TERJEMAH FATHUL MUIN PASAL SYARAT SYARAT SHOLAT BAGIAN 1⃣
Posted by
MWC.NUGAR.ANZAAY
on
September 20, 2024
in
|
VIDEO
TERJEMAH FATHUL MUIN
PASAL SYARAT SYARAT SHOLAT
BAGIAN 1⃣
فَصْلٌ: فِيْ شُرُوْطِ الصَّلَاةِ
الشَّرْطُ مَا يَتَوَقَّفُ عَلَيْهِ صِحَّةُ الصَّلَاةِ، وَ لَيْسَ مِنْهَا.
SYARAT adalah Suatu hal yang menjadikan sahnya shalat, namun bukan bagian dari shalat { 🔸1.}
وَ قُدِّمَتِ الشُّرُوْطُ عَلَى الْأَرْكَانِ لِأَنَّهَا أَوْلَى بِالتَّقْدِيْمِ، إِذِ الشَّرْطُ مَا يَجِبُ تَقْدِيْمُهُ عَلَى الصَّلَاةِ وَ اسْتِمْرَارُهُ فِيْهَا.
Syarat-syarat shalat lebih didahulukan daripada rukun-rukunnya sebab syarat lebih utama didahulukan karena syarat adalah hal yang wajib didahulukan atas shalat dan wajib harus selalu ada dalam shalat.
(شُرُوْطُ الصَّلَاةِ خَمْسَةٌ: أَحَدُهَا: طَهَارَةٌ عَنْ حَدَثٍ وَ جَنَابَةٍ الطَّهَارَةُ: لُغَةً)، النَّظَافَةُ وَ الْخُلُوْصُ مِنَ الدَّنَسِ. وَ شَرْعًا: رَفْعُ الْمَنْعِ الْمُتَرَتَّبِ عَلَى الْحَدَثِ أَوِ النَّجَسِ.
Syarat-syarat shalat ada lima. Yang 1⃣pertama adalah suci dari hadats dan janabah.
👉 Bersuci {🔸2} secara bahasa adalah bersih dan lepas dari kotoran.
👉Sedang secara syara‘ adalah menghilangkan penghalang yang berupa hadats atau najis.
فَالْأُوْلَى- أَيِ الطَّهَارَةُ عَنِ الْحَدَثِ: (الْوُضُوْءُ) هُوَ – بِضَمِّ الْوَاوِ – اسْتِعْمَالُ الْمَاءِ فِيْ أَعْضَاءٍ مَخْصُوْصَةٍ مُفْتَتَحًا بِنِيَّةٍ.
وَ بِفَتْحِهَا: مَا يَتَوَضَّأُ بِهِ. وَ كَانَ ابْتِدَاءُ وُجُوْبِهِ مَعَ ابْتِدَاءِ وُجُوْبِ الْمَكْتُوْبَةِ لَيْلَةَ الْإِسْرَاءِ.
Syarat Shalat Ke-
✅1⃣1 (Untuk yang pertama) yakni bersuci dari hadats adalah dengan cara (berwudhu’).
Lafazh wudhu’ dengan membaca dhammah wāw-nya bermakna menggunakan air pada anggota-anggota tertentu yang diawali dengan sebuah niat.
وَ بِفَتْحِهَا: مَا يَتَوَضَّأُ بِهِ. وَ كَانَ ابْتِدَاءُ وُجُوْبِهِ مَعَ ابْتِدَاءِ وُجُوْبِ الْمَكْتُوْبَةِ لَيْلَةَ الْإِسْرَاءِ.
Dan dengan terbaca fatḥah wāw-nya bermakna sesuatu yang digunakan untuk berwudhu’. Awal diwajibkannya berwudhu’ adalah bersamaan dengan kewajiban shalat lima waktu pada malam Isrā’-nya Nabi s.a.w.
وَ شُرُوْطُهُ- أَيِ الْوُضُوْءِ كَشُرُوْطِ الْغُسْلِ خَمْسَةٌ.
أَحَدُهَا: (مَاءٌ مُطْلَقٌ)، فَلَا يَرْفَعُ الْحَدَثَ وَ لَا يُزِيْلُ النَّجَسَ وَ لَا يَحْصُلُ سَائِرَ الطَّهَارَةِ – وَ لَوْ مَسْنُوْنَةً – إِلَّا الْمَاءُ الْمُطْلَقُ،
Syarat Wudhu’ (Syarat-syaratnya wudhu’) seperti halnya syarat-syaratnya mandi berjumlah lima syarat.
Syarat yang
🔷1⃣pertama adalah (MENGGUNAKAN AIR MUTLAQ). Maka hadats dan najis tidak akan hilang, begitu pula tidak akan dapat membuahkan kesucian lain walaupun itu sunnah kecuali dengan menggunakan air yang mutlak.
وَ هُوَ مَا يَقَعُ عَلَيْهِ اسْمُ الْمَاءِ بِلَا قَيْدٍ،
وَ إِنْ رَشَحَ مِنْ بِخَارِ الْمَاءِ الطَّهُوْرِ الْمُغْلَى، أَوِ اسْتُهْلِكَ فِيْهِ الْخَلِيْطُ، أَوْ قَيْدٍ بِمُوَافَقَةِ الْوَاقِعِ كَمَاءِ الْبَحْرِ.
AIR MUTLAK adalah sebuah penamaan air tersebut terikat dengan sebab mencocoki terhadap realita yang terjadi seperti AIR LAUT walaupun air tersebut menetes dari uap air suci yang mendidih atau larut di dalamnya sesuatu yang mencampuri. { 🔸3 }
بِخِلَافِ مَا لَا يُذْكَرُ إِلَّا مُقَيَّدًا كَمَاءِ الْوَرْدِ،
Hal ini berbeda dengan air yang tidak disebut kecuali selalu terikat dengan nama lain {🔸 4 } seperti air mawar.
٠ (غَيْرُ مُسْتَعْمَلٍ فِيْ) فَرْضِ طَهَارَةٍ، مِنْ (رَفْعِ حَدَثٍ) أَصْغَرَ أَوْ أَكْبَرَ، وَ لَوْ مِنْ طُهْرِ حَنَفِيٍّ لَمْ يَنْوِ،
أَوْ صَبِيٍّ لَمْ يُمَيِّزْ لِطَوَافٍ.
AIR MUTLAK tersebut haruslah (belum digunakan untuk) kefardhuan bersuci,{ 🔸5 } yakni (DARI MENGHILANGKAN HADAS) kecil ataupun besar walaupun bekas bersuci dari madzhab Ḥanafiyyah yang tidak menggunakan niat.
atau dari seorang anak kecil yang belum tamyiz untuk ibadah thawāf
(وَ) إِزَالَةِ (نَجَسٍ) وَ لَوْ مَعْفُوًّا عَنْهُ.
(DAN AIR MUTLAK BELUM DI GUNAKAN UNTUK MENGHILANGKAN NAJIS) walaupun najis tersebut dima‘fuw
(قَلِيْلًا) أَيْ حَالَ كَوْنِ الْمُسْتَعْمَلِ قَلِيْلًا، أَيْ دُوْنَ الْقُلَّتَيْنِ.
(SEDANG KEADAAN AIR YANG DIGUNAKAN TERSEBUT ADALAH AIR YANG JUMLAHNYA SEDIKIT) maksudnya adalah air yang kurang dari dua qullah.
فَإِنْ جُمِعَ الْمُسْتَعْمَلُ فَبَلَغَ قُلَّتَيْنِ فَمُطَهِّرٌ، كَمَا لَوْ جُمِعَ الْمُتَنَجِّسُ فَبَلَغَ قُلَّتَيْنِ وَ لَمْ يَتَغَيَّرْ، وَ إِنْ قَلَّ بَعْدُ بِتَفْرِيْقِهِ.
Jika seandainya ada air musta‘mal dikumpulkan hingga mencapai dua qullah, maka air tersebut dihukumi suci dan mensucikan seperti halnya ada air yang terkena najis kemudian dikumpulkan hingga mencapai dua qullah dan sifat air menjadi sedikit dengan memisah-misahkannya.
فَعُلِمَ أَنَّ الْاِسْتِعْمَالَ لَا يَثْبُتُ إِلَّا مَعَ قِلَّةِ الْمَاءِ، أَيْ وَ بَعْدَ فَصْلِهِ عَنِ الْمَحَلِّ الْمُسْتَعْمَلِ وَ لَوْ حُكْمًا، كَأَنْ جَاوَزَ مَنْكِبَ الْمُتَوَضِّئِ أَوْ رُكْبَتَهُ، وَ إِنْ عَادَ لِمَحَلِّهِ أَوِ انْتَقَلَ مِنْ يَدٍ لِأُخْرَى.
Maka dari itu dapat diketahui, bahwa air musta‘mal tidak akan ada kecuali pada air yang jumlahnya sedikit dan setelah terpisahnya air dari tempat digunakannya air tersebut walaupun secara hukum saja seperti melampauinya air dari pundaknya orang yang berwudhu’ atau kedua lututnya walaupun air tersebut kembali ke tempat semula atau air berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain.
نَعَمْ، لَا يَضُرُّ فِي الْمُحْدِثِ انْفِصَالُ الْمَاءِ مِنَ الْكَفِّ إِلَى السَّاعِدِ، وَ لَا فِي الْجُنُبِ انْفِصَالُهُ مِنَ الرَّأْسِ إِلَى نَحْوِ الصَّدْرِ مِمَّا يَغْلِبُ فِيْهِ التَّقَاذُفُ.
Benar bahwa air yang telah terpisah walaupun secara hukum dikatakan musta‘mal namun tidak masalah terpisahnya air dari telapak tangan menuju lengan bagi seorang yang hadats dan bagi orang mandi junub, dari kepala menuju semisal dada yakni dari setiap anggota yang secara umumnya air tersebut menetes. {🔸6}
-----------------
Catatan:
{🔸 1 } Ini bukanlah pengertian dari syarat, namun hanya sekedar menjelaskan maksud syarat dalam bab shalat. Syarat secara istilah adalah sebuah kondisi yang akan tiada sebab tiadanya syarat dan tidak harus ada bila syaratnya telah ada dan tidak karena ketiadaan secara dzatiahnya. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 36
Darul-Fikr.
{ 🔸2 } Bersuci memiliki 4 wasilah dan 4 tujuan. 4 wasilah adalah
🔸air,
🔸debu,
🔸batu dan
🔸menyamak.
4 tujuan adalah
🔸wudhu’,
🔸mandi,
🔸tayammum dan
🔸menghilangkan najis.
I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 37 Darul-Fikr.
{ 🔸3 } Sekira tidak merubah kemutlakan nama air. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 37 Darul-Fikr.
{ 🔸4 } Dengan disandarkan nama lain seperti air mawar.
I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 37 Darul-Fikr.
{ 🔸5 }ۢ Maksudnya kefardhuan adalah sesuatu yang mesti harus menggunakan bersuci, baik berdoa bila ditinggalkan ataupun tidak, baik berupa ibadah ataupun tidak.
I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 37 Darul-Fikr.
{ 🔸6 } Kesimpulannya bahwa syarat dari air musta‘mal ada empat: sedikitnya air, telah digunakan hal yang fardhu, terpisah dari anggota yang dibasuh, tidak adanya niat ightirāf.
I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 38 Darul-Fikr
COPAS DARI APLIKASI FATHUL MUIN.
والله اعلم بالصواب
Post a Comment