BREAKING NEWS

Watsapp

Monday, December 4, 2023

HUKUM AMPLOP KONDANGAN, TERMASUK HUTANG ATAU HADIAH?

 https://youtu.be/wiqEmXfqSeA?si=Y_40we33h6LtH6oj


HUKUM AMPLOP KONDANGAN, TERMASUK HUTANG ATAU HADIAH?


Dalam perayaan semisal walimah, hal yang sering ditemukan adalah pihak tamu undangan yang memberikan amplop berisi uang kepada tuan rumah. Yang menjadi kejanggalan, apakah hal tersebut termasuk hutang atau murni hadiah? Mohon penjelasannya!


jawaban 


Di era kenormalan baru ini berbagai perayaan dan kondangan semisal walimah pernikahan atau sesamanya, sudah mulai banyak digelar. Dan hal yang tidak pernah terlepas dari acara semacam itu ialah amplop berisi uang dari para undangan untuk pihak tuan rumah.


✒️ Mengenai status pemberian tersebut, Sayyid Abi Bakr Syato ad-Dimyati menjelaskan dalam kitab I’anah at-Thalibin demikian


وَمَا جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ فِيْ زَمَانِنَا مِنْ دَفْعِ النُّقُوْطِ فِي الْأَفْرَاحِ لِصَاحِبِ الْفَرْحِ فِيْ يَدِهِ أَوْ يَدِ مَأْذُوْنِهِ هَلْ يَكُوْنُ هِبَّةً أَوْ قَرْضًا؟ أَطْلَقَ الثَّانِيَ جمْعٌ وَجَرَى عَلَى الْأَوَّلِ بَعْضُهُمْ… وَجَمَّعَ بَعْضُهُمْ بَيْنَهُمَا بِحَمْلِ الْأَوَّلِ عَلَى مَا إِذَا لَمْ يُعْتَدِ الرُّجُوُعُ وَيَخْتَلِفُ بِاخْتِلَافِ الْأَشْخَاصِ وَالْمِقْدَارِ وَالْبِلَادِ وَالثَّانِيْ عَلَى مَا إِذَا اِعْتِيْدَ وَحَيْثُ عُلِمَ اخْتِلَافٌ تَعَيَّنَ مَا ذُكِرَ


Kebiasaan yang berlaku di zaman kita, yaitu memberikan semacam kado hadiah perkawinan dalam sebuah kondangan, baik secara langsung kepada orangnya atau kepada wakilnya, apakah semacam itu termasuk ketegori pemberian cuma-cuma atau dikategorikan sebagai hutang? 


Maka mayoritas ulama memilih mengkategorikannya sebagai hutang.


Namun ulama lain lebih memilih untuk mengkategorikannya sebagai pemberian cuma-cuma.


Dari perbedaan pendapat ini para ulama mencari titik temu dan menggabungkan dua pendapat tersebut dengan kesimpulan bahwa status pemberian itu dihukumi pemberian cuma-cuma apabila kebiasaan di daerah itu tidak menuntut untuk dikembalikan. Konteks ini akan bermacam-macam sesuai dengan keadaan pemberi, jumlah pemberian, dan daerah yang sangat beragam. 


Adapun pemberian yang distatuskan sebagai hutang apabila memang di daerah tersebut ada kebiasaan untuk mengembalikan. Apabila terjadi praktek pemberian yang berbeda dengan kebiasaan, maka dikembalikan pada motif pihak yang memberikan” 


kitab I'anah at-Thalibin, III/48 


✒️ Kesimpulan


Kesimpulannya, amplop tersebut statusnya sesuai tujuan orang yang memberi. Namun jika tidak diketahui, maka diperinci


▶️Pertama berstatus Hibah (pemberian cuma-cuma) apabila kebiasaan yang berlaku di daerah tersebut tidak ada tuntutan untuk mengembalikan.


-Kedua berstatus Qordlu (hutang) apabila kebiasaan yang berlaku di daerah tersebut menuntut adanya pengembalian.


waAllahu a'lam

Sunday, December 3, 2023

HUKUM SHOLAT DIATAS KASUR


Bismillah 

HUKUM SHOLAT DIATAS KASUR

✒️ BOLEH melaksanakan solat di atas kasur.

( قوله ولو نحو سرير ) لو قال كنحو سرير تمثيلا لغيره المحمول المتحرك بحركته لكان أولى لأنه لا معنى للغاية

( قوله لأنه ليس بمحمول له ) تعليل لمحذوف أي وإنما اكتفى بالسجود على نحو السرير المتحرك بحركته لأنه ليس بمحمول له والمؤثر إنما هو المحمول له


Rukun Shalat ke 7 :
SUJUD DUA KALI dalam setiap rakaat pada perkara yang tidak ia bawa meskipun ikut bergerak saat ia bergerak dalam shalatnya seperti sujud pada tempat tidur yang ikut bergerak saat ia bergerak dalam shalatnya maka tidak masalah sujud di atasnya karena bukan yang ia bawa dalam shalat seperti diperkenankannya sujud pada perkara yang ia bawa namun tidak ikut bergerak dalam shalatnya seperti ujung selendangnya yang panjang.
Dikecualikan dengan keterangan saya (pengarang) diatas, bila ia sujud pada perkara yang ia bawa dan ikut bergerak dalam shalatnya seperti ujung sorbannya maka tidak sah, bila ia sujud padanya batal shalatnya jika ia menyengaja dan mengetahui keharamannya bila tidak maka ulangilah sujudnya.
(Keterangan karena tempat tidur bukan yang ia bawa dalam shalat) Dibolehkannya sujud pada semacam tempat tidur yang dapat bergerak saat ia bergerak dalam shalatnya karena tempat tidur bukanlah perkara yang ia bawa (dalam tubuhnya) sedang yang berdampak tidak sah sebatas perkara yang ia bawa. 
kitab  I’aanah at-Thoolibiin I/162 
 Wallohu a'lam.

Saturday, November 25, 2023

HUKUM PERAYAAN ULANG TAHUN

 Perpisahan Bupati di tahun 2023


PERAYAAN ULANG TAHUN 

Deskripsi Masalah :

Ulang tahun bagi sebagian orang adalah hal yang dinanti-nanti dan merupakan hari bahagia. Cara orang memperingati Hari Ulang Tahun bervariasi. Sebagian orang merayakannya dengan cara mengundang teman-temannya, kemudian tiup lilin yang dinyalakan di atas roti tart, selanjutnya memotong kue atau tumpeng dengan diiringi nyanyian lagu “Panjang Umur” dari para hadirin. Sebagian lagi, di samping dengan cara itu, juga plus dengan bacaan-bacaan seperti Maulid Daibâ‘ dan surat-surat al-Qur’an yang pendek. Ada juga yang merayakannya dengan mentraktir teman-temannya.


Pertanyaan :

1. Sebenarnya bagaimana pandangan fikih tentang merayakan Hari Ulang Tahun?2. Jika boleh, bagaimana cara-cara yang benar menurut Islam dalam merayakan Hari Ulang Tahun?


Jawaban :

1. Tidak ada dasarnya. Akan tetapi hukum mengadakan ulang tahun tergantung pada maksud dan cara merayakannya.2. Apabila itu digunakan untuk muhâsabah dan caranya tidak menggunakan media munkarât, maka hal itu termasuk sesuatu yang baik.                                                 


Referensi :

شرح الياقوت النفيس، 170) 

 

وَهُنَاكَ اَعْيَادُ الْمِيْلاَدِ قَدْ يَفْرَحُ الْإِنْسَانُ وَيَتَذَكَّرُ مَيْلَادَهُ إِنَّمَا عَلَى الْمُسْلِمِ أَنْ يَجْعَلَ مِيْلاَدَهُ مُنَاسَبَة لِمُحَاسَبِ نَفْسِهِ وَيَعْمَلُ مُقَارَنَةً بَيْنَ عَامٍ وَعَامٍ هَلِ ازْدَادَ وَتَقَدَّمَ اَمْ نَقَصَ وَتَأَخَّرَ؟ هَذَا شَيْئٌ جَمِيْلٌ وَلَا يَكُوْنُ ذَلِكَ لِمُجَرَّدِ التَّقْلِيْدِ وَلَا لِلسَّرَفِ وَاْلأَعْيَادِ الْمجَازِيَّةِ وَالتَّقْلِيْدِيَّةِ كَثِيْرَةٌ وَكُلُّ فَرْدٍ يَتَمَنَّى عَلَيْهِ الْعِيْدُ فِي خَيْرٍ وَعَافِيَةٍ وَلُطْفٍ وَسَعَادَةٍ وَإِلَى زِيَادَةٍ نَسْأَلُ اللهَ اَنْ يُعِيْدَ عَوَائِدَهُ الْجَمِيْلَةَ. 

 

فتوى للشيخ رمضان البوطي، 2/223) 

 

( هَلِ اْلإِحْتِفَالُ بِأَعْيَادِ الْمِيْلَادِ حَلَالٌ اَمْ حَرَامٌ بِالنِّسْبَةِ لِلصِّغَارِ؟ لَا أُحِبُّ أَنْ تُشَيَّعَ فِي الْبَيْتِ الْمُسْلِمِ عَادَاتٌ غَرْبِيَّةٌ لَا إِسْلَامِيَّةٌ إِذْ إنَّ لَهَا عَلى الْمَدَى الْبَعِيْدِ أَثَرَ ضَارَّةٍ مَعْرُوْفَةٍ. (مؤنث منشورة و 

 

 

Copyright © 2021 IASS

Wednesday, November 22, 2023

GORENG LARON

 KRIYUK KRIYUK


🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Laron atau rayap dalam istilah Arab dikenal dengan kata ardlah. Hukum mengonsumsi hewan ini adalah haram karena tergolong hewan yang menjijikkan. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab al-Hayawan al-Kubra:


 الآرضة- دويبة صغيرة كنصف العدسة ، تأكل الخشب ، وهي التي يقال لها السرفة ، بالسين والراء المهملة والفاء . وهي دابة الأرض التي ذكرها الله تعالى في كتابه - ولما كان فعلها في الأرض أضيفت إليها . قال القزويني في الأشكال : إذا أتى على الأرضة سنة ، تنبت لها جناحان طويلان ، تطير بهما - ومن شأنها أنها تبني لنفسها بيتا حسنأ ، من عيدان تجمعها مثل غزل العنكبوت ، متخرطا من أسفله إلى أعلاه الحكم : يحرم أكلها لاستقذارها “


Ardlah (rayap/laron) adalah hewan kecil seukuran separuh dari biji ‘adas (sejenis kacang), pemakan kayu dikenal juga dengan nama sarfah, hewan ini adalah hewan merayap di bumi yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an. Hewan ini disebut dengan ardlah karena tingkah khasnya di tanah, maka namanya disandarkan pada tanah (ardl). Imam al-Qazwiny berkata dalam kitab al-Isykal, ‘Ketika ardlah memasuki umur 1 tahun, maka tumbuh dua sayap panjang yang ia gunakan untuk terbang. Sebagian karakternya, ia mampu membangun untuk dirinya sarang yang bagus dari potongan-potongan kayu yang ia kumpulkan, sebagaimana pintalan sarang laba-laba yang terkatung dari bawah ke atas. Hukum mengonsumsi hewan ardlah adalah haram karena hewan ini dianggap menjijikkan (menurut orang Arab).” (Syekh Kamaluddin ad-Damiri, Hayat al-Hayawan al-Kubra, juz I, hal. 35) 


Sebagian kalangan beranggapan bahwa laron adalah hewan yang halal dimakan karena dianggap sebagai salah satu jenis belalang, sehingga bangkainya pun boleh untuk dimakan. Hal ini berdasarkan hadits:


 أحلت لكم ميتتان ودمان ، فأما الميتتان : الجراد والحوت ، وأما الدمان : فالطحال والكبد 

“Dihalalkan bagi kalian dua bangkai dan dua darah, dua bangkai yaitu bangkai belalang dan ikan, sedangkan dua darah yaitu limpa dan hati” (HR. Baihaqi) Jika ditelisik lebih dalam, anggapan tersebut sama sekali tidak berdasar dan tidak sesuai dengan pengertian belalang yang dijelaskan dalam berbagai kitab-kitab mazhab Syafi’iyyah. Misalnya seperti yang terdapat dalam kitab Hasyiyah I’anah at-Thalibin


: قوله ويحل أكل ميتة الجراد أي للحديث المار والجراد مشتق من الجرد وهو بري وبحري وبعضه أصفر وبعضه أبيض وبعضه أحمر وله ديدان في صدره وقائمتان في وسطه ورجلان في مؤخره “


Halal mengonsumsi bangkai belalang berdasarkan hadis yang telah dijelaskan. Belalang adalah hewan darat dan laut, sebagian tubuhnya berwarna kuning, putih dan merah. Ia memiliki dua penyangga pada dadanya yang menegakkan bagian tubuh yang tengah dan memiliki dua kaki pada bagian belakang tubuhnya.” (Syekh Abu Bakar Muhammad Syatha’, Hasyiyah I’anah at-Thalibin, juz II, hal. 353) 




Sunday, November 19, 2023

ZAKAT PERHIASAN WANITA

 


TANYA JAWAB FIQH AQIDAH

ZAKAT PERHIASAN


 *PERTANYAAN* :

1. Adakah zakat pada perhiasan wanita jika yg di gunakan itu telah sampai nishob? 


2. Bagaimana status perhiasan wanita yg mana telah sampai nishob, akan tetapi di pakai secara keseluruhan, tetapi pemakaian nya tidak sekaligus. Contoh, hari senin hanya pakai gelang, selasa pakai kalung, rabu pakai anting, dan sebagainya, apakah juga termasuk wajib zakatnya? 


3. Sebatas manakakah ukuran diperbolehkan memakai perhiasan emas bagi wanita?


*JAWABAN*

1. Perhiasan yang di pakai wanita walaupun sampai pada nisab zakat, tidak wajib di zakati. Karena yang wajib di zakati adalah perhiasan yang disimpan bukan perhiasan yang di pakai. 


2. Perhiasan yang di pakai walau bergantian pemakaiannya juga tidak wajib di zakati, karena tidak ada niat untuk menyimpannya. Yang wajib di zakati adalah perhiasan dengan tujuan di simpan dan sampai pada nisab zakat.


3. Perempuan boleh memakai perhiasan emas dan perak tanpa berlebihan, jika berlebihan maka tidak boleh, misal berlebihan adalah ukuran total perhiasan yang dipakai sebanyak 200 mitsqol. Dalam kitab Al-Fiqhul Islamy, dijelaskan 200 mitsqol itu kurang lebih setara dengan 850 gram. Namun menurut Al-adzro'i, ukurannya tidak terbatas 200 mitsqol namun yang menjadi pertimbangan adalah adat kebiasaan jadi bisa lebih dari 200 ataupun kurang.  Sedangkan menurut yang lainnya bahwa ukuran berlebihan dalam perak mencapai 2.000 mitsqol.


*REFERENSI :*


*فقه العبادات على المذهب الشافعي، ١١٦/٢*


لا يجب في الحلي المباحة زكاة لحديث ابن عمر رضي الله عنهما قال: "لا زكاة في الحلي ، ولأنها معدة للزينة، وهي استعمال مباح. أما إن ورثها ولم يعلم بها حتى مضى الحول فتجب زكاتها، وكذا لو انكسرت وقصد كنزها فتجب زكاتها، لأنه لا يقصد بإمساكها الاستعمال المباح، بخلاف ما لو قصد إصلاحها، فلا زكاة فيها وإن بقيت أحوالاً.


والحلي المباحة هي ما أحل للمرأة لبسه، فقد أحل لبس جميع أنواع الذهب والفضة، كالسوار والخلخال والخاتم ، وكذا لبس ما ينسج بهما من الثياب، ما لم تسرف، وكذا ما أحل للرجل لبسه، وهو خاتم فضة، بحسب عادة أمثاله، ويحل له تحلية بعض آلات الحرب بالفضة، كالسيف والرمح، ولكن يحرم الإسراف في ذلك.


أما الحلي المحرمة، كسوار وخلخال للرجل فتجب الزكاة فيها، وكذلك الأواني الذهبية والفضية، وما يعلق للنساء والصغار من النقدين في القلائد والبراقع فتجب الزكاة فيه، ويعتبر في الأواني المحرمة وزنها لا قيمتها، أما الحلي فتعتبر قيمتها لا وزنها 



*فتح المعين ص ٢٣٣*


ولا زكاة في حلي مباح ولو اتخذه الرجل بلا قصد لبس أو غيره أو اتخذه لإجارة أو إعارة لامرأة إلا إذا اتخذه بنية كنز فتجب الزكاة فيه


“Tidak dikenakan zakat untuk perhiasan yang mubah (dipakai) meskipun perhiasan tersebut dimiliki oleh seorang laki-laki yang bertujuan untuk tidak dipakai atau yang lainnya semisal disewakan dan dipinjamkan kepada seorang perempuan. Kecuali jika perhiasan tersebut dimiliki dengan niat disimpan, maka perhiasan tersebut wajib dikeluarkan

zakatnya” 



*إعانة الطالبين ج ٢ ص ١٨١*

 

ويحل الذهب والفضة بلا سرف لامرأة وصبي إجماعا في نحو السوار والخلخال والنعل والطوق. وعلى الأصح في المنسوج بهما. ويحل لهن التاج وإن لم يعتدنه وقلادة فيها دنانير معراة قطعا وكذا مثقوبة ولا تجب الزكاة فيها. أما مع السرف: فلا يحل شيء من ذلك كخلخال وزن مجموع فردتيه مائتا مثقال فتجب الزكاة فيه


(قوله: مائتا مثقال) قال في التحفة: لم يرتض الأذرعي التقييد بالمائتين، بل اعتبر العادة، فقد تزيد وقد تنقص. وبحث غيره أن السرف في خلخال الفضة أن يبلغ ألفي مثقال، وهو بعيد، بل ينبغي الاكتفاء فيه بمائتي مثقال كالذهب. اه.



* الفقه الاسلامى وأدلته ج ٣ ص ١٨٢٧*


بأن بلغ مئتي مثقال (حوالي ٨٥٠ غم)


*Kesimpulan:*


Tidak wajib dikeluarkan zakatnya untuk perhiasan yang mubah berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma : Tidak ada zakat untuk perhiasan. Yang dimaksud perhiasan disini adalah perhiasan yang mubah dipakai. 


Jadi ketika punya emas yang bertujuan untuk dipakai, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya meskipun sudah sampai nisob.

Wallahu ta'ala A'lam 

____

Friday, November 17, 2023

MELEMPARKAN TANAH KE DALAM KUBURAN TIGA KALI

 SPENTWOGAR BERSINERGI 


Assalamu'alaikum

Apa hikmahnya melempar tanah 3x ke kuburan dan membaca


 منها خلقناكم وفيها نعيدكم ومنها نخرجكم تارة أخرى


JAWABAN : 


Waalaikumussalam wrwb.


Hukumnya Sunnah melempar tanah ketika menguburkan jenazah terdapat banyak sekali. Salah satunya adalah melempar tanah sebanyak 3 kali ke dalam kuburan saat menguburkan jezanah. 


Adapun setiap lemparan tanah terdapat bacaan tersendiri, seperti di bawah ini :


1. Membaca مِنْهَا خَلَقْنٰكُمْ

Ini merupakan bacaan ketika lemparan tanah yang pertama. Di dalam sebuah hadits bahwasannya Rasulullah ketika menghadiri jenazah yang telah di kuburkan (dalam proses pengurukan tanah), beliau mengambil segenggam tanah dan melemparkannya ke dalam kuburan.


Kemudian, beliau mengucapkan مِنْهَا خَلَقْنٰكُمْ, yang artinya “dari bumi (tanah) Kami (Allah) menciptakan kalian”


2. Membaca فِيْهَا نُعِيْدُكُمْ

Ketika lemparan kedua di sunnahkan membaca bacaan di atas.


Setelah melakukan lemparan pertama, kemudian Nabi Saw. mengambil segenggam tanah lagi dan di masukkan ke dalam kuburan dengan mengucapkan فِيْهَا نُعِيْدُكُمْ yang artinya “ke dalam bumilah Kami mengembalikan kalian”


3. Membaca وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً اُخْرٰى

Ini merupakan kesunnahan bacaan ketika lemparan tanah yang ketiga. Ketika Nabi Saw. telah melakukan dua lemparan sebelumnya, kemudian beliau mengambil segenggam tanah lagi dan mengucapkan وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً اُخْرٰى, yang artinya ”Dan dari bumi itu pula Kami membangkitkan kalian pada saat yang lain.”


Ketiga bacaan di atas, terdapat di dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir Qur’an Surah Thaha ayat 55, jilid 5 halaman 307.


- Tafsir Munir

Menurut tafsir munir, ketika nutfah (sperma) berada di dalam rahim maka malaikat pergi mengambil debu bumi (saripati bumi) yang nantinya seseorang yang berasal dari nutfah itu akan dikuburkannya.


(Jilid 2 Halaman 21)


- Tafsir Baidhowi

Menurut tafsir baidhowi, bumi di samping asal kejadian Nabi Adam a.s. yang menjadi awal bapak kita semua. Juga bumi itu adalah awal bahan penciptaan kita semua.


(Jilid 2 Halaman 24)


Wallahu A'lam bis showabb

Thursday, November 16, 2023

LEWAT DI BAWAH KERANDA MAYAT


LEWAT DI BAWAH KERANDA MAYAT 


Deskripsi Masalah :

Di Jawa Timur banyak sekali tradisi-tradisi yang masih meyakini mitos-mitos kuno. Salah satunya adalah tradisi lewat di bawah keranda orang meninggal yang dilakukan oleh kerabat-kerabatnya. Mereka melakukan semua itu karena mereka meyakini bahwa hal tersebut memiliki beberapa manfaat, di antaranya: agar kerabat yang masih kecil tidak terlalu mengingat si mayat; sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada si mayat; agar musibah kerabat dibawa pergi oleh si mayat.


Pertanyaan :

Bagaimana hukum berjalan di bawah keranda dengan memandang mamfaat seperti dalam diskripsi masalah di atas?


Jawaban :

Ada pemilahan sebagai berikut:


Bisa kafir bila berkeyakinan bahwa yang mengakibatkan pengaruh positif ataupun negatif adalah praktik tersebut; bukan Allah .


Haram bila berkeyakinan bahwa perbuatan tersebut dapat berpengaruh negatif/positif dengan kekuatan yang diciptakan oleh Allah padanya (menurut pendapat ashah).


Makruh bila praktik tersebut berpotensi menghambat percepatan pemberangkatan jenazah ke pemakaman.


Sunah bila dengan tujuan untuk menghindari gunjingan masyarakat awam ketika tidak melakukannya.


Referensi :

تحفة المريد، 125)


وَالْحَاصِلُ اَنَّ كُلَّ مَا وَافَقَ الْكِتَابَ أَوْ السُّنَّةَ اَمِ الْاِجْمَاعَ اَوْ القِيَاسَ فَهُوَ سُنَّةٌ وَمَا خَرَجَ عَنْ ذَلِكَ فَهُوَ بِدْعَةٌ مَذْمُوْمَةٌ. ( وَسُئِلَ أَعَادَ اللَّهُ عَلَيْنَا من بَرَكَاتِهِ عَمَّا يُذْبَحُ من النَّعَمِ وَيُحْمَلُ مع مِلْحٍ خَلْفَ الْمَيِّتِ إلَى الْمَقْبَرَةِ وَيُتَصَدَّقُ بِهِ على الْحَفَّارِينَ فَقَطْ وَعَمَّا يُعْمَلُ يوم ثَالِثِ مَوْتِهِ من تَهْيِئَةِ أَكْلٍ وَإِطْعَامِهِ لِلْفُقَرَاءِ وَغَيْرِهِمْ وَعَمَّا يُعْمَلُ يوم السَّابِعِ كَذَلِكَ وَعَمَّا يُعْمَلُ يوم تَمَامِ الشَّهْرِ من الْكَعْكِ وَيُدَارُ بِهِ على بُيُوتِ النِّسَاءِ اللَّاتِي حَضَرْنَ الْجِنَازَةَ ولم يَقْصِدُوا بِذَلِكَ إلَّا مُقْتَضَى عَادَةِ أَهْلِ الْبَلَدِ حتى إنَّ من لم يَفْعَلْ ذلك صَارَ مَمْقُوتًا عِنْدَهُمْ خَسِيسًا لَا يَعْبَئُونَ بِهِ وَهَلْ إذَا قَصَدُوا بِذَلِكَ الْعَادَةَ وَالتَّصَدُّقَ في غَيْرِ الْأَخِيرَةِ أو مُجَرَّدَ الْعَادَةِ مَاذَا يَكُونُ الْحُكْمُ جَوَازٌ وَغَيْرُهُ وَهَلْ يُوَزَّعُ ما صُرِفَ على أَنْصِبَاءِ الْوَرَثَةِ عِنْدَ قِسْمَةِ التَّرِكَةِ وَإِنْ لم يَرْضَ بِهِ بَعْضُهُمْ وَعَنْ الْمَبِيتِ عِنْدَ أَهْلِ الْمَيِّتِ إلَى مُضِيِّ شَهْرٍ من مَوْتِهِ لِأَنَّ ذلك عِنْدَهُمْ كَالْفَرْضِ ما حُكْمُه؟ فَأَجَابَ بِقَوْلِهِ جَمِيعُ ما يُفْعَلُ مِمَّا ذُكِرَ في السُّؤَالِ من الْبِدَعِ الْمَذْمُومَةِ لَكِنْ لَا حُرْمَةَ فيه إلَّا إنْ فُعِلَ شَيْءٌ منه لِنَحْوِ نَائِحَةٍ أو رِثَاءٍ وَمَنْ قَصَدَ بِفِعْلِ شَيْءٍ منه دَفْعَ أَلْسِنَةِ الْجُهَّالِ وَخَوْضِهِمْ في عِرْضِهِ بِسَبَبِ التَّرْكِ يُرْجَى أَنْ يُكْتَبَ له ثَوَابُ ذلك أَخْذًا من أَمْرِهِ  من أَحْدَثَ في الصَّلَاةِ بِوَضْعِ يَدِهِ على أَنْفِهِ وَعَلَّلُوهُ بِصَوْنِ عِرْضِهِ عن خَوْضِ الناس فيه لو انْصَرَفَ على غَيْرِ هذه الْكَيْفِيَّةِ وَلَا يَجُوزُ أَنْ يُفْعَلَ شَيْءٌ من ذلك من التَّرِكَةِ حَيْثُ كان فيها مَحْجُورٌ عليه مُطْلَقًا أو كَانُوا كلهم رُشَدَاءَ لَكِنْ لم يَرْضَ بَعْضُهُمْ بَلْ من فَعَلَهُ من مَالِهِ لم يَرْجِعْ بِهِ على غَيْرِهِ وَمَنْ فَعَلَهُ من التَّرِكَةِ غَرِمَ حِصَّةَ غَيْرِهِ الذي لم يَأْذَنْ فيه إذْنًا صَحِيحًا وإذا كان في الْمَبِيتِ عِنْدَ أَهْلِ الْمَيِّتِ تَسْلِيَةٌ لهم أو جَبْرٌ لِخَوَاطِرِهِمْ لم يَكُنْ بِهِ بَأْسٌ لِأَنَّهُ من الصِّلَاتِ الْمَحْمُودَةِ التي رَغَّبَ الشَّارِعُ فيها وَالْكَلَامُ في مَبِيتٍ لَا يَتَسَبَّبُ عنه مَكْرُوهٌ وَلَا مُحَرَّمٌ وَإِلَّا أُعْطِيَ حُكْمَ ما تَرَتَّبَ عليه إذْ لِلْوَسَائِلِ حُكْمُ الْمَقَاصِدِ وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ.


(الفتاوى الفقهية الكبرى، 2/7)


اِعْلَمْ أَنَّ الْعُقَلَاءَ عَلىَ أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ فَمِنْهُمْ مَنْ اعْتَقَدَ أَنَّ الْأَسْبَابَ الْعَادِيَّةَ تُؤَثِّرُ مُسَبَّبَتَهَا بِطَبْعِهِا وَذَاتِهَا وَالتَّلاَزُمَ بَيْنَهُمَا عَقْلِيٌّ هَذَا كَافِرٌ اِجْمَاعًا ومِنْهُمْ مَنْ اعْتَقَدَ أَنَّ الْأَسْبَابَ الْعَادِيَّةَ تُؤَثِّرُ مُسَبَّبَتِهَا بِقُوَّةٍ أَوْدَعَهَا اللهُ فِيْهَا وَالتَّلَازُمَ بَيْنَهُمَا عَادِيٌ وَهَذَا فِي كُفْرِهِ قَوْلَانِ وَالصَّحِيْحُ عَدَمُ كُفْرِهِ –إِلَى أَنْ قَالَ– وَمِنْهُمْ يَعْتَقِدُ أَنَّ الْمُؤَثِّرَ فِيْ الْمُسَبَّبَاتِ الْعَادِيَةِ كَالْإِحْرَاقِ وَالرِّيِّ وَالشِّبَعِ هُوَ اللهُ وَحْدَهُ إِلَّا أَنَّهُ يَعْتَقِدُ أَنَّ الْمُلَازَمَةَ بَيْنَ الْأَسْبَابِ وَالْمُسَبَّبَاتِ عَقْلِيَّةٌ لَا يُمْكِنُ تَخَالُفُهَا –إِلَى أَنْ قَالَ– وَهَذَا غَيْرُ كَافِرٍ اِجْمَاعًا إِلَّا أَنَّ هَذَا الْإِعْتِقَادَ جَهْلٌ وَرُبَّمَا جَرَّهُ ذَلِكَ الْجَهْلُ إِلَى الْكُفْرِ –إِلَى أَنْ قَالَ– وَمِنْهُمْ مَنْ يَعْتَقِدُ أَنَّ الْمُؤَثِّرَ فِي الْمُسَبَّبَاتِ الْعَادِيَةِ هُوَ اللهُ وَحْدَهُ وَأَنَّ الْمُلَازَمَةَ وَالْمُقَارَنَةَ بَيْنَ الْأَسْبَابِ وَالْمُسَبَّبَاتِ عَادِيٌ يُمْكِنُ تَخَلُّفُهُ بِأَنْ وُجِدَ السَّبَبُ دُوْنَ الْمُسَبَّبِ وَهَذَا الْإِعْتِقَادُ هُوَ الْمُنْجِي عِنْدَ اللهِ وَهُوَ اِعْتِقَادُ أَهْلِ السُّنَّةِ.


(حاشية الدسوقي على أم البراهن، 40–41)


باب السُّرْعَةِ بِالْجِنَازَةِ. وَقَالَ أَنَسٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنْتُمْ مُشَيِّعُونَ وَامْشِ بَيْنَ يَدَيْهَا وَخَلْفَهَا وَعَنْ يَمِينِهَا وَعَنْ شِمَالِهَا وَقَالَ غَيْرُهُ قَرِيبًا مِنْهَا حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَفِظْنَاهُ مِنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  عَنْ النَّبِيِّ  قَالَ: أَسْرِعُوا بِالْجِنَازَةِ فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا وَإِنْ يَكُ سِوَى ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ.


(فتح الباري، 3/182)


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ  قَالَ كَانَ النَّبِيُّ  يَقُولُ: إِذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ فَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ لِأَهْلِهَا يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلاَّ الإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَ الإِنْسَانُ لَصَعِقَ.


Copyright © 2021 IASS

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes