BREAKING NEWS

Watsapp

Friday, January 28, 2022

TATA CARA MENYEMBELIH HEWAN YANG HALAL DIMAKAN DAN MENGOLAH IKAN




TATA CARA MENYEMBELIH HEWAN YANG HALAL DIMAKAN DAN MENGOLAH IKAN                                                         MENURUT KAJIAN FIQIH (HUKUM ISLAM )

 

I.           Pendahuluan

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai darah daging babi (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah yang tercekik, yang dipukul yang jatuh yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk Berhala. " [1]

 

Perkara halal dan haram adalah sesuatu yang amat penting dan wajib diketahui oleh setiap muslim termasuk didalamnya perkara yang ada hubungannya dengan masalah makanan. karena makanan yang yang haram akan membahayakan bagi diri seorang muslim pada kesehatan tubuh dan agamanya.

 

Dalam ayat di atas Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menjelaskan tentang beberapa perkara yang diharamkan bagi seorang muslim untuk salah satu hal yang harus diperhatikan oleh seorang muslim agar binatang-binatang yang halal dimakan menjadi betul-betul halal adalah cara penyembelihannya. karena penyembelihan yang tidak sesuai dengan hukum agama akan membuat binatang yang halal tersebut menjadi berstatus bangkai yang haram hukumnya untuk dimakan.

 

Tulisan ringkas ini akan membahas tentang tata cara menyembelih hewan yang halal dimakan dan mengolah ikan menurut fiqih (hukum Islam) agar hewan tersebut betul-betul menjadi halal untuk dimakan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semuanya amin ya robbal alamin.

 

II.        Tata cara menyembelih hewan

 

Pengertian menyembelih (Adzakaatu) adalah menjadikan enak/baik. karena dengan disembelih menjadikan enak atau baik memakan daging hewan yang disembelih dengan sebab keluarnya darahnya. sedangkan pengertian menyembelih menurut syara ialah Menghilangkan sifat panas yang bersifat tabiat/watak pada hewan dengan cara yang telah ditentukan.[2]

 

Melalui pengertian menyembelih menurut syara’  di atas, maka dapat dipahami bahwa penyembelihan hewan akan dipandang sah apabila telah memenuhi tata cara dan ketentuan ketentuan yang telah ditetapkan dalam agama. Sebagaimana yang akan dijelaskan dalam ketentuan keterangan berikut ini:

 

A.           Rukun rukun menyembelih

Rukun-rukun menyembelih yang wajib dipenuhi dalam menyembelih hewan itu ada 4 diantaranya:

1.      Pekerjaan menyembelih (dab Hun)

2.      Orang yang melakukan penyembelihan (da bihun)

3.      Hewan yang disembelih (da biihun)

4.  Alat yang digunakan untuk menyembelih (alat penyembelih).

B.            Syarat-syarat menyembelih

Agar penyembelihan yang dilakukan menjadi sah maka diwajibkan terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut:

1.        Di Dalam pekerjaan menyembelih disyaratkan adanya maksud untuk melakukan penyembelihan.[3]

2.    Orang yang melakukan penyembelihan disyaratkan orang muslim atau ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) yang boleh untuk dinikahi.[4]

Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala: 

 

اَلْيَوْمَ اُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبٰتُۗ وَطَعَامُ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ حِلٌّ لَّكُمْ ۖوَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَّهُمْ ۖ

وَالْمُحْصَنٰتُ مِنَ الْمُؤْمِنٰتِ وَالْمُحْصَنٰتُ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ اِذَآ

اٰتَيْتُمُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّ مُحْصِنِيْنَ غَيْرَ مُسٰفِحِيْنَ وَلَا مُتَّخِذِيْٓ اَخْدَانٍۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ

بِالْاِيْمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهٗ ۖوَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ࣖ

Terjemahan

Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan (sembelihan) Ahli Kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka. Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. Barangsiapa kafir setelah beriman, maka sungguh, sia-sia amal mereka, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.

Tafsir Ringkas Kemenag RI

Ayat ini masih berkaitan dengan ayat yang lalu memberikan jawaban atas pertanyaan orang yang beriman tentang apa saja yang dihalalkan bagi mereka. Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan, yakni binatang halal yang disembelih Ahli Kitab itu halal bagimu selagi tidak bercampur dengan barang-barang yang haram, dan makananmu halal pula bagi mereka, maka kamu tidak berdosa memberikannya kepada mereka. Dan dihalalkan bagimu menikahi perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan halal pula menikahi perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya, yakni melangsungkan akad nikah secara sah, tidak dengan maksud berzina dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. Demikian Allah menetapkan hukum-hukum-Nya untuk dijadikan tuntunan bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa kafir setelah beriman, maka sungguh, sia-sia amal mereka, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi. ”(QS. Al Maidah :5) 

3.      Hewan yang disembelih disyaratkan berupa hewan yang halal untuk dimakan dan masih memiliki kehidupan yang tetap (Hayatun Mustaqiroh) pada permulaan melaksanakan penyembelihan.[5]

 

Ada perbedaan pendapat para ulama mengenai yang dimaksud dengan masih adanya kehidupan yang tetap (Hayatun mustafi Rotun pada hewan yang hendak disembelih diantaranya:

  a).  Menurut Abu Hamid, Ibnu Sabil dan dan Al Omroni , Ma bahwasanya yang dimaksud dengan kehidupan yang tetap adalah apabila hewan itu ditinggalkan/dibiarkan maka dia masih bisa hidup dalam satu atau dua hari.

 b). Berkata Ibnu Sabil; bahwasanya yang dimaksud dengan kehidupan yang tetap adalah apabila hewan itu ditinggalkan/dibiarkan maka dia masih bisa hidup 1 hari atau setengah hari.[6].

  c). Yang dimaksud dengan kehidupan yang tetap adalah masih adanya ruh di dalam tubuhnya/jasadnya dan dia masih bisa melihat dan mengeluarkan suara dan melakukan gerakan yang terkontrol.[7]

 

Sedangkan mengenai tanda-tanda masih adanya kehidupan yang tetap dapat diketahui dari adanya salah satu tanda-tanda sebagai berikut:

1.  Adanya gerakan yang keras setelah disembelih.

2.  Memancar dan menyembuh nya darah setelah disembelih.[8]

 

 4.     Alat yang digunakan untuk menyembelih disyaratkan berupa benda yang tajam yang dapat melukai seperti benda yang terbuat dari besi bambu kaca batu dan lain sebagainya, selain benda yang terbuat dari tulang seperti gigi dan kuku. Hal ini berdasarkan hadis Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang artinya:” benda-benda yang dapat mengalirkan darah dan disebutkan nama Allah atasnya Maka makanlah olehmu selagi benda itu bukan berupa gigi dan kuku…”(HR Bukhari dan Muslim).[9]

 

C.         Tata cara menyembelih

Tata cara menyembelih hewan itu terbagi kepada dua macam yaitu:

1. Hewan yang bisa dikuasai: maka tata cara menyembelihnya adalah dengan memotong sampai putus saluran nafas (hulqum dan saluran makanan ( Marian).

2.  Hewan yang tidak bisa dikuasai/liar. Maka tata cara menyembelihnya adalah dengan melukai di tempat mana saja dari bagian anggota tubuhnya yang dapat mematikannya.


Sedangkan sembelihan hewan yang berada dalam perut induknya itu mengikuti sembelihan induknya apabila dia keluar sudah dalam keadaan mati. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam: “ sembelihan janin (hewan) itu adalah mengikuti sembelihan induknya.” (hadits riwayat Imam Ahmad).[10]


    D.     Kesunahan kesunahan dalam menyembelih hewan

Ada beberapa hal yang dianjurkan dilakukan oleh seseorang yang hendak menyembelih binatang diantaranya adalah sebagai berikut:

1.    Menajamkan pisau atau alat yang akan digunakan memotong. Hal ini berdasarkan hadits Nabi sebagai berikut:” dan sebaiknya menajamkan salah seorang kamu akan pisaunya.” (HR muslim)

2.   Menghadapkan hewan yang hendak dipotong ke arah kiblat begitu pula dengan orang yang akan menyembelih nya.

3.  Memotong urat lehernya yang berada di kiri dan kanannya leher hewan yang disembelih (Al wa dijaini)

4.   Memotong hewan yang memiliki leher yang panjang (seperti kontak) dari arah leher bagian bawahnya, karena hal ini dapat memudahkan keluarnya ruh. 

5.  Hewan yang hendak disembelih dibaringkan pada sisi badan yang sebelah kiri kecuali pada unta disunahkan disembelih dalam keadaan berdiri.

6.     Membaca Bismillahirohmanirohim

7.   Membaca shalawat untuk Nabi Shallallahu Alaihi Salam.[11]

 

      E.   Hikmah diwajibkan yang menyembelih

Hikmah diwajibkannya menyembelih hewan adalah untuk membedakan antara hewan yang halal untuk dimakan dagingnya dan dan yang haram untuk dimakan.[12].

 


        III.    Mengolah ikan

 

  Bangkai ikan hukumnya adalah suci dan halal untuk     dimakan. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad     Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: ”Dua bangkai yaitu       bangkai ikan dan belalang.” (HR Ibnu Majah dari Ibnu Umar).

 

  Apabila ikan tersebut ikan yang kecil (ikan teri) maka     makruh untuk dipotong, dan boleh dimakan tanpa terlebih     dahulu membersihkan kotoran yang ada di perutnya dengan       alasan sulitnya untuk dibersihkan.

 

 Apabila ikan tersebut ikan besar yang lama matinya maka     Sunnah untuk dipotong. menurut albuzay rimi memotongnya     dari ekornya kalau ikan tersebut tidak menyerupai hewan darat     yang boleh dipotong, Tetapi kalau ikan tersebut menyerupai     hewan darat yang boleh dipotong maka dipotong dari lehernya.[13]

 

    Apabila ikan tersebut ikan besar maka sebelum dimasak       atau   dimakan wajib terlebih dahulu dibersihkan kotoran yang   berada di dalam perutnya, karena kotoran ikan yang besar     menurut pendapat yang kuat hukumnya adalah najis.[14]

 

     Darah yang mengalir dari ikan hukumnya adalah najis     sebagaimana darah darah yang lainnya.[15]

        Ada perbedaan pendapat ulama tentang hukum memasak atau menggoreng ikan yang masih dalam keadaan hidup yaitu:

    1.      Makruh

    2.      Haram. karena ada unsur penyiksaan 

 

Demikian pembahasan kajian tentang yang masalah hewan yang boleh disembelih tentunya hewan yang halal dimakan dan kajian masalah pengolahan tentang ikan.


Semoga bermanfaat khususnya bagi penulis karya tulis ini umumnya bagi para pembaca yang senang terhadap kajian-kajian keilmuan keilmuan berdasarkan referensi kitab fiqih sebagai pendapatnya para ulama-ulama terdahulu. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Daftar Bacaan

a.       Kitab Al Bajuri

b.      Kitab Iqna’

c.       Kitab As Syarqowi

d.      Kitab Fathul Wahab

e.       Kitab Qulyubi wa ‘Umairoh



[1] (QS. Al Maidah: juz 5 : 3 ).

[2] (Al Bajuri juz 2 halaman 285). Sumber referensi (Fathul Wahab juz 2 halaman 184).

[3] Fathul wahab juz 2 halaman 184)

[4] (Fathul Wahab juz 2 halaman 185).

[5] (Fathul Wahab juz 2 halaman 185).

[6] (kifayatul Akhyar juz 2 halaman 224)

[7] (i'anatut tholibin, juz 2 halaman 343).

[8] (kifayatul Akhyar, juz 2 halaman 224).

[9] (Fathul Wahab juz 2 halaman 186).

[10] (Fathul Wahab, juz 2 halaman 184).

[11] (Fathul Wahab juz 2 halaman 184-185)

[12] ( Qalyubi wa Umairah, juz 4 titik halaman 240).

[13] ( I'anatut tholibin, juz 2 halaman 353).

[14] (i'anatut tholibin, Juz 1 halaman 91 91).

[15] . (tholibin Juz 1 halaman 83)

 

DEFINISI AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH


A. Pengertian

Definisi Ahlussunnah wal jama'ah.

في السنة ما سنه رسول الله صلى الله عليه وسلم  والجماعة  ما اتفق عليه أصحاب  رسول الله صلى الله عليه وسلم  في
 خلافة الأئمة  الأربع الخلفاء الراشدين  المهديين  رحمة الله عليهم اجمعين ( الغيبة لطالبي طريق الحق  ج ١ ص٨٠

Yang dimaksud  sunnah  adalah apa apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah  saw ( 
meliputi  ucapan , perilaku  serta ketetapan beliau ).

Sedangkan  pengertian  jama'ah adalah segala sesuatu  yang telah  menjadi ketetapan  para sahabat Baginda Nabi Muhammad saw  pada masa  al khulafaur rasyidin  yang empat  yang telah di beri hidayah.

أهل السنة والجماعة  الذين لازموا سنة النبي وطريقة الصحابة في العقائد الدينية والأعمال البدنية  والأخلاق  القلبية 
  ( الكواكب اللماعة  ص ٨__٩)
Yang disebut ahli sunnah wal jamaah  adalah orang orang  yang selalu  berpedoman pada Sunnah Baginda Nabi  saw  dan jalan para sahabat nya dalam masalah aqidah  keagamaan  dan amal amal  lahiriyah  serta akhlak  batiniyah.

Definisi ijtihad pada keterangan yang lain sebagai berikut :

 وأما في عرف الفقهاء : فهو استفراغ الوسع  في النظر فيما لا يلحقه فيه لوم ،مع استفراغ الوسع فيه ، وهذا  سبيل
 مسائل  الفروع  ولذلك  تسمى هذه المسائل  مسائل الاجتهاد ،والناظر فيها مجتهدا ،  وليس هكذا حال الاصول انتهى ،
 وقيل هو في الاصطلاح : بذل الوسع  في نيل حكم شرعي عملي بطريق الاستنباط 
فقال بذل الفقيه الوسع ولابد من ذلك  فإن بذل غير الفقيه لا يسمى اجتهادا اصطلاحا . ومنهم من قال  هو استفراغ الفقيه
 الوسع لتحصيل ظن بحكم شرعي فزاد قيد الظن لأنه لا اجتهاد في القطعيات 
( ارشاد الفحول الى تحقيق الحق من علم الأصول  ج٣ ص٣٠٥  المكتبة الاسلامية 
الاجتهاد :٣ الاجتهاد  بذل الفقيه وسعه في تحصيل الحكم الشرعي الظني ( الموسوعات الفقهية ج٣٢ ص٣٣ 

Keterangan 

Yang dimaksud ijtihad adalah  mencurahkan  segala upaya ( daya pikir ) secara maksimal  untuk menemukan  hukum Tuhan  ( hukum syara' sebangsa dzon ) tentang sesuatu  yang belum jelas  di dalam Al Qur'an  dan al Hadis dengan menggunakan dalil dalil umum ( prinsip prinsip  dasar agama ) yang ada dalam Al Qur'an ,Al Hadits ,ijma' dan Qiyas.

B. Dasar / sumber Hukum islam 

اصول الاسلام اربعة القرآن  والحديث  والإجماع  والقياس ، القرآن  هو كتاب الله  المنزل  على سيدنا محمد  صلى الله عليه وسلم  لإصلاح الناس دينهم ودنياهم وأخراهم  ،
الحديث  هو قول النبي صلى الله عليه وسلم  وأعماله التي بينت أحكام الإسلام وارشدت الناس إليها 
الإجماع هو اتفاق مجتهدي الأمة بعد نبيها محمد.صلى الله عليه وسلم في عصر من الأعصار على أي  أمر كان القياس
 هو تطبيق أمر لم يوجد له دليل على نظيره لاشتراكهما في علة الحكم 
( المبادئ الفقيه ج ٣ ص ٤__٥ )
Keterangan 

Dasar hukum bagi ahli Sunnah  wal jama'ah  ada empat :

1. Al Qur'an
2. Al Hadis 
3. Ijma'  ulama 
4. Qiyas 

C. Penggagas Ahlus Sunnah 

Adapun penggagasnya dalam keterangan dijelaskan sebagai berikut :

إن المراد  بأهل السنة حيث أطلقوا أتباع أبي حسن الأشعري وأبي منصور  الماتريدي  ( تطهير الجنان  واللسان  ص٧)

Ketika Ahlus sunnah disebutkan  maka yang dimaksud  adalah orang orang yang 
mengikuti  rumusan 

yang digagas  oleh  imam Asy'ari  dan Abu  Manshur  Al Maturidi.

يقول  لطاش كبرى زاده  ثم اعلم أن رئيس أهل السنة  والجماعة  في علم الكلام رجلان أحدهما حنفي والاخر شافعي
  اما حنفى فهو أبو منصور محمد بن محمد.بن محمود  الماتريدي  إمام الهدى ،وأما الآخر الشافعي فهو شيخ السنة رئيس
 الجماعة إمام المتكلمين وناصر سنة سيد المرسلين والذاب عن الدين  والساعي في حفظ عقائد المسلمين  أبو الحسن 
 الأشعري ( كتاب التوحيد ص ٧)
Ada dua pelopor gerakan ahlus Sunnah wal  jama'ah :

1. Abu Mansur  muhammad bin muhammad bin mahmud  al maturidi  ( bermazhab Hanafi)

2. Abu Hasan Al Asy'ari  al Bashir  ( bermazhab syafi'i ).

D. Definisi Madzhab 
المذهب هو الطريقة  ( القاموس المحيط ص ٨٦)
المذهب  هو الأحكام في مسائل  التى ذهب واعتقد واختاره الإمام المجتهد  ( الاذاعة المهمة في بيان مذهب  أهل السنة
( والجماعة ص١٨
Keterangan :

Madzhab secara bahasa berartikan  jalan. Sedangkan secara istilah  adalah  hukum hukum 

dalam berbagai  masalah yang diambil, dipilih  dan diyakini oleh para imam mujtahid.

Madzhab yang di ikuti  Oleh Ahlus sunnah Wal jama'ah. 

وليست المذاهب المتبوعة منحصرة : في الاربعة بل لجماعة من العلماء مذاهب مجموعة ايضا والسفيانين وإسحاق بن
 راهوية داود الظاهرى والأوزاعي ....إلى أن قال .... فقد صرح جمع من أصحابنا أنه يجوز تقليد غير الائمة الاربعة
 وعللوا ذلك بعدم الثقة بنسبتها إلى أربابها لعدم الأسانيد المانعة من التحريف والتبديل بخلاف الأربعة فإن اثبتها بذلوا
 انفسهم في تحريف الأقوال وبيان ما ثبت عن قائله فان اهلها من كل تغيير وتحريف علموا الصحيح  من الضعيف  (
 مجموعة سبعة كتب مفيدة ص ٥٩)
(تكلمة نقل إمام ) في البرهان  ( إجماع المحققين على منع العوام من تقليد أعيان  الصحابة بل من بعدهم ) اى بل قال :
 بل عليهم أن يتبعوا مذاهب الائمة ( الذين سبروا ووضعوا ودونوا ) لانهم اوضحوا طرق النظر  وهذبوا المسائل وبينها
 وجمعوها بخلاف مجتهدي الصحابة فإنهم لم يعتنوا  تهذيب مسائل الاجتهاد 
وعلى هذا أي على أن عليهم أن يقلدوا الائمة المذكورين لهذا الوجه  (ما ذكر بعض المتأخرين ) وهو ابن الصلاح  ( م 
 تقليد غير ) الائمة الاربعة (الاربعة ) ابي حنيفة ومالك والشافعي وأحمد رحمهم الله ( الانضباط مذاهبهم وتقييد ) مطلق
 ( مسائلهم تخصيص عمومها ) وتحرير شروطها إلى غير ذلك ( ولم يدر مثله )أي هذا الشيئ  ( في غيرهم ) من
 المجتهدين ( الان لانقراض اتباعهم ) وحاصل هذا أنه امتنع تقليد غير هؤلاء الائمة لتعذر نقل حقيقة مذهبهم ،وعدم
 ثبوته حق الثبوت لا لأنه لا يقلد اه ( التقرير  والتحبير في شرح التحرير ج٣ص٣٥٤ 

Keterangan :
Dalam ibarat ini dijelaskan .sebenarnya madzhab yang boleh diikuti  tidak terbatas pada empat mazhab , bahkan masih banyak mazhab seperti , madzhab dawud adz dhohiri ,ats tsauri dan sufyan bin uyainah .namun segolongan ulama  dari kalangan  madzhab syafi'i membatasi  dalam bermadzhab pada empat mazhab  yakni  hanafi ,maliki ,syafi'i dan hambali ,karena kevalidan ( kebenaran  sumber dan salurannya ) dari pendapat pendapat  tersebut  tidak diragukan  lagi, di samping itu mazhab  mereka telah teruji kesahihannya.

Taqlid pada selain  Mazhab Empat :

وأجرى السبكى ذلك وتبعوه في العمل بخلاف المذاهب الأربعة  اى مما علمت نسبته لمن يجوز تقليد وجميع شروطه عنده  وحمل على ذلك قول ابن الصلاح لا يجوز تقليد غير الأئمة الأربعة اى في قضاء وإفتاء  تحفة المحتاج في شرح المنهاج ج ١ص٤٨

فقد قال السبكي يجوز للشخص التقليد للعمل في حق نفسه وإما في الفتوى  والحكم فقد نقل ابن الصلاح الإجماع على أنه لا يجوز يعنى تقليد غير الأئمة الأربعة ...إلى أن قال ... وقد يجمع بين القول ابن عبد السلام  هنا لا يجوز وقول السبكي  يجوز أن يرجع له ما لم يشرط عليه مامر وبين ما مر الشيخين  من جواز الحكم بمذهب الغير  وهذا في الحكم الضعيف  في مذهبه الذى لم يوافق واحدا من المذاهب  الأربعة والفرق بينهما ما مر عن السبكي أنه  يجوز تقليد غير الائمة في العمل لنفسه لا في الإفتاء والحكم ولاشك  أن الضعيف المذكور رأى مغاير للمذاهب الأربعة ( الفتاوى الكبرى لابن تيمية ج ٣ص ٢١٣ 
Keterangan 
Dalam ibarot  ini imam Subky  menjelaskan , bahwa. Diperbolehkan  mengikuti pendapat selain madzhab  empat , dengan catatan untuk di amalkan sendiri  tidak untuk fatwa dan qadha ( memberi keputusan  hukum ).

Mengikuti salah satu mazhab Empat.
تنبيه كل من الائمة  الاربعة على الصواب  ويجب تقليد  واحد منهم ،ومن قلد  واحدا  منهم خرج عن عهدة التكليف ، وعلى المقلد اعتقاد ارجحية مذهبه او مساواته ، ولا يجوز تقليد غيرهم في إفتاء وقضاء  قال ابن حجر : ولا يجوز العمل بالضعيف في المذهب ويمتنع التلفيق  في مسألة كان قلد مالكا في طهارة الكلب والشافعي في مسح بعض الرأس في صلاة واحدة  وأما في مسألة  بتمامها  بجميع مختبراتها فيجوز ولو بعد. العمل كان أدى عبادته صحيحة عند.بعض الاربعة دون غيره فله تقليده فيها حتى يلزمه قضاؤها ويجوز الانتقال من مذهب لغيره ولو بعد العمل اه دويري  ( حاشية البجيرمى على الخطيب ج ١ص ٥٩
Keterangan 

Ada  beberapa poin dalam ibarot ini :

1. Wajib taqlid  pada salah satu  dari madzhab empat.

2. Menurut Al madzhab  tidak boleh  mengamalkan  pendapat yang lemah.

3. Tidak boleh talfiq  ( menggabungkan  beberapa pendapat madzhab dalam satu ibadah , 
seperti  seseorang  hendak sholat ,dia memegang anjing  karena mengikuti pendapat imam 
maliki ,tapi dalam.masalah wudhu  bermadzhab syafi'i ).

4. Boleh pindah  madzhab ba'dal amal ( setelah melakukan suatu ibadah ) , semisal ,jika 
seseorang melakukan ibadah  yang menurut  sebagian  imam madzhab dianggap ,sementara 
menurut lainya ( madzhab yang sedang di ikuti ) tidak sah ,maka baginya boleh bertaqlid 
pada imam lain yang mengatakan sah  walau terjadinya taqlid setelah menyelesaikan 
ibadah.

Madzab yang paling baik diikuti :

كان مجتهدا مستقلالا مطلقا اماما في الفقه والحديث جمع فقه الحجازيين والعراقيين  قال احمد كان افقه التاس في كتاب الله وسنة  رسوله ...الى ان قال ... اتفق العلماء من اهل الفقه والاصول  والحديث  اللغة  والنحو  و غير ذلك على امانته  وعدالته  وزهده وورعه  وتقواه وجوده وحسن سيرته وعلو قدرته  ( الفقه الاسلام وادلته ج١ص ٣٦  مذهب المؤلف شافعى ) 
فائدة : اتفق لبعض اولياء  الله تعالى انه راى  ربه في المنام  فقال يا رب باى المذاهب  اشتغل ؟   فقال له مذهب الشافعى  نفيس ( حشبة البجيرمى على الخطيب  ج١ص٥٩ )
Keterangan :
Dalam ibarot ini  di jelaskan ,madzab yang paling baik  diikuti  adalah madzab  syafi'i, karena  beliau sangat  ahli fiqih ,amanah 'adil ,zuhud ,wira'i taqwa ,dermawan ,baik budi pakerti nya dan tinggi derajatnya. 

Madzhab yang paling baik diikuti :


كان مجتهدا مستقلالا مطلقا اماما في الفقه والحديث جمع فقه الحجازيين والعراقيين  قال أحمد كان أفقه الناس في كتاب الله وسنة  رسوله ...إلى أن قال ... اتفق العلماء من أهل الفقه والأصول  والحديث  اللغة  والنحو  وغير ذلك على أمانته  وعدالته  وزهده وورعه  وتقواه وجوده وحسن سيرته وعلو قدره  ( الفقه الإسلامي وأدلته ج١ص ٣٦  مذهب المؤلف شافعى ) 


فائدة : اتفق لبعض أولياء  الله تعالى أنه رأى  ربه في المنام  فقال يا رب بأي المذاهب  اشتغل ؟   فقال له مذهب الشافعي  نفيس ( خشبة البجيرمى على الخطيب  ج١ص٥٩ )

Keterangan :
Dalam ibarot ini  dijelaskan, mazhab yang paling baik  diikuti  adalah madzhab  syafi'i, karena  beliau sangat  ahli fiqih, amanah 'adil, zuhud, wira'i taqwa, dermawan, baik budi pekertinya dan tinggi derajatnya.


Sulitnya pindah madzhab karena beratnya Taqlid :

وعبارة  ب تقليد مذهب الغير يصعب على علماء الوقت فضلا عن عوامهم خصوصا ما لم يخالط علماء ذلك المذهب إذ لا بد من استيفاء شروطه ، وهي كما في التحفة وغيرها خمسة علمه بالمسألة على مذهب  من يقلده بسائر شروطها ومختبراتها  وان لا يكون المقلد فيه مما ينقض قضاء القاضي به وهو ما خالف النص  أو الاجماع  او القواعد او لقياس الجلى ، وان لا يتتبع الرخص بأن يأخذ من كل مذهب ما هو الهوان عليه  وأن لا يلفق بين قولين تتولد منهما حقيقة لا يقول بها كل من القولين كان توضأ ولم يدلك تقليدا للشافعى ومس بلا شهوة تقليدا المالك ثم صلى فصلاته حينئذ باطلة باتفاق لهما ،وان لا يعمل  بقول إمام في المسألة ثم يعمل بضده ،وهذا مختلف فيه عندنا والمشهور جواز تقليد المفضول مع وجود الفاضل وفي قول يشترط اعتقاد الأرجحية  والمساواة  ( بغية المسترشدين  ص٩ 
فائدة إذا تمسك العامي مذهب لزمه موافقته وإلا يلزمه التمذهب  بمذهب معين من الاربعة لا غيرها ثم له وان عمل بالاول الانتقال الى غيره بالكلية أو في مسألة  بشرط أن لا يتتبع الرخص بأن يأخذ من كل مذهب  بالاسهل منه فيفسد به على الأوجه ( اعانة الطالبين  ج ٤ص ٢١٧



Keterangan 


1 untuk zaman sekarang taqlid pada imam selain  yang biasa diikuti  sangat berat ,karena  sulitnya  memenuhi syarat _ syarat taqlid .


2. Syarat pindah madzhab  selain tidak talfiq ,yaitu tidak mengambil pendapat yang paling ringan ringan saja dari beberapa madzhab 



SEMUA AMAL BAIK ORANG KAFIR TIDAK DITERIMA QS ALI IMRAN



Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh 

Bismillah 

🌲🌲🌲

TAFSIR AYAT :

SEMUA AMAL BAIK ORANG KAFIR TIDAK DITERIMA

QS ALI IMRAN AYAT 90-91

🌲🌲🌲

Orang kafir adalah orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah subhana wa ta'ala karena petunjuk tersebut terhalang darinya dan mereka adalah orang-orang yang menentang atau menolak kebenaran dari Allah subhana wa ta'ala yang di sampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Kafir ialah lawan dari iman.

Dalam ayat ini Allah subhana wa ta'ala mengatakan bahwa orang kafir tidak akan memperoleh pahala di akhirat kelak, meski pernah berbuat baik saat masih hidup di dunia. Allah subhana wa ta'ala tidak akan membalas perbuatan baik mereka di akhirat di karenakan kekafiran mereka, selain itu orang-orang kafir juga tidak akan di hisab karena pekerjaan yang mereka lakukan di dunia hanyalah sia-sia. Justru orang-orang kafir nantinya akan menerima azab yang pedih dari Allah subhana wa ta'ala.

Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَنْ تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الضَّالُّونَ (90) 
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الأرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (91)

Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima tobatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat. 

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati, sedangkan mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.

Alhafidz Ibnu Katsir menjelaskan:

 يقول تعالى متوعدا ومتهددا لمن كفر بعد إيمانه ثم ازداد كفرا ، أي : استمر عليه إلى الممات ، ومخبرا بأنه لا يقبل لهم توبة عند مماتهم ، كما قال [ تعالى ] ( وليست التوبة للذين يعملون السيئات حتى إذا حضر أحدهم الموت [ قال إني تبت الآن ولا الذين يموتون وهم كفار أولئك أعتدنا لهم عذابا أليما ] ) [ النساء : 18 ] . ولهذا قال هاهنا : ( لن تقبل توبتهم وأولئك هم الضالون ) أي : الخارجون عن المنهج الحق إلى طريق الغي .قال الحافظ أبو بكر البزار : حدثنا محمد بن عبد الله بن بزيع ، حدثنا يزيد بن زريع ، حدثنا ابن أبي هند ، عن عكرمة ، عن ابن عباس ، أن قوما أسلموا ثم ارتدوا ، ثم أسلموا ثم ارتدوا ، فأرسلوا إلى قومهم يسألون لهم ، فذكروا ذلك لرسول الله صلى الله عليه وسلم ، فنزلت هذه الآية : ( إن الذين كفروا بعد إيمانهم ثم ازدادوا كفرا لن تقبل توبتهم ) هكذا رواه ، وإسناده جيد . ثم قال : ( إن الذين كفروا وماتوا وهم كفار فلن يقبل من أحدهم ملء الأرض ذهبا ولو افتدى به ) أي : من مات على الكفر فلن يقبل منه خير أبدا ، ولو كان قد أنفق ملء الأرض ذهبا فيما يراه قربة ، كما سئل النبي صلى الله عليه وسلم عن عبد الله بن جدعان - وكان يقري الضيف ، ويفك العاني ، ويطعم الطعام - : هل ينفعه ذلك ؟ فقال : لا ، إنه لم يقل يوما من الدهر : رب اغفر لي خطيئتي يوم الدين .وكذلك لو افتدى بملء الأرض أيضا ذهبا ما قبل منه ، كما قال تعالى : ( ولا يقبل منها عدل ولا تنفعها شفاعة ) [ البقرة : 123 ] ، [ وقال ( لا بيع فيه ولا خلة ولا شفاعة ) ] [ البقرة : 254 ] وقال : ( لا بيع فيه ولا خلال ) [ إبراهيم : 31 ] وقال ( إن الذين كفروا لو أن لهم ما في الأرض جميعا ومثله معه ليفتدوا به من عذاب يوم القيامة ما تقبل منهم ولهم عذاب أليم ) [ المائدة : 36 ] ، ولهذا قال تعالى هاهنا : ( إن الذين كفروا وماتوا وهم كفار فلن يقبل من أحدهم ملء الأرض ذهبا ولو افتدى به ) فعطف ( ولو افتدى به ) على الأول ، فدل على أنه غيره ، وما ذكرناه أحسن من أن يقال : إن الواو زائدة ، والله أعلم . ويقتضي ذلك ألا ينقذه من عذاب الله شيء ، ولو كان قد أنفق مثل الأرض ذهبا ، ولو افتدى نفسه من الله بملء الأرض ذهبا ، بوزن جبالها وتلالها وترابها ورمالها وسهلها ووعرها وبرها وبحرها .وقال الإمام أحمد : حدثنا حجاج ، حدثني شعبة ، عن أبي عمران الجوني ، عن أنس بن مالك عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : " يقال للرجل من أهل النار يوم القيامة : أرأيت لو كان لك ما على الأرض من شيء ، أكنت مفتديا به ؟ قال : فيقول : نعم . قال : فيقول : قد أردت منك أهون من ذلك ، قد أخذت عليك في ظهر أبيك آدم ألا تشرك بي شيئا ، فأبيت إلا أن تشرك " . وهكذا أخرجاه البخاري ومسلم .طريق أخرى : قال الإمام أحمد : حدثنا روح ، حدثنا حماد ، عن ثابت ، عن أنس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " يؤتى بالرجل من أهل الجنة فيقول له : يا ابن آدم ، كيف وجدت منزلك ؟ فيقول : أي رب ، خير منزل . فيقول : سل وتمن . فيقول : ما أسأل ولا أتمنى إلا أن تردني إلى الدنيا فأقتل في سبيلك عشر مرار - لما يرى من فضل الشهادة . ويؤتى بالرجل من أهل النار فيقول له : يا ابن آدم ، كيف وجدت منزلك ؟ فيقول : يا رب ، شر منزل . فيقول له : تفتدي مني بطلاع الأرض ذهبا ؟ فيقول : أي رب ، نعم . فيقول : كذبت ، قد سألتك أقل من ذلك وأيسر فلم تفعل ، فيرد إلى النار " .ولهذا قال : ( أولئك لهم عذاب أليم وما لهم من ناصرين ) أي : وما لهم من أحد ينقذهم من عذاب الله ، ولا يجيرهم من أليم عقابه .

Allah berfirman mengancam dan memperingatkan orang yang kafir sesudah imannya, kemudian kekafirannya makin bertambah, yakni terus-menerus dalam kekafirannya hingga mati, bahwa tobat mereka tidak diterima di saat matinya. Makna ayat ini sama dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:

Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka. 

(An-Nisa: 18), hingga akhir ayat.

Firman Allah:

{لَنْ تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الضَّالُّونَ}

sekali-kali tidak akan diterima tobatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat. 

(Ali Imran: 90)

Yakni mereka keluar dari jalan yang hak menuju ke jalan kesesatan.

Ibnu Abbas berkata :

أن قوما أسلموا ثم ارتدوا ، ثم أسلموا ثم ارتدوا ، فأرسلوا إلى قومهم يسألون لهم ، فذكروا ذلك لرسول الله صلى الله عليه وسلم ، فنزلت هذه الآية : ( إن الذين كفروا بعد إيمانهم ثم ازدادوا كفرا لن تقبل توبتهم )

Bahwa ada suatu kaum masuk Islam, setelah itu mereka murtad, lalu masuk Islam lagi, dan murtad kembali. Kemudian mereka mengirimkan utusan kepada kaumnya, meminta kepada kaumnya untuk menanyakan hal tersebut bagi mereka. Lalu kaum mereka menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah Maka turunlah ayat berikut, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima tobatnya. (Ali Imran: 90)

(HR Bazaar)

Demikianlah bunyi riwayat Al-Bazzar, sanadnya adalah jayyid.

Firman Allah:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَماتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَباً وَلَوِ افْتَدى بِهِ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati, sedangkan mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. 

(Ali Imran: 91)

Maksudnya, barang siapa yang mati dalam keadaan kafir, maka tidak akan diterima darinya suatu kebaikan pun untuk selama-lamanya, sekalipun dia telah menginfakkan emas sepenuh bumi yang menurutnya dianggap sebagai amal taqarrub.

Seperti yang pernah ditanyakan kepada Nabi (shallallahu 'alaihi wasallam) tentang hal Abdullah ibnu Jad'an. Abdullah ibnu Jad'an semasa hidupnya gemar menjamu tamu, memberikan pertolongan kepada orang miskin, dan memberi makan orang kelaparan. Pertanyaan yang diajukan kepada beliau ialah, "Apakah hal itu bermanfaat baginya?" 

Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

Tidak, sesungguhnya dia belum pernah mengucapkan barang sehari pun sepanjang hidupnya, "Ya Tuhanku, ampunilah bagiku semua kesalahanku di hari pembalasan nanti."

Demikian pula seandainya dia menebus dirinya dengan emas sepenuh bumi, niscaya hal itu tidak akan diterima darinya. 

---

Makna ayat ini menyimpulkan bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari azab Allah, sekalipun dia telah menginfakkan emas sebesar bumi. Walaupun dia berupaya menebus dirinya dari azab Allah dengan emas sebesar bumi yang beratnya sama dengan berat semua gunung-gunung, semua lembah-lembah, semua tanah, pasir, dataran rendah dan hutan belukarnya, serta daratan dan lautannya (niscaya tidak akan diterima).

Nabi bersabda: 

يُقَالُ لِلرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ لَكَ مَا عَلَى الأرْضِ مِنْ شَيْءٍ، أَكُنْتَ مُفْتَدِيًا بِهِ؟ قَالَ: فَيَقُولُ: نَعَمْ. قَالَ: فَيَقُولُ: قَدْ أَرَدْتُ مِنْكَ أَهْوَنَ مِنْ ذَلِكَ، قَدْ أَخَذْتُ عَلَيْكَ فِي ظَهْرِ أَبِيكَ آدَمَ أَلَّا تُشْرِكَ بِي شَيْئًا، فَأَبَيْتَ إِلا أَنْ تُشْرِكَ

Dikatakan kepada seorang lelaki penghuni neraka kelak di hari kiamat,  "Bagaimanakah yang akan kamu lakukan seandainya engkau mempunyai segala sesuatu yang ada di permukaan bumi, apakah itu akan engkau pakai untuk menebus dirimu (dari azab-Ku)?" 

Ia menjawab, "Ya." 

Allah berfirman, "Padahal Aku menghendaki darimu hal yang lebih mudah daripada itu. Sesungguhnya Aku telah mengambil janji darimu ketika kamu masih berada di dalam lulang sulbi kakek moyangmu, yaitu Adam; agar janganlah kamu mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Tetapi kamu menolak melainkan hanya tetap mempersekutukan Aku."

(HR Ahmad)

Demikian pula  apa  yang  diketengalikan  oleh  Imam  Bukhari  dan Imam Muslim.

Rasulullah bersabda: 

يُؤْتَى بِالرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَقُولُ لَهُ: يَا ابْنَ آدَمَ، كَيْفَ وَجَدْتَ مَنزلَكَ؟ فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ، خَيْرُ مَنزلٍ. فَيَقُولُ: سَلْ وَتَمَنَّ. فَيَقُولُ: مَا أَسْأَلُ وَلا أَتَمَنَّى إِلا أَنْ تَرُدَّنِي إِلَى الدُّنْيَا فَأُقْتَلَ فِي سَبِيلِكَ عَشْرَ مِرَار -لِمَا يَرَى مِنْ فَضْلِ الشَّهَادَةِ. وَيُؤْتَى بِالرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَيَقُولُ لَهُ: يَا ابْنَ آدَمَ، كَيْفَ وَجَدْتَ مَنزلَكَ؟ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ شَرُّ مَنزلٍ. فَيَقُولُ لَهُ: تَفْتَدِي مِني بِطِلاعِ الأرْضِ ذَهَبًا؟ فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ، نَعَمْ. فَيَقُولُ: كَذَبْتَ، قَدْ سَأَلْتُكَ أَقَلَّ مِنْ ذَلِكَ وَأَيْسَرَ فَلَمْ تَفْعَلْ، فيُرَد إِلَى النَّارِ

Didatangkan seorang lelaki dari penduduk surga, lalu dikatakan kepadanya, "Hai anak Adam, bagaimanakah kamu jumpai tempat kedudukanmu?" 

Lelaki itu menjawab, "Wahai Tuhanku, (aku jumpai tempat tinggalku adalah) sebaik-baik tempat tinggal." 

Allah berfirman, "Mintalah dan berharaplah." 

Lelaki itu menjawab, "Aku tidak akan meminta dan berharap lagi, kecuali kumohon Engkau mengembalikan aku ke dunia, lalu aku akan berperang hingga gugur di jalan-Mu," sebanyak sepuluh kali ,ia mengatakan demikian karena keutamaan yang dirasakannya berkat mati syahid.

Dan didatangkan pula seorang lelaki dari penduduk neraka, lalu dikatakan kepadanya, "Hai anak Adam, bagaimanakah kamu jumpai tempat tinggalmu?" 

Ia menjawab, "Wahai Tuhanku (aku jumpai tempat tinggalku adalah) seburuk-buruk tempat tinggal." 

Dikatakan kepadanya, "Apakah engkau mau menebus dirimu dari (azab)-Nya dengan emas sepenuh bumi?" 

Ia menjawab, "Ya, wahai Tuhanku." 

Allah berfirman, "Kamu dusta, karena sesungguhnya Aku pernah memintamu melakukan hal yang lebih ringan daripada itu dan lebih mudah, tetapi kamu tidak mau melakukannya." 

Lalu lelaki itu dicampakkan kembali ke dalam neraka.

(HR Ahmad)

Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:

{أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}

Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. 

(Ali Imran: 91),

Yakni tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah, dan tidak ada seorang pun yang melindungi mereka dari siksa-Nya yang amat pedih.

(Tafsir Ibnu Katsir ll /71 - 73)

HUKUM AKAD NIKAH VIA VIDEO CALL KARENA PANDEMI.


🔲 HUKUM AKAD NIKAH VIA VIDEO CALL KARENA PANDEMI.


Dalam Islam, keabsahan akad nikah tergantung pada pemenuhan rukun dan syaratnya. Bila memenuhi maka sah  dan bila tidak memenuhi maka tidak sah. 

Lima rukun yang wajib terpenuhi aqad Nikah adalah: ▫️Adanya calon suami.

▫️Adanys Calon istri.

▫️Shighat ijab qabul.

▫️Adanya Wali dari calon istri.

▫️Dan dua (2) saksi, di mana masing-masing yang harus terpenuhi syaratnya untuk mencapai keabsahan akad nikah.

📚(Ibrahim al-Baijuri, Hâsyiyyatus Syaikh Ibrâhîm al-Baijuri ‘alâ Syarhil ‘Allâmah Ibnil Qâsim al-Ghazi, [Beirut, Dârul Kutubil ‘Ilmiyyah: 1420 H/1999 M], cetakan kedua, juz II, halaman 170).

🔲 Merujuk Keputusan Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur di Kantor Diklat Departemen Agama Surabaya pada 09–10 Jumadits Tsani 1430 H/ 02–03 Juni 2009 M yang merumuskan bahwa akad nikah secara online adalah tidak sah, maka termasuk pula akad nikah via video call juga tidak sah. 

📚(Tim LBM PWNU Jawa Timur, NU Menjawab Problematika Umat; Keputusan Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur, [Surabaya: PW LBM NU Jawa Timur, 2015], jilid 1, halaman 898-904). 

Ketidak absahan akad nikah via video call ini karena dua faktor. 

🔹Faktor Pertama:

Rukun sighat ijab qabul pernikahan yang dilakukan secara video call tergolong shigat kinayah (tidak jelas). 

Padahal aqad nikah disyaratkan menggunakan shigat yang sharih atau jelas. 

Dalam hal ini, pakar fiqih Syafi’i kontemporer al-Habib Zain bin Smith (lahir 1357 H/1936 M) menegaskan:

◻️اَلتِّلْفُوْنُ كِنَايَةٌ فِي الْعُقُوْدِ كَالْبَيْعِ وَالسَّلَمِ وَالْإِجارَةِ، فَيَصِحُّ ذَلِكَ بِوَاسِطَةِ التِّلْفُوْنِ،أَمَّا النِّكَاحُ فَلَا يَصِحُّ بِالتِّلْفُوْنِ لِأَنَّهُ يُشْتَرَطُ فِيْهِ لَفْظٌ صَرِيْحٌ، وَالتِّلْفُوْنُ كِنَايَة 

⏹️ Artinya, “Telpon menjadi shighat kinayah dalam beberapa akad, seperti: Akad jual beli, akad salam dan akad sewa; maka akad-akad tersebut itu sah dilakukan dengan perantara telpon. Adapun akad nikah maka tidak sah, karena dalam akad nikah disyaratkan harus ada lafal yang jelas, sedangkan telpon itu kinayah (mengandung makna dua/lafal yang tidak jelas).” 

📚(Zain bin Ibrahim bin Smith, al-Fawaid al-Mukhtarah li Salik Thariq al-Akhirah [ttp.: Ma’had Dar al-Lughah wa ad-Da’wah, 1429 H/2008 M], ed: Ali bin Hasan Baharun, cetakan pertama halaman 246). 

🔹Faktor Kedua:

Tidak adanya kesatuan majelis secara offline yang memungkinkan kedua orang saksi melihat dua (2) pelaku akad, yaitu suami dan wali calon istri yang menikahkannya, serta mendengar shigat ijab qabul dari mereka secara langsung. Sebagaimana dimaklumi, akad nikah disyaratkan harus persaksian secara langsung oleh dua orang saksi.  

Meskipun dalam fiqih kontemporer, akad mu’amalah melalui perantara alat komunikasi modern seperti telegram, faksimile, atau internet dapat dinilai sah, tetapi demikian tidak berlaku untuk akad nikah. 

Sebab, dalam akad nikah, disyaratkan adanya kesaksian langsung dari dua (2) orang saksi. 

Karenanya, keabsahan melakukan transaksi mu’amalah dengan alat-alat modern tersebut tidak mencakup akad nikah. Hal ini sebagaimana dirumuskan dalam Keputusan Majelis Majma’ al-Fiqh al-Islami nomor 6/3/45 tentang Pelaksanaan Akad dengan Perantara Alat Komunikasi Modern yang ditetapkan dalam dalam Muktamar VI di Arab Saudi pada 17-23 Sya’ban 1430 H/14-20 Maret 1990 M:

 أَنَّ الْقَوَاعِدَ السَّابِقَةَ لَا تَشْمَلُ النِّكَاحَ لِاشْتِرَاطِ الْإِشْهَادِ فِيْهِ.

Artinya: “Sungguh kaidah-kaidah yang telah dijelaskan (keabsahan akad mu’amalah dengan perantara alat-alat modern) tidak mencakup akad nikah, karea di dalamnya disyaratkan adanya persaksian.”

📚 (Keputusan Majelis Majma’ al-Fiqh al-Islami nomor 6/3/45 tentang Pelaksanaan Akad dengan Perantara Alat Komunikasi Modern dalam Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, [Damaskus: Dar al-Fikr, tth], juz VII, halaman 157). 

Rumusan hukum yang menetapkan ketidakabsahan akad nikah via video call merupakan rumusan yang sangat berhati-hati seiring dengan prinsip fiqih: ‘Al-Abdha’ yuhtathu laha fauqa ghairiha” (Urusan kehalalan wanita bagi laki-laki lain harus diperlakukan secara lebih hati-hati daripada urusan lainnya.”

📚 (Abu Bakr ibn as-Sayyid Muhammad Syattha ad-Dimyathi, Hasyiyah I’anah at-Thalibin ‘ala Hall Alfazh Fath al-Mu’in, [Bairut: Dar al-Fikr, tth.], juz III, halaman 86). 

Namun demikian secara hukum fiqih terdapat solusi untuk melangsungkan pernikahan secara jarak jauh, yaitu melalui perwakilan atau akad wakalah baik melalui perantara surat, utusan,  telepon, jaringan internet, video call maupun semisalnya. 

📚(Al-Baijuri, Hâsyiyyatus Syaikh Ibrâhîm al-Baijuri, juz I, halaman 739). 

Kemudian calon suami yang ada di luar negeri dapat membuat surat kuasa atau menunjuk wakil orang yang dipercayainya untuk mewakilinya menerima akad nikah dari wali calon istri. 

Hal demikian mengingat dalam wakalah tidak disyaratkan adanya kesatuan majelis sebagaimana aturan yang sangat ketat dalam akad nikah. 

Detail Cara:Calon suami menunjuk wakilnya dan sighat wakil calon suami dalam menerima akad nikah tersebut dapat dibaca dalam tulisan berjudul: Hukum Calon Suami Mewakilkan Akad Nikah karena Positif Covid-19. 

Ringkasnya, akad nikah via video call hukumnya tidak sah. Namun terdapat solusi, yaitu Calon Suami menunjuk wakil untuk menerima akad nikahnya. 

Demikian secara hukum fikih. Adapun berkaitan dengan hukum negara dan urusan adminstrasi lainnya dapat dikonsultasikan ke KUA (Kantor Urusan Agama) terdekat.  

Semoga jawaban singkat ini dapat dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca. 

Wallâhul muwaffiq ilâ aqwamith thâriq. 

Wassalamu ’alaikum wr. wb.  

Oleh: Ahmad Muntaha AM, Redaktur Keislaman NU Online dan Founder Aswaja Muda.


Sumber: https://islam.nu.or.id


TRADISI MERAJUT HATI

Peringatan Haul

Haul adalah peringatan kematian seseorang yang biasanya diadakan setahun sekali dengan tujuan utama untuk mendoakan ahli kubur agar semua amal serta ibadah yang dilakukannya dapat diterima oleh Allah SWT. Haul adalah peringatan yang diadakan setiap setahun sekali serta tidak harus tepat di tanggal tertentu alias tidak bersifat sakral sebagaimana kita sedang memperingati hari ulang tahun. Hari serta tanggal pelaksanaan ditentukan dari berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah berhubungan dengan acara-acara lain yang telah diselenggarakan bersamaan dengan peringatan haul ini. Biasanya, haul ini diadakan untuk para keluarga yang telah meninggal dunia maupun para tokoh untuk sekedar mengingat serta meneladani jasa-jasa dan amal baik mereka.

Keumuman dan barang pasti, para keluarga yang masih kerabat dekat dengan seseorang yang telah meninggal tersebut akan selalu mengadakan acara haul pada hari serta tanggal yang telah disepakati bersama oleh keluarganya, dan pada saat mereka mempunyai waktu senggang serta bisa berkumpul bersama.

Umumnya, tradisi haul yang selalu ada dan diadakan di pondok pesantren - pondok pesantren akan selalu diperingati untuk para pendiri serta tokoh-tokoh yang telah berjasa terhadap perkembangan pesantren serta syi’ar Islam yang diadakan bersamaan dengan acara tahunan pesantren, semisal khataman kitab akhir tahun, pertemuan wali santri, ataupun zikir akbar tahunan.

Tradisi Haul

Tradisi haul sendiri diadakan dengan berdasarkan hadis dari Rasulullah SAW. Diriwayatkan: Rasulullah berziarah ke makam Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dalam perang Uhud dan makam keluarga Baqi’. Beliau mengucap salam dan mendoakan mereka atas amal-amal yang telah mereka kerjakan. (HR. Muslim)

Ada pula hadis lain yang diriwayatkan oleh Al-Wakidi bahwa Rasulullah SAW mengunjungi makam para pahlawan perang Uhud setiap tahun. Jika telah sampai di Syi’ib (tempat makam mereka), Rasulullah agak keras berucap: Assalâmu’alaikum bimâ shabartum fani’ma uqbâ ad-dâr. (Semoga kalian selalu mendapat kesejahteraan atas kesabaran yang telah kalian lakukan. Sungguh akhirat adalah tempat yang paling nikmat). Abu Bakar, Umar dan Utsman juga melakukan hal yang serupa. (Dalam Nahjul-Balâghah, hlm. 394-396)

Hukum Melaksanakan Haul

Di dalam pelaksanaannya, para ulama' telah menyatakan bahwa dalam peringatan haul tidak dilarang oleh agama, bahkan dianjurkan. Ibnu Hajar dalam Fatâwa al-Kubrâ Juz II hlm. 18 menjelaskan, para sahabat dan ulama tidak ada yang melarang peringatan haul sepanjang tidak ada yang meratapi mayit atau ahli kubur sambil menangis. Peringatan haul sedianya diisi dengan menuturkan biografi orang-orang yang alim dan saleh guna mendorong orang lain untuk meniru perbuatan mereka.

Peringatan haul yang biasa diadakan secara bersama-sama akan menjadi penting bagi umat Islam untuk sekadar bersilaturahmi satu sama lain, lalu berdoa sembari memantapkan diri untuk mencontoh segala tauladan dari para pendahulu kita, serta juga menjadi forum penting untuk menyampaikan nasihat-nasihat keagamaan.

Tuntunan dalam Melaksanakan Haul

Hingga saat ini, masih ada sebagian kecil masyarakat yang belum meyakini bolehnya melaksanakan peringatan haul ini bagi orang yang telah wafat. Peringatan haul memang telah sudah lazim dilakukan baik oleh organisasi maupun perorangan. Ada juga yang sederhana dengan mengundang saudara dan tetangga dengan membaca tahlil atau khotmil Qur’an.

Terdapat pula haul yang telah dilaksanakan dengan gebyar pengajuan umum dengan forum terbuka dengan mengundang dai serta ulama. Pada intinya adalah bagaimana dakwah atau syiar agama tersebut akan terbuka untuk masyarakat umum.

Tradisi haul adalah peringatan yang dibenarkan dan tidak dilarang. Sebabnya kegiatan semacam ini akan berdampak positif bagi umat. Status dari haul sendiri tak bisa lepas dari bentuk kegiatan serta rangkaian acaranya. Berarti, hukum dari haul sama dengan menghukumi perbuatan yang terdapat di dalam perhelatan ini.

Kajian haul secara bahasa terdapat dalam istilah kajian literatur fiqih ada dalam bab zakat. Haul bermakna sebagai syarat wajibnya zakat hewan ternak, emas, perak, serta harta dagangan. Jadi, haul berarti kekayaan harus dizakati bila berumur satu tahun.

Terdapat tiga muatan penting dalam peringatan haul yaitu Pertama, tahlilan dirangkai doa kepada seseorang yang telah meninggal. Kedua, pengajian umum yang terkadang dibacakan sejarah singkat orang yang dihauli, mencakup: nasab, tanggal lahir/wafat, jasa-jasa serta keistimewaan yang patut diteladani. Dan ketiga, sedekah kepada orang yang hadir atau diantar langsung ke rumah-rumah, ataupun acara makan makan bersama baik itu undangan atau keluarga.


 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes