BREAKING NEWS

Watsapp

Wednesday, July 24, 2024

CIRI-CIRI PAHAM WAHABI

 

*CIRI-CIRI PAHAM WAHABI:*

@@@@

Catatan diawal dan diakhir berikut ini 

*CATATAN INI TIDAK BERMAKSUD MENEBAR KEBENCIAN, NAMUN SEKEDAR BERTUJUAN AGAR LEBIH MENGENAL SAUDARA KITA DARI GOL WAHABY*


BAHWA ciri-ciri Wahabi 

1.Sering merujuk pendapat Ibnu Taimiyyah, al-Albani, Ibnu Qayyim, Abdul Aziz bin Baz dan Ibnu Ustaimin.


2. Mengatakan Allah ada di langit bersemayam di atas Arsy.


3. Membagi tauhid kepada tiga: tauhid Uluhiyyah, Rububiyyah dan Asma' wa sifat.


- Menolak amalan menyebut lafald niat solat (USHOLLI).


- Menolak amalan menyebut SAYYIDINA ketika bersolawat.


- Menolak amalan mengusap muka setelah selesai solat.


- Menolak zikir, wirid dan doa berjamaah setelah solat di masjid/musolla/tempat tertentu.


- Menolak amalan baca yaasiin berjamaah pada malam jumat di masjid/musolla/tempat tertentu.


- Menolak amalan solat tarawih 20 raka'at.


- Menolak amalan baca yaasiin 3 kali pada malam nishfu Sya'ban.


- Menolak amalan membaca doa akhir dan awal tahun.


- Menolak bacaan talqin ketika pengebumian mayat.


- Menolak tahlil.


- Menolak bacaan barzanji.


- Menolak amalan solawat syifa', Sholawat fatih, Sholawat nariyah.


- Menolak sambutan maulidur rasul.


- Menolak amalan ziarah makam nabi/makam auliya'.


- Menolak bacaan tarhim dan bacaan Al-Quran sebelum azan subuh menggunakan pengeras suara.


- Mengatakan tiada solat qabliah jumat.


- Menolak amalan membaca teks ketika khutbah.


- Menolak tasawwuf dan tarekat.


- Menolak MADZHAB.


- Mengatakan bid'ah tidak ada yang hasanah, semua bid'ah adalah sesat.


- Menolak beramal dengan hadits dhaif.


- Menolak amalan tawassul dengan orang yang sudah meninggal dunia. 


- Menolak amalan tabarruk selain dari Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam.


- Menolak amalan istighoutsah. 


- Mengatakan talak tiga sekaligus cuma jatuh talak satu.


- Menolak manhaj Asy'ariah dan Maturidiyah.


- Menolak Sifat Dua Puluh.

 

 

*AQIDAH*


1. Membagi Tauhid menjadi 3 bagian yaitu: 


(a). Tauhid Rububiyyah: Dengan tauhid ini, mereka mengatakan bahwa kaum musyrik Mekkah dan orang-orang kafir juga mempunyai tauhid.


(b). Tauhid Uluhiyyah: Dengan tauhid ini, mereka menafikan tauhid umat Islam yang bertawassul, beristighoutsah dan bertabarruk sedangkan ketiga-tiga perkara tersebut diterima oleh jumhur ulama Islam khasnya ulama Empat Imam madzhab.


(c.) Tauhid Asma’ dan Sifat: Tauhid versi mereka ini bisa menjerumuskan umat islam ke lembah tashbih dan tajsim kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti: 


-Menterjemahkan istiwa’ sebagai bersemayam/bersila


-Merterjemahkan yad sebagai tangan.


-Menterjemahkan wajh sebagai muka.


-Menisbahkan jihah (arah) kepada Allah (arah atas – jihah ulya).


-Menterjemah janb sebagai lambung/rusuk.


-Menterjemah nuzul sebagai turun dengan dzat.


-Menterjemah saq sebagai betis.


-Menterjemah ashabi’ sebagai jari-jari, dll.


-Menyatakan bahwa Allah سبحانه وتعالى mempunyai “surah” atau rupa.


-Menambah bi dzatihi haqiqatan [dengan dzat secara hakikat] di akhir setiap ayat-ayat mutasyabihat.


2. Memahami ayat-ayat mutasyabihat secara dhahir tanpa penjelasan terperinci dari ulama-ulama yang mu’tabar.


3. Menolak asy-sya'iroh dan al-Maturidiyah yang merupakan ulama’ Islam dalam perkara Aqidah yang diikuti mayoritas umat islam.


4. Sering mengkritik asy-Sya’irah bahkan sehingga mengkafirkan asy-Sya’irah.


5. Menyamakan asy-Sya’irah dengan Mu’tazilah dan Jahmiyyah atau Mu’aththilah dalam perkara mutashabihat.


6. Menolak dan menganggap tauhid sifat 20 sebagai satu konsep yang bersumberkan falsafah Yunani dan Greek.


7. Berlindung di balik madzhab Salaf.


8. Golongan mereka ini dikenal sebagai al-Hasyawiyyah, al-Musyabbihah, al-

Mujassimah atau al-Jahwiyyah dikalangan ulama’ Ahli Sunnah wal Jama’ah.


9. Sering menuduh bahwa Abu Hasan Al-Asy’ari telah kembali ke madzhab Salaf setelah bertaubat dari mazhab asy-Sya’irah. Menuduh ulama’ asy-Sya’irah tidak betul-betul memahami faham Abu

Hasan Al-Asy’ari.


10. Menolak ta’wil dalam bab Mutasyabihat. 


11. Sering menuduh bahwa mayoritas umat Islam telah jatuh kepada perbuatan syirik.


12. Menuduh bahwa amalan memuliakan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam 

 [ membaca maulid dll ] membawa kepada perbuatan syirik.


13. Tidak mengambil pelajaran sejarah para anbiya’, ulama’ dan sholihin dengan

dalih menghindari syirik.


14. Pemahaman yang salah tentang makna syirik, sehingga mudah menghukumi orang sebagai pelaku syirik.


15. Menolak tawassul, tabarruk dan istighoutsah dengan para anbiya’ serta sholihin.


16. Mengganggap tawassul, tabarruk dan istighoutsah sebagai cabang-cabang syirik.


17. Memandang remeh karomah para wali [auliya’].


18. Menyatakan bahwa ibu bapak dan datuk Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam tidak selamat dari adzab api neraka.


19. Mengharamkan mengucap “radhiallahu ‘anha” untuk ibu Rosulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam, Sayyidatuna Aminah.


*SIKAP*


1. Sering membid’ahkan amalan umat Islam bahkan sampai ke tahap mengkafirkan

mereka.


2. Mengganggap diri sebagai mujtahid atau berlagak sepertinya (walaupun tidak layak).


3. Sering mengambil hukum secara langsung dari al-Qur’an dan hadits (walaupun tidak layak).


4. Sering mentertawakan dan meremehkan ulama’ pondok dan golongan agama yang lain.


5. Ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits yang ditujukan kepada orang kafir sering ditafsir kepada orang Islam.


6. Memaksa orang lain berpegang dengan pendapat mereka walaupun pendapat itu syaz (janggal). 


*HADITS*


1. Menolak beramal dengan hadis dho’if.


2. Penilaian hadits yang tidak sama dengan penilaian ulama’ hadits yang lain.


3. Mengagungkan Nasiruddin al-Albani di dalam bidang ini [walaupun beliau tidak

mempunyai sanad Untuk menyatakan siapakah guru-guru beliau dalam bidang hadits.

[Bahkan mayoritas muslim mengetahui bahwa beliau tidak mempunyai guru dalam bidang hadits dan diketahui bahwa beliau belajar hadits secara sendiri dan ilmu jarh dan ta’dil beliau adalah mengikut Imam al-Dhahabi].


4. Sering menganggap hadits dho’if sebagai hadits maudhu’ [mereka mengumpulkan hadits dho’if dan palsu di dalam satu kitab atau bab seolah-olah kedua-dua kategori hadits tersebut adalah sama].


5. Pembahasan hanya kepada sanad dan matan hadits, dan bukan pada makna hadits. Oleh karena itu, perbedaan pemahaman ulama’ [syawahid] dikesampingkan.


*QUR’AN* 


1. Menganggap tajwid sebagai ilmu yang menyusahkan dan tidak perlu (Sebagian Wahabi indonesia yang jahil/bodoh) 


*FIQH*


1. Menolak mengikuti madzhab imam-imam yang empat; pada hakikatnya

mereka bermadzhab “TANPA MADZHAB”.


2. Mencampuradukkan amalan empat mazhab dan pendapat-pendapat lain sehingga membawa kepada talfiq [mengambil yang disukai] haram.


3. Memandang amalan bertaqlid sebagai bid’ah; mereka mengklaim dirinya ber ittiba’.


4. Sering mengungkit dan mempermasalahkan soal-soal khilafiyyah.


5. Sering menggunakan dakwaan ijma’ ulama dalam masalah khilafiyyah.


6. Menganggap apa yang mereka amalkan adalah sunnah dan pendapat pihak lain adalah Bid’ah.


7. Sering menuduh orang yang bermadzhab sebagai ta’assub [fanatik] mazhab.


8. Salah faham makna bid‟ah yang menyebabkan mereka mudah membid‟ahkan orang lain.


9. Mempromosikan madzhab fiqh baru yang dinamakan sebagai Fiqh al-Taysir, Fiqh al-Dalil, Fiqh Musoffa, dll [yang jelas keluar daripada fiqh empat mazhab].


10. Sering mengkoarkan agar hukum ahkam fiqh dipermudahkan dengan menggunakan hadis “Yassiru wa la tu’assiru, farrihu wa la tunaffiru”.


11. Sering mengatakan bahwa fiqh empat madzhab telah ketinggalan zaman.


*NAJIS*


1. Sebagian mereka sering mempermasalahkan dalil akan kedudukan babi sebagai najis mughalladhah.


2. Menyatakan bahwa bulu babi itu tidak najis karena tidak ada darah yang mengalir.


*WUDHU’*


1. Tidak menerima konsep air musta’mal.


2. Bersentuhan lelaki dan perempuan tidak membatalkan wudhu.


3. Membasuh kedua belah telinga dengan air basuhan rambut dan tidak dengan air yang baru.


*ADZAN*


1. Adzan Juma’t sekali; adzan kedua ditolak 


*SHALAT* 


1. Mempromosikan “Sifat Shalat Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam‟,


dengan alasan kononnya shalat berdasarkan fiqh madzhab adalah bukan sifat shalat Nabi yang benar.


2. Menganggap melafazhkan kalimat “usholli” sebagai bid’ah.


3. Berdiri dengan kedua kaki mengangkang.


4. Tidak membaca “Basmalah‟ secara jahar.


5. Mengangkat tangan sewaktu takbir sejajar bahu atau di depan dada.


6. Meletakkan tangan di atas dada sewaktu berdiri.


7. Menganggap perbedaan antara lelaki dan perempuan dalam shalat sebagai perkara bid‟ah (sebagian Wahabiyyah Indonesia yang jahil).


8. Menganggap qunut Subuh sebagai bid’ah.


9. Menggangap penambahan “wa bihamdihi” pada tasbih ruku’ dan sujud adalah bid’ah.


10. Menganggap mengusap muka selepas shalat sebagai bid’ah.


11. Shalat tarawih hanya 8 rakaat; mereka juga mengatakan shalat tarawih itu

sebenarnya adalah shalat malam (shalatul-lail) seperti pada malam-malam lainnya.


12. Dzikir jahr di antara rakaat-rakaat shalat tarawih dianggap bid’ah.


13. Tidak ada qadha’ bagi shalat yang sengaja ditinggalkan.


14. Menganggap amalan bersalaman setelah shalat adalah bid’ah.


15. Menggangap lafazh sayyidina (taswid) dalam shalat sebagai bid’ah.


16. Menggerak-gerakkan jari sewaktu tasyahud awal dan akhir.


17. Boleh jama’ dan qashar walaupun kurang dari dua marhalah.


18. Memakai sarung atau celana setengah betis untuk menghindari isbal.


19. Menolak shalat sunnat qabliyyah sebelum Jum’at.


20. Menjama’ shalat sepanjang semester pengajian, karena mereka berada di landasan Fisabilillah


*DO’A, DZIKIR DAN BACAAN AL-QUR’AN*


1. Menggangap do’a berjama’ah setelah shalat sebagai bid’ah.


2. Menganggap dzikir dan wirid berjama’ah sebagai bid’ah.


3. Mengatakan bahwa membaca “Sodaqallahul ‘azhim” setelah membaca al-Qur’an adalah Bid’ah.


4. Menyatakan bahwa do’a, dzikir dan shalawat yang tidak ada dalam al-Qur’an dan Hadits sebagai bid’ah. Sebagai contoh mereka menolak Dala’il al-Khairat, Shalawat al-Syifa‟, al-Munjiyah, al-Fatih, Nur al-Anwar, al-Taj, dll.


5. Menganggap amalan bacaan Yasin pada malam Jum’at sebagai bid’ah yang haram.


6. Mengatakan bahwa sedekah atau pahala tidak sampai kepada orang yang telah wafat.


7. Mengganggap penggunaan tasbih adalah bid’ah.


8. Mengganggap dzikir dengan bilangan tertentu seperti 1000 (seribu), 10,000 (sepuluh ribu), dll sebagai bid’ah.


9. Menolak amalan ruqiyyah syar’iyah dalam pengobatan Islam seperti wafa‟, azimat, dll.


10. Menolak dzikir isim mufrad: Allah Allah.


11. Melihat bacaan Yasin pada malam nisfu Sya’ban sebagai bid’ah yang haram.


12. Sering menafikan dan memperselisihkan keistimewaan bulan Rajab dan Sya’ban.


13. Sering mengkritik keutamaan malam Nisfu Sya’ban.


14. Mengangkat tangan sewaktu berdoa’ adalah bid’ah.


15. Mempermasalahkan kedudukan shalat sunat tasbih. 


*PENGURUSAN JENAZAH DAN KUBUR*


1. Menganggap amalan menziarahi maqam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, para anbiya’, awliya’, ulama’ dan sholihin sebagai bid’ah dan shalat tidak boleh dijama’ atau qasar dalam ziarah seperti ini.


2. Mengharamkan wanita menziarahi kubur.


3. Menganggap talqin sebagai bid’ah.


4. Mengganggap amalan tahlil dan bacaan Yasin bagi kenduri arwah sebagai bid’ah yang haram.


5. Tidak membaca do’a setelah shalat jenazah.


6. Sebagian ulama’ mereka menyeru agar Maqam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikeluarkan dari masjid nabawi atas alasan menjauhkan umat Islam dari syirik.


7. Menganggap kubur yang bersebelahan dengan masjid adalah bid’ah yang haram.


8. Do’a dan bacaan al-Quran di pekuburan dianggap sebagai bid’ah.


*MUNAKAHAT [PERNIKAHAN]* 


1. Talak tiga (3) dalam satu majlis adalah talak satu (1) 


*MAJLIS / PERAYAAN*


1. Menolak peringatan Maulid Nabi; bahkan menyamakan sambutan Maulid Nabi dengan perayaan kristen bagi Nabi Isa as.


2. Menolak amalan marhaban para habaib.


3. Menolak amalan barzanji.


4. Berdiri ketika bacaan maulid adalah bid’ah


5. Menolak peringatan Isra’ Mi’raj, dll. 


*HAJI DAN UMRAH* 


1. Mencoba untuk memindahkan “Maqam Ibrahim as.” namun usaha tersebut telah digagalkan oleh al-Marhum Syeikh Mutawalli Sya’rawi saat beliau menemui Raja Faisal ketika itu.


2. Menghilangkan tanda 

telaga zam-zam.


3. Mengubah tempat sa’i di antara Sofa dan Marwah yang mendapat tentangan ulama’ Islam dari seluruh dunia.


*PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN* 


1. Maraknya para professional yang bertitle LC menjadi “ustadz-ustadz‟ mereka (di Indonesia).


2. Ulama-ulama yang sering menjadi rujukan mereka adalah:

a. Ibnu Taymiyyah al-Harrani

b. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah

c. Muhammad bin Abdul Wahhab

d. Syekh Abdul Aziz bin Baz

e. Nasiruddin al-Albani

f. Syeikh Sholeh al-Utsaimin

g. Syeikh Sholeh al-Fawzan

h. Adz-Dzahabi dll. 


3. Sering mendakwahkan untuk kembali kepada al-Qura-n dan Hadits (tanpa menyebut para ulama’, sedangkan al-Qur-an dan Hadits sampai kepada umat Islam melalui para ulama’ dan para ulama’ juga lah yang memelihara dan menjabarkan kandungan al-Qur’an dan Hadits untuk umat ini).


4. Sering mengkritik Imam al-Ghazali dan kitab “Ihya’ Ulumuddin” 


*PENGKHIANATAN MEREKA KEPADA UMAT ISLAM* 


1. Bersekutu dengan Inggris dalam menjatuhkan kerajaan Islam Turki Utsmaniyyah.


2. Melakukan perubahan kepada kitab-kitab ulama’ yang tidak sehaluan dengan mereka.


3. Banyak ulama’ dan umat Islam dibunuh sewaktu kebangkitan mereka di timur tengah.


4. Memusnahkan sebagian besar peninggalan sejarah Islam seperti tempat lahir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meratakan maqam al-Baqi’ dan al-Ma’la [makam para isteri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Baqi’, Madinah dan Ma’la, Mekah], tempat lahir Sayyiduna Abu Bakar dll, dengan hujjah tempat tersebut bisa membawa kepada syirik.


5. Di Indonesia, sebagian mereka dulu dikenali sebagai Kaum Muda atau Mudah [karena hukum fiqh mereka yang mudah, ia merupakan bentuk ketaatan bercampur dengan kehendak hawa nafsu]. 


*TASAWWUF DAN THARIQAT* 


1. Sering mengkritik aliran Sufisme dan kitab-kitab sufi yang mu’tabar


2. Sufiyyah dianggap sebagai kesamaan dengan ajaran Budha dan Nasrani


3. Tidak dapat membedakan antara amalan sufi yang benar dan amalan bathiniyyah yang sesat. 


*Inilah kejahatan dan kesesatan aliran Salafi Wahabi yakni ajaran yang dibawakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi an-Najdi :*


1. Allah bersemayam di atas ‘arsy seperti akidahnya kaum Yahudi.


2. Golongan yang beriman kepada setengah ayat Al-Qur’an dan kafir dengan setengah ayat Al-Quran yang lain.


3. Golongan yang menolak Takwil pada setengah ayat, dan membolehkan Takwil pada setengah ayat yang lain berdasarkan mengikuti hawa nafsu mereka.


4. Golongan yang menafikan Kenabian Nabi Adam Alaihissalaam.


5. Golongan yang menyatakan bahwa Alam ini Qidam/Maha Dahulu (Rujuk pandangan ibn Taimiyyah).


6. Golongan yang mengkafirkan Imam Abu al-Hasan Al-Asy’ari dan para pengikutnya.


7. Golongan yang mengkafirkan Sultan Sholahuddin Al-Ayyubi dan Sultan Muhammad Al-Fateh.


8. Golongan yang mengkafirkan Imam An-Nawazwi dan Seluruh Ulama Islam yang menjadi para pengikutnya (Asy’ariyah dan Maturidiyah).


9. Golongan yang mendhoifkan hadits-hadits shohih dan menshohihkan hadits-hadits dhoif (lihat penulisan Albani).


10. Golongan yang tidak mempelajari ilmu dari Guru atau Syeikh, hanya copy paste dan membaca dari buku-buku dan sebagainya.


11. Golongan yang mengharamkan bermusafir ke Madinah dengan niat ziarah Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam.


12. Golongan yang membunuh Ummat Islam beramai-ramai di Mekah, Madinah, dan beberapa kawasan di tanah Hijaz (lihat tarikh an-Najdi).


13. Golongan yang meminta bantuan Askar dan Senjata pihak Britain (yang bertapak di tempat Kuwait pada ketika ini) ketika kalah dalam perang ketika mereka ingin menjajah Mekkah dan Madinah.


14. Golongan yang menghancurkan turath (sejarah peninggalan) Ummat Islam di Mekkah dan Madinah. (lihat kawasan pekuburan Jannatul Baqi, Bukit Uhud dan sebagainya).


15.  Golongan yang membenci kaum ahlul bait/keturunan Nabi.


16. Golongan yang bertentangan dengan Ijma para Shohabat, Tabiin, Salaf, Khalaf dan seluruh Ulama ASWAJA.


17. Golongan yang mendakwa akal tidak boleh digunakan dalam dalil syara’, dengan menolak fungsi akal (ayat-ayat Al-Quran menyarankan menggunakan akal).


18. Golongan yang mengejar syuhrah (pangkat, 


nama, promosi, kemasyhuran) dengan menggunakan pemahaman mereka yang salah terhadap Al-Qura’n dan As-Sunnah.


19.  Golongan yang mendhoifkan hadits solat tarawih 20 rakaat. (Albani)


20.  Golongan yang mengharamkan menggunakan Tasbih. (Albani)


21. Golongan yang mengharamkan berpuasa pada hari sabtu walaupun hari Arafah jatuh pada hari tersebut. (Albani)


22.  Golongan yang melecehkan Imam Abu Hanifah R.A. (Albani)


23. Golongan yang mendakwa Allah memenuhi alam ini dan menghina Allah dengan meletakkan anggota pada Allah سبحانه وتعالى.


24. Golongan yang mendakwa Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam tidak hayyan (hidup) di kuburan beliau. (Albani)


25. Golongan yang melarang membaca Sayyidina dan menganggap perbuatan itu bid'ah dholalah/sesat.


26. Golongan yang mengingkari membaca Al-Quran dan membaca talqin pada orang yang meninggal.


27.  Golongan yang melarang membaca shalawat setelah adzan. (Albani)


28. Golongan yang mengatakan Syurga dan Neraka ini fana (tidak akan kekal). (ibn Taimiyyah)


29. Golongan yang mengatakan lafadz talaq tiga tidak jatuh, jika aku talaq kamu dengan talaq tiga. (ibn Taimiyyah).


30. Golongan yang mengisbatkan (menyatakan/menetapkan) tempat bagi Allah. (Ibn Taimiyyah)


31. Golongan yang menggunakan uang rupiah untuk menggerakkan ajaran sesat mereka, membuat tadlis (penipuan dan pengubahan) di dalam kitab-kitab ulama yang tidak sependapat dengan mereka.


32. Golongan yang mengkafirkan orang Islam yang menetap di Palestine sekarang ini. (Albani)


33.  Golongan yang membid’ahkan seluruh ummat Islam.


34. Golongan yang menghukumi syirik terhadap amalan ummat Islam yang tidak sepaham dengan mereka.


35. Golongan yang membawa ajaran tauhid dan tidak pernah belajar ilmu tauhid. (Ibn Taimiyyah)


36. Golongan yang mengatakan bahwa Abu Jahal dan Abu Lahab juga mempunyai tauhid, tidak pernah Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa sallam mengajar begini atau pun para Shohabah R.A. (Muhammad Abdul Wahab)


37. Golongan yang membolehkan memakai lambang salib hanya semata-mata untuk mujamalah/urusan resmi kerajaan, dan hukumnya tidak kufur. (Bin Baz)


38.  Golongan yang membiayai keuangan Askar Kaum Kuffar untuk membunuh Ummat Islam dan melindungi negara mereka. (kerajaan Wahhabi Saudi)


39.  Golongan yang memberi Syarikat-syarikat Yahudi memasuki Tanah Haram. (Kerajaan Wahhabi Saudi)


40.  Golongan yang memecah-belah Ummat Islam dan institusi kekeluargaan.


41.  Golongan yang mengharamkan Maulid dan bacaan-bacaan barzanji, marhaban.


42.  Golongan yang menghalalkan bom bunuh diri atas nama jihad walaupun orang awam kafir yang tidak bersenjata mati. (selain di Palastine)


43. Golongan yang menghalalkan darah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Asy’ariyah dan Maturidiyah. Lihat di Lubnan, Chechnya, Algeria, dan beberapa negara yang lain.


44.  Golongan yang menimbulkan fitnah terhadap Ummat Islam dan menjelek-jelekkan nama baik Islam.


45.  Golongan yang membuat kekacauan di Fathani, Thailand.


46.  Golongan yang sesat menyesatkan rakyat Malaysia.


47.  Golongan yang meninggalkan ajaran dan ilmu-ilmu Ulama ASWAJA yang muktabar.


48.  Golongan yang meninggalkan methodologi ilmu ASWAJA.


49.  Golongan yang minoritas dalam dunia, malah baru kemaren sore seumur jagung.


50.  Golongan yang menuduh orang lain dengan tujuan melarikan diri atau menyembunyikan kesesatan mereka.


51.  Golongan yang jahil, tidak habis mempelajari ilmu-ilmu Agama, tetapi ingin membuat fatwa sesuka hati.


52.  Golongan yang melarang bertaqlid, tetapi mereka lebih bertaqlid kepada mazhab sesat mereka.


53.  Golongan yang secara dzahirnya berjubah, berkopiah, celana di atas tumit, janggut panjang tetapi kelewatan, tidak menghormati ulama, mengutuk para Alim Ulama dan tidak amanah dengan ilmu dan agama Islam.


54.  Golongan yang tidak hujjah dalam ajaran mereka.


55. Golongan yang membawa ajaran sesat Ibn Taimiyyah/Muhamad Ibn Abd Wahab, kedua-dua individu ini telah dicemooh, ditentang, dijawab dan dikafirkan oleh Jumhur Ulama ASWAJA atas dasar akidah mereka yang sesat.


Wallahu a’lam bish-Showab wal hadi ila sabilil 

haq.


*CATATAN INI TIDAK BERMAKSUD MENEBAR KEBENCIAN, NAMUN SEKEDAR BERTUJUAN AGAR LEBIH MENGENAL SAUDARA KITA DARI GOL WAHABY*

Tuesday, July 23, 2024

BAB SHOLAT Part 3.

BAROKAH NGAJI KIYAI SHOLIHIN

TERJEMAAH FATHUL MUIN

BAB SHOLAT

Part 3.


وَيُباَدِرُ بِهِ نَدْبًا اِنْ فَاتَ بِعُذْرٍ ـ كَنَوْمٍ لَم َيتَعَدَّ بِهِ 

وَنِسْياَ ًن كَذَلِك.


Sunah bersegera mengqodlo' sholat yg ditinggalkan ketika sholat tersebut di tinggalkan sebab udzur ، seperti tidur 📝dan lupa📑 yg benar - benar bukan main main / sengaja tidur.

--------------

📝بخلاف ما إذا تعدى، بأن نام في الوقت وظن عدم الاستيقاظ، أو شك فيه، فلا يكون عذرا.


Terkecuali jika tidurnya melampaui batas / dibuat- buat, dengan tidur pada waktu itu dan menyangka tidak akan bangun, atau ragu-ragu dalam hal itu (bisa bangun spa tidak ), maka itu TIDAK menjadi alasan/ UDZUR."


📑 وقوله: ونسيان كذلك أي لم يتعد به، وأما إن تعدى به بأن نشأ عن منهي عنه - كلعب شطرنج مثلا - فلا يكون عذرا.


"Dan perkataannya MUSHONIF: 'Dan LUPA juga demikian ( BISA MENJADI UDZUR ),' yaitu LUPA yang tidak melampaui batas dengannya. Adapun jika LUPA yang melampaui batas / dibuat - buat dengannya, seperti yang timbul dari sesuatu yang dilarang - seperti bermain catur misalnya - maka LUPA itu tidak menjadi alasan / UDZUR"


IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 23

NURUL ILMI.

------------------


(وَيُسَنُّ تَرْتيِْبُهُ) اي الفَاءِتِ فَيَقْضِي الصُّبْحَ قَبْلَ الُّظهْرِ وَهٰكَذَا.

Jika seseorang tertinggal sholat karena suatu UDZUR, maka dalam kewajiban qlodlonya ia (DISUNNAHKAN melakukan sholat sholat yg tertinggal secara berurutan waktunya📒), maka sholat shubuh dikerjakan sebelum dhuhur dan begitu seterusnya. 

----------------

📒واعتمد م ر سنية ترتيب الفوائت مطلقا، فاتت كلها بعذر أو بغيره، أو بعضها بعذر وبعضها بغير عذر.

"Dan Imam Syamsuddin Ar-Romli (w. 1004 H). Ar-Romli berpendapat bahwa sunnah untuk mengerjakan shalat yang terlewat secara berurutan secara mutlak, baik semuanya terlewat karena alasan/ UDZUR atau tidak, atau sebagian karena alasan/UDZUR dan sebagian tanpa alasan/UDZUR."


IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 23

NURUL ILMI.

----------------



 (وَتَقْدِْيمُهُ عَلَي حَاضِرَةٍ لَا يُخَافُ فَوْتُهَا )

ِِاِنْ فَاتَ بِعُذْرٍ ،َوِانْ خَشِيَ فَوْتَ جَمَاعَتِهَا َعلٰۍ الُمعْتَمَدِ .

Disunahkan mendahulukan sholat qodlo📖' atas sholat yg hadir ( ada' ) yg tidak kawatir habisnya waktu sholat yg hadir ( ada' ) jika tertinggalnya karena udzur. Menurut pendapat yg mu'tamad , Bahwa kesunnahan mendahulukan qodlo dari sholat ada' itu tetap berlaku, walaupun khawatir akan ketinggalan berjamaah.

-----------------

📖أي ويسن تقديمه، أي الفائت، لحديث الخندق: أنه - صلى الله عليه وسلم - صلى يوم العصر بعد ما غربت الشمس ثم صلى بعدها المغرب.


"Disunnahkan untuk mendahulukan shalat yang terlewat ( qodlo ), seperti dalam hadis tentang perang Khandaq: bahwa Nabi Muhammad -shallallahu 'alaihi wa sallam- melaksanakan shalat Ashar setelah matahari terbenam, kemudian beliau melaksanakan shalat Maghrib."


IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 23

NURUL ILMI.

------------------


 وَاذَا فَاتَ بلِاَ عُذْرٍ فََيَجِيْبَ تَقْدِيمُهُ عَلَيْهَا

 Jika sholat tersebut ditinggalkan dgn tanpa udzur maka wajib baginya untuk mendahulukan sholat qodlo' atas sholat yg hadir ( ada')


اَمَا اِذَا خاَفَ فَوْتَ الْحَاضِرَة، ِ ِباَنْ يَقَعَ بَعْضُهَا ـ وَاِنْ قَلَّ ـ خاَ رِجَ الْوَقْتِ َفيَلْزَمُهُ اَلبَدْءُ ِبهَا .


Sedangkan apabila ia takut kehilangan waktu untuk sholat hadir (ada')📗 sehingga terlaksana sebagian sholat ada' 📚-walaupun hanya sedikit- diluar waktunya maka wajib baginya mengawali sholat yg hadir/ada', 

---------------

📗قال في النهاية: وتعبيره بالفوات يقتضي استحباب الترتيب أيضا إذا أمكنه إدراك ركعة من الحاضرة لأنها لم تفت.

"Mushonif berkata pada kitab An Nihayah: dan ungkapannya "dengan 'sholat - sholat yang terlewat' juga menyiratkan disunnahkannya (disukainya) untuk melakukan shalat dengan urutan (tertentu) jika dia bisa mendapatkan satu rakaat dari shalat yang sedang berlangsung karena shalat itu belum terlewat."


📚صورة فوت الحاضرة بوقوع بعضها وإن قل خارج الوقت.

وهو ما جرى عليه ابن حجر، وخلاف ما جرى عليه الرملي كما يعلم من عبارته السابقة.


"Adapun gambaran keterlewatannya shalat yang sedang berlangsung dengan keluarnya sebagian dari waktunya, walaupun sedikit, 

adalah hal yang dianut oleh Ibn Hajar dan berbeda dengan pandangan Ar Ramli, sebagaimana diketahui dari pernyataannya sebelumnya.


والحاصل: إذا علم لو قدم الفائتة يخرج بعض الحاضرة عن الوقت لزمه تقديم الحاضرة عند ابن حجر، لحرمة إخراج بعضها عن الوقت، واستحب له تقديم الفائتة عند م ر، للخروج من خلاف من أوجب الترتيب.


👉Kesimpulannya: Jika diketahui bahwa jika mendahulukan shalat yang terlewat akan menyebabkan sebagian dari shalat yang sedang berlangsung ( ada ) keluar dari waktunya, maka wajib mendahulukan shalat yang sedang berlangsung ( ada ) menurut Ibn Hajar, karena haram mengeluarkan sebagian darinya dari waktu. Sementara menurut Ramli, dianjurkan mendahulukan shalat yang terlewat untuk keluar dari perbedaan pendapat tentang wajibnya urutan."👈


IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 23

NURUL ILMI.

-----------------


وَيجِبُ َتْقِديْمُ مَافاَتَ بِغَيْرِ عُذْرٍ عَلۍَ ماَ فاَتَ ِبعُذْر.ٍ

وَاِنْ فَقِدَ التَّرْتِيْبُ✅


 Wajib mendahulukan qodlo sholat yang tertinggal tanpa ada udzur atas qodlo sholat yg tertinggal sebab suatu udzur . Walaupun menyebabkab tidak tertib waktunya.

. لِاَنَّهُ سُنَّةٌ والِبدَارُ وَاجِبٌ.

Karena tertib 📗 itu sunnah, sedang bersegera itu wajib📌

-----------------

✅يفيد فيمن فاته الظهر والعصر بعذر، والمغرب والعشاء بغير عذر، وجوب تقديم الأخيرين عليهما.


Ini menunjukkan bahwa bagi seseorang yang telah melewatkan shalat Zuhur dan Ashar KARENA UDZUR, serta shalat Maghrib dan Isya TANPA UDZUR, wajib mendahulukan dua shalat yang terakhir tersebut (Maghrib dan Isya) atas dua shalat yang pertama (Zuhur dan Ashar)."


📗وهو مخالف لما مشی عليه الرملي من استحباب تقديم الاول فالاول مطلقا


Berbeda dgn Imam Romli yg tetap menghukumi sunah untuk menertibkan secara mutlak.


📌القائل باستحباب مطلقا يقول الترتيب المطلوب لاينافي البدار لانه مشتغل بالعبادة وغير مقصر.


Ulama yg tetap mnghukumi sunah tartib beralasan bahwa tartib merupakan hal yg dianjurkan yg tdk 

Meniadakan hukum Bersegera sebab dirinya tersibukkan dgn ibadah dan tdk ceroboh.


IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 24

NURUL ILMI.

-------------


 َويُنْدَبُ تاَءْ خِيْرُ الَّروَاِتبِ عَنِ الَفوَاِئتِ بِعُذرٍ َويَجِبُ تاَءْخِيْرُهَا عَنِ الَفوَاِئتِ بِغَيِْر ُعذْرٍ


Sunnah membelakangkan sholat Rowatib sesudah qodlo' sholat yg tertinggal sebab udzur, dan wajib membelakangkan sholat Rowatib sesudah qodlo kl sholat yg tertinggal itu tanpa udzur. 


MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI

SEMOGA BERMANFAAT

Monday, July 22, 2024

SUARA PEREMPUAN SEBAGAI MUBALLIGHOH, BAGAIMANAKAH?

 PEREMPUAN SEBAGAI MUBALLIGHOH



Deskripsi Masalah :

Perubahan zaman, budaya dan peradaban membawa banyak penilaian dan pemikiran baru seperti emansipasi wanita. Banyak orang perempuan mengembangkan karirnya tidak kalah saing dengan orang laki-laki bukan hanya di bidang perekonomian dan kebudayaan saja, lebih dari itu banyak kita jumpai seorang perempuan tampil sebagai Muballighoh, nara sumber dalam seminar - seminar dan lain sebagainya, yang juga menggunakan media elektronik yang pengunjung dan penggemarnya campuran antara kaum laki-laki dan perempuan.



Pertanyaan :

1. Bagaimana hukum seorang perempuan tampil sebagai muballighoh dalam pengajian umum yang pengunjungnya laki-laki dan perempuan?



Jawaban :

1. Boleh, selama tidak takut akan menimbulkan fitnah seperti (ada gerakan – suara yang bisa membangkitkan birahi )



Referensi :

الموسوعة الفقهية الجزء العشرون ص: 330 

 

<h3>والدعوة إلى الله مكلف بها كل مسلم ومسلمة على سبيل الوجوب الكفائي أو العيني فليست خاصة بالعلماء الذين بلغوا في العلم المراتب العالية وإنما ينبغي أن يكون الداعي عالما بما يدعو إليه &ndash; إلى أن قال &ndash; شروط الداعية : يشترط في الداعية أن يكون مكلفا (أي مسلما عاقلا بالغا) وأن يكون عالما عادلا ولا خلاف في أن المرأة مكلفة بالدعوة مشاركة للرجل فيها</h3> 

 

فتاوي الامام عبد الحليم محمود ج 2 ص 188-189 

 

المراة شأنها شأن الرجل كل منهما يصلح ان يكون مفتيا في امور الدين في اي عصر من العصور ما دام كل منهما قد تسلح بالعلوم التي تؤهله لان يكون متبعا ومعلما لتلك العلوم بل من كان عالما بمسئلة من مسائل الدين وسئل فيها عليه ان يفتي ويجيب من سأله واننا اذا ذكرنا ضرورة تسلحها بسلاح العلم فنذكر انه لا بد من شرط اخر وهو مواجهتها للمجتمع في زي شرعي بحيث تكون ساترة لعورتها غير مظهرة لزينتها وان يوجد ما يحول بينها وبين ما يؤدي الى الفتنة بها وكانت عائشة تسدل الحجاب بينها وبين من يسئلها. وبما ذكرنا من صلاحية المرأة للفتوى في امور الدين اذا كانت متسلحة بسلاح العلم يتبين لنا الغرض من انشاء كلية البنات الاسلامية . 

 

مغني المحتاج ج: 3 ص: 132 

 

و الأصح جواز نظر المرأة البالغة الأجنبية إلى بدن رجل أجنبي سوى ما بين سرته وركبته إن لم تخف فتنة ولا نظرت بشهوة لما في الصحيحين عن عائشة رضي الله تعالى عنها أنها نظرت إلى الحبشة وهم يلعبون في المسجد ولأن ما سوى ما بينهما ليس بعورة منه في الصلاة 

 

الفتوحات الإلهية ج 3 ص 291  

 

سورة النور أية 31 : ( وقل للمؤمنات يغضضن من أبصارهن ) عما لا يحل لهن نظره ( ويحفظن فروجهن ) عما لا يحل لهن فعله بها ( ولا يبدين ) يظهرن ( زينتهن الا ما ظهر منها ) وهو الوجه والكفان فيجوز نظره لأجنبي ان لم يخف فتنة في احد وجهين والثاني يحرم لأنه مظنة الفتنة 

 

إعانة الطالبين ج: 3 ص: 260 

 

<h3>وليس من العورة صوت المرأة والأمرد فيحل سماعه ما لم تخش فتنة أو يلتذ به وإلا حرم قوله فلا يحرم سماعه أي الصوت وقوله إلا إن خشي منه فتنة أو التذ به أي فإنه يحرم سماعه أي ولو بنحو القرآن ومن الصوت الزغاري

BAB SHOLAT PART 4

 TERJEMAH KITAB NIHAYATUZZAEN



BAB SHOLAT 

PART 4

    

(ويبادر بفائت) من فرض صَلَاة أَو غَيرهَا مَتى تذكره وجوبا إِن فَاتَ بِغَيْر عذر تعجيلا لبراءة الذِّمَّة،

("Dan ia segera mengganti/Mengqodlo kewajiban sholat yang terlewat), baik Kewajiban shalat atau yang lainnya, segera setelah ia mengingatnya, dengan kewajiban menggantinya jika terlewat tanpa ALASAN / UDZUR, untuk segera melepaskan tanggungannya."


 فَلَا يجوز لغير الْمَعْذُور أَن يصرف زَمنا فِي غير قَضَائِهِ كالتطوع وَفرض الْكِفَايَة وَفرض عين موسع إِلَّا فِيمَا يضْطَر إِلَيْهِ ، 

 

 "Maka tidak diperbolehkan bagi orang yang tidak mempunyai UDZUR ( 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠ℎ𝑜𝑙𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙𝑘𝑎𝑛 ) untuk menghabiskan waktu dalam hal lain selain untuk menqadha ( 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 ), seperti melakukan ibadah sunnah, fardhu kifayah, dan fardhu ain yang waktunya luas, kecuali dalam hal-hal yang mendesak."

 

TERMASUK UDZUR SHOLAT


كالنوم وَتَحْصِيل مُؤنَة من تلْزمهُ مُؤْنَته ، وكالصور المستثناة من وُجُوبهَا الْفَوْرِيَّة ، وَهِي مسَائِل :


"Seperti TIDUR dan mencari nafkah bagi orang yang wajib menafkahinya, serta seperti keadaan-keadaan yang dikecualikan dari kewajiban segera, yaitu BEBERAPA PERMASALAHAN"


  مِنْهَا مَا إِذا خَافَ فَوت أَدَاء حَاضِرَة بِأَن علم أَنه لَو اشْتغل بِقَضَاء الْفَائِتَة لم يدْرك من وَقت الْحَاضِرَة مَا يسع رَكْعَة ,

  

✅ "Di antara BEBERAPA MASALAH adalah ketika ia khawatir kehilangan waktu shalat yang sedang berlangsung, yaitu mengetahui bahwa jika ia sibuk menqadha shalat yang terlewat, maka ia tidak akan mendapatkan waktu yang cukup untuk menunaikan satu rakaat dari shalat yang sedang berlangsung,"


 فَيبْدَأ بالحاضرة وجوبا .ۢ وَخرج بفوت أَدَاء الْحَاضِرَة فَوت جماعتها , فَإِذا خَافَ فَوتهَا بَدَأَ بِالْقضَاءِ .

 

 "Maka ia wajib memulai dengan shalat yang sedang berlangsung. Pengecualian dari kehilangan waktu shalat yang sedang berlangsung adalah kehilangan shalat berjemaah. Maka Jika ia khawatir kehilangan shalat berjemaah, maka ia harus memulai dengan shalat QODLO."


وَظَاهر هَذَا أَنه يبْدَأ بالفائتة وَلَو بِعُذْر, وَأَنه لَا فرق بَين أَن يَرْجُو جمَاعَة غير هَذِه أَو لَا.


"Dan yang tampak dari hal ini adalah bahwa ia harus memulai dengan shalat yang terlewat meskipun dengan UDZUR dan tidak ada perbedaan antara apakah ia berharap mendapatkan jamaah yang lain atau tidak."


وَمِنْهَا مَا إِذا لم يُوجد إِلَّا ثوب وَاحِد فِي رفْقَة عُرَاة, أَو ازدحموا على بِئْر , أَو مَكَان للصَّلَاة فَلَا يقْضِي حَتَّى تَنْتَهِي النّوبَة إِلَيْهِ.


✅"Di antara BEBERAPA MASALAH adalah ketika hanya ada satu pakaian dalam rombongan yang semuanya tidak berpakaian, atau mereka berdesakan di sumur atau tempat shalat, maka ia tidak menqadha sampai tiba gilirannya."


وَمِنْهَا فَاقِد الطهُورَيْنِ إِذا صلى لحُرْمَة الْوَقْت , ثمَّ وجد خَارج الْوَقْت تُرَابا لَا يسْقط بِهِ الْفَرْض , 


✅"Di antara BEBERAPA MASALAH adalah orang yang tidak memiliki dua alat bersuci ( AIR DAN DEBU ) yang shalat karena menghormati waktu (لحرمة الوقت), kemudian menemukan DEBU setelah waktu shalat habis, maka hal itu tidak menggugurkan kewajibannya.


 كَأَن كَانَ بِمحل يغلب فِيهِ وجود المَاء فَلَا يقْضِي بِهِ إِذْ لَا فَائِدَة فِيهِ. 


 Misalnya, jika ia berada di tempat yang biasanya tersedia air, maka ia tidak menqadha dengan debu karena tidak ada manfaatnya."


وَمِنْهَا مَا إِذا وجد غريقا يجب إنقاذه فَيحرم اشْتِغَاله بِالْقضَاءِ ,ۢ ويبادر بفائت اسْتِحْبَابا مسارعة لبراءة ذمَّته إِن فَاتَ بِعُذْر ,


✅"Di antara BEBERAPA MASALAH adalah jika ia menemukan seseorang yang tenggelam dan harus diselamatkan, maka haram baginya untuk sibuk dengan menqadha shalat. Ia harus segera menunaikan shalat yang terlewat sebagai ANJURAN /SUNNAH untuk membersihkan kewajibannya jika shalat tersebut terlewat karena UDZUR.



TERMASUK UDZUR SHOLAT ADALAH TIDUR 


فَإِن وجوب قَضَائِهِ على التَّرَاخِي والعذر كنوم لم يَتَعَدَّ بِهِ بِأَن كَانَ قبل دُخُول الْوَقْت أَو فِيهِ ووثق بيقظته قبل خُرُوجه بِحَيْثُ يدْرك الصَّلَاة فِيهِ,


 Jika kewajiban qadha shalat atas dasar menunggu / MENUNDA-NUNDA sholat, dan karena UDZUR seperti TIDUR yang tidak melampaui waktu shalat, atau jika ia yakin akan bangun sebelum waktu shalat berakhir sehingga ia dapat menunaikan shalat dalam waktu tersebut,"


  فَإِن كَانَ مُتَعَدِّيا بِهِ : كَأَن نَام بعد دُخُوله وَلم يَثِق بيقظته فِيهِ وَجب الْقَضَاء فَوْرًا ,

  

"Jika seseorang TERTIDUR setelah masuk waktu shalat dan tidak yakin akan bangun tepat waktu, maka wajib untuk mengqadha shalat tersebut segera setelah terbangun. 

----------------

👉Jika seseorang tidur dengan melampaui batasan yang dibenarkan (muta'addi), misalnya setelah memasuki waktu shalat dan dia tidur tanpa memastikan bahwa dia akan bangun tepat waktu untuk melaksanakan shalat, maka dalam hal ini, dia wajib mengqadha (mengganti) shalat yang terlewat segera setelah dia bangun.👈

----------------


 وَحَيْثُ لم يكن مُتَعَدِّيا بِالنَّوْمِ واستيقظ من نَومه وَقد بَقِي من وَقت الْفَرِيضَة مَا لَا يسع إِلَّا الْوضُوء أَو بعضه فَحكمه حكم مَا فَاتَهُ بِعُذْر فَلَا يجب قَضَاؤُهَا فَوْرًا.

  

Namun, jika ia tidak TERTIDUR secara berlebihan dan terbangun dengan masih tersisa waktu untuk shalat yang tidak cukup untuk melakukan seluruh wudhu atau sebagian wudhu, maka hukum shalatnya seperti hukum yang tertinggal karena UDZUR. Dalam hal ini, tidak wajib untuk mengqadha shalat tersebut segera."


TERMASUK UDZUR SHOLAT


وَمن الْأَعْذَار نِسْيَان لم ينشأ عَن تَقْصِير فَإِن كَانَ عَن تَقْصِير كاشتغال بلعب فَلَيْسَ عذرا واشتغال بِمَا يلْزمه تَقْدِيمه على الصَّلَاة كدفع صائل وتقضي الْجُمُعَة ظهرا


"Di antara UDZUR adalah LUPA yang tidak disebabkan oleh kelalaian. Namun, jika lupa tersebut disebabkan oleh kelalaian seperti terlalu sibuk bermain, maka itu bukanlah udzur. Begitu pula, jika seseorang sibuk dengan sesuatu yang seharusnya didahulukan sebelum shalat, seperti menghadapi ancaman orang berbuat jahat atau melakukan shalat Jumat yang harus diganti /DIQODLO dengan shalat Dzuhur, maka ini juga bukan UDZUR."


DISUNNAHKAN MENGQODLO SHOLAT SUNNAH


وَينْدب قَضَاء النَّوَافِل المؤقتة دون النَّفْل الْمُطلق وَذي السَّبَب وَلَو كَانَ عَلَيْهِ فوائت لَا يعلم عَددهَا قضى مَا تحقق تَركه , 


Dan dianjurkan / SUNNAHKAN untuk mengqadha shalat-shalat SUNNAH MUAQATTAH ( 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑛𝑦𝑎), selain shalat sunnah mutlak dan yang memiliki sebab, meskipun seseorang memiliki hutang shalat sunnah yang banyak dan tidak tahu jumlahnya.Ia harus mengqadha apa yang yakin ditinggalkannya, 


فَلَا يقْضِي الْمَشْكُوك فِيهِ على مَا قَالَه الْقفال.


 Maka tidak mengqodloni sholat yang diragukan jumlahnya sebagaimana perkataan Imam Qaffal.

 

 وَالْمُعْتَمد مَا قَالَه القَاضِي حُسَيْن أَنه يقْضِي مَا زَاد على مَا تحقق فعله فَيَقْضِي مَا ذكر 

 

Namun, pendapat yang MU,TAMAD /diandalkan adalah yang dikatakan oleh al-Qadhi Husain bahwa ia harus mengqadha lebih dari apa yang yakin telah dilakukannya, sehingga ia mengqadha apa yang diingatnya.


(وَيسن ترتيبه) أَي الْفَائِت فِي الْقَضَاء على تَرْتِيب أَوْقَات الْفَوَائِت وأيامها خُرُوجًا من خلاف من أوجبه .


(DI SUNNAHKAN mengqadha shalat yang tertinggal), yaitu mengqadha shalat yang tertinggal dengan mengikuti URUTAN WAKTU dan hari shalat yang ditinggalkan, untuk keluar dari perbedaan pendapat mereka yang MEWAJIBKANNYA. 


 فَيبْدَأ بالفائت أَولا وَلَو بِعُذْر وَيُؤَخر عَنهُ الْفَائِت ثَانِيًا وَلَو بِلَا عذر. فَلَو فَاتَهُ ظهر هَذَا الْيَوْم مثلا بِعُذْر وعصره بِلَا عذر قدم فِي الْقَضَاء الظّهْر مُرَاعَاة للتَّرْتِيب.

 

Maka, ia memulai dengan shalat yang tertinggal terlebih dahulu, meskipun dengan alasan / UDZUR, dan mengakhirkan shalat yang tertinggal kemudian meskipun tanpa alasan/ UDZUR. 

Sebagai contoh, jika seseorang tertinggal shalat Zuhur pada hari ini dengan alasan/UDZUR, dan tertinggal shalat Ashar tanpa alasan/UDZUR, maka dalam mengqadha, ia harus mendahulukan shalat Zuhur sebagai bentuk pemeliharaan urutan.


وَفهم من هَذَا الْمِثَال أَنه لَو فَاتَهُ عصر الأمس وَظهر الْيَوْم قدم فِي الْقَضَاء عصر الأمس على ظهر الْيَوْم مُرَاعَاة للتَّرْتِيب 

"Dan dapat dipahami dari contoh ini bahwa jika seseorang tertinggal shalat Ashar kemarin dan shalat Zuhur ( 𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 ) hari ini, maka dia harus mendahulukan shalat Ashar kemarin dalam qadla sebelum melaksanakan shalat Zuhur ( 𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 ) hari ini untuk menjaga urutan .


(و) يسن (تَقْدِيمه) أَي الْفَائِت (على حَاضِرَة) على تَفْصِيل فِي ذَلِك.


(Dan) dianjurkan/SUNNAHKAN (untuk mendahulukannya), yaitu shalat yang terlewat (daripada shalat yang sedang berlangsung / ada') berdasarkan rincian dalam hal itu."


حَاصله أَنه إِن كَانَ يعلم أَنه بعد فَرَاغه من الْفَائِتَة يدْرك الْحَاضِرَة كلهَا فِي الْوَقْت بَدَأَ بالفائتة وجوبا إِن فَاتَتْهُ بِلَا عذر وندبا إِن فَاتَتْهُ بِعُذْر. 


"Hasilnya adalah bahwa jika dia tahu setelah menyelesaikan shalat yang terlewat, dia dapat melaksanakan seluruh shalat yang sedang berlangsung pada waktunya, maka dia harus memulai dengan shalat yang terlewat secara wajib jika terlewat tanpa alasan/UDZUR, dan secara sunah jika terlewat dengan alasan/UDZUR. 


 وَإِن كَانَ يعلم أَنه بعد فَرَاغه مِنْهَا لَا يدْرك من الْحَاضِرَة إِلَّا رَكْعَة فِي الْوَقْت بَدَأَ بالفائتة ندبا مُطلقًا


Dan jika dia tahu setelah menyelesaikan shalat yang terlewat, dia hanya akan mendapatkan satu rakaat dari shalat yang sedang berlangsung/ ada an pada waktunya, maka dia harus memulai dengan shalat yang terlewat secara sunah dalam segala kondisi."



MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI

SEMOGA BERMANFAAT

Sunday, July 21, 2024

RAHASIA DZIKIR MENGGUNAKAN TASBIH KAYU


RAHASIA DZIKIR MENGGUNAKAN TASBIH KAYU


“ Jika bertasbih, pakailah tasbih kayu, jangan gunakan tasbih selainnya, terlebih tasbih digital. Karena tasbih kayu yang sering kita gunakan untuk berdzikir, kelak diyaumil mahsyar, ia akan berubah menjadi pohon yang akan menaungi pengguna nya, sehingga tidak terlalu merasakan panas di hari dimana matahari berjarak sejengkal diatas kepala ”

(Nasehat Hubabah Waliyyah binti Salim AlHamid)

Rahasia Bertasbih Menggunakan Tasbih Kayu Oleh Al-'Allāmah Syaikh Dr 'Alī Jumu'ah ﺣﻔﻈﻪ ﺍﻟﻠﻪ - Mufti Mesir :

ﺍﺳﺘﺤﺴﻦ ﺍﻟﻤﺸﺎﻳﺦ ﺃﻥ ﻳﺬﻛﺮ ﺍﻟﺬﺍﻛﺮ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﻣﻊ ﺍﻟﻜﻮﻥ ؛ ﻷﻥ ﻋﻘﻴﺪﺓ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﺃﻥ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻜﻮﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﺣﻮﻟﻨﺎ ﻳﺬﻛﺮ ﺭﺑﻨﺎ ﺫﻛﺮ ﺣﺎﻝ ،

Para Masyāyikh (syaikh-syaikh) menganggap baik (menggalakkan) agar berzikir si penzikir akan zikir beserta (dengan menggunakan) Al-Kaun (Alam/Makhluq) ; kerana ‘aqīdah Muslim, sesungguhnya Al-Kaun yang wujud disekililing kita itu berzikir (mengingati) Tuhan kita (Allāh) secara Zikir Ḥāl.

ﻭﺃﻫﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺪ ﺳﻤﻌﻮﺍ ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ ﺗُﺴﺒّﺢ ﺫﻛﺮ ﻣﻘﺎﻝ ،

Sesungguhnya (ada dikalangan) Para Ahlullāh (wali-wali Allāh) mereka telah mendengar alam/mahkhlūq itu berzikir secara maqāl (zikir dalam bentuk sebutan/lafaz).

ﺳﻤﻌﻮﻫﺎ ﻭﻳُﻤﻴّﺰﻭﻥ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﺨﺸﺐ ﻋﻦ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﺮﺧﺎﻡ ﻋﻦ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﺴﺠﺎﺩ ﻋﻦ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﺤﺪﻳﺪ .

Mereka telah mendengar alam/makhlūq itu (berzikir), dan mereka (telah dapat) membezakan (diantara) zikir tasbih kayu berbanding zikir tasbih batu marmar, berbanding zikir tasbih makhlūq yang hidup melata, berbanding zikir tasbīh besi.

ﻭﻳﺪﻋﻮﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻥ ﻳﻐﻠﻖ ﻋﻨﻬﻢ ﻫﺬﺍ، ﻷﻥ ﺗﺪﺍﺧﻞ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺘﺴﺒﻴﺢ ﻳﺘﻌﺒﻬﻢ ﻭﻳﺸﻐﻠﻬﻢ ،

Mereka memohon kepada Allāh Subḥānahu Wa Ta’ālā agar menutup (menghijab) daripada mereka (kurniaan karāmah dapat mendengar alam bertasbīḥ) ini, kerana banyaknya zikir itu (yang mereka dengari) memenatkan dan menyibukkan (jiwa) mereka.

ﻓﺈﺫﺍ ﺍﻧﻜﺸﻒ ﻟﻬﻢ ﻫﺬﺍ ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻻ ﻳُﺤﺒﻮﻥ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﺪﻳﻢ، ﺑﻞ ﻳﺪﻋﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﺄﻥ ﻳُﻐﻠﻖ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻜﺸﻒ ﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﺴﺘﻔﻴﺪﻭﻥ ﻣﻨﻪ ﺷﻴﺌًﺎ ﺇﻻ ﺍﻟﻴﻘﻴﻦ .

Kerana apabila telah tersingkap bagi mereka (segala kurniaan) ini, mereka tidak suka ianya berterusan, bahkan mereka memohon kepada Allāh Subḥānahu Wa Ta’ālā agar ditutup ke atas mereka kasyaf (singkapan) itu yang mereka tidak mendapat manfaat daripadanya sesuatu pun kecuali "Yaqīn".

ﻭﺻﻠﻮﺍ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻴﻘﻴﻦ ﻓﻼ ﺣﺎﺟﺔ ﻟﻬﻢ ﺇﺫﻥ ﻓﻲ ﺍﺳﺘﻤﺮﺍﺭ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺴﻤﺎﻉ ﻷﻧﻪ ﻳﺸﻐﻞ ﻗﻠﺒﻬﻢ ﻋﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ .

(Apabila) mereka telah sampai kepada (darjat) "Yaqīn", maka tidak berhajat (lagi) bagi mereka keizinan di dalam berterusan pendengaran (perkara ghaib) ini, kerana ianya menyibukkan hati mereka daripada Allāh Subḥānahu Wa Ta’ālā.

ﻭﻟﺬﻟﻚ ﺗﺮﺍﻫﻢ ﻳﺤﺒﻮﻥ ﺃﻥ ﻳُﺴﺒِﺤﻮﺍ ﺑﺴﺒﺢ ﻣﻦ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺒﺎﺷﺮﺓً ﻣﻦ ﺍﻟﺰﻳﺘﻮﻥ، ﻣﻦ ﺍﻷﺑﻨﻮﺱ، ﻣﻦ ﺍﻟﻴُﺴﺮ، ﻣﻦ ﺍﻟﻜﻮﻙ .

Oleh yang demikian, kamu akan melihat mereka suka bertasbih dengan menggunakan Tasbih (yang diperbuat) daripada makhlūq Allāh yang asli (bukan daripada bahan campuran) daripada Zaitūn, Abanūs, Yusr, dan Kūk (Koka).

ﻭﺍﻟﻜﻮﻙ ﻧﺒﺎﺕ ﻳﺨﺮﺝ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻳﻜﺎ ﺍﻟﻼﺗﻴﻨﻴﺔ، ﻭﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺪﻭﻝ ﺍﻟﺤﺎﺭﺓ .

Koka adalah tumbuhan yang hidup di Amerika Latin (Amerika Selatan) dan pada sebahagian negara (beriklim) panas.

ﻓﻴﺼﻨﻌﻮﻥ ﻣﻨﻪ ﺳﺒﺤًﺎ ﻭﻫﻜﺬﺍ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﺤﺒﻮﻥ ﺃﻥ ﻳﺬﻛﺮﻭﺍ ﺑﺘﻠﻚ ﺍﻷﺧﺸﺎﺏ ﻭﺍﻷﺣﺠﺎﺭ ﻭﺍﻟﺜﻤﺎﺭ، ﺍﻟﺪﻭﻡ، ﺍﻟﺒﺄﺱ .

Maka mereka membuat Tasbih daripada kayu itu, dan sedemikian mereka suka berzikir dengan (menggunakan) kayu-kayu, batu-batu, buah-buah, dan pohon itu.

ﻷﻧﻬﻢ ﻳﺘﻌﺎﻣﻠﻮﻥ ﻣﻊ ﺍﻟﻜﻮﻥ ﻭﺍﻟﻜﻮﻥ ﻳﺬﻛﺮ .

Kerana mereka (ingin) saling bermu’āmalah (berinteraksi) bersama Al-Kaun, dan Al-Kaun itu berzikir (mengingati Allāh).

ﺍﻵﻥ ﻧﺮﻯ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻳﺄﺗﻲ ﺑﺎﻟﻌﺪﺍﺩ ﺍﻷﻭﺗﻮﻣﺎﺗﻴﻜﻲ ﻭﻳﺠﻠﺲ ﻭﻛﺄﻧﻪ ﻓﻲ ﻣﺒﺎﺭﺍﺓ ﺍﻟﻜﺮﺓ ﻳﺬﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ، ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻮﺭﺓ ﻻ ﺑﺄﺱ .

Pada hari ini kita melihat sebahagian daripada mereka (orang ramai) (berzikir) dengan menggunakan pembilang automatik dan dia duduk (berzikir), dan seolah-olah dia (sedang) di dalam perlawanan bola berzikir kepada Allāh, pada gambaran zahir ianya (berzikir menggunakan alatan moden itu) tidak mengapa (harus).

HUKUM MENGGUNAKAN GELANG TASBIH UNTUK BERDZIKIR

 _*✨🛑 HUKUM MENGGUNAKAN GELANG TASBIH UNTUK BERDZIKIR*_



_⏹️Biji tasbih diperjual belikan di pasar karena memang digunakan umat Islam untuk berdzikir dan memuji Allah SWT._


_Sedangkan sebagian orang menganggap tindakan demikian tidak berdasar pada sumber agama Islam._ 


_Apakah pandangan demikian benar?_


_Pemakaian gelang tasbih untuk menghitung dzikir baik tasbih, tahmid, takbir, tahlil, shalawat, maupun lafadh dzikir lainnya dapat ditemukan pada beberapa riwayat hadits._ 


_Berikut ini adalah salah satu hadits riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi yang mengisahkan perjumpaan Rasulullah Shallallahu alayhi wa sallam dan seorang sahabat perempuan yang menggunakan kerikil untuk menghitung dzikirnya._


⏺️ وروينا في"سنن أبي داود والترمذي" عن سعد بن أبي وقاص رضي الله عنه: أنه دخل مع رسول الله صلى الله عليه وسلم على امرأة وبين يديها نوى أو حصى تسبح به.


فقال: "ألا أخبرك بما هو أيسر عليك من هذا أو أفضل؟ 


فقال سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي السَّمَاءِ، سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي الأَرْضِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا بَيْنَ ذَلِكَ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا هُوَ خَالِقٌ، والله أكبر مثل ذلك، والحمد لله مثل ذلك، ولا إله إلا الله مثل ذلك، ولا حول ولا قوة إلا بالله مثل ذلك" .

(قال الترمذي: حديث حسن )


_⏺️Artinya: Diriwayatkan di Sunan Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Sa’ad bin Abi Waqash RA, suatu hari Beliau bersama Rasulullah Shallallahu alayhi wa sallam menemui seorang perempuan. Di hadapannya terdapat biji kurma atau kerikil yang dipakai bertasbih._


_"Maukah kau kuberi tahu yang lebih mudah atau lebih utama bagimu daripada ini semua?" Tanya Rasulullah menyapa perempuan tersebut."_


سبحان الله عددما خلق في السماء، سبحان الله عددما خلق في الارض، وسبحان الله عددما بين ذلك، سبحان الله عددما هو خالق، والحمد لله مثل ذلك ولا اله الاالله مثل ذلك.


_"Subhānallāhi ‘adada mā khalaqa fis samā’i, subhānallāhi ‘adada mā khalaqa fil ardhi, wa subhānallāhi ‘adada mā bayna dzālika, subhānallāhi ‘adada mā huwa khāliqun, walhamdulillāhi mitslu dzalika, wa lā ilāha illallāhu mitslu dzālika". Kata Nabi._ _(Imam At-Tirmidzi mengatakan, ini hadits hasan shahih)._


_Syekh Muhammad bin ‘Alan As-Shiddiqi dalam Syarah Kitab Al-Adzkar menjelaskan panjang lebar hadits yang dikutip Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar itu._ 


_Syekh Ibnu Alan As-Shiddiqi membantah pendapat yang menyatakan bahwa pemakaian gelang tasbih mengandung bid'ah yang tidak bersumber pada ajaran Islam._


_Menurutnya, pemakaian gelang tasbih merupakan sunnah berdasarkan taqrir Nabi Muhammad Shallallahu alayhi wa sallam:_


⏺️ فقال في حديث سعد السابق وهذا أصل صحيح بتجويز السبحة بتقريره صلى الله عليه وسلم.


_⏺️Artinya: Ia berkata: "Dalam hadits terdahulu sahabat Sa’ad, ini menjadi dasar Shahih atas kebolehan penggunaan biji tasbih berdasarkan ketetapan Nabi Muhammad Shallallahu alayhi wa sallam"._

_📚(Syekh Muhammad bin ‘Alan As-Shiddiqi, Al-Futuhatur Rabbaniyyah alal Adzkarin Nawawiyyah, [Beirut, Daru Ihya’it Turats Al-Arabi: tanpa keterangan tahun], juz I halaman 252)._ 


_Syekh Ibnu Alan As-Shiddiqi hanya saja memberikan catatan terkait keutamaan pemakaian gelang tasbih._ 


_Menurutnya: Jumlah dzikir yang sedikit cukup dihitung pakai jari._ 


_Sedangkan dzikir yang banyak dapat dihitung dengan gelang tasbih, tasbih digital, atau alat bantu hitung lainnya._


_Prinsipnya, konsentrasi dzikir tetap terjaga._


 ⏺️ وحاصل ذلك أن استعمالها في اعداد الأذكار الكثيرة التي يلهى الاشتغال بها عن التوجه للذكر أفضل من العقد بالانامل ونحوه، والعقد بالانامل فيما لا يحصل فيه ذلك سيما عقب الصلاة ونحوها أفضل


_⏺️Artinya: “Simpulannya, yaitu bahwa penggunaan gelang tasbih untuk menghitung zikir yang banyak yang dapat melalaikannya karena banyaknya dari konsentrasi dzikir lebih utama daripada menghitungnya dengan jari atau sejenisna._


_Penghitungan dzikir dengan jari tangan pada jumlah (terbatas) yang tidak menghasilkan kelalaian terutama dzikir setelah shalat dan sejenisnya lebih utama"._

📚 (Ibnu ‘Alan, Al-Futuhat: I/252). 


_Demikian jawaban singkat kami, semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari Para pembaca._

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes