BREAKING NEWS

Watsapp

Monday, August 19, 2024

TERJEMAH FATHUL MUIN SHALAT JENAZAH PART 2

TERJEMAH FATHUL MUIN

SHALAT JENAZAH

PART 2




. وَ أَكْمَلُهُ: تَثْلِيْثُهُ، وَ أَنْ يَكُوْنَ فِيْ خَلْوَةٍ، وَ قَمِيْصٍ،


Yang paling sempurnanya mandi, adalah menyiramkan air tersebut diulang sebanyak tiga kali. Dalam memandikan mayat hendaknya di tempat yang sepi ✅, dan berbaju kurung,📝

---------------

) أي في موضع حال عن غير الغاسل، معينه، والولي.

والأولى أن يكون تحت سقف ليس فيه نحو كوة يطلع عليه منها، وذلك لأن الحي إذا أراد أن يغتسل يحرص على ذلك، ولأنه قد يكون ببدنه ما يكره الاطلاع عليه.

Ditempat sepi (tidak ada orang)  selain orang yang memandikan (jenazah), yang membantu pemandian, dan wali.

Dan lebih baik jika berada di bawah atap yang tidak ada di dalamnya lubang seperti jendela yang bisa melihatnya dari situ, karena orang yang hidup jika ingin mandi berusaha untuk itu, dan karena mungkin ada di tubuhnya sesuatu yang tidak diinginkan untuk dilihat."

📝

قوله: وقميص) أي وأن يكون في قميص، لأنه أستر له، وأليق، والأولى أن يكون القميص باليا بحيث لا يمنع وصول الماء إليه.

ويدخل الغاسل يده في كمه إن كان واسعا ويغسله من تحته، وإن

كان ضيقا فتق رؤوس الدخاريص وأدخل يده في موضع الفتق، فإن لم يوجد القميص أو لم يتأت غسله فيه ستر منه ما بين السرة والركبة.

"Dan (pakaian) kemeja) yaitu bahwa sebaiknya jenazah berada dalam kemeja, karena itu lebih menutupinya dan lebih pantas. Sebaiknya kemeja tersebut sudah usang sehingga tidak menghalangi air untuk sampai kepadanya.

Yang memandikan jenazah memasukkan tangannya ke dalam lengan kemeja jika longgar dan mencucinya dari bawah, tetapi jika sempit maka dia membuka bagian ujung lengan dan memasukkan tangannya ke tempat yang terbuka tersebut. Jika tidak ada kemeja atau tidak memungkinkan untuk mencucinya dalam kemeja, maka hendaknya menutup bagian tubuhnya antara pusar dan lutut."


Ianatutholibin juz 2 hal 110

Nurul Ilmi.

---------------


 وَ عَلَى مُرْتَفِعٍ بِمَاءٍ بَارِدٍ إِلَّا لِحَاجَةٍ كَوَسَخٍ وَ بَرْدٍ، فَالْمُسَخَّنُ حِيْنَئِذٍ أَوْلَى. 


Dan di tempat yang lebih tinggi✅, dengan air dingin, kecuali ada keperluan, misalnya menghilangkan kotoran atau suasana dingin. Maka dalam keadaan seperti ini, mengenakan air panas adalah lebih utama.

-------------

، أي وأن يكون غسله على مرتفع - كلوح - لئلا يصيبه رشاش، وليكن مستلقيا عليه كاستلقاء المحتضر، لكونه أمكن لغسله.

ومحل رأسه أعلى لينحدر الماء عنه.


 yaitu bahwa memandikannya sebaiknya di tempat yang tinggi - seperti papan - agar tidak terkena cipratan air, dan hendaknya jenazah dalam posisi berbaring terlentang di atasnya seperti posisi orang yang sedang sakaratul maut, karena itu lebih memudahkan untuk dimandikan.

 

Dan bagian kepala jenazah harus lebih tinggi agar air dapat mengalir turun dari tubuhnya."


Ianatutholibin juz 2 hal 110

Nurul Ilmi.

--------------


وَ الْمَالِحُ أَوْلَى مِنَ الْعَذْبِ.


 Sedang menggunakan air yang asin lebih utama dari pada yang tawar.📝

 -------------

📝

وفي شرح الروض: قال الصيمري: والمالح البارد أحب من الحار العذب، قال - أعني الزركشي -: ولا ينبغي أن يغسل الميت بماء زمزم، للخلاف في نجاسته بالموت

"Dan dalam syarah  Al-Rawd: Al-Saymari berkata: Air asin yang dingin lebih disukai daripada air tawar yang panas. Al-Zarkashi berkata: Tidak sepatutnya mayit dimandikan dengan air Zamzam, karena ada perbedaan pendapat mengenai kenajisannya ketika seseorang meninggal."


Ianatutholibin juz 2 hal 110

Nurul Ilmi.

---------------


وَ يُبَادِرُ بِغَسْلِهِ إِذَا تَيَقَّنَ مَوْتُهُ، وَ مَتَى شَكَّ فِيْ مَوْتِهِ وَجَبَ تَأْخِيْرُهُ إِلَى الْيَقِيْنِ، بِتَغَيُّرِ رِيْحٍ وَ نَحْوِهِ.


(Sunnah) segera memandikannya. Jika telah diyakini matinya. Apabila masih diragukan akan kematiannya, maka wajib menundanya (66) sampai benar-benar diyakini kematiannya, misalnya berubahnya bau mayat atau lainnya. 

-----------


66. 

وقال ع ش: ينبغي أن الذي يجب تأخيره هو الدفن، دون الغسل والتكفين، فإنهما بتقدير حياته لا ضرورة فيهما.


Imām ‘Alī Sibramalisī mengataka: Sebaiknya yang wajib diakhirkan adalah menguburkan bukan memandikan dan mengkafani, sebab jika memang ia masih hidup maka hal itu tidaklah masalah.


 I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 110 

 Nurul ilmi

--------------


 فَذِكْرُهُمُ الْعَلَامَاتِ الْكَثِيْرَةَ لَهُ إِنَّمَا تُفِيْدُ، حَيْثُ لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ شَكٌّ. 

 

 Karena itu, para fuqahā’ menuturkan tanda-tanda kematian 📝seseorang yang banyak sekali dan dapat berguna, bila kematiannya sudah tidak diragukan lagi.

 -------------

📝

وقوله: العلامات الكثيرة) أي كاسترخاء قدم، وامتداد جلدة وجه، وميل أنف، وانخلاع كف.

"Dan ucapannya: tanda-tanda yang banyak) yaitu seperti kendurnya kaki, meregangnya kulit wajah, miringnya hidung, dan cekung ( Dekok=jawa ) telapak tangan."

 I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 110 

 Nurul ilmi

--------------


وَ لَوْ خَرَجَ مِنْهُ بَعْدَ الْغُسْلِ نَجَسٌ لَمْ يَنْقُضِ الطُّهْرُ، بَلْ تَجِبُ إِزَالَتُهُ فَقَطْ إِنْ خَرَجَ قَبْلَ التَّكْفِيْنِ، لَا بَعْدَهُ. 

 

Apabila setelah dimandikan mayat mengeluarkan najis, (77) maka kesuciannya tidak rusak tapi hanya wajib membersihkan najisnya  saja, jika keluarnya sebelum dibungkus kafan ,  jika keluarnya najis setelah dibungkus kafan, maka tidak wajib menghilangkan najisnya.

------------

77.

ولو لم يمكن قطع الخارج منه صح غسله، وصحت الصلاة عليه، لأن غايته أنه كالحي السلس، وهو تصح صلاته، وكذا الصلاة عليه.

Dan jika najis tidak bisa berhenti, maka sah mandinya dan shalatnya sebab mayat tersebut seperti orang beser. 

Yang sholatnya, dan sah pula mensholatinya.

I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 111

Nurul Ilmi

-------------


وَ مَنْ تَعَذَّرَ غُسْلُهُ لِفَقْدِ مَاءٍ أَوْ لِغَيْرِهِ: كَاحْتِرَاقٍ، وَ لَوْ غُسِلَ تَهَرَّى يُمِمُّ وُجُوْبًا.


Mayat yang tidak bisa dimandikan karena tidak ada air atau sebab lainnya, misalnya mayat terbakar  kalau dimandikan akan  rontok, adalah  wajib ditayammumi.


[فَرْعٌ]: 

الرَّجُلُ أَوْلَى بِغُسْلِ الرَّجُلِ، وَ الْمَرْأَةُ أَوْلَى بِغُسْلِ الْمَرْأَةِ، 

(Cabangan Masalah). 

Orang laki-laki lebih utama untuk memandikan mayat laki-laki, dan perempuan lebih utama untuk memandikan mayat perempuan


وَ لَهُ غُسْلُ حَلِيْلَةٍ، وَ لِزَوْجَةٍ لَا أَمَةٍ غُسْلُ زَوْجِهَا، وَ لَوْ نَكَحَتْ غَيْرَهُ، بِلَا مَسٍّ، بَلْ بِلَفِّ خِرْقَةٍ عَلَى يَدٍ. 


 Orang laki-laki boleh memandikan mayat yang merupakan ḥalīlah-nya (wanita yg halal dijimak baik istri atau wanita amah (hamba perempuan)).

 Sang istri – bukan termasuk amah – , juga boleh memandikan mayat suaminya, sekalipun ia telah menikah dengan laki-laki lain, dengan tanpa menyentuh mayat itu, akan tetapi tangannya dibungkus dengan kain.


فَإِنْ خَالَفَ صَحَّ الْغُسْلُ. 


Jika menyalahi aturan tersebut  ( apabila tidak di bungkus kain dan menyentuh mayat ), maka mandinya tetap sah. (88)

 ------------

88.). 

وذللك لان اللف وعدم المس مندوبان

Sebab memakai sarung tangan dan tidak menyentuh hukumnya hanya sunnah baginya.

 I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 111 

 Nurul Ilmi.

-----------------


فَإِن لَمْ يَحْضُرْ إِلَّا أَجْنَبيٌّ فِي الْمَرْأَةِ أَوْ أَجْنَبِيَّةٌ فِي الرَّجُلِ يُمِّمَ الْمَيِّتُ.

Apabila untuk mayat wanita hanya ada laki-laki lain atau untuk laki-laki hanya ada wanita lain, (99) maka mayat cukup ditayammumi saja.

-----------

99.

قال ع ش ضابط فقد الغاسل أن يكون في محل لا يجب طلب الماء منه اهـ

Batasan dari tidak ada yang memandikan adalah adanya orang memandikan berada pada tempat yang tidak wajib untuk mencari air di tempat tersebut.

 I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 111 Nurul Ilmi.

-------------


 نَعَمْ، لَهُمَا غُسْلُ مَنْ لَا يُشْتَهَى مِنْ صَبِيٍّ أَوْ صَبِيَّةٍ، لِحِلِّ نَظَرِ كُلٍّ وَ مَسِّهِ.

 

Memang ! Baik lelaki atau wanita adalah diperbolehkan memandikan mayat yang tidak menimbulkan syahwat, baik itu berupa anak laki-laki atau anak perempuan, lantaran mereka halal memandang juga menyentuhnya.


 وَ أَوْلَى الرِّجَالِ بِهِ،  أَوْلَاهُمْ بِالصَّلَاةِ كَمَا يَأْتِيْ.

 

Diantara orang  Laki-laki yang lebih utama memandikan mayat , adalah laki-laki yang paling utama menshalatinya, sebagaimana akan diterangkan nanti.


وَ تَكْفِيْنُهُ بِسَاتِرِ عَوْرَةٍ) مُخْتَلِفَةٍ بِالذُّكُوْرَةِ وَ الْأُنُوْثَةِ، دُوْنَ الرِّقِّ وَ الْحُرِّيَةِ،


Mengkafani Mayit

Hukumnya juga fardhu kifāyah membungkus mayat dengan kafan yang dapat menutup auratnya (10) yang dapat membedakan antara aurat laki-laki dan perempuan dan tidak usah dibedakan antara mayat budak dengan yang merdeka.

--------------

10.

قال ش ق هذا ضعيف والمعتمد انه لا بد من ستر جميع البدن.

 Ini adalah pendapat yang lemah, sedangkan yang kuat adalah menutup seluruh badan. 

I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 112 

Nurul ilmi.

---------------

 فَيَجِبُ فِي الْمَرْأَةِ وَ لَوْ أَمَةً مَا يَسْتُرُ غَيْرَ الْوَجْهِ وَ الْكَفَّيْنِ. وَ فِي الرَّجُلِ مَا يَسْتُرُ مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَ الرُّكْبَةِ. 


 Karena itu, wajib untuk mayat wanita – sekalipun budak – kafan yang dapat menutup seluruh tubuh selain wajah dan kedua telapak tangannya, dan untuk mayat laki-laki adalah kafan yang dapat menutupi antara pusat dan lutut.


وَ الْاِكْتِفَاءُ بِسَاتِرِ الْعَوْرَةِ هُوَ مَا صَحَّحَهُ النَّوَوِيُّ فِيْ أَكْثَرِ كُتُبِهِ، وَ نَقَلَهُ عَنِ الْأَكْثَرِيْنَ، لِأَنَّهُ حَقٌّ للهِ تَعَالَى.


Mencukupkan – sekedar cukup – dengan kafan yang dapat menutup aurat adalah yang dibenarkan oleh Imām An-Nawawī di dalam kebanyakan kitab beliau, di mana beliau mengutipnya dari mayoritas ‘ulamā’ sebab yang demikian tersebut (kafan yang menutup aurot ) merupakan hak Allah s.w.t.


 وَ قَالَ آخَرُوْنَ: يَجِبُ سَتْرُ جَمِيْعَ الْبَدَنِ وَ لَوْ رَجُلًا.

 

 ‘Ulamā’-‘ulamā’ lain berkata: Wajib menutup seluruh tubuh mayat, sekalipun laki-laki.


 وَ لِلْغَرِيْمِ مَنْعُ الزَّائِدِ عَلَى سَاتِرِ كُلِّ الْبَدَنِ، لَا الزَّائِدِ عَلَى سَاتِرِ الْعَوْرَةِ، لِتَأَكُّدِ أَمْرِهِ، وَ كَوْنِهِ حَقًّا لِلْمَيِّتِ بِالنِّسْبَةِ لِلْغُرَمَاءِ، 

 

Bagi pemiutang boleh melarang pemakaian kafan yang melebihi menutup seluruh tubuh si mayat , tidak yang melebihi menutup aurot, 11 karena kekuatan hukumnya dan hal itu merupakan haq si mayat bila dinisbatkan dengan para pemiutang.


MOHON DIKOREKSI DAN DILENGKAPI

SEMOGA BERMANFAAT

Share this:

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes