَائِرِ الصَّلَوَاتِ
Syarat Shalat Jenazah
Disyaratkan untuk shalat kepada mayat di samping syarat-syarat lain yang ada dalam selain shalat ✅Jenazah:
---------------
✅
📚 (،أي مما يتأتى مجيئه هنا، كستر وطهارة واستقبال، بخلاف دخول الوقت، أي ومع شروط القدوة أيضا: من نية القدوة، وعدم تقدمه على الإمام في الموقف، وعدم حائل بينهما يمنع مرورا أو رؤية.
Dari hal yang diterangkan di sini, seperti menutup aurat, bersuci, dan menghadap kiblat, berbeda dengan masuknya waktu (shalat). Demikian pula dengan syarat-syarat mengikuti imam: seperti berniat mengikuti imam, tidak mendahului imam dalam tempat, dan tidak ada penghalang antara keduanya yang menghalangi lewatnya atau penglihatannya."
نعم، بحث بعضهم إنه يسن هنا النظر للجنازة.
وبعضهم النظر لمحل السجود.
Memang, sebagian ulamak membahas sesungguhnya seseorang ketika sholat janazah disunahkan melihat ke
janazah.
Dan sebagian berpendapat melihat tempat sujud.
📚I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 131
Nurul Ilmi.
---------------
تَقَدُّمُ طُهْرِهِ) أَيِ الْمَيِّتِ بِمَاءٍ فَتُرَابٍ،
(1. Mayat harus disucikan terlebih dahulu✅, baik dengan air atau debu.
------------
✅
📚 أي ولأن الصلاة على الميت كصلاة نفسه.
Karena sholat janazah itu seperti sholatnya seseorang itu sendiri.
وكما يشترط تقدم طهره، يشترط أيضا تقدم طهر ما اتصل به، كصلاة الحي، فيضر نجاسة ببدنه أو كفنه أو برجل نعشه وهو مربوط به ولا يضر نجاسة القبر ونحو دم - من مقتول مثلا - لم ينقطع.
Dan seperti halnya disyaratkan kesucian sebelumnya, disyaratkan juga kesucian sebelumnya dari apa yang bersambung dengannya ( mayat ), seperti dalam shalat orang yang hidup, maka najis pada badan atau kain kafannya atau pada KAKI KERANDANYA yang terhubung dengannya akan merusak (keabsahan shalat), namun najis pada kubur dan seperti darah - dari yang terbunuh misalnya - yang tidak berhenti tidak merusak (keabsahan shalat).
📚I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 131
Nurul Ilmi.
---------------
فَإِنْ وَقَعَ بِحُفْرَةٍ أَوْ بَحْرٍ وَ تَعَذَّرَ إِخْرَاجُهُ وَ طُهْرُهُ لَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ
Karena itu, jika ada seseorang jatuh ke dalam jurang atau tenggelam dalam lautan yang sulit diambil dan disucikan, maka menurut pendapat mu‘tamad (40) orang itu tidak wajib dishalati. (41).
-------------
41.
📚ای لفوات الشرط قال سم: ويؤخذ منه أنه لا يصلي على فاقد الطهورين الميت.
Karena tidak adanya syarat , Syihabuddin Ahmad bin Qosim Ash-Shobbagh Al-‘Abbadi (w. 994 H). berkata: Diambil dari ini bahwa tidak dilakukan shalat jenazah atas orang mati yang tidak memiliki dua alat bersuci.
(قوله: على المعتمد) مقابله يقول: لا وجه لترك الصلاة عليه، لأن الميسور لا يسقط بالمعسور، لما صح: وإذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم، ولأن المقصود من هذه الصلاة الدعاء أو الشفاعة للميت.
(Katanya: Menurut pendapat yang mu'tamad ) lawannya pendapat mu'tamad mengatakan: Tidak ada alasan untuk meninggalkan shalat atasnya,
لان الميسور لا يسقط بالمعسور
karena kemudahan / apa yang dapat dilakukan tidak gugur dengan adanya kesulitan,
karena yang sahih: "Dan jika aku memerintahkan kalian untuk melakukan sesuatu, maka lakukanlah sesuai kemampuan kalian", dan karena maksud dari shalat ini adalah doa atau syafaat bagi si mati.
40.
وجزم الدارمي وغيره أن من تعذر غسله صلي عليه.
Ad Darimi dan yang lainnya tegas mengatakan bahwa orang yang tidak dapat dimandikan tetap dishalatkan.
📚 I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 131
Nurul Ilmi.
---------------
(وَ أَنْ لَا يَتَقَدَّم) الْمُصَلِّيْ (عَلَيْهِ) أَيِ الْمَيِّتِ، إِنْ كَانَ حَاضِرًا، وَ لَوْ فِيْ قَبْرٍ،
أَمَّا الْمَيِّتُ الْغَائِبُ فَلَا يَضُرُّ فِيْهِ كَوْنُهُ وَرَاءَ الْمُصَلِّيْ.
(2. Orang yang menshalati tidak berada di depan mayatnya, (42) jika mayat hadir, sekalipun berada dalam kubur.
Jika mayatnya ghā’ib, maka boleh saja keberadaan mayit di belakang orang yang menshalati.
-------------
42.
📚(قوله: وإن كان حاضرا) أي عند المصلي، لا في البلد، لما سيذكره من أنها لا تصح على ميت في البلد غائب عن مجلس المصلي.
(Perkataan mushonif : jika mayatnya
hadir) hadir dihadapan orang yang mensholatinya, Tidak hadir/berada disatu daerah dengan orang yg mensholati. Karena mayat yg ssatu daerah dengan orang yg mensholatinya tidak sah disholati Ghoib.
أي وشرط عدم تقدم المصلي على الميت اتباعا لما جرى عليه الأولون، ولأن الميت كالإمام.
Di syaratkanya Orang yang menshalati tidak berada di depan mayatnya, karena mengikuti apa yang telah dilakun Al Awwalun,
Dan Sebab mayat seperti halnya imām.
ومقابله يقول: يجوز تقدم المصلي على الميت، لأن الميت ليس بإمام متبوع حتى يتعين تقديمه، بل هو كعبد جاء معه جماعة ليستغفروا له عند مولاه.
Dan sebaliknya, dia berkata: Diperbolehkan bagi orang yang shalat untuk berada di depan jenazah, karena jenazah bukanlah seorang imam yang diikuti sehingga harus ditempatkan di depan, melainkan seperti seorang hamba yang diiringi oleh sekelompok orang untuk memohonkan ampunan baginya kepada Tuhannya.
📚I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 131
NurulIlmi
--------------
وَ يُسَنُّ جَعْلُ صُفُوْفِهِمْ ثَلَاثَةً فَأَكْثَرَ، لِلْخَبَرِ الصَّحِيْحِ: “مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ ثَلَاثَةُ صُفُوْفٍ فَقَدْ أَوْجَبَ” أَيْ غُفِرَ لَهُ
Sunnah barisan dalam shalat Jenazah dijadikan tiga baris ✅atau lebih, berdasarkan hadits shaḥīḥ, yang artinya: “Jenazah yang dishalati oleh tiga baris, sungguh diampuni dosanya.”
--------------
✅
📚( وقوله: ثلاثة) قال في التحفة: أي حيث كان المصلون ستة فأكثر.
(Dan katanya: "Tiga." ) Dikatakan dalam kitab "Al-Tuhfah": Maksudnya, jika jumlah orang yang shalat ada enam orang atau lebih ( maka dijadikan tiga baris).
CONTOH:
Jamaah 6 orang.
1 orang jadi imam.
2 orang jadi makmum baris pertama.
3 orang jadi makmum baris kedua
Ini contoh 3 baris termasuk imam.
.قال ع ش: ومفهومه أن ما دون الستة لا يطلب منه ذلك، فلو حضر مع الإمام اثنان أو ثلاثة وقفوا خلفه.اه.
Ali Asy-Syabromallisi. Nama lengkapnya Nuruddin Abu Adh-Dhiya’ ALi bin Ali Asy-Syabromallisi (w. 1087 H). Berkata:
"Dan yang dipahami dari pernyataan ini adalah bahwa jika jumlahnya kurang dari enam, hal itu tidak diminta. Jadi, jika bersama imam ada dua atau tiga orang, mereka berdiri di belakangnya imam.
وقال سم بعد كلام: فإن كانوا خمسة فقط، فهل يقف الزائد على الإمام - وهو الأربعة - صفين، لأنه أقرب إلى العدد الذي طلبه الشارع وهو الثلاثة الصفوف، ولأنهم يصيرون ثلاثة صفوف بالإمام؟ أو صفا واحدا لعدم ما طلبه الشارع من الصفوف الثلاثة؟ فيه نظر.
Syihabuddin Ahmad bin Qosim Ash-Shobbagh Al-‘Abbadi (w. 994 H). berkata:
setelah perkataan tersebut: "Jika jumlahnya hanya lima orang, apakah selebihnya dari jumlah imam - yaitu empat orang - berdiri dalam dua barisan, karena ini lebih mendekati jumlah yang diminta oleh syariat yaitu tiga barisan, dan karena mereka menjadi tiga barisan bersama imam? Atau cukup satu barisan saja karena tidak ada permintaan dari syariat mengenai tiga barisan tersebut? Ini masih menjadi bahan pertimbangan."
CONTOH:
Jamaah 5 orang.
1 orang imam
2 orang makmum barisan pertama.
2 orang makmum barisan kedua.
وفي البجيرمي: بقي ما لو كان الحاضرون ثلاثة فقط بالإمام.وينبغي أن يقف واحد خلف الإمام، والآخر وراء من هو خلف الإمام.
Dalam kitab al-Bujairami disebutkan: Jika yang hadir hanya tiga orang termasuk imam, maka seharusnya satu orang berdiri di belakang imam, dan yang lainnya di belakang orang yang berdiri di belakang imam.
ويحتمل أن يقف اثنان خلف الإمام، فيكون الإمام صفا، والاثنان صفا، وسقط الصف الثالث لتعذره.
Dan ada kemungkinan juga bahwa dua orang berdiri di belakang imam, sehingga imam membentuk satu saf, dan dua orang tersebut membentuk satu saf, dan saf ketiga gugur karena tidak memungkinkan untuk dibentuk.
📚I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 131
NurulIlmi
------------
وَ لَا يُنْدَبُ تَأْخِيْرُهَا لِزِيَادَةِ الْمُصَلِّيْنَ، إِلَّا لِوَليّ.
Tidak sunnah menunda shalat Jenazah lantaran menunggu orang yang menshalati bertambah banyak, kecuali bila menantikan kedatangan walinya mayit.
---------------
📚(وقوله: إلا لولي) أي إلا لأجل حضور ولي الميت ليصلي عليه، فإنه تؤخر الصلاة له، لكونه هو المستحق للإمامة.
(Dan perkataan mushonif: "kecuali untuk wali") maksudnya kecuali karena kehadiran wali mayit untuk menyalatinya, maka shalat jenazah ditunda demi kehadirannya, karena dia adalah yang paling berhak untuk menjadi imam.
لكن محله إذا رجي حضوره عن قرب وأمن من التغير.
Namun, hal ini berlaku jika diharapkan kehadirannya dalam waktu dekat dan aman dari perubahan (kondisi mayit).
📚I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 132
NurulIlmi
-------------
وَ اخْتَارَ بَعْضُ الْمُحَقِّقِيْنَ أَنَّهُ إِذَا لَمْ يَخْشَ تَغَيُّرُهُ، يَنْبَغِي انْتِظَارُهُ مِائَةً أَوْ أَرْبَعِيْنَ رُجِيَ حُضُوْرُهُمْ قَرِيْبًا، لِلْحَدِيْثِ.
Sebagian ‘ulamā’ muḥaqqiqīn memilih pendapat bahwa selagi tidak dikhawatirkan terjadi perubahan si mayatnya ( misalnya membusuk dan sebagainya ), maka seyogianya sholat ditunda untuk menanti 100 atau 40 orang yang bisa diharapkan kehadirannya dalam waktu dekat, berdasarkan sebuah hadits yang menerangkan seperti ini.
------------------
📚قيل وحكمته انه لم يجتمع أربعون إلا كان لله فيهم ولي وحكمة المائة كالأربعين
Dikatakan bahwa hikmahnya adalah jika berkumpul empat puluh orang, maka di antara mereka pasti ada wali Allah, dan hikmah dari seratus orang adalah seperti hikmah dari empat puluh orang.
📚I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 132
NurulIlmi
-------------
وَ فِيْ مُسْلِمٍ: “مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصَلِّيَ عَلَيْهِ أَمَةٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ يَبْلُغُوْنَ مِائَةً كُلُّهُمْ يَشْفَعُوْنَ لَهُ، إِلَّا شُفِّعُوْا فِيْهِ”
Dalam kitab Ḥadīts Muslim disebutkan: “Tidak seorang Muslimpun yang mayatnya dishalati oleh golongan Muslim yang jumlahnya mencapai 100 orang dan mereka memintakan syafa‘at, maka syafa‘atnya diterima.”
MOHON DIKOREKSI ,DILENGKAPI
SEMOGA BERMANFAAT
Post a Comment