BREAKING NEWS

Watsapp

Monday, February 21, 2022

*5 ALASAN KENAPA W4H4B1 TAK PATUT DIIKUTI*

 








*5 ALASAN KENAPA W4H4B1 TAK PATUT DIIKUTI*

Ada banyak alasan kenapa w4h4b1/Salafi tak patut diikuti, tentu saja tulisan ini bukan serta merta dibuat dengan mengedepankan kebencian, tetapi lebih pada pengalaman berinteraksi dengan mereka, membaca tulisan mereka, menonton kajian-kajian mereka yang tersebar di mana-mana, bahkan refleksi dari membaca buku-buku yang mengulas mereka hingga yang sering dikutip oleh mereka.

Berikut beberapa alasan kenapa kita tidak diperbolehkan mengikuti W4h4b1:

[1]. Seperti yang kita ketahui bahwa Salafus Shalih adalah orang yang hidup pada abad ke 1-3 Hijriyah. Banyak ulama yang hidup pada masa itu dan mereka menggali, menelaah hingga meneliti ajaran Rasulullah saw. kemudian Ulama-ulama itu mengkodifikasi ilmunya dalam suatu sistem tertentu, setiap sistem kodifikasi memiliki ciri khasnya masing-masing. 

Setiap ciri itu di-nisbat-kan pada imam masing-masing. 

Yang terkenal dan bertahan hingga sekarang adalah, dalam Fiqih ;

1. Madzhab Hanafi, 

2. Madzhab Maliki, 

3. Madzhab Syafi'i dan 

4. Madzhab Hanbali. 

Dan dalam Tauhid / Teologi / Kalam ;

1. Imam As'ary dan 

2. Maturidi. 

Dan dalam Thariqah / Tasawwuf banyak Ulama-ulama Tasawwuf yang menjadi panutan dan 2 diantaranya adalah yang paling masyhur, yaitu ;

1. Imam Al-Ghazali dan 

2. Imam Junaid Al-Baghdadi. 

Dan sayangnya, W4h4b1 tidak mau bermadzhab, sehingga tidak memiliki pedoman tetap dalam istinbath hukum. 

[2]. Untuk bisa memiliki otoritas meng-istinbath hukum, seseorang harus memiliki kualifikasi dalam berbagai ilmu pengetahuan yang mendukung untuk itu, dalam banyak literatur disebutkan bahwa seseorang agar bisa memiliki otoritas memutuskan suatu hukum harus memahami dan menguasai 12 fan keilmuan Islam, yang nantinya orang tersebut disebut dan dijuluki "Al-Mutafannin".

Selain itu dalam memutuskan suatu hukum butuh proses yang panjang sebagaimana terdapat dalam Ushul Fiqh, hal itu dibuktikan dalam beberapa kisah ulama salaf bahwa Imam Malik tak bisa (langsung) menjawab beberapa pertanyaan karena membutuhkan kajian yang dalam. Pernah juga Imam Syafi'i tidak tidur semalam suntuk di rumah Imam Ahmad bin Hambal karena memikirkan suatu masalah yang membutuhkan keputusan hukum.

Berbeda dengan Ustadz W4h4b1 yang menjawab secara spontan dan ringan pertanyaan sepiring penuh hanya dalam hitungan menit. 

Oleh karenanya patut disebut bahwa telaah mereka terhadap Nushush (teks agama: Al-Qur'an dan Hadits) sangat dangkal.

[3]. Telaah mereka terhadap Nushush (teks agama: Al-Qur'an dan Hadits) sangat dangkal, mengapa...? Karena mereka tak menggunakan kaidah penggalian hukum sebagaimana yang banyak Ulama Ushul lakukan dari jaman ke jaman. Sehingga banyak dari mereka yang berubah-ubah pendapatnya ketika selang beberapa waktu kemudian. 

Selain itu juga mereka membatasi diri dengan hanya menerima Ulama yang cocok dengan pemikiran mereka saja, seperti :

1. Muhammad bin Abdul Wahhab, 

2. Al-Utsaimin, 

3. Al-AlBani, 

4. Al-Khajandi, 

5. Ibnu Taimiyah, 

6. Ibnu Jauzi 

7. Dan lain-lain.

Sedangkan ulama yang selainnya mereka pukul rata menjadi sesat dan menyesatkan.

[4]. Dakwah kaum w4h4b1 ini merebak kemana-mana pasca perkembangan teknologi, terutama di Media Sosial dan Video semacam Youtube. 

Tetapi tahukah anda bahwa W4h4b1 ini tak bisa masuk secara massif dan berkembang di Pesantren dan PTAI (Perguruan Tinggi Agama Islam)?, bahkan terkesan ciut dan mati kutu. Mengapa.....?

Jawabannya adalah karena Pesantren tempat dimana santri hidupnya, dari bangun tidur sampai hendak tidur, selalu berdampingan dengan kitab-kitab klasik (Kitab-kitab yang ditulis dan dicetak di masa sebelum munculnya w4h4b1), dimana propaganda yang dibawa oleh w4h4b1 adalah tema basi di pesantren. 

Lalu bagaimana dengan sulitnya mereka menembus PTAI? Lembaga tersebut sulit dimasuki oleh w4h4b1 karena dosen-dosen yang terdapat di PTAI adalah santri, santri yang juga melakukan rihlah keilmuan lewat jalur formal (ijazah), walaupun begitu santri yang ilmunya mumpuni banyak yang tak memiliki ijazah dan mereka selow saja dengan itu. 

Oleh karenanya w4h4b1 hanya subur di lembaga pendidikan umum semacam SMP, SMA dan PTU (Perguruan Tinggi Umum) karena mereka hanya mengenal Al-Qur'an dan tak pernah menelaahnya secara dalam. Sehingga mereka menjadi sasaran empuk propaganda W4h4b1, dengan Jargon "KEMBALI KE ke AL-QUR'AN dan HADITS".

[5]. Sebagai manusia, W4h4b1 juga butuh bersosial dengan masyarakat, tetapi karena pemahamannya yang salah maka mereka suka menuduh orang lain yang tidak sepaham dengan mereka, dengan sebutan "SYIRIK", "KAFIR", "SESAT", "AHLI BID'AH", "SYIAH", "KUBURRIYUN", "MUNAFIK" dan lain-lain. Padahal prilaku mereka ini sangat berbeda sekali dengan Salafus Shalih yang mentoleransi perbedaan yang sifatnya Furu'i.

HAQIQAH/ESENSI DALAM BERAMAL TERJADI SECARA ABSTRAK

 



Tauhid, ikhlas, dzikir, dan khusuk (haqiqah/esensi dalam beramal) terjadi secara abstrak/ batin

Semua haqiqah/ esensi ini terjadi secara abstrak/ batin di dalam jiwa, bukan secara konkrit/ zahir dalam raga. Haqiqah ini akan menyebabkan jiwa memperoleh kebenaran (as-Sidq), cinta (mahabbah), dan kebahagiaan (sya’âdah). Kondisi inilah sebetulnya yang disebut dengan ihsan sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits:

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ وَإِنْ لَّمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. (رواه مسلم)

“Ihsan adalah bahwa kamu beribadah kepada Allah, seakan-akan kamu melihat-Nya, dan kalau pun kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (H.R. Muslim)

Hadits ini menjelaskan, bukan kita melihat Allah, tetapi seakan-akan melihat-Nya, bukan melihat-Nya dengan mata kepala, tetapi melihat-Nya dengan mata hati. Tetapi meskipun tidak dapat melihat-Nya dengan mata kepala, Dia pasti melihat kita, karena Dia Maha Melihat. Sikap jiwa seperti inilah sebetulnya yang harus ada dalam beramal ibadah kepada-Nya, yaitu sikap musyâhadah dan murâqabah. Musyâhadah merasakan bahwa kita menyaksikan atau melihat Allah, sementara murâqabah merasakan bahwa kita diawasi atau dilihat oleh Allah. Sebelum murâqabah di usahakan dapat musyâhadah, karena musyâhadahakan menguatkan murâqabah. Ketika ibadah telah dapat dilakukan seperti ini, maka telah kumpul-lah tiga rukun agama Islam, yaitu iman, islam dan ihsan dan iman yang ada dalam hati kita pun telah mencapai tingkatan iman yang tertinggi yaitu iman yaqin atau iman ‘ârifin.


Sunday, February 20, 2022

HAQIQAH

 



Haqȋqah

Dalam bahasa Indonesia, kata haqȋqah berarti kebenaran, kenyataan, keaslian atau esensi.[1]Maka haqiqah dalam konteks pelaksanaan syari’ah yang disebut thariqah adalah esensi dalam beramal atau dalam beribadah. Esensi dalam beramal atau beribadah adalah tauhid, ikhlas, dzikir, dan khusuk yang keseluruhannya sering diistilahkan dengan al-liqâ’ (bertemu), al-qarbu (dekat), ar-ra’yu(melihat), dan ma’rifat (mengetahui).

Tauhid adalah ifrâdullah ma’bûdan fil‘ibadah, mengkhususkan Allah yang disembah, ikhlas adalah khulûshuniyah lillâh fil ibâdah, memurnikan niat hanya karena Allah dalam ibadah, dzikir adalah khudhûrul qalbi fi ibâdatillâh, hadirnya hati dalam beribadah kepada Allah, dan khusuk adalah zhannu liqâillâh fi ibâdatihi, meyakini bertemu dengan Allah dalam beribadah kepada-Nya.

[1]A.W. Munawir, Almunawir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hlm. 283.


SUMBERNYA THORIQOH DARI SYARI'AH


Bersumbernya thariqah dari syari’ah ibarat bersumbernya jalan kecil dari jalan besar

Bersumbernya thariqah dari syari’ah ibarat bersumbernya jalan kecil (at-Tharîq) dari jalan besar (as-Syâri). Jalan kecil yang bersumber dari jalan besar itu tentu tidak hanya satu, tetapi bisa beberapa jalan. Maka demikian juga thariqah tidak hanya satu, tetapi bisa beberapa thariqah. Oleh karena itu amalan seseorang atau sekelompok orang dalam beragama tidak mesti sama, melainkan boleh berbeda, yang penting amalan itu bersumber dari syari’ah atau sabilullah (jalan Allah) atau as-Shirât al-Mustaqim(jalan yang lurus). Jangan keluar dari situ, karena kalau keluar, maka artinya berada di ghairil islam (bukan agama islam), sabilutthâgût (jalan setan), atau thariq jahannam (jalan ke neraka).

Mungkin banyak orang yang dengan keluasan ilmunya, khususnya dalam ilmu agama dan keistiqamahan dalam mengamalkannya merasakan anugrah-anugrah yang diberikan Allah kepadanya, baik pengetahuan, keyakinan, kecintaan, ketentraman jiwa, kemudahan dalam berpikir, kemudahan dalam beramal, kemudahan dalam bergaul dan sebagainya, maka itulah jalannya (thariqahnya).

Bahwa thariqah adalah pelaksanaan terhadap syari’ah dikemukakan juga oleh Ahmad Khatib, ia mengatakan thariqah adalah jalan kepada Allah dengan mengamalkan ilmu tauhid, ilmu fiqih, dan ilmu tasawuf.[1]

[1]Ahmad Khatib, Al-Âyât al-Bayyinah, hlm. 6.


DOA SETELAH BERSIN

 


🍃 Berdo'a setelah bersin 🍃 ,,, 


فائدة: من قال بعد العطاس عقب حمد الله : اللهم ارزقني مالا يكفيني، وبيتا يأويني، واحفظ علي عقلي وديني، واكفني شر من يؤذيني: أعطاه الله سؤاله. اهــ بجيرمي

       Pemaparan-nya, barang siapa setelah selesai bersin memuji Allah dengan membaca  أَلْحَمْدُ لِلّٰهِ  kemudian dia melanjutkan membaca do'a, 

أَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ مَالًا يَكْفِيْنِيْ، وَبَيْتًا يَأْوِيْنِيْ، وَاحْفَظْ عَلَيَّ عَقْلِيْ وَدِيْنِيْ، وَاكْفِنِيْ شَرَّ مَنْ يُؤْذِيْنِيْ

      Maka terhadap orang yang membaca do'a tersebut Allah Swt akan memberikan apa yang ia minta. Wallaahu A’lam 

Referensi dari kitab,

إعانة الطالبين      ٢٢٠ / ٤

💖 Mohon dikoreksi apabila terdapat kekeliruan dan kesalahan 💖

Saturday, February 19, 2022

DIANTARA DALIL PAHALA SEDEKAH PADA MAYIT BISA SAMPAI





 *DIANTARA DALIL PAHALA SEDEKAH PADA MAYIT BISA SAMPAI*

ﺍَﻣَّﺎ ﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺔُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻓَـِﺎﻧَّﻪُ ﻳَﻨْـﺘَـﻔِﻊُ ﺑِﻬَﺎ ﺑِﺎﺗِّـﻔَﺎﻕِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ. ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺭَﺩَﺕْ ﺑِﺬٰﻟِﻚَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ُﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍَﺣَﺎ ﺩِﻳْﺚُ ﺻَﺤِﻴْﺤَﺔٌ ﻣِﺜْﻞُ ﻗَﻮْﻝِ ﺳَﻌْﺪٍ ( ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍِﻥَّ ﺍُﻣِّﻲْ ﺍُﻓْﺘـُﻠِﺘـَﺖْ ﻧَﻔْﺴُﻬَﺎ ﻭَﺍَﺭَﺍﻫَﺎ ﻟَﻮْ ﺗَـﻜَﻠَّﻤَﺖْ ﺗَﺼَﺪَّﻗَﺖْ ﻓَﻬَﻞْ ﻳَﻨْـﻔَـﻌُﻬَﺎ ﺍَﻥْ ﺍَﺗَـﺼَﺪَّﻕَ ﻋَﻨْﻬَﺎ ؟ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻧَـﻌَﻢْ , ﻭَﻛَﺬٰﻟِﻚَ ﻳَـﻨْـﻔَـﻌُﻪُ ﺍﻟْﺤَﺞُّ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍْﻻُ ﺿْﺤِﻴَﺔُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟْﻌِﺘْﻖُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﻭَﺍْﻻِﺳْﺘِـْﻐﻒُﺭﺍَ ﻟَﻪُ ﺑِﻼَ ﻧِﺰﺍَﻉٍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍْﻷَﺋِﻤَّﺔِ .

“Adapun sedekah untuk mayit, maka ia bisa mengambil manfaat berdasarkan kesepakatan umat Islam, semua itu terkandung dalam beberapa hadits shahih dari Nabi Saw. seperti perkataan sahabat Sa’ad “Ya Rasulallah sesungguhnya ibuku telah wafat, dan aku berpendapat jika ibuku masih hidup pasti ia bersedekah, apakah bermanfaat jika aku bersedekah sebagai gantinya?” maka Beliau menjawab “Ya”, begitu juga bermanfaat bagi mayit: haji, qurban, memerdekakan budak, do’a dan istighfar kepadanya, yang ini tanpa perselisihan di antara para imam”. Referensi : (Majmu’ al-Fatawa: XXIV/314-315) *DALIL DIPERBOLEHKAN SEDEKAH MAKAN-MINUM SETELAH USAI MENGUBUR*

ﻓﻠﻤﺎ ﺍﺣﺘﻀﺮﻋﻤﺮ ﺃﻣﺮ ﺻﻬﻴﺒﺎ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ، ﻭﺃﻣﺮ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻃﻌﺎما، ﻓﻴﻄﻌﻤﻮﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﺴﺘﺨﻠﻔﻮﺍ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺟﻌﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﺟﺊ ﺑﺎﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﻭﺿﻌﺖ ﺍﻟﻤﻮﺍﺋﺪ ! ﻓﺄﻣﺴﻚ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﻬﺎ ﻟﻠﺤﺰﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻢ ﻓﻴﻪ ، ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ : ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﻣﺎﺕ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﻣﺎﺕ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﺇﻧﻪ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻻﺟﻞ ﻓﻜﻠﻮﺍ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ، ﺛﻢ ﻣﺪ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﻳﺪﻩ ﻓﺄﻛﻞ ﻭﻣﺪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ﻓﺄﻛﻠﻮﺍ
Ketika Umar sebelum wafatnya, ia memerintahkan pada Shuhaib untuk memimpin shalat, dan memberi makan para tamu selama 3 hari hingga mereka memilih seseorang, maka ketika hidangan–hidangan ditaruhkan, orang – orang tak mau makan karena sedihnya, maka berkatalah Abbas bin Abdulmuttalib: Wahai hadirin.. sungguh telah wafat Rasulullah saw dan kita makan dan minum setelahnya, lalu wafat Abubakar dan kita makan dan minum sesudahnya, dan ajal itu adalah hal yang pasti, maka makanlah makanan ini..!”, lalu beliau mengulurkan tangannya dan makan, maka orang–orang pun mengulurkan tangannya masing–masing dan makan. Referensi: [Al Fawaidussyahiir Li Abi Bakar Assyafii juz 1 hal 288, Kanzul ummaal fii sunanil aqwaal wal af’al Juz 13 hal 309, Thabaqat Al Kubra Li Ibn Sa’d Juz 4 hal 29, Tarikh Dimasyq juz 26 hal 373, Al Makrifah wattaarikh Juz 1 hal 110] *DALIL DIANJURKANYA SELAMATAN 3, 7, 40, 100 Dst.. BAGI MAYIT*
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮتى
ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓن ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ عام (الحاوي للفتاوي ,ج:۲,ص: ١٩٨
Rasulullah saw bersabda: “Doa dan shodaqoh itu hadiah kepada mayyit.” Berkata Umar: “shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan shodaqoh dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh di hari ke tujuh akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya lalu sedekah dihari ke 40 akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.”
Referensi : (Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198)

THORIQOH DENGAN SYARIAT

 Thariqah cara menghambakan diri kepada Allah dengan melaksanakan syari’ah

Thariqah merupakan cara bagaimana manusia menghambakan dirinya kepada Allah dengan melaksanakan syari’ah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pengertian ini dapat kita pahami dari Al-Qur’an surat al-Jin ayat 16:

وَأْنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا. (الجن: 16)

“Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus menetapi suatu cara atau perjalanan itu (agama islam), niscaya kami akan mencurahkan kepada mereka air yang melimpah (kenikmatan yang melimpah).”(Q.S. Al-Jin: 16)

Bahwa thariqah dalam ayat ini berarti Dînul Islam(agama Islam) dapat kita pahami dari konteks ayat sebelumnya yang berbunyi:

وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُوْنَ وَمِنَّا الْقَاسِطُوْنَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُوْلئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا. (الجن: 14)

“Dan di antara kami ada yang Islam dan ada yang menyimpang dari kebenaran. Siapa yang Islam, maka mereka itu telah memilih jalan yang lurus.” (Q.S. Al-Jin: 14)

Jadi jalan yang lurus itu adalah agama Islam. Dan jalan selain agama Islam adalah jalan yang sesat. Allah berfirman:

وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلاَمِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلُ مِنْهُ وَهُوَ فِى الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. (آل عمران: 85)

“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (Q.S. Âli Imrân: 85)

لاَ إِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَىِّ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِاللهِ فَقَدْ اسْتَمْسَكَ بِاْلعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا وَاللهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ. (البقرة: 256)

“Tidak ada paksaan dalam menganut agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 256)


 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes