Ada 4 Orang yang makruh mengeraskan Qiraah Atau Suaranya ,jika menganggu orang tidur Atau orang Shalat :
حاشية إعانة الطالبين :
فيكره أى التشويش على من ذكر وقضية عبارته كراهة الجهر إذا حصل التشويش
Baru di Anggap Makruh mengeraskan suara/bacaan itu apabila menganggu ,Adapun jika tidak menganggu ,maka tidak makruh
فتح المعين :
ولا يجهر مصل - وغيره - إن شوش على نحو نائم أو مصل، فيكره. كما في المجموع
حاشية اعانة الطالبين :
(قوله ولا يجهر مصل (وغيره أى كقارئ وواعظ ومدرس
1.ORANG YANG SHALAT (مصل) Baik Imam atau Munfarid : Makruh mengeraskan suaranya jika menganggu orang tidur Atau orang shalat lainnya
Keterangan :
Dalam hal ini ada pengecualian ,
*FAEDAH :*
A'li Syibran malisi
حاشية اعانة الطالبين:
ولو في الفرائض وليس كذلك لأن ما طلب فيه الجهر كالعشاء لا يترك فيه الجهر لما ذكر لأنه مطلوب لذاته فلا يترك لهذا العارض أفاده ع ش
Makruh menjiharkan Qiraah (Alfatihah &Surat) itu tidak berlaku pada Shalat-shalat Fardhu(Maghrib,Insya, Subuh) ,Karena pada Shalat fardhu itu dituntut untuk menjiharkannya seperti : shalat Insya,
Maka jangan meninggalkan jihar pada Shalat insya ,karena Ada hal yg telah di sebutkan di atas ,karena jihar di dalam shalat Insya itu dituntut pada Zatnya... Maka tidak meninggalkan ini jihar karena adanya perkara yg baru (seperti menganggu orang tidur dan lainnya)
2.QARI ,orang yang Membaca AlQuran/kitab (قارئ): Makruh mengeraskan suaranya jika menganggu orang tidur Atau orang shalat
3.Orang yang memberi Nasehat/penceramah (واعظ ) : Makruh mengeraskan suaranya jika menganggu orang tidur Atau orang shalat
4.Orang yang mengajar/Guru (مدرس) : Makruh mengeraskan suaranya jika menganggu orang tidur Atau orang Shalat
فتح المعين :
وبحث بعضهم المنع من الجهر بقرآن أو غيره بحضرة المصلي مطلقا، لان المسجد وقف على المصلين - أي أصالة - دون الوعاظ والقراء،
حاشية اعانة الطالبين:
قوله لأن المسجد الخ هذه العلة تخصص المنع من الجهر مطلقا مما إذا كان المصلى يصلى في المسجد لا في غيره
•Dalam 4 poin di atas ada pembahasan sebahgian u'lama menyatakan : Mutlak larangan menjiharkan (baik menganggu atau tidak) •Apabila seseorang menjiharkan Suaranya di hadapan orang Shalat di dalam mesjid , bukan orang yg Shalat di selain mesjid ,karena mesjid Pada Asalnya Diwakafkan untuk orang Shalat !!
ulama yang melarang secara tegas adalah Imam Jalaluddin As-Suyuti. Menurutnya, seseorang yang bernyanyi atau mendendangkan lagu di dalam masjid dilarang secara keras (tidak boleh), bahkan perilaku tersebut dikategorikan bid’ah dan sesat, sehingga perlu diberi sanksi atau hukuman. Sebagaimana dinyatakan dalam kitabnya bertajuk Al-Amru bil Ittiba’ wan Nahyu ‘anil Ibtida’, yaitu:
ومن ذلك: الرقص والغناء فى المسجد، وضرب الدف، أو الرباب، أوغير ذلك من آلآت الطرب. فمن فعلل ذلك فى المسجد، فهو مبتدع ضال، مستحق للطرد، والضرب، لأنه استخف بما أمر الله بتعظيمه.
“Di antaranya adalah menari, menyanyi di dalam masjid, memukul duf (rebana) atau rebab (sejenis alat musik), atau selain itu dari jenis-jenis alat musik. Maka, barang siapa yang melakukan itu di masjid di termasuk mubtadi’ (pelaku bid’ah) yang sesat, sehingga patut baginya diusir dan dipukul, karena dia telah meremehkan perintah Allah untuk memuliakan masjid”. (Imam Jalaluddin As-Suyuti, Al-Amru bil Ittiba’ wan Nahyu ‘anil Ibtida’, hal. 275)
Untuk memperkuat argumennya, Imam Suyuti menyitir Al-Quran Surat An-Nur ayat 36 sembari memberikan penjelasan:
(في بيوت أذن الله أن ترفع ” أي تعظم ” ويذكر فيها اسمه)، أي يتلى فيها كتابه. وبيوت الله هي المساجد؛ وقد أمر الله بتعظيمها، وصيانتها عن الأقذار، والأوساخ، والصبيان، والمخاط، والبزاق، والثوم، والبصل، وإنشاد الشعر فيها، والغناء والرقص؛ فمن غنى فيها أو رقص فهو مبتدع، ضال مضل، مستحق للعقوبة.
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan” maksudnya diagungkan “dan disebut nama-Nya di dalamnya” Yaitu dibacakan kitab-Nya di dalamnya. Rumah-rumah Allah adalah masjid-masjid, dan Allah telah memerintahkan untuk memuliakannya, menjaganya dari kotoran, najis, anak-anak, ingus (ludah), bawang putih, bawang merah, nasyid-nasyid dan syair di dalamnya, nyanyian dan tarian. Maka barang siapa yang bernyanyi di dalamnya atau menari dia adalah pelaku bid’ah sesat dan menyesatkan, dan berhak diberikan hukuman”. (hal, 275)
“Umumkanlah pernikahan, dan lakukanlah di masjid, serta (ramaikan) dengan memukul duf (rebana).”
(Sunan Turmudzi, no.1089).
Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam fatwa beliau yang termuat dalam kitab "Al-Fatawi
Al-Fiqhiyah Al-Kubro" menjelaskan:
hadits tersebut mengisyaratkan kebolehan memainkan rebana dalam acara pernikahan
didalam masjid, dan diqiyaskan pula kebolehan memainkan rebana untuk acara-acara lainnya. Syekh Al-Muhallab menyatakan bahwa semua pekerjaan yang dikerjakan didalam masjid apabila tujuannya demi kemanfaatan kaum muslimin dan bermanfaat bagi agama, boleh dikerjakan didalam masjid. Qodhi Iyadh juga menyatakan hal yang sama, beliau menambahkan, selama pekerjaan tersebut tidak merendahkan kemuliaan masjid maka boleh dikerjakan.
Kebolehan di atas dengan batasan selama tidak mengganggu kekhusukan orang-orang yang sedang mengerjakan ibadah didalam masjid dan dilakukan dengan cara yang tidak sampai merendahkan kemuliaan masjid, jika ketentuan tersebut dilanggar maka hukumnya haram.
*Al-Fatawi Al-Fiqhiyah Al-Kubro, Juz : 4 Hal : 356*
Dalam Madzhab Syafi'i tentang menyemir rambut dan jenggot memakai warna hitam memang ada dua pendapat. Ada yang tidak mengharamkan yakni sebatas hukum makruh seperti pendapat Imam Ghazali, Al Baghawi dan Ulama Syafi'iyah mutakhir. Namun pendapat yang benar adalah haram karena jelas larangannya disebutkan dalam hadits. Madzhab Syafi'i tidak membedakan hukumnya antara laki-laki dan perempuan. Adapun menurut sebagian Ulama boleh bersemir dengan warna hitam bagi perempuan yang bersuami yang bertujuan berhias untuk suaminya dan dalam rangka peperangan. Selain kedua kondisi tersebut tidak ada yang membolehkan bersemir dengan warna hitam.
“Cabang Bahasan : Ulama sepakat atas tercelanya menyemir rambut dan jenggot memakai warna hitam. Kemudian Al Ghazali, Baghawi dan Ulama Mutakhir mengatakan makruh, Zhohir redaksi kitab mereka menyebutnya sebagai makruh tanzih. Adapun pendapat yang Shahih bahkan pendapat yang benar adalah haram. Yang menjelaskan keharamannya adalah pengarang kitab Al Haawi (Imam Al Mawardi) pada bab shalat dengan najis, beliau mengatakan kecuali dalam rangka jihad (peperangan) dan pada akhir kitabnya yang bernama Al Ahkaam As-Shulthoniyyah beliau berkata: Dilarang manusia menyemir ubannya dengan warna hitam kecuali bagi Mujahid.
Adapun dalil keharamannya berdasarkan hadits Jabir Radhiallahu Anhu bahwa ia berkata: Abu Quhafah yaitu Ayah Abu Bakar telah datang pada hari penaklukan kota Mekkah rambut dan jenggotnya bak putih , lalu Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda: Ubahlah warna putih ini dan hindarilah warna hitam. Hadits Riwayat Imam Muslim.
Dari Ibn Abbas Radhiallahu Anhuma ia berkata: Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam telah bersabda: "Ada suatu kaum yang bersemir pada akhir zaman dengan warna hitam seperti tembolok merpati yang mereka tidak akan mencium bau surga". (HR. Abu Dawud, Nasai dan selain keduanya)
Tidak ada perbedaan tentang larangan menyemir dengan warna hitam antara laki-laki dan perempuan, inilah Madzab kami (Syafi'iyah). Diceritakan dari Ishaaq bin Rahwaih yang memberi ruqshoh (keringanan) perempuan menyemir dengan warna hitam untuk berhias untuk suaminya. Wallahu A'lam”
Banyak artis yang berjilbab Makai behel, seperti Lesti,sebenarnya apa hukum Makai behel?
*JAWABAN:*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمـنِ الرَّحِيْمِ
Hukum asal pakai behel adalah haram terlebih supaya terlihat indah (cantik), tetapi bila tujuannya untuk pengobatan atau memperbaiki aib tidak dihukumi haram. Adapun dalil haramnya pakai behel supaya terlihat indah adalah hadits berikut:
Artinya: Dari Ibn Mas'ud Radhiallahu Anhu ia berkata: "Allah melaknat kepada orang-orang yang mencacah kulitnya serta yang meminta supaya dicacah kulitnya, juga orang yang meminta supaya rambut alisnya ditipiskan - agar tampak indah bagaikan bulan sabit, demikian pula orang yang merenggangkan gigi-giginya untuk maksud kecantikan yang semuanya itu mengubah-ubah keaslian kejadian makhluk Allah." Kemudian ada seorang wanita yang berkata dalam hal ini - seolah-olah menyanggah, lalu Ibnu Mas'ud berkata: "Bagaimanakah saya tidak akan melaknat kepada orang yang juga dilaknat oleh Rasulullah s.a.w. dan pelaknatan itu tercantum pula dalam Kitabullah - yakni al-Quran, Allah Ta'ala berfirman: "Dan apa-apa yang didatangkan oleh Rasul, maka ambillah itu dan apa-apa yang dilarang olehnya, maka tercegahlah dari melakukannya."
Al Mutafallijaat (merenggangkan) gigi juga disebut Al Wasyr (Meruncingkan) gigi, dilaknat Laki-laki dan wanita yang Meruncingkan giginya, yang melakukan ini haram bagi yang melakukan dan minta dilakukan berdasarkan hadits-hadits dan karena merubah ciptaan Allah dan karena pemalsuan dan penipuan, sedangkan sabda Nabi "Demikian pula orang yang merenggangkan gigi-giginya untuk maksud kecantikan" maknanya orang yang melakukan itu untuk membuat keindahan (Kebagusan), Naah, jika merenggangkan gigi untuk perbaikan (pengobatan) atau di giginya merupakan aib dan semisalnya maka tidak masalah, Allahu A'lam.
"Demikian pula orang yang merenggangkan gigi-giginya untuk maksud kecantikan", dapat dipahami bahwa berdosa melakukan merenggangkan gigi itu dengan alasan Kebagusan (kecantikan, keindahan), Naah , jika merenggangkan gigi untuk pengobatan misalnya diperbolehkan.
Hukum tajdid an-nikah adalah mubah dan tidak mengakibatkan nikah pertamanya batal serta tidak mengurangi hitungan talak dan juga tidak mewajibkan memberi mahar kembali.
قرة العين ص 164
(حكم تجديد النكاح) سؤال : ما حكم تجديد النكاح ؟ الجواب : أنه إذا قصد به التأكيد فلا بأس به لكن الأولى تركه والله أعلم (تجديد عقد النكاح لايوجب مهرا جديدا) سؤال ما قولكم فيمن جدد يكاحه فهل يجب عليه أو يسن أن يعطيها الصداق مرة ثانية لذكره في العقد الجديد أول ؟ سواء طلقها الزوج بعد ذلك أو لا ؟ الجواب : لا يجب عليه أن يجيد صداقا وتجديد صيغة عقد النكاح فإنما هي للتأكيد والأولى والله سبحانه وتعالى أعلم
ثمرة الروضة ص 165
ما حكم تجديد النكاح هل هو جائز أم لا ؟ الجواب نعم هو جائز ولا ينقص يه عدد الطلاق كما في شرح المنهاج لشهاب ابن حجر ص: 391 من الجزء السابع خلافا لظاهر مـا فـي الأنوار - إلى أن قال - قلت الصحيح عندهم الشافعي أنه لا يكون فسخا كما قال الجمهور اهـ
الأنوار الجزء الثاني ص 88 مكتبة التجارية
ولو عقد بالسير بألف وفي العلانية بألفين وهما متفقان على بقاء العقد الأول فالمهر الف- إلى أن قال - ولو جدد رجل نكاح زوجته لزمه مهر آخر بأنه إقرار بالفرقة وينتقص يه الطلاق وتحتاج إلى التحليـل فـي المرة الثالثة اهـ
فتاوى الشيخ إسماعيل الزين ص : 165 - 166
إن مسألة تحديد النكاح الذي هو عبارة عن تكرير العقد لتحمل أو احتياط - إلى أن قال - ويؤخذ من أن العقود إذا تكررت اعتبر الأول مع ما يأتي أوائل الطلاق إن قول الزوج لولي زوجته زوجتي كنانة بخلاف زوجها فإنه صريح أن مجرد موافقة قول الزوج على صورة عقد ثان مثلا لا يكون اعترافا بالقضاء العصمة الأولى بل ولا كناية فيه وهو ظاهر ولا ينافيه ما يأتي قبيل الوليمة أنه لو قال كان الثاني تجديد لفظ لا عقدا لم يقبل لأن ذاك في عقدين ليس في ثانيهما طلب تجديد وافق عليه الزوج فكان الأصل اقتضاء كل المهر وحكمنا يوقوع طلقة لاستلزام الثاني لها وما هنا في مجرد تجديـد طـلـب مـن الـزوج لتحمل أو احتياط فتأمله انتهى كلام التحفة فاستفدنا من قوله (إن تكرر عقد إلخ) وقوله (إن مجرد إلخ) وقوله (وما هنا إلخ) إن تجديد النكاح الذي طلبه الولي من الزوج لنحو ما ذكر مباح شرعا وأن مجرد موافقـة الـروج على صورة عقد ثان أو ثالث وهذا لا يكون اعترافا منه بانقضاء العصمة الأولى صراحة ولا كناية
شرح الشهاب لابن حجر الجزء السابع ص 490
ما حكم تحديد النكاح هل هو جائز أم لا؟ نعم هو جائز ولاينقص به عدد الطلاق لأن مجرد موافقة الزوج على صورة عقد كان مثلا لا يكون اعترافا بانقضاء العصمة الأولى بل ولا كناية فيه وهو ظاهر لأنه من مجرد تجديد طلب الزوج لتحمل أو الاحتياط اهـ
Ada orang kecelakaan yang menyebabkan giginya rontok. Karena itu dia mengganti giginya yang rontok dengan gigi buatan. Namun, lama kelamaan kondisi kesehatannya terus berkurang yang pada akhirnya menyebabkan dia meninggal dunia.
Pertanyaan :
Bagaimana pandangan syarak tentang gigi buatan yang ada pada mayat.
Jawaban :
Apabila gigi palsu itu berupa gigi biasa, maka tidak boleh dicabut, karena berarti merusak kehormatan mayat. Apabila berupa gigi emas, maka harus dicabut karena termasuk tirkah (harta peningglan) mayat yang otomatis pindah menjadi hak milik ahli waris.
Azay Nipira itu saya sebuah nama untuk dalam bermedia saja. Adalah terlahir dari seorang ibu yang cantik, baik, sholehah berdarah Sunda. Tentu saya adalah seorang manusia makhluk biasa yang senantiasa berdoa dan berusaha untuk terus berupaya dan untuk terus berdaya sekemampuan berbuat kebaikan untuk ibu, saudara saudari, seggenap keluarga, masyarakat, bangsa, negara sebagai perintah agama Islam yang saya yakini kebenarannya. Dengan tetap saling menghormati, menghargai, serta menjungjung tinggi siapapun orang untuk tetap saling mengenal satu sama yang lainnya. Ucapan terimakasih kepada siapapun yang telah memberikan ilmu ilmu kepada sayadan menjadi guruku, namun mohon ma'af saya tidak bisa membalasnya hanya saya selalu berdo'a untuk semua yang menjadi guruku dengan mendo'akan agar menjadi nilai tambah baginya sehingga mendapatkan balasan yang setimpal sepadan dari Allah SWT sebaik baiknya Dzat pemberi balasan kebaikan. Aamii..n. yaa..Rabbal Aalamiin....