BREAKING NEWS

Watsapp

Sunday, July 24, 2022

KAJIAN QS AL ANFAL AYAT 72 TENTANG KONTROL DIRI (KANDUNGAN, SIKAP)

 KAJIAN QS AL ANFAL AYAT 72 TENTANG KONTROL DIRI (KANDUNGAN, SIKAP)

Dalam agama Islam, kontrol diri diistilahkan dengan mujahadah an nafs. Kontrol diri sama dengan pengendalian menghadapi hawa nafsu, emosi, dan hal lain yang nantinya berdampak buruk.
"Mujahadah an nafs berasal dari kata mujahadah yang artinya bersungguh-sungguh, serta an nafs berarti diri sendiri. Maknanya adalah perjuangan melawan hawa nafsu atau perbuatan tercela sesuai hukum Allah SWT,"

kontrol diri bukan hal yang mudah. Apalagi manusia punya kecenderungan tertarik pada hal negatif dan bujukan negatif. Hal ini tercantum dalam Al Quran surat Al-Mujadalah ayat 19       

, ٱسۡتَحۡوَذَ عَلَيۡهِمُ ٱلشَّيۡطَـٰنُ فَأَنسَٮٰهُمۡ ذِكۡرَ ٱللَّهِ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ حِزۡبُ ٱلشَّيۡطَـٰنِ‌ۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱلشَّيۡطَـٰنِ هُمُ ٱلۡخَـٰسِرُونَ (١٩)

Artinya: "Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi."

Beratnya kontrol diri yang dalam agama Islam diistilahkan mujahadah an nafs juga dikisahkan Rasulullah SAW, yang baru pulang dari Perang Badar. Rasulullah SAW ternyata menganggap perang Badar sebagai pertempuran kecil dibanding melawan diri sendiri. 

"Ya Rasulullah, Apakah ada lagi perang yang lebih besar dari ini (Perang Badar)?" Rasulullah mengatakan, "Melawan hawa nafsu,"

Imam Al-Ghazali menerangkan, kontrol diri yang baik akan menghasilkan kekuatan karakter. Artinya pembangunan karakter memerlukan pengendalian diri, disiplin, dan selalu yakin akan balasan dari Allah SWT. Muslim yang taat beribadah, punya karakter kuat, dan mampu kontrol diri lebih mampu menahan diri dari kesenangan sementara. 

Dijelaskan di dalam kitab ihya ulumuddin oleh imam al ghazali ,tersebut ada tiga tahap Cara untuk melemahkan hawa nafsu :
1.Memutuskan keterikatan .
Contoh: jika kita Terikat di dalam makanan Diputus dengan berpuasa.
2.Memadamkan api
maksudnya adalah Sesungguhnya nafsu syahwat itu bisa berkobar dengan pandangan hal hal yang bisa menarik nafsu syahwat kita ,Rasulullah saw bersabda "bahwa Pandangan itu Salah satu panah yang beracun dari panah panah iblis". Contoh : menjaga Pandangan atau diri kita dari hal hal yang tidak baik dan juga mata telinga hidung mulut serta hati kita kita luruskan tekad di dalam hati kita bahwa di dalam hal hal yg tercela itu tidak diridhoi oleh allah .
3.Mencari jalan yang halal
Setiap manusia Tentu memiliki kebutuhan jasmani Yg harus dipenuhi Baik makanan pakaian tempat tinggal dll,Maka Semua itu dapat diPenuhi dalam menjaga diri kita Dg syariat dan tawakal yang diperkuatkan Yakni mencari perkara atau Jalan yg halal Atas setiap kebutuhan hidup .
Inilah tiga jalan Yang mampu melemahkan hawa nafsu syahwat kita yg dijelaskan oleh imam al ghozzy di dalam kitabnya .والله أعلم بالصواب

Berdasarkan Surat Al Anfal Ayat 72, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk melakukan kontrol diri (mujahadah an-nafs), antara lain :

  1. Bersabar atau menyisihkan waktu yang lebih lama untuk mengambil keputusan dari perbuatan yang akan dilakukan,

  2. Memikirkan akibat dari perbuatan yang dilakukan,

  3. Berdzikir kepada Allah,

  4. Berdoa kepada Allah.

Nah, untuk lebih memahami tentang isi kandungan Surat Al Anfal Ayat 72, berikut ini akan kami sampaikan Isi Kandungan, Asbabun Nuzul, Kajian Ilmu Tajwid, Terjemahan (Arti), dan sikap dan perilaku yang mencerminkan QS Al Anfal : 72.

 

  1. Asbabun Nuzul Surat Al Anfal Ayat 72

 

Menurut Ibnu Munzir, ayat ini turun sebagai jawaban dari pertanyaan kaum muslim, "Bagaimana kalau kami memberi dan menerima harta waris dari saudara kami yang musyrik?" Ayat ini diturunkan sebagai penjelasan bahwa antara mukmin dan kafir tidak saling mewarisi harta.


Riwayat lain yang disampaikan oleh Ibnu Sa'ad, menyebutkan bahwa Rasulullah saw telah mempersaudarakan Zubair bin Awwam dengan Ka'ab bin Malik. Zubair berkata, "Saat perang Uhud, aku melihat Kaab terluka parah. Kemudian aku berkata, Jika dia meninggal, dia terputus hubungan keluarganya dan aku yang menjadi pewarisnya."Lalu ayat ini turun dan menjadi dasar dalil bahwa : warisan itu diberikan bagi orang yang memiliki hubungan kerabat, pernikahan, dan satu agama.

 

  1. Bacaan Surat Al Anfal Ayat 72

 

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالَّذِيْنَ اٰوَوْا وَّنَصَرُوْٓا اُولٰۤىِٕكَ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يُهَاجِرُوْا مَا لَكُمْ مِّنْ وَّلَايَتِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ حَتّٰى يُهَاجِرُوْاۚ وَاِنِ اسْتَنْصَرُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ اِلَّا عَلٰى قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَاقٌۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

 

  1. Kajian Ilmu Tajwid Surat Al Anfal Ayat 72

 

Dalam QS Al Anfal : 72, ada beberapa tajwid yang perlu kita ketahui. Beberapa ilmu tajwid yang ada pada QS surat Al Anfal tersebut antara lain mencarikan Contoh bacaan :

Ø   Idgam bigunnah :……………………..

Ø   Iqlab :…………………………………

Ø   Iqlab :…………………………………

Ø   Idgam mutamasilain :…………………

Ø   Mad Arid Lissukun :………………….

 

  1. Terjemahan dan Makna Kata Surat Al Anfal Ayat 72

 

Terjemahan QS Al Anfal 72 yaitu : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."

 

Makna kosakata yang ada pada QS Al Anfal : 72 yaitu :

 

  1.  وَهَاجَرُوا  (Wahaajaruu ) : Hijrah menjadi bukti yang jelas bagi seseorang atau kelompok yang ingin mengubah dirinya menjadi lebih baik. Sejak masa lalu sampai modern, mereka yang memelihara keimanannya selalu melakukan hijrah.

  2.  أَوْلِيَاءُ: (Auliaa) Makna bahasa adalah dekat, lalu maknanya meluas, diantaranya membela melindungi, membantu dan mencintai.

  3. …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

  4. …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

  5. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

  6. Dst seterusnya silahkan untuk dibuatkan dari yang ada pada surat Al-‘Anfal ayat 72. Makna kosakata atau mufrodatnya.

 

5. Isi dan Kandungan Ayat Surat Al Anfal Ayat 72

 

Isi dan kandungan yang terdapat dalam QS Al Anfal : 72 mengajarkan kita banyak hal. Beberapa di antaranya yaitu sebagai berikut :

  1. Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah swt. menjelaskan kepada  kaum muslim tentang sikap yang harus dilakukan saat berhadapan dengan orang kafir,[1] sementara ayat-ayat ini (khususnya Q.S. Al-Anfal [8]: 72-75) menjelaskan hubungan yang harus dijalin antar sesama umat Islam dalam membentuk tatanan umat yang kuat dan kokoh.

  2. Jalinan kasih dan sayang, senantiasa saling melindungi harus selalu dibina antar kaum muslim. Bukan hanya sekadar mengorbankan harta, namun harus juga melalui jiwa dan raga seperti yang telah diperankan oleh kaum Muhajirin dan Anshar. Mereka saling mengorbankan apa saja yang dipunya dalam menegakkan kehormatan dan martabat agama.

  3. Sesama orang beriman harus saling membantu, menolong. dan memperkuat, terutama saat-saat menghadapi musibah atau kesulitan. Sebaliknya, mukmin harus melakukan kontrol diri untuk tidak saling berdebat, berselisih paham, apalagi bertengkar yang pada akhirnya hanya menimbulkan kekacauan dan kerusakan yang lebih besar (Q.5. Al-Anfal 18) 73) karena akibat selanjutnya kekuatan umat akan semakin menurun dan lemah di hadapan musuh-musuhnya.

  4. Perlu kesungguhan bagi setiap muslim untuk bersama sama memikul beban berat perjuangan, saling menolong dan melindungi, baik melalui harta maupun jiwa, dalam mengemban risalah ilahi yang kini tantangannya semakin berat dan kompleks.

  5. Pada setiap kurun atau masa selalu ada sekelompok umat yang bersikap mementingkan diri-sendiri, tidak mau berbagi dan peduli, apalagi berkorban dengan harta dan jiwa mereka. Melalui ayat ini, kita diingatkan oleh Allah swt dengan teladan dan contoh yang bagus, yakni perjuangan dua kelompok umat Islam, yaitu kaum Muhajirin dan Anshar. Sementara satu kelompok yang tidak perlu ditiru, yaitu kaum muslim yang tidak ikut hijrah bersama Rasulullah saw.

  6. Keberhasilan dan kesuksesan sangat dipengaruhi komitmen yang tinggi, ikhtiar yang sungguh-sungguh, kontrol diri yang terus terjaga (stabil), dan kebersamaan dalam merasakan suka dan duka.

  7. Perlunya umat melakukan hijrah di saat menghadapi situasi dan kondisi yang serba tidak menentu. Hijrah bukan hanya berpindah dalam makna fisik, namun yang lebih penting adalah hijrah dalam makna rohani, yaitu bertekad bulat untuk senantiasa mengubah pola hidup (life style) yang buruk menjadi baik, lemah semangat menjadi bersemangat, miskin cita-cita menjadi tinggi cita dan asa

 

6. Sikap dan Perilaku yang Mencerminkan Ayat Surat Al Anfal Ayat 72

 

Ada beberapa perilaku dan sikap yang mencerminkan QS Al Anfal : 72 yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :

  1. Untuk meraih kesuksesan dibutuhkan komitmen yang tinggi dari seluruh komponen umat, baik pikiran, tenaga, harta, bahkan jiwa dan raga.

  2. Tradisi diaspora, menjelajahi kawasan dunia, ekspedisi, dan eksplorasi harus ditumbuhkembangkan di kalangan umat Islam, mengikuti tradisi umat Islam dahulu. Mereka sering melakukan hal-hal tersebut sehingga mereka dapat mencapai apa yang kita rasakan sekarang ini, yaitu titik-titik keberadaan umat Islam dapat kita temukan di belahan bumi (benua/area) mana pun juga.

  3. Kontrol diri, menata keluarga dan umat yang dilakukan secara sungguh-sungguh menjadi kunci keberhasilan dan kesuksesan umat Islam, baik untuk masa kini dan esok.

  4. Bahu-membahu dan saling melindungi, menolong, dan membantu antar sesama umat Islam sangat diperlukan dalam ikhtiar menggapai dan menuju kemuliaan Islam dan martabat umat Islam.

  5. Setiap kehidupan pasti dilingkupi keburukan, halangan, dan rintangan yang terkadang sangat menyulitkan dan menyesakkan dada. Jika menemukan hal tersebut ada solusi yang ditawarkan, yaitu melakukan hijrah. Bila perlu, kita tidak hanya melakukan hijrah fisik, namun juga secara mental, tekad dan strategi perjuangan.

 

Demikianlah kajian dan hanyalah bersifat tulis ulang kembali saja untuk kita pelajari bersama sama.



TUGAS CLIK LINK INI KERJAKAN



[1] Tugas kalian semuanya cari tahu seperti apakah dalam ayat sebelumnya Allah menjelaskan sikap yang harus dimiliki kaum muslimin kepada orang kafir?



KAJIAN SURAT AL-MUJADALAH AYAT 11


MATERI PAI KELAS VII
Surat Al Mujadalah Ayat 11 Beserta Artinya
Berikut ini Surat Al Mujadalah Ayat 11 dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
(Yaa ayyuhal ladziina aamanuu idzaa qiila lakum tafassahuu fil majaalisi fafsahuu yafsahillaahu lakum. Wa idzaa qillan syuzuu fansyuzuu, yarfa’illaahul ladziina aamanuu minkum walladziina uutul ‘ilma darojaat. Walloohu bimaa ta’maluuna khobiir).
Artinya:
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Asbabun Nuzul Al Mujadalah Ayat 11
Rasulullah biasa memberikan tempat khusus kepada para sahabat ahli badar. Di suatu hari, ketika majlis sedang berlangsung, datang beberapa sahabat ahli badar. Mereka mengucapkan salam kepada Rasulullah dan beliau menjawabnya.
Mereka mengucapkan salam kepada orang-orang di majlis itu dan mereka menjawabnya pula. Namun, tidak ada yang beranjak dari tempat duduknya sehingga para ahli badar itu berdiri.
Maka Rasulullah memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya yang lain, yang tidak ikut perang badar, untuk mengambil tempat lain agar para ahli badar bisa duduk di dekat beliau.
Orang-orang munafik memanfaatkan kesempatan itu dengan menuduh Rasulullah tidak adil. “Katanya Muhammad berlaku adil, ternyata tidak.” Mereka bermaksud memecah belah para sahabat.
Ketika tuduhan itu sampai di telinga Rasulullah, beliau menjelaskan bahwa siapa yang memberi kelapangan untuk saudaranya, ia akan mendapatkan rahmat Allah. Para sahabat menyambut seruan Rasulullah itu dan Allah pun menurunkan Surat Al Mujadalah ayat 11.
Tafsir Surat Al Mujadalah Ayat 11
Tafsir Surat Al Mujadalah Ayat 11 ini disarikan dari Tafsir Ibnu KatsirTafsir Fi Zhilalil QuranTafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir dan Tafsir Al Misbah. Harapannya, agar ringkas dan mudah dipahami.
Kami memaparkannya menjadi beberapa poin dimulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.
1. Adab Menghadiri Majelis dan Keutamaannya
Poin pertama dari Surat Al Mujadalah ayat 11 ini adalah adab dalam majlis dan keutamaannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,
Kata tafassahuu (تفسحوا) dan ifsahuu (إفسحوا) berasal dari kata fasaha (فسح) yang artinya lapang. Sedangkan kata unsyuzu (أنشزوا) berasal dari kata nusyuuz (نشوز) yang artinya tempat yang tinggi. Yaitu beralih ke tempat yang tinggi. Perintah itu berarti, berdirilah untuk pindah ke tempat lain guna memberikan kesempatan kepada orang lain agar duduk di situ.
Ayat ini memberikan tuntunan adab atau etika bermajelis. Yakni hendaklah setiap orang berlapang-lapang dalam majelis. Tidak mengambil tempat duduk kecuali seperlunya dan mempersilahkan orang lain agar bisa duduk di majlis jika masih memungkinkan.
Dalam Surat Al Mujadalah ayat 11 ini juga ada tuntunan, hendaklah seseorang memberikan tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-orang yang dihormati dan orang-orang yang lemah. Dalam konteks asbabun nuzul, para sahabat ahli badar adalah orang-orang yang memiliki keutamaan dan kedudukan mulia dalam Islam karena jasa besar mereka dalam perjuangan. Karena itulah Rasulullah memberikan tempat khusus kepada mereka.
Imam Qurthubi menjelaskan, boleh bagi seseorang mengutus pembantunya untuk mengambilkan tempat duduk baginya di masjid. Dengan catatan, pembantunya itu berdiri untuk pindah ke tempat lain ketika yang mengutusnya datang dan duduk.
Namun secara umum, dilarang menyuruh seseorang untuk pindah dari tempat duduknya untuk ia tempati.
لاَ يُقِمِ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ ثُمَّ يَقْعُدْ فِيهِ
“Janganlah seseorang menyuruh berdiri orang lain dari majelisnya lalu ia duduk menggantikannya.” (HR. Ahmad)
Orang yang memberi kelapangan kepada orang lain, ia akan diberi kelapangan oleh Allah. Orang yang memberikan tempat duduk kepada orang lain, ia juga mendapat kebaikan dari Allah.
2. Allah Meninggikan Derajat Orang Berilmu
Poin kedua dari Surat Al Mujadalah ayat 11 ini adalah keutamaan orang yang berilmu. Bahwa Allah akan meninggikan derajat mereka.
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Ibnu Katsir menjelaskan, janganlah memiliki anggapan bahwa apabila seseorang dari kalian memberikan kelapangan untuk tempat duduk saudaranya yang baru tiba atau ia disuruh bangkit untuk saudaranya itu merendahkannya. Tidak, bahkan itu merupakan suatu derajat ketinggian baginya di sisi Allah.
Orang yang mau memberikan kelapangan kepada saudaranya dan bersegera saat disuruh Rasulullah bangkit, mereka adalah orang-orang berilmu yang tahu adab majlis. Maka Allah meninggikan derajat mereka.
Firman Allah ini juga berlaku umum, siapa pun yang beriman dan berilmu, Allah akan meninggikan derajatnya. Tak hanya di dunia, tapi juga di akhirat.
Umar pernah bertemu Nafi’ bin Abdul Haris di Asfan. Sebelumnya, Umar menunjuk Nafi’ menjadi amilnya di Makkah. Maka Umar bertanya kepada Nafi’ “Siapakah yang menggantikanmu untuk memerintah di Makkah?”
“Aku mengangkat Ibnu Abza sebagai penggantiku,” jawab Nafi’.
“Engkau mengangkat seorang bekas budak untuk menggantikanmu mengurus Makkah?”
“Wahai amirul mukminin, sesungguhnya dia seorang ahli qiraat dan hafal Al Quran, alim mengenai ilmu faraid.”
Maka Umar pun menyetujuinya, seraya membacakan hadits Nabi:
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
“Sesungguhnya Allah meninggikan derajat suatu kaum berkat Kitab (Al Quran) ini dan merendahkan kaum lainnya karenanya.” (HR. Muslim)
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran menjelaskan bahwa ayat ini mengajarkan kepada kaum muslimin bahwa keimananlah yang mendorong mereka berlapang dada dan menaati perintah. Ilmulah yang membina jiwa lalu dia bermurah hati dan taat.
“Iman dan ilmu itu mengantarkan seseorang kepada derajat yang tinggi di sisi Allah. Derajat ini merupakan imbalan atas tempat yang diberikannya dengan suka hati dan atas kepatuhan kepada Rasulullah,” tulis Sayyid Qutb.
3. Pengetahuan dan Balasan Allah
Poin ketiga dari Surat Al Mujadalah ayat 11 ini adalah penegasan bahwa Allah Maha Mengetahui dan Mengabarkan serta memberi imbalan berdasarkan ilmu.
وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Allah Maha Mengetahui segala yang dilakukan oleh hamba-hambaNya. Termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Seluruhnya itu akan dikabarkan Allah di akhirat nanti dan akan diberiNya balasan.
Mereka yang dengan ikhlas memberi kelapangan kepada saudaranya dan mereka yang mentaati Rasulullah, mereka akan mendapatkan pahala di akhirat kelak. Demikian pula mereka yang tidak mau memberi kelapangan, bahkan orang munafik yang menuduh Rasulullah tidak adil, mereka juga akan mendapatkan balasan di akhirat kelak.
“Allah memberikan balasan berdasarkan ilmu dan pengetahuan akan hakikat perbuatanmu dan atas motivasi yang ada di balik perbuatan itu,” terang Sayyid Qutb.
Kandungan Surat Al Mujadilah Ayat 11
Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Mujadilah Ayat 11:
Diantara adab menghadiri majlis (termasuk majelis ilmu dan majlis dzikir) adalah berlapang-lapang dan memberikan kelapangan kepada orang lain agar bisa duduk di majlis itu.
Pemimpin majlis boleh memerintahkan seseorang untuk pindah guna memberikan tempat kepada orang yang dimuliakan. Dan hendaklah orang yang diperintah mentaati pemimpin majlis tersebut.
Orang yang memberikan kelapangan kepada saudaranya di majlis, Allah akan memberikan kelapangan untuknya.
Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.
Allah Maha Mengetahui apa yang dikerjakan hamba-hambaNya dan motivasi di balik perbuatan itu. Dia juga memberikan balasan berdasarkan hakikat dan motivasi perbuatan itu.
Ayat ini memotivasi orang-orang beriman untuk menuntut ilmu dan menjadi orang-orang yang berilmu.
Demikian Surat Al Mujadalah ayat 11 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat dan menjadikan bersemangat menuntut ilmu serta mengamalkan adab dalam menghadiri majlis. Wallahu a’lam bish shawab.

KAJIAN SURAT ARRAHMAN AYAT 33


PERTEMUAN KE 1,KELAS VII SMT 1,

Surat Ar Rahman ayat 33 adalah ayat yang memotivasi untuk menuntut ilmu dan mengembangkan teknologi. Berikut ini arti, tafsir dan kandungan makna Ar Rahman ayat 33.

Surat Ar Rahman (الرحمن) merupakan surat makkiyah. Ar Rahman adalah salah satu sifat Allah sekaligus Asmaul Husna yang artinya Maha Pemurah. Nama Ar Rahman diambil dari ayat pertama surat ini. Ia juga dinamakan ‘Arusul Qur’an (pengantin Al Qur’an).

Secara khusus, Surat Ar Rahman ayat 33 adalah ayat yang mempersilahkan manusia untuk melintasi langit dan bumi. Sekaligus mengingatkan bahwa hal itu tak mungkin bisa dilakukan kecuali dengan sulthan.

Ada tiga penafsiran terkait ayat ini yakni tentang ketidakmampuan manusia lari dari kekuasaan Allah, ketidakmampuan manusia menghindari dari pertanggungjawaban di akhirat nanti, dan kebebasan dari Allah untuk menjelajah ruang angkasa.

Penafsiran ketiga itulah yang mengandung motivasi untuk menuntut ilmu dan mengembangkan teknologi. Sebab manusia tidak bisa melintasi langit dan bumi kecuali dengan kekuatan, buah dari ilmu dan teknologi. Meskipun demikian, tetap saja terbatas.


Surat Ar Rahman Ayat 33 Beserta Artinya

Berikut ini Surat Ar Rahman Ayat 33 dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia:

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ

(Yaa ma'syaral jinni wal insi inistatho’tum an tanfudzu min aqtoris samawati wal ardhi fanfudzuu, laa tanfudzuuna illaa bisulthoon)

Artinya:

Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.


Tafsir Surat Ar Rahman Ayat 33

Tafsir Surat Ar Rahman Ayat 33 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir dan Tafsir Al Misbah. Harapannya, agar ringkas dan mudah dipahami.

Kami memasaknya menjadi beberapa poin dimulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ

Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. (QS. Ar Rahman: 33)


1. Seruan kepada jin dan manusia

Seruan Surat Ar Rahman ayat 33 ini ditujukan kepada jin dan manusia.

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ

Hai jamaah jin dan manusia,

Kata ma’syar (معشر) artinya adalah jamaah atau kelompok yang banyak. Dalam Tafsir Al Misbah dijelaskan, agaknya ia diambil dari kata ‘asyrah (عشرة) yang berarti sepuluh, karena mereka tidak dihitung satu per satu melainkan sepuluh persepuluh.

Dalam ayat ini, jin (الجن) disebutkan lebih dulu daripada manusia (الإنس) karena jin memiliki kemampuan lebih besar dalam mengarungi angkasa. Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Jin, bahwa mereka sejak dulu telah sanggup mengarungi angkasa untuk mencuri berita langit. Namun kemudian Allah melempari mereka dengan panah api, sebagaimana Surat Al Jin ayat 9:

وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآَنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا

“dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Al Jin: 9)


2. Jika mampu melintasi penjuru langit

إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا

jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah

Ada tiga pendapat mengenai ayat ini. Pertama, berkaitan dengan ketidakmampuan manusia lari dari takdir Allah dan lari dari kekuasaan-Nya.

Ibnu Katsir menjelaskan, “Kalian tidak akan dapat melarikan diri dari perintah Allah dan takdir-Nya, bahkan Dia meliputi kalian dan kalian tidak akan mampu melepaskan diri dari hukum-Nya. Tidak pula membatalkan hukum-Nya terhadap kalian. Kemanapun kalian pergi selalu diliput.”

Kedua, berkaitan dengan keadaan pada hari kiamat nanti, terutama di yaumul mahsyar. Manusia tidak akan mampu meloloskan diri di saat itu.

“Dan ini menceritakan keadaan di Yaumul Mahsyar (hari manusia dihimpunkan); sedangkan semua malaikat mengawasi semua makhluk sebanyak tujuh shaf dari semua penjuru, maka tiada seorang pun yang dapat meloloskan diri,” kata Ibnu Katsir dalam Tafsirnya.

Ketiga, berkaitan dengan kemampuan manusia menjelajah ruang angkasa. Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempersilakan jika manusia hendak melintasi langit dan bumi.

Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan, “Di antara Rahman-Nya Allah kepada manusia dan jin adalah kebebasan yang diberikan kepada kita untuk melintasi alam ini dengan sepenuh tenaga yang ada pada kita, dengan segenap akal dan budi kita, karena mendalamnya pengetahuan. Namun di akhir ayat, Allah mengingatkan bahwa kekuatanmu itu tetap terbatas.”

Buya Hamka mencontohkan, di zamannya sudah ada Apollo yang mampu membawa manusia ke bulan. Dan sejak saat itu dikembangkan usaha menuju tempat yang lebih jauh seperti Venus.

Lantas, Buya Hamka mengajak kita berfikir. Kalaulah manusia bisa sampai ke Venus, bisakah manusia mengetahui keadaan seluruh bintang. Padahal ada bintang yang jaraknya 100.000 tahun cahaya. Bahkan ada bintang yang jaraknya 1.000.000 tahun cahaya. Cahayanya masih terlihat saat ini tetapi bintangnya sendiri telah meninggalkan tempatnya sejak sekian ratus tahun ribu yang lalu.


3. Tak bisa kecuali dengan sulthan

لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ

kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.

Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran mengatakan, sultan di sini adalah kekuatan dan tidak ada yang memiliki kekuatan kecuali Pemilik kekuatan. Ayat ini, menurut Sayyid Qutb, terkait pembalasan Allah kepada jin dan manusia. Allah menantang keduanya untuk menembus penjuru langit dan bumi. Dan mereka tidak akan dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan dari Allah.

Buya Hamka menjelaskan bahwa kekuatan manusia sangat terbatas. Dan kekuatan itu juga pemberian dari Allah, Sang Pemilik kekuatan.

Sedangkan Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, “Wahai manusia dan jin, jika memang kalian mampu untuk keluar menerobos dari sisi-sisi langit dan bumi untuk lari melepaskan diri dari qadha’ dan qadar Allah, dari kuasa dan kekuasaan-Nya, silahkan kalian coba lakukan itu dan selamatkan diri kalian. Kamu sekalian takkan sanggup untuk menerobos dan melarikan diri dari putusan dan kekuasaan-Nya kecuali dengan kekuatan dan kekuasaan. Sementara kalian tiada sedikitpun memiliki kekuatan dan kemampuan untuk melakukannya.”


Kandungan Surat Ar Rahman Ayat 33

Berikut ini adalah isi kandungan Surat Ar Rahman Ayat 33:

  1. Allah menyeru jin dan manusia dan mempersilahkan untuk melintasi langit dan bumi jika bisa melakukannya.

  2. Di dunia ini, jin dan manusia tidak bisa lari dari takdir Allah dan tidak bisa lari dari kekuasaan-Nya.

  3. Di akhirat nanti, jin dan manusia tidak bisa lari dari pertanggungjawaban atas amal-amal di dunia.

  4. Manusia bisa menjelajah ruang angkasa dengan sulthan (kekuatan ilmu pengetahuan), namun kekuatan manusia itu terbatas.

  5. Ayat ini memotivasi manusia untuk mengembangkan ilmu dan teknologi agar bisa menjelajah ruang angkasa dan lain-lain.

Demikian Surat Ar Rahman ayat 33 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat serta memotivasi kita untuk mengembangkan ilmu dan teknologi. Wallahu a’lam bish shawab.


Monday, July 18, 2022

📚 HUKUM LAKI-LAKI MENINGGALKAN SHALAT JU'MAT (3 KALI)

 KELAS 7 SMT 2

➡️HUKUM LAKI-LAKI MENINGGALKAN SHALAT JU'MAT (3 KALI)


🩸Haram (dosa besar) hukumnya meninggalkan shalat jum'at tanpa ozor (halangan yang diizinkan Agama).

✍️ Barang siapa meninggalkan shalat jum'at dengan tanpa udzur sampai 3 kali secara berturut-turut maka Allah SWT menutup pintu hati sehingga tidak bisa menerima perkara haq dan mau'izhah. Dalam satu riwayat mengatakan orang tersebut membuang/meninggalkan syari'at juga dicap/ dicatat sebagai orang munafiq, bukan sebagai pezina:

من ترك ثلاث جمع تهاونا بها طبع الله على قلبه. من ترك الجمعة ثلاث جمع متواليات فقد الإسلا وراء ظهره يعني بلا عذر شرعي من ترك ثلاث جمعات من غير عذر كتب من المنافقين

✍️Orang yang meninggalkan shalat jum'at dengan tanpa adanya udzur maka disunahkan bersedekah sebanyak 1 atau 1/2 dinar. 

📚Demikian yang dijelaskan dalam Kitab l'anatut Thalibin juz 2 hal 52 :

قال في المجموع يستحب لمن ترك الجمعة بلا عذر أن يتصدق بدينار أو. .نصفه لخبر أبي داود وغيره


📚HR At-Thabarani :

من ترك ثلاث جمعات من غير عذر كتب من المنافقين 

▪️Artinya, “Siapa saja yang meninggalkan tiga kali ibadah shalat Jumat tanpa uzur, niscaya ia ditulis sebagai orang kafir nifaq/munafiq,”

📚hadits Rasulullah SAW riwayat At-Turmudzi, At-Thabarani, Ad-Daruquthni

. من ترك الجمعة ثلاث مرات تهاونا بها طبع الله على قلبه 

▪️Artinya, “Siapa meninggalkan tiga kali shalat Jumat karena meremehkan, niscaya Allah menutup hatinya,” (HR At-Turmudzi, At-Thabarani, Ad-Daruquthni).

📚Imam Ar-Ramli melalui Kitab Nihayatul Muhtaj juz VI, halaman 450 :

قَوْلُهُ (مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمْعٍ تَهَاوُنًا) أَيْ بِأَنْ لَا يَكُونَ لِعُذْرٍ وَلَا يَمْنَعُ مِنْ ذَلِكَ اعْتِرَافُهُ بِوُجُوبِهَا وَأَنَّ تَرْكَهَا مَعْصِيَةٌ، وَظَاهِرُ إطْلَاقِهِ أَنَّهُ لَا فَرْقَ فِي ذَلِكَ بَيْنَ الْمُتَوَالِيَةِ وَغَيْرِهَا، وَلَعَلَّهُ غَيْرُ مُرَادٍ وَإِنَّمَا الْمُرَادُ الْمُتَوَالِيَةُ (قَوْلُهُ : طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ) أَيْ أَلْقَى عَلَى قَلْبِهِ شَيْئًا كَالْخَاتَمِ يَمْنَعُ مِنْ قَبُولِ الْمَوَاعِظِ وَالْحَقِّ 

📚Artinya, “(Siapa meninggalkan tiga kali shalat Jumat karena meremehkan) dalam arti tidak ada uzur. Pengakuan atas kewajiban Jumat tidak menghalanginya dari konsekuensi tindakannya. Tindakan meninggalkan Jumat adalah maksiat. Secara zahir kemutalakannya bahwa tidak ada perbedaan antara meninggalkan berturut-turut atau tidak. Tetapi bisa jadi bukan itu yang dimaksud. Yang dimaksud adalah ‘berturut-turut’ (niscaya Allah menutup hatinya) Allah menyegel hatinya dengan sesuatu seperti cincin yang dapat menghalanginya dari nasihat dan kebenaran.”


Wallahu a'lam

Sunday, July 17, 2022

🔲 HUKUM MENG-QADHA'I SHALAT UNTUK ORANG YANG WAFAT*

 

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR GUGUS KUNINGAN TAHUN 2023


🔲 HUKUM MENG-QADHA'I SHALAT UNTUK ORANG YANG WAFAT*

Qadha' shalat diwajibkan bagi siapapun yang meninggalkan shalat, baik sengaja maupun tidak. 

Untuk orang yang meninggalkan shalat secara sengaja, diwajibkan mengqadha' shalat secepat mungkin (faur). 

Bahkan ia diharuskan mengerjakan shalat qadha' terlebih dahulu, sebelum mengerjakan shalat wajib lainnya atau shalat sunah. Misalnya, ketika ada yang secara sengaja meninggalkan shalat dhuhur dan waktunya sudah habis, ia diwajibkan untuk mengqadha'nya sebelum menunaikan shalat ashar. 

Beda halnya dengan orang yang lupa atau ketiduran, mereka dianjurkan  untuk menyegerakan (wa yubaddiru bihi nadban) dan tidak diwajibkan sebagaimana halnya orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja. 

Kewajiban qadha' ini mengukuhkan bahwa bagaimanapun dan dalam kondisi apapun shalat wajib tidak boleh ditinggalkan, kecuali bagi perempuan haidh. 

*Lalu bagaimana dengan orang yang sudah meninggal...?*

Apakah ahli waris atau keluarganya dianjurkan untuk mengqadha' shalat orang yang sudah wafat...? 

Persoalan ini sudah dibahas dan diperdebatkan oleh Para Ulama' sejak dulu. 

Dalam Fathul Mu’in, Zainuddin Al-Malibari mengatakan:

*من مات وعليه صلاة فرض لم تقض ولم تفد عنه، وفي قول: إنها تفعل عنه، أوصى بها أم لا، حكاه العبادي عن الشافعي لخبر فيه، وفعل به السبكي عن بعض أقاربه.*

_Artinya: “Orang yang sudah meninggal dan memiliki tanggungan shalat wajib, tidak diwajibkan qadha' dan tidak pula bayar fidyah._ 

_Menurut satu pendapat lain dianjurkan qadha’, baik diwasiatkan maupun tidak, sebagaimana yang dikisahkan Al-‘Abadi dari As-Syafi’i karena ada hadits mengenai persoalan ini. Bahkan, As-Subki melakukan (qadha' shalat) untuk sebagian sanak-familinya.”_ 

Memang tidak terdapat hadits yang secara tegas menunjukkan kebolehan qadha' shalat bagi mayit. 

Ulama' yang membolehkan hal ini berdalil pada hadits kewajiban qadha' puasa bagi ahli waris. 

‘Aisyah pernah mendengar Rasulullah bersabda: 

*من مات وعليه صيام صام عنه وليه.*

_Artinya, “Siapa yang meninggal dan memiliki tanggungan puasa, wajib bagi keluarganya untuk mengqadhanya"._

📚 (HR Al-Bukhari).

Anjuran mengqadha' puasa ini disematkan pada shalat, karena keduanya sama-sama ibadah badaniyah (ibadah fisik). 

Dalam Syarah Shahih Muslim, An-Nawawi juga menguraikan perdebatan ulama terkait hal ini. 

Persoalannya, apakah ibadah yang dilakukan orang yang masih hidup, pahalanya sampai kepada orang yang meninggal atau tidak...?

An-Nawawi menjelaskan:

*ذهب جماعات من العلماء إلى أنه يصل إلى الميت ثواب جميع العبادات من الصلاة والصوم والقراءة وغير ذلك وفي صحيح البخاري في باب من مات وعليه نذر أن ابن عمر أمر من ماتت أمها وعليها صلاة أن تصلي عنها.*


_Artinya: “Sekelompok ulama berpendapat bahwa pahala seluruh ibadah (yang dihadiahkan kepada orang yang meninggal) sampai kepada mereka, baik ibadah shalat, puasa, dan membaca Al-Qur’an"._ 

_Dalam shahih al-Bukhari, bab orang yang meninggal dan masih memiliki kewajiban nadzar, Ibnu Umar memerintahkan kepada orang yang meninggal ibunya dan memiliki tanggungan shalat untuk mengerjakan shalat untuk ibunya._

Demikianlah pendapat Ulama' terkait kebolehan mengqadha' shalat untuk orang yang sudah wafat. 

Sebagian ulama besar seperti As-Subki juga melakukan untuk keluarganya yang telah wafat. 

Bagi siapa yang tidak setuju dengan pendapat di atas, alangkah baiknya untuk tidak menyalahkan orang yang mengqadha’ shalat untuk keluarganya yang telah wafat. 

Sebab persoalan ini masih diperdebatkan dan diperselisihkan oleh Para Ulama' (khilafiyah).


*والله اعلم بالصواب*

📚 JIKA TERJADI IKHTILĀF ANTARA IMĀM IBNI HAJAR DAN AR-RAMLIY ‏‏

 JIKA TERJADI IKHTILĀF ANTARA

IMĀM IBNI HAJAR DAN AR-RAMLIY

‏‏‎

📌 مسألة

【 اذا اختلف القول بين ابن حجر والرملي 】


قد ننقل أحيانا أقوالا فيها خلاف بين الإمامين ابن حجر والرملي فيسأل البعض ما المعتمد ؟

فالجواب أن من لم يكن من أهل الترجيح في المذهب كما هو حال أهل زماننا فكلا القولين بالنسبة له معتمد ويجوز الإفتاء به على التخيير مالم يجمع المتعقبون عليهما أن ما قالاه من قبيل الغلط أو السهو كذا قال الكردي.

ونقل الكردي عن السيد عمر البصري قوله

(إن من اختلف عليه ابن حجر والرملي فليعتمد أيهما شاء نقله عنه ثقات الناس وسواء كان شيخ الإسلام والشربيني أو أحدهما في جانب واحد منهما أم لا؟ تأمله ترشد كما وجدته منقولا من خط المحقق علي بن عبد الرحيم بن قاضي با كثير.

وللعلامة با كثير نظم في ذلك منه قوله :-

محمد الرملي يكافي ابن حجر ...

فاختر إذا تخالفا بلا حذر….

وإن بدا الشيخ إذ الخطيب…

مع واحد فكلهم مصيب…. )

باختصار من 📚 الفوائد المدنية للكردي ص (63)

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes