(فَصْلٌ) فَيْ فُرُوْضِ الْوُضُوْءِ
(Fasal) menjelaskan fardhu fardhu wudhu’.
وَهُوَ بِضَمِّ الْوَاوِ فِي الْأْشْهَرِ اسْمٌ لِلْفِعْلِ, وَهُوَ الْمُرَادُ هُنَّا, وَبِفَتْحِ الْوَاوِ اسْمٌ لِمَا يُتَوَضَّأُ بِهِ
Lafadz “al wudhu’” dengan terbaca dhammah huruf wawunya, menurut pendapat yang paling masyhur adalah nama pekerjaannya. Dan dengan terbaca fathah huruf wawunya “al wadhu" adalah nama barang yang digunakan untuk melakukan wudhu’.
وَيَشْتَمِلُ الْأَوَّلُ عَلَى فُرُوْضٍ وَسُنَنٍ
Lafadz yang pertama (al wudhu’) mencakup beberapa fardhu dan beberapa kesunnahan.
وَذَكَرَ الْمُصَنِّفُ الْفُرُوْضَ فِيْ قَوْلِهِ (وَفُرُوْضُ الْوُضُوْءِ سِتَّةُ أَشْيَاءَ)
Mushannif menyebutkan fardhu fardhunya wudhu’ di dalam perkataan beliau, “fardlunya wudlu’ ada enam perkara.”
أَحَدُهَا (النِّيَّةُ) وَحَقِيْقَتُهَا شَرْعًا قَصْدُ الشَّيْئِ مُقْتَرِنًا بِفِعْلِهِ. فَإِنْ تَرَاخَى عَنْهُ سُمِّيَ عَزْمًا.
Pertama adalah niat. Hakikat niat secara syara’ adalah menyengaja sesuatu besertaan dengan melakukannya. Jika melakukannya lebih akhir daripada kesengajaannya, maka disebut ‘azm.
وَتَكُوْنُ النِّيَّةُ (عِنْدَ غَسْلِ) أَوَّلِ جُزْءٍ مِنَ (الْوَجْهِ) أَيْ مُقْتَرِنَةً بِذَلِكَ الْجُزْءِ لَابِجَمِيْعِهِ وَلَا بِمَا قَبْلَهُ وَلَا بِمَا بَعْدَهُ
Niat dilakukan saat membasuh awal bagian dari wajah. Maksudnya bersamaan dengan basuhan bagian tersebut, bukan sebelumnya dan bukan setelahnya.
فَيَنْوِي الْمُتَوَضِّئُ عِنْدَ غَسْلِ مَا ذُكِرَ رَفْعَ حَدَثٍ مِنْ أَحْدَاثِهِ.
Sehingga, saat membasuh anggota tersebut, maka orang yang wudhu’ melakukan niat menghilangkan hadas dari hadats-hadats yang berada pada dirinya.
أَوْ يَنْوِي اسْتِبَاحَةَ مُفْتَقِرٍ إِلَى وُضُوْءٍ أَوْ يَنْوِيْ فَرْضَ الْوُضُوْءِ أَوِ الْوُضُوْءَ فَقَطْ.
Atau niat agar diperkenankan melakukan sesuatu yang membutuhkan wudhu’. Atau niat fardhunya wudhu’ atau niat wudhu’ saja.
أَوِ الطَّهَارَةَ عَنِ الْحَدَثِ فَإِنْ لَمْ يَقُلْ عَنِ الْحَدَثِ لَمْ يَصِحَّ
Atau niat bersuci dari hadats. Jika tidak menyebutkan kata “dari hadats” (hanya niat bersuci saja), maka wudhunya tidak sah.
وَإَذَا نَوَى مَا يُعْتَبَرُ مِنْ هَذِهِ النِّيَّاتِ وَشَرَّكَ مَعَهُ نِيَّةَ تَنَظُّفٍ أَوْ تَبَرُّدٍ صَحَّ وُضُوْؤُهُ.
Ketika dia sudah melakukan niat yang dianggap sah dari niat-niat di atas, dan dia menyertakan niat membersihkan badan atau niat menyegarkan badan, maka hukum wudhunya tetap sah.
FARDHU² WUDHU 2
~~~~~~~~~~~~~~
(وَ) الثَّانِيْ (غَسْلُ) جَمِيْعِ (الْوَجْهِ)
Fardhu kedua adalah membasuh seluruh wajah
وَحَدُّهُ طُوَلًا مَا بَيْنَ مَنَابِتِ شَعْرِ الرَّأْسِ غَالِبًا وَآخِرُ اللَّحْيَيْنِ وَهُمَا الْعَظَمَانِ اللَّذَانِ يَنْبُتُ عَلَيْهِمَا الْأَسْنَانُ السُّفْلَى يَجْتَمِعُ مُقَدِّمُهُمَا فِي الذَّقَنِ وَمُؤَخِّرُهُمَا فِي الْأُذُنِ
Batasan panjang wajah adalah anggota di antara tempat-tempat yang umumnya tumbuh rambut kepala dan pangkalnya lahyaini (dua rahang). Lahyaini adalah dua tulang tempat tumbuhnya gigi bawah. Ujungnya bertemu di janggut dan pangkalnya berada di telinga.
وَحَدُّهُ عَرْضًا مَا بَيْنَ الْأُذُنَيْنِ
Dan batasan lebar wajah adalah anggota di antara kedua telinga.
وَإِذَا كَانَ عَلَى الْوَجْهِ شَعْرٌ خَفِيْفٌ أَوْ كَثِيْفٌ وَجَبَ إِيْصَالُ الَمَاءِ إِلَيْهِ مَعَ الْبَشَرَةِ الَّتِيْ تَحْتَهُ
Ketika di wajah terdapat bulu yang tipis atau lebat, maka wajib mengalirkan air pada bulu tersebut beserta kulit yang berada di baliknya / di bawahnya.
وَأَمَّا لِحْيَةُ الرَّجُلِ الْكَثِيْفَةُ بِأَنْ لَمْ يَرَ الْمُخَاطَبُ بَشَرَتَهَا مِنْ خِلَالِهَا فَيَكْفِيْ غَسْلُ ظَاهِرِهَا
Namun untuk jenggotnya laki-laki yang lebat, dengan gambaran orang yang diajak bicara tidak bisa melihat kulit yang berada di balik jenggot tersebut dari sela-selanya, maka cukup dengan membasuh bagian luarnya saja.
بِخِلَافِ الْخَفِيْفَةِ وَهِيَ مَا يَرَى الْمُخَاطَبُ بَشَرَتَهَا فَيَجِبُ إِيْصَالُ الْمَاءِ لِبَشَرِتِهَا
Berbeda dengan jenggot yang tipis, yaitu jenggot yang mana kulit yang berada di baliknya bisa terlihat oleh orang yang diajak bicara, maka wajib mengalirkan air hingga ke bagian kulit di baliknya.
وَبِخِلَافِ لِحْيَةِ امْرَأَةٍ وَخُنْثَى فَيَجِبُ إِيْصَالُ الْمَاءِ لِبَشَرِتِهَمَا وَلَوْ كَثُفَا
Dan berbeda lagi dengan jenggotnya perempuan dan khuntsa, maka wajib mengalirkan air ke bagian kulit yang berada di balik jenggot keduanya, walaupun jenggotnya lebat.
وَلَابُدَّ مَعَ غَسْلِ الْوَجْهِ مِنْ غَسْلِ جُزْءٍ مِنَ الرَّأْسِ وَالرَّقَبَةِ وَمَا تَحْتَ الذَّقَنِ
Di samping membasuh seluruh wajah, juga harus membasuh sebagian dari kepala, leher dan anggota di bawah janggut
FARDHU² WUDHU 3 DAN 4
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
(وَ) الثَّالِثُ (غَسْلُ الْيَدَّيْنِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ)
Fardu yang ketiga adalah membasuh kedua tangan hingga kedua siku.
فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ مِرْفَقَانِ اعْتُبِرَ قَدْرُهُمَا
Jika seseorang tidak memiliki kedua siku, maka yang dipertimbangkan adalah kira-kiranya.
وَيَجِبُ غَسْلُ مَا عَلَى الْيَدَّيْنِ مِنْ شَعْرٍ وَسِلْعَةٍ وَأُصْبُعٍ زَائِدَةٍ وَأَظَافِيْرَ
Dan wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua tangan, yaitu bulu, uci-uci, jari tambahan dan kuku.
وَيَجِبُ إِزَالَةُ مَا تَحَتَهَا مِنْ وَسَخٍ يَمْنَعُ وُصُوْلَ الْمَاءِ
Dan wajib menghilangkan perkara yang berada di bawah kuku, yaitu kotoran-kotoran yang bisa mencegah masuknya air.
(وَ) الرَّابِعُ (مَسْحُ بَعْضِ الرَّأْسِ) مِنْ ذَكَرْ أَوْ أُنْثَى
Fardu yang keempat adalah mengusap sebagian kepala, baik laki-laki atau perempuan.
أَوْ مَسْحُ بَعْضِ شَعْرٍ فِيْ حَدِّ الرَّأْسِ
Atau mengusap sebagian rambut yang masih berada di batas kepala.
وَلَاتَتَعَيَّنُ الْيَدُّ لِلْمَسْحِ بَلْ يَجُوْزُ بِخِرْقَةٍ وَغَيْرِهَا
Tidak harus menggunakan tangan untuk mengusap kepala, bahkan bisa dengan kain atau yang lainnya.
وَلَوْ غَسَلَ رَأْسَهُ بَدَلَ مَسْحِهَا جَازَ
Seandainya dia membasuh kepala sebagai ganti dari mengusapnya, maka diperkenankan.
وَلَوْ وَضَعَ يَدَّهُ الْمَبْلُوْلَةَ وَلَمْ يَحَرِّكْهَا جَازَ
Dan seandainya dia meletakkan (di atas kepala) tangannya yang telah dibasahi dan tidak mengerjakannya, maka diperkenankan.
FARDHU² WUDHU 5 DAN 6
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
(وَ) الْخَامْسُ (غَسْلُ الرِّجْلَيْنِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ) إِنْ لَمْ يَكُنِ الْمُتَوَضِّئُ لَابِسًا لِلْخُفَّيْنِ
Fardu yang kelima adalah membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, jika orang yang melaksanakan wudhu’ tersebut tidak mengenakan dua muza.
فَإِنْ كَانَ لَابِسَهُمَا وَجَبَ عَلَيْهِ مَسْحُ الْخُفَّيْنِ أَوْ غَسْلُ الرِّجْلَيْنِ
Jika dia mengenakan dua muza, maka wajib bagi dia untuk mengusap dua muzah atau membasuh kedua kaki.
وَيَجِبُ غَسْلُ مَا عَلَيْهِمَا مِنْ شَعْرٍ وَسِلْعَةٍ وَأُصْبُعٍ زَائِدَةٍ كَمَا سَبَقَ فِي الْيِدَّيْنِ
Dan wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua kaki, yaitu bulu, daging tambahan, dan jari tambahan sebagaimana keterangan yang telah dijelaskan di dalam permasalahan kedua tangan.
(وَ) السَّادِسُ (التَّرْتِيْبُ) فِي الْوُضُوْءِ (عَلَى مَا) أَيِ الْوَجْهِ الَّذِيْ (ذَكَرْنَاهُ) فِيْ عَدِّ الْفُرُوْضِ
Fardu yang keenam adalah tertib di dalam pelaksanaan wudhu’ sesuai dengan cara yang telah saya jelaskan di dalam urutan fardlu-fardlunya wudlu’.
فَلَوْ نَسِيَ التَّرْتِيْبَ لَمْ يَكْفِ
Sehingga, kalau lupa tidak tertib, maka wudhu’ yang dilaksanakan tidak mencukupi.
وَلَوْ غَسَلَ أَرْبَعَةٌ أَعْضَاءَهُ دَفْعَةً وَاحِدَةً بِإِذْنِهِ ارْتَفَعَ حَدَثُ وَجْهِهِ فَقَطْ .
Seandainya ada empat orang yang membasuh seluruh anggota wudhunya seseorang sekaligus dengan seizinnya, maka yang hilang hanya hadats wajahnya saja.
TANYA JAWAB TENTANG WUDHU
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
PART 1
Tanbihun :
Apakah wudhu itu harus selalu tertib ?
Apabila seseorang yang sedang hadats kecil menyelam dalam air meskipun dalam air yang sedikit dengan disertai niat yang dianggap oleh syara’ maka wudhunya dianggap cukup meskipun dalam masa menyelam tidak ada masa/tempo untuk memungkinkan baginya menjalani tartib.
(Keterangan dalam air yang sedikit) artinya menyelam dalam air mutlak meskipun airnya sedikit, namun cukupnya wudhu dengan menyelam tersebut bila seseorang yang hadats niat saat sudah dalam keadaan menyelam dengan sempurna, bila belum maka yang terangkat hanya hadats yang terdapat pada wajah saja bila disertai dengan niat dan sisa air lainnya menjadi musta’mal.(Keterangan dengan disertai niat yang dianggap oleh syara’) seperti “niat menghilangkan hadas, niat wudhu dan fardhunya wudhu”.
(Keterangan maka wudhunya dianggap cukup) karena tartib dapat ia hasilkan dalam masa yang amat sekejap(Keterangan meskipun dalam masa menyelam tidak ada masa untuk memungkinkan baginya menjalani tartib) sedang menurut ar-Rofi’i wudhu yang semacam ini tidak dianggap cukup kecuali saat ia menyelam dalam tempo yang memungkinkan baginya menjalani tartib. [ I'anah at-Thoolibiin I/42 ].
حاشية إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين لشرح قرة العين بمهمات الدين ج 1 - الصفحة 42 أبي بكر ابن السيد محمد شطا الدمياطي ولو انغمس محدث ولو في ماء قليل بنية معتبرة مما مر أجزأه عن الوضوء ولو لم يمكث في الانغماس زمانا يمكن فيه الترتيب( قوله ولو انغمس محدث ) أي حدثا أصغر انصرافه إليه عند الإطلاق وقوله ولو في ماء قليل غاية لمقدر أي انغمس في ماء مطلق ولو كان قليلا لكن محل الاكتفاء بالانغماس فيه كما في الكردي فيما إذا نوى المحدث بعد تمام الانغماس رفع الحدث وإلا ارتفع الحدث عن الوجه فقط إن قارنته النية وحكم باستعمال الماء ( قوله بنية معتبرة مما مر ) كنية رفع الحدث أو نية الوضوء أو فرض الوضوء ( قوله أجزأه ) أي لأن الترتيب يحصل في لحظات لطيفة ( قوله ولو لم يمكث إلخ ) الغاية للرد على الرافعي القائل بأنه لا بد للإجزاء من إمكان الترتيب بأن يغطس ويمكث قدر الترتيب
PART 2
~Wudhu Orang buntung
✓Cara berwudhu orang yang buntung tangan nya :
• Bila terpotong di bawah siku, wajib membasuh sisa lengan yang ada
• Bila terpotong tepat di sikunya menurut pendapat yang paling shahih dan masyhur wajib membasuh tulang sikunya yang masih ada
• Bila terpotong di atas siku, sunnah membasuh lengan di atas sikunya
( فَإِنْ قَطَعَ بَعْضَهُ ) أَيْ بَعْضَ مَا يَجِبُ غَسْلُهُ ( وَجَبَ ) غَسْلُ ( مَا بَقِيَ ) لِخَبَرِ { إذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ } وَلِأَنَّ الْمَيْسُورَ لَا يَسْقُطُ بِالْمَعْسُورِ ( أَوْ ) قَطَعَ ( مِنْ مِرْفَقِهِ ) بِأَنْ سَلَّ عَظْمَ ذِرَاعِهِ وَبَقِيَ الْعَظْمَانِ الْمُسَمَّيَانِ بِرَأْسِ الْعَضُدِ ( فَرَأْسٌ ) أَيْ فَيَجِبُ غَسْلُ رَأْسِ ( عَظْمِ الْعَضُدِ عَلَى الْمَشْهُورِ ) لِكَوْنِهِ مِنْ الْمِرْفَقِ تَفْرِيعًا عَلَى أَنَّهُ اسْمٌ لِمَجْمُوعِ الْعَظْمَيْنِ وَالْإِبْرَةِ وَهُوَ الْأَصَحُّ ، وَالثَّانِي فَرْعُهُ عَلَى أَنَّهُ طَرَفُ عَظْمِ السَّاعِدِ فَقَطْ وَوُجُوبُ غَسْلِ رَأْسِ الْعَضُدِ بِالتَّبَعِيَّةِ ( أَوْ فَوْقَهُ ) أَيْ قَطَعَ مِنْ فَوْقِ مِرْفَقِهِ ( نُدِبَ ) غَسْلُ ( بَاقِي عَضُدِهِ ) كَمَا لَوْ كَانَ سَلِيمَ الْيَدِ لِئَلَّا يَخْلُوَ الْعُضْوُ عَنْ طَهَارَةٍ
“Bila terpotong sebagian tangan yang wajib ia basuh maka wajib membasuh yang tersisa dari yang terpotong tersebut berdasarkan hadits : “Bila aku perintahkan pada kalian satu perkara, maka laksanakan sebatas kemampuan kalian” dan karena kelapangan tidak semata dapat gugur sebab kesempitan.
Atau terpotong hingga kedua sikunya dan yang tersisa hanya kedua tulang disikunya maka ia wajib membasuh tulang sikunya menurut pendapat yang masyhur karena ia bagian dari siku dengan pertimbangan bahwa kedua tangan adalah anggota keseluruhan dari kedua tulang siku beserta tangannya dan ini adalah pendapat yang paling shahih.
Atau terpotong diatas tulang sikunya maka sunah membasuh sisa lengan atasnya sebagaimana orang yang kedua tangannya sempurna agar tidak terdapat anggota tubuhnya yang tidak ia sucikan”. [ Hasyiyah as-Syibro Malisy Nihayah al-Muhtaj I/51 ].
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
✓Wajib membasuh rambut rambut yang ada di muka :
~Wajib membasuh setiap rambut bulu mata, alis, athi-athi (rambut yang tumbuh sejajar dengan telinga antara pelipis dan muka pipi), kumis, godek, dan bulu yang tumbuh di bibir bawah.
Wajib membasuh bagian dhahir dan bathinnya meskipun ia lebat karena kelebatannya dinilai sangat jarang maka hukumnya disamakan dengan kebiasaannya. [ Al-Iqna’ I/38 ].
( وَيَجِبُ غَسْلُ كُلِّ هُدْبٍ ) بِالْمُهْمَلَةِ ( وَحَاجِبٍ وَعِذَارٍ ) بِالْمُعْجَمَةِ ( وَشَارِبٍ وَخَدٍّ وَعَنْفَقَةِ شَعَرٍ ) بِفَتْحِ الْعَيْنِ ( وَبَشَرٍ ) أَيْ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا سَوَاءٌ خَفَّ الشَّعْرُ أَمْ كَثُفَ لِأَنَّ كَثَافَتَهُ ، نَادِرَةٌ ، فَأُلْحِقَ بِالْغَالِبِ
Wajib membasuh setiap rambut bulu mata, alis, athi-athi (rambut yang tumbuh sejajar dengan telinga antara pelipis dan muka pipi), kumis, godek, dan bulu yang tumbuh di bibir bawah.
Wajib membasuh bagian dhahir dan bathinnya meskipun ia lebat karena kelebatannya dinilai sangat jarang maka hukumnya disamakan dengan kebiasaannya. [ Qolyubi I/207 ].
( ويجب غسل كل هدب ) ... ( وعذار ) وهو بالذال المعجمة الشعر النابت المحاذي للأذن بين الصدغ والعارض
Wajib membasuh setiap rambut bulu mata... Dan athi-athi (rambut yang tumbuh sejajar dengan telinga antara pelipis dan muka pipi). [ Mughni al-Muhtaaj I/51 ].
PART 3
✓Ada berapa dan apa sajakah fardhu wudhu itu?
Jawab:
~Fardhu wudhu itu ada 6, yaitu:
1. Niat.
2. Membasuh wajah.
3. Membasuh kedua tangan beserta siku.
4. Mengusap kepala.
5. Membasuh kedua kaki beserta mata kaki.
6. Tertib.
الياقوت النفيس - (ص 17)
فروض الوضوء ستة: الأول النية، الثاني غسل الوجه، الثالث غسل اليدين مع المرفقين، الرابع مسح الرأس، الخامس غسل الرجلين مع الكعبين، السادس الترتيب
.
✓Bagaimanakah cara niat wudhu yang benar itu?
Jawab:
~Yaitu niat fardhu wudhu atau menghilangkan hadats (bagi selain daim al-hadats) atau bersuci dari hadats atau bersuci untuk melakukan semisal shalat (yaitu meliputi perkara yang tidak diperbolehkan kecuali dengan wudhu) atau supaya diperbolehkan melakukan perkara yang membutuhkan wudhu seperti shalat dan memegang mushaf.
هامش إعانة الطالبين - (ج 1 / ص 37)
(وفروضه ستة) أحدها (نية) وضوء أو أداء (فرض وضوء) أو رفع حدث لغير دائم حدث حتى في الوضوء المجدد أو الطهارة عنه أو الطهارة لنحو الصلاة مما لا يباح إلا بالوضوء أو استباحة مفتقر إلى وضوء كالصلاة ومس المصحف ولا تكفي نية استباحة ما يندب له الوضوء كقراءة القرآن أو الحديث وكدخول مسجد وزيارة قبر والأصل في وجوب النية خبر إنما الأعمال بالنيات أي إنما صحتها لا كمالها
(قوله حتى في الوضوء المجدد) يعني أنه يأتي بالأمور المتقدمة أعني نية الوضوء أو أداء فرض الوضوء أو نية رفع الحدث حتى في الوضوء المجدد قياسا على الصلاة المعادة وخالف في بعض ذلك الرملي وعبارته ومحل الاكتفاء بالأمور المتقدمة في غير الوضوء المجدد أما هو فالقياس عدم الاكتفاء فيه بنية الرفع أو الاستباحة وإن ذهب الإسنوي إلى الاكتفاء بذلك كالصلاة المعادة اه
PART 4
✓Luka yang disebabkan oleh duri apakah wajib dibasuh ketika wudhu?
Jawab:
~Apabila duri yang menancap masih terlihat sebagian, maka wajib mencabut duri tersebut dan membasuh tempat luka. Apabila duri yang menancap sampai tidak terlihat, maka tidak wajib mencabutnya dan cukup membasuh bagian luarnya.
إعانة الطالبين - (ج 1 / ص 41)
(قوله لو دخلت شوكة) أو نحوها كإبرة (قوله في رجله) أي أو نحوها كيده أو وجهه (قوله وظهر بعضها) أي بعض الشوكة (قوله وجب قلعها وغسل محلها) ظاهره أنه متى كان بعض الشوكة ظاهرا اشترط قلعها مطلقا وغسل موضعها وفصل بعضهم فقال يجب قلعها إن كان موضعها يبقى مجوفا بعد القلع وإن كان لا يبقى مجوفا بل يلتحم وينطبق بعده لم يجب قلعها ويصح وضوءه مع وجودها لكن إن غارت في اللحم واختلطت بالدم الكثير مع بقاء رأسها ظاهرا لم تصح الصلاة معها وإن صح الوضوء (قوله لأنه) أي لأن محلها صار في حكم الظاهر وهو يجب غسله (قوله فإن استترت كلها) محترز قوله وظهر بعضها وقوله صارت في حكم الباطن أي وهو لا يجب غسله وقوله فيصح وضوؤه أي مع وجودها وكذا تصح صلاته
✓Bagaimanakah cara wudhu bagi orang yang tidak mempunyai anggota wudhu?
Jawab:
~Apabila anggota wudhu yang wajib dibasuh masih tersisa maka wajib membasuh yang tersisa, apabila sudah tidak ada maka tidak wajib membasuh apa-apa, tetapi sunnah membasuh yang tersisa.
مغني المحتاج - (ج 1 / ص 52)
(فإن قُطِعَ بَعْضُهُ وَجَبَ) غَسْلُ (مَا بَقِيَ) مِنْهُ ؛ لِأَنَّ الْمَيْسُورَ لَا يَسْقُطُ بِالْمَعْسُورِ { وَلِقَوْلِهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ } (أو) قُطِعَ (مِنْ مِرْفَقَيْهِ فَرَأْسُ عَظْمِ الْعَضُدِ) يَجِبُ غَسْلُهُ (عَلَى الْمَشْهُورِ) ؛ لأنه مِنْ الْمِرْفَقِ بِنَاءً عَلَى أَنَّهُ مَجْمُوعُ الْعَظْمَيْنِ وَالْإِبْرَةُ الدَّاخِلَةُ بَيْنَهُمَا لَا الْإِبْرَةُ وَحْدَهَا ، وَمُقَابِلُهُ لَا يَجِبُ غَسْلُهُ بِنَاءً عَلَى أَنَّهُ طَرَفُ عَظْمِ السَّاعِدِ فَقَطْ ، وَوُجُوبُ غَسْلِ رَأْسِ الْعَضُدِ بِالتَّبَعِيَّةِ (أو) قُطِعَ مِنْ (فَوْقِهِ) أَيْ الْمِرْفَقِ (نُدِبَ) غَسْلُ (بَاقِي عَضُدِهِ) لِئَلَّا يَخْلُوَ الْعُضْوُ عَنْ طَهَارَةٍ ، وَلِتَطْوِيلِ التَّحْجِيلِ كَمَا لَوْ كَانَ سَلِيمَ الْيَدِ .وَإنما لَمْ يَسْقُطْ التَّابِعُ بِسُقُوطِ الْمَتْبُوعِ كَرَوَاتِبِ الفرائض أَيَّامَ الْجُنُونِ ؛ لِأَنَّ سُقُوطَ الْمَتْبُوعِ ثَمَّ رُخْصَةٌ فَالتَّابِعُ أولَى بِهِ ، وَسُقُوطَهُ هُنَا لَيْسَ رُخْصَةً بَلْ لِتَعَذُّرِهِ فَحَسُنَ الْإِتْيَانُ بِالتَّابِعِ مُحَافَظَةً عَلَى الْعِبَادَةِ بِقَدْرِ الْإِمْكَانِ كَإِمْرَارِ الْمُحْرِمِ الْمُوسَى عَلَى رَأْسِهِ عِنْدَ عَدَمِ شَعْرِهِ ، وَإِنْ قُطِعَ مِنْ مَنْكِبَيْهِ نُدِبَ غَسْلُ مَحَلِّ الْقَطْعِ بِالْمَاءِ كَمَا نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ الله تعالى عَنْهُ ، وَجَرَى عَلَيْهِ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ وَغَيْرُهُ .
مغني المحتاج - (ج 1 / ص 54)
وَلَوْ قُطِعَ بَعْضُ الْقَدَمِ وَجَبَ غَسْلُ الْبَاقِي ، وَإِنْ قُطِعَ فَوْقَ الْكَعْبِ فَلَا فَرْضَ عَلَيْهِ ، وَيُسْتَحَبُّ غَسْلُ الْبَاقِي كَمَا مَرَّ فِي الْيَدِ
PART 5
✓Apa yang dimaksud dengan wudhu itu?
Jawab:
~Wudhu menurut bahasa ialah nama untuk membasuh sebagian anggota, sedangkan menurut istilah syara’ adalah nama untuk membasuh anggota-anggota yang sudah ditentukan dengan niat yang dikhususkan.
الياقوت النفيس - (ص 17)
الوضوء لغة: اسم لغسل بعض الأعضاء، وشرعا: اسم غسل أعضاء مخصوصة بنية مخصوصة.
✓Bagaimanakah hukum melakukan wudhu itu?
Jawab:
~Diperinci :
√Wajib, apabila dipergunakan untuk melakukan perkara-perkara yang membutuhkan wudhu, seperti: shalat, memegang Al-qur’an, dll.
√Sunnah, apabila dipergunakan untuk membaca Al-qur’an dan lain-lain yang meliputi perkara-perkara yang disunnahkan wudhu.
إعانة الطالبين - (ج 1 / ص 37)
(قوله أحدها نية) هي لغة القصد وشرعا قصد الشيء مقترنا بفعله واعلم أن الكلام عليها من سبعة أوجه نظمها بعضهم بقوله حقيقة حكم محل وزمن كيفية شرط ومقصود حسن فحقيقتها لغة وشرعا ما تقدم وحكمها الوجوب ومحلها القلب وزمنها أول الواجبات وكيفيتها تختلف بحسب الأبواب وشرطها إسلام النأوي وتمييزه وعمله بالمنوي وعدم الإتيان بما ينافيها بأن يستصحبها حكما والمقصود بها تمييز العبادة عن العادة كالجلوس مثلا للاعتكاف أو للاستراحة
إعانة الطالبين - (ج 1 / ص 62)
(قوله نعم يندب إلخ) استدراك صوري على قوله لا ما وراءهما بين به أنه وان لم ينتقض الوضوء بمس ما وراءهما الشامل للعانة ونحوها مما ذكره يسن الوضوء له إلا أن قوله بعد ولمس صغيرة إلخ لا يظهر الاستدراك بالنسبة إليه وعبارة فتح الجواد بعد قوله لا ما وراءهما نعم يسن الوضوء من مس نحو العانة وباطن الألية اه والاستدراك فيها ظاهر واعلم أن الأمور التي يستحب الوضوء لها كثيرة تبلغ ثمانية وسبعين وعد الشارح بعضها قال العلامة الكردي وقفت على منظومة للعراقي فيما سن له الوضوء وهي ويندب للمرء الوضوء فخذ لدي مواضع تأتي وهي ذات تعدد قراءة قرآن سماع رواية ودرس لعلم والدخول لمسجد وذكر وسعي مع وقوف معرف زيارة خير العالمين محمد وبعضهم عد القبور جميعها وخطبة غير الجمعة اضمم لما بدي ونوم وتأذين وغسل جنابة إقامة أيضا والعبادة فاعدد وإن جنبا يختار أكلا ونومه وشربا وعودا للجماع المجدد ومن بعد فصد أو حجامة حاجم وقيء وحمل الميت واللمس باليد له أو لخنثى أو لمس لفرجه ومس ولمس فيه خلف كأمرد وأكل جزور غيبة ونميمة وفحش وقذف قول زور مجرد وقهقهة تأتي المصلي وقصنا لشاربنا والكذب والغضب الردي وإنما استحب الوضوء لهذه الأمور للخروج من الخلاف في معظمها ولتكفير الخطايا في نحو الغيبة من كل كلام قبيح ولإطفاء الغضب فيه وينوي في جميع ذلك رفع الحدث أو فرض الوضوء أو غيرهما من النيات المعتبرة في الوضوء كما مر ولا يصح بنية السبب كنويت الوضوء لقراءة القرآن كما تقدم وإدامة الوضوء سنة ولها فوائد منها سعة الرزق ومحبة الحفظة والتحصن والحفظ من المعاصي