BREAKING NEWS

Watsapp

Tuesday, April 12, 2022

FIQIH DAN USHUL FIQH


USHUL secara bahasa artinya pondasi.

FIQIH secara bahasa berarti pemahaman.

Sedangkan Ushul FiQih adalah ilmu yang mempelajari tentang Dalil-dalil fiqih secara global. Bagaimana cara menyimpulkan hukum dalam ilmu fiqih dan keaadaan orang yang menyimpulkan hukum tersebut.

Pembahasan

Ushul Fiqih adalah ilmu yang mempelajari dalil fiqih dan cara menyimpulkan hukum dalam ilmu fiqih. Ushul secara bahasa berarti pondasi yang telah di jelaskan dalam surat ibrahim ayat 24.

Surat ibrahim ayat 24 :

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit ...(QS. Ibrahim : 24)

Maksudnya adalah Apakah kamu tidak mengetahui (Wahai Rasull)  bahwa Allah membuat perumpamaan bagi kalimat Tauhid yaitu lā ilāha illallāh dengan sebuah pohon yang baik, yaitu kurma, akarnya tertanam kokoh di dalam tanah, akar-akarnya mencari air di sana, sedangkan batangnya menjulang ke angkasa menyerap embun dan menghirup udara yang segar.

Sedangkan Fiqih secara bahasa berarti pemahaman yang telah di jelaskan dalam surat Thaha ayat 27-28 :

وَٱحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِى

Arti: Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,

يَفْقَهُوا۟ قَوْلِى

Arti : supaya mereka mengerti perkataanku, 

Dalam keterangan lain

موضوع الفقه: فعل المكلف من حيث ما يثاب من الاحكام الشرعية،مثل،البيع، الرحن،الصلاة(اما موضوع اصول الفقه)الدليل الشرعي الكلي من حيث ما يثبت به من الاحكام اكلية مثل،القياس، وحجيته، العام وما يقيده (pembahasan ilmu fiqih berkaisar: perbuatan mukallaf dari sisi konsekuensi hukumnya secara sya'ir (jual beli,solat,dst) Ushul fiqhi berkaisar tentang: dalil syar'i global dan apa yang di ambil darinya hukum hukum global (qiyas,aam,mutlaq dst).

Saturday, April 9, 2022

 📖 Menghirup aroma  masakan

وترك وصول عين  لا ريح  وطعم من ظاهر ____ قوله : لا ريح  اى ولو من نجس وهو غير بعيد وصل بالثم الى دماغه  ولو ريح البخور  لانه ليس عينا ويؤخذ من هذا  ان وصول للدخان الذى فيه رائحة  البخور او غيره الى جوفه لا يضر وان تعمد ذلك (حاشية الجمل ج٢ص٣١٨)

Keterangan 

Menghirup aroma masakan tidak membatalkan puasa ,karena uap bukan termasuk benda.

Bersambung

Friday, April 8, 2022

BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH



Berbaik sangka kepada Allah

HIKMAH

 Hikmah

Hikmah adalah keadaan jiwa yang dengannya dapat diketahui benar dan salah dalam seluruh perbuatan yang bersifat pilihan (ikhtiyâri). Hikmah muncul dalam jiwa karena terjadinya kematangan dan keseimbangan kekuatan ilmu yang berada dalam akal. Kekuatan ilmu dikatakan matang dan seimbang adalah ketika dengan mudah dapat membedakan antara jujur dan bohong dalam perkataan, antara benar dan salah dalam keyakinan, dan antara baik dan buruk dalam perbuatan. Dan kekuatan ilmu akan matang dan seimbang jika di dalamnya terjadi sinergitas antara pengetahuan wahyu dengan pengetahuan akal atau intergrasi wahyu dengan ilmu.
Dengan petunjuk hikmah inilah kekuatan syahwat (insting hidup) dan ghadhab(insting mati) yang ada dalam nafsu akan dikendalikan melalui kekuatan penyeimbang (quwwatul ‘adli) yang menjadi salurannya dalam akal. Sehingga jiwa yang dianugrahi hikmah ia akan memiliki kemampuan manajerial, kercerdasan yang hebat, ketajaman berfikir, ketepatan prediksi, mengetahui esensi-esensi dalam melakukan suatu perbuatan dan mengetahui rahasia-rahasia yang akan membahayakan jiwanya. Allah berfirman:
يُؤْتِيْ اْلحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاءُ وَمَنْ يُّؤْتَ اْلحِكْمَةَ فَقَدْ أُوْتِىَ خَيْرًا كَثِيْرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوْا اْلأَلْبَابِ. (البقرة: 269)
Allah menganugrahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi kebaikan yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari ( firman Allah).” (Q.S. Al-Baqarah: 269)

KEBERANIAN

 Keberanian

Keberanian (syajâ’ah) adalah keadaan jiwa ketika tinggi rendahnya ghadab (insting mati) terkendalikan oleh hikmah. Keadaan seperti ini disebut pula keseimbangan ghadab (insting mati). Dalam keadaan jiwa seperti ini dorongan-dorongan nafsu yang berorientasi pada pembelaan dan perlindungan diri dari sesuatu yang menyakitkan akan berjalan dengan normal. Keinginan jiwa menghindari rasa sakit, baik yang bersifat fisik maupun psikis, tidak menjadikannya marah secara berlebihan, kejam dan sadis melewati batasan-batasan norma agama dan rasionalitas. Dengan kata lain mampu menahan marah. Karena pada dasarnya pemberani adalah orang yang memiliki kesabaran dalam melawan dorongan-dorongan ghadab (insting hidup).
Orang yang memiliki jiwa pemberani akan memiliki kesatriaan, kemurahan hati, kepedulian yang tinggi, ketabahan, keteguhan jiwa, kebijaksanaan, kemampuan menahan marah, dan memiliki kewibawaan.Banyak orang melakukan pemukulan, penembakan, penganiayaan, tawuran, pengeroyokan, penindasan, fitnah, adu domba dan pembunuhan karena jiwanya luput dari keberanian.

‘IFAH

 ‘Ifah

‘Ifah adalah keadaan jiwa ketika terjadinya kematangan syahwat (Insting hidup). Kematangan syahwat terjadi ketika tinggi dan rendahnya berada pada batasan yang dikehendaki hikmah. Orang yang memiliki ‘ifah pada dasarnya memiliki kesabaran dalam berjuang melawan dorongan-dorongan syahwat (insting hidup) seperti makan, minum dan kebutuhan seksual, sehingga dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya tersebut tidak semata-semata didasarkan pada keni’matan dan kepuasan belaka, tetapi didasarkan pada norma agama dan rasionalitas.
Orang yang memiliki ‘ifah dalam jiwanya, ia akan mampu hidup sederhana, tidak tamak, murah hati, menjaga hak orang lain, memiliki rasa kemanusiaan, peduli kepada sesama, hati-hati, memiliki rasa malu, pemaaf, kaya hati, santun, dan tidak banyak menghayal. Banyaknya orang yang melakukan pencurian, korupsi, penipuan, perampokan, kehidupan yang hedonis, berpoya-poya, mabuk-mabukan, perzinaan, bahkan disertai dengan tindakan kejahatan lainya adalah karena jiwa mereka luput dari ‘ifah.

Thursday, April 7, 2022

ILMU ATAU ADAB YANG HARUS DIDAHULUKAN

 *ILMU ATAU ADAB YANG HARUS DIDAHULUKAN ?*

 Adab lebih didahulukan daripada ilmu, sebgaimana pepatah masyhur mengatakan  الأدب فوق العلم Adab itu di atas ilmu, redaksi lain mengatakan الأدب قبل العلم ADAB (DULU) SEBELUM ILMU.

قال الإمام مالك رحــمــه الله : " كانت أمي تجهز عمامتي وأنا صغير قبل ذهابي لحِلق العلم .. فتقول لي : يا مالك ، خذ من شيخك الأدب قـــــبـــــل الــــعـــلـــم ". دار التزكية

Al Imâm Mâlik rahimahu-Llâh berkata : Adalah ibuku, beliau selalu menyiapkan imâmah/surban untukku ketika aku masih kecil, sebelum aku berangkat menuju tempat perkumpulan/majlis ilmu. Ibuku berkata kepadaku : Wahai Mâlik.. Raihlah adab dari gurumu sebelum engkau meraih ilmunya.‎

Firman Allâh Ta'âlâ :

قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ ناراً

(Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka). [ At Tahrîm, 6 ]

Shahabat Ali radliya Allâhu 'anh menafsiri ayat tsb dengan :

عَلِّمُوهُمْ، وَأَدِّبُوهُمْ

"(Jaga mereka) dengan (cara) ajarkan mereka ilmu, dan didiklah mereka adab".

قَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ رَجُلٍ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ ناراً يقول: أدبوهم وعلموهم «١» .  تفسير ابن كثير 

قَالَ: ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، قَالَ: ثنا سُفْيَانُ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي قَوْلِهِ: {قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ} [التحريم: ٦] قَالَ: عَلِّمُوهُمْ، وَأَدِّبُوهُمْ . تفسير الطبرى 

Ternyata dengan ilmu saja (meski pinter sundul langit), tidak cukup untuk tidak dilempar ke Neraka. Ternyata kita masih butuh adab. Apalagi adab kepada orang yang berilmu. Apalagi adab kepada Ulama'. Apalagi adab kepada orang Shâlih.

Yusuf bin Al Husain berkata :

بالأدب تفهم العلم

“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”

قال الإمام عبد الله بن المبارك رحمه الله: "طلبت الأدب ثلاثين سنةً, وطلبت العلم عشرين سنةً, وكانوا يطلبون الأدب قبل العلم" . غاية النهاية في طبقات القراء 1/ 198 

Berkata imâm AbduLlâh ibn Al Mubârok rahimahuLlâh : Aku belajar adab selama 30 tahun, dan belajar ilmu selama 20 tahun. Dan mereka (ulama) belajar adab sebelum menuntut ilmu.

"كاد الأدب أن يكون ثُلُثي الدِّين" . صفة الصفوة 4/145 

Dalam kitab sifatus shofwah juz 4 hal 145 diterangkan bahwa adab itu nyaris mencapai 2/3 ilmu.

ويقول بعض السلف: "نحن إلى قليل من الأدب أحوج منا إلى كثير من العلم" . مدارج السالكين (2/376) 

Kita pada sedikit adab/akhlaq lebih membutuhkan dari pada banyaknya ilmu.

ويقول عبد الله بن وهب رحمه الله: "ما تعلَّمنا من أدبِ مالكٍ أكثرُ مما تعلّمنا من علمه" . سير أعلام النبلاء (8/113) 

Berkata imām Abdullāh bin Wahb rahimahu-Llâh :  "Yang kita pelajari dari adabnya imām Mālik lebih banyak dibandingkan kita belajar dari ilmunya".

قال ابن المبارك رحمه الله تعالى : نحن إلي قليل من الأدب أحوج منّا إلي كثير من العلم. اھــ .المنهج السوي : ١٩٧

Ibnu MUBAROK رحمه الله تعالى telah berkata : kami lebih butuh sedikitnya ADAB yang dapat kami peroleh di banding kan dari pada banyak nya ILMU.

كان الإمام الشافعي رحمه الله تعالى يقول : قال لي مالك رحمه الله تعالى : يا محمد ، إجعل علمك ملحا وأدبك دقيقا. اھــ . المنهج السوي : ١٩٨

Al IMAM SYAFI'I رحمه الله تعالى telah berkata : Imam MALIK berkata kepadaku: wahai Muhammad, jadikanlah ILMUmu itu seperti garam dan jadikanlah ADABmu seperti tepung.

قال عبدالرحمن بن القاسم : خدمت الإمام مالكا رضي الله عنه عشرين سنة، فكان منها سنتان في العلم وثماني عشرة سنة في تعلّم الأدب، فيا ليتني جعلت المــــدة كلهـا أدبا. اھـــ . المنهج السوي : ١٩٨ 

ABDURRAHMAN bin QOSIM berkata : Aku pernah khidmat kepada IMAM MALIK selama 20 tahun, dan dari 20 tahun itu hanya 2 tahun aku belajar ILMU dan 18 tahun nya saya belajar ADAB, setelah saya mengetahui ilmu adab (akhlaq), saya berandai-andai menjadikan semuanya untuk belajar akhlaq.

Sudahkah kita ber-Adab ?? Semoga bermanfaat. Wallohu a'lam.

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes