Sunday, June 30, 2024
Saturday, June 29, 2024
HUKUM MEROKOK
Hukum merokok
- Pertama ; hukum merokok adalah mubah atau boleh karena rokok dipandang tidak membawa mudarat. Secara tegas dapat dinyatakan, bahwa hakikat rokok bukanlah benda yang memabukkan.
- Kedua ; hukum merokok adalah makruh karena rokok membawa mudarat relatif kecil yang tidak signifikan untuk dijadikan dasar hukum haram.
- Ketiga; hukum merokok adalah haram karena rokok secara mutlak dipandang membawa banyak mudarat. Berdasarkan informasi mengenai hasil penelitian medis, bahwa rokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dalam, seperti kanker, paru-paru, jantung dan lainnya setelah sekian lama membiasakannya. Tiga pendapat di atas dapat berlaku secara general, dalam arti mubah, makruh dan haram itu bagi siapa pun orangnya. Namun bisa jadi tiga macam hukum tersebut berlaku secara personal, dengan pengertian setiap person akan terkena hukum yang berbeda sesuai dengan apa yang diakibatkannya, baik terkait kondisi personnya atau kwantitas yang dikonsumsinya.
Tiga tingkatan hukum merokok tersebut, baik bersifat general maupun personal terangkum dalam paparan panjang 'Abdur Rahman ibn Muhammad ibn Husain ibn 'Umar al-masyhur Ba'alawiy di dalam Bughyatul Mustarsyidin (hal.260) yang sepotong teksnya sebagai berikut:
لم يرد في التنباك حديث عنه ولا أثر عن أحد من السلف، ....... والذي يظهر أنه إن عرض له ما يحرمه بالنسبة لمن يضره في عقله أو بدنه فحرام، كما يحرم العسل على المحرور والطين لمن يضره، وقد يعرض له ما يبيحه بل يصيره مسنوناً، كما إذا استعمل للتداوي بقول ثقة أو تجربة نفسه بأنه دواء للعلة التي شرب لها، كالتداوي بالنجاسة غير صرف الخمر، وحيث خلا عن تلك العوارض فهو مكروه، إذ الخلاف القوي في الحرمة يفيد الكراهة.
Artinya:
Tidak ada hadits mengenai tembakau dan tidak ada atsar (ucapan dan tindakan) dari seorang pun di antara para shahabat Nabi SAW. … Jelasnya, jika terdapat unsur-unsur yang membawa mudarat bagi seseorang pada akal atau badannya, maka hukumnya adalah haram sebagaimana madu itu haram bagi orang yang sedang sakit demam, dan lumpur itu haram bila membawa mudarat bagi seseorang. Namun kadangkala terdapat unsur-unsur yang mubah tetapi berubah menjadi sunnah sebagaimana bila sesuatu yang mubah itu dimaksudkan untuk pengobatan berdasarkan keterangan terpercaya atau pengalaman dirinya bahwa sesuatu itu dapat menjadi obat untuk penyakit yang diderita sebagaimana berobat dengan benda najis selain khamr. Sekiranya terbebas dari unsur-unsur haram dan mubah, maka hukumnya makruh karena bila terdapat unsur-unsur yang bertolak belakang dengan unsur-unsur haram itu dapat difahami makruh hukumnya.
Senada dengan sepotong paparan di atas, apa yang telah diuraikan oleh Mahmud Syaltut di dalam Al-Fatawa (hal.383-384) dengan sepenggal teks sebagai berikut:
إن التبغ ..... فحكم بعضهم بحله نظرا إلى أنه ليس مسكرا ولا من شأنه أن يسكر ونظرا إلى أنه ليس ضارا لكل من يتناوله, والأصل في مثله أن يكون حلالا ولكن تطرأ فيه الحرمة بالنسبة فقط لمن يضره ويتأثر به. .... وحكم بعض أخر بحرمته أوكراهته نظرا إلى ما عرف عنه من أنه يحدث ضعفا فى صحة شاربه يفقده شهوة الطعام ويعرض أجهزته الحيوية أو أكثرها للخلل والإضطراب.
Artinya:
Tentang tembakau … sebagian ulama menghukumi halal karena memandang bahwasanya tembakau tidaklah memabukkan, dan hakikatnya bukanlah benda yang memabukkan, disamping itu juga tidak membawa mudarat bagi setiap orang yang mengkonsumsi. ...Pada dasarnya semisal tembakau adalah halal, tetapi bisa jadi haram bagi orang yang memungkinkan terkena mudarat dan dampak negatifnya. Sedangkan sebagian ulama' lainnya menghukumi haram atau makruh karena memandang tembakau dapat mengurangi kesehatan, nafsu makan, dan menyebabkan organ-organ penting terjadi infeksi serta kurang stabil.
Demikian pula apa yang telah dijelaskan oleh Prof Dr Wahbah Az-Zuhailiy di dalam Al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuh (Cet. III, Jilid 6, hal. 166-167) dengan sepotong teks, sebagai berikut:
القهوة والدخان: سئل صاحب العباب الشافعي عن القهوة، فأجاب: للوسائل حكم المقاصد فإن قصدت للإعانة على قربة كانت قربة أو مباح فمباحة أو مكروه فمكروهة أو حرام فمحرمة وأيده بعض الحنابلة على هذا التفضيل. وقال الشيخ مرعي بن يوسف الحنبلي صاحب غاية المنتهى: ويتجه حل شرب الدخان والقهوة والأولى لكل ذي مروءة تركهما.
Artinya :
Masalah kopi dan rokok; penyusun kitab Al-'Ubab dari madzhab Asy-Syafi'i ditanya mengenai kopi, lalu ia menjawab: (Kopi itu sarana) hukum, setiap sarana itu sesuai dengan tujuannnya. Jika sarana itu dimaksudkan untuk ibadah maka menjadi ibadah, untuk yang mubah maka menjadi mubah, untuk yang makruh maka menjadi makruh, atau haram maka menjadi haram. Hal ini dikuatkan oleh sebagian ulama' dari madzhab Hanbaliy terkait penetapan tingkatan hukum ini. Syaikh Mar'i ibn Yusuf dari madzhab Hanbaliy, penyusun kitab Ghayah al-Muntaha mengatakan : Jawaban tersebut mengarah pada rokok dan kopi itu hukumnya mubah, tetapi bagi orang yang santun lebih utama meninggalkan keduanya.
• Referensi yang lain mencakup hukum jual beli rokok dan hukum merokoknya sendiri :
- Tentang Hukum Merokok
Dalam menetapkan hukum merokok ada tiga kelompok ulama :
1. ulama yang mengatakan haram secara mutlak
2. ulama yang mengatakan halal secara mutlak
3. ulama yang mengatakan bahwa hukumnya dapatberubah menjadi lima (halal, haram, mubah,makruh, dan sunah) menurut situasi dan kondisinya;dalam arti bisa :
a. Haram, seperti merokok hanya karena sengajauntuk berhambur hamburan yang diharamkan atauakan menimbulkan bahaya .
b. Makruh, seperti merokok tanpa tujuan apa apadan tidak berbahaya dikarenakan merokoktermasuk hal yang masih dikhilafkan ulama yangmenyebabkan keraguan (hukumnya), padahalmelakukan perkara yang masih diragukan halal danharamnya adalah makruh .
c. Wajib, (seperti) apabila punya penyakit / bahayapada dirinya yang tidak bisa sembuh / hilangkecuali dengan merokok .
d. Sunah, (seperti) apabila mempunyai penyakityang berbahaya tetapi masih ada obat lain,dikarenakan berobat hukumnya sunah .
e. Mubah, artinya dalam situasi makruh, sunah, danwajib bisa dinamakan mubah.
- Sab'atu Kutubin Mufidah 135-137 :
ﻭﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ : ﺇﺫﺍ ﺗﻘﺮﺭ ﺫﻟﻚ ﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﻣﺴﺌﻠﺔ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﺷﺮﺑﺎ ﻭﺳﻌﻮﻃﺎ ﻣﻦ ﺟﻤﻠﺔ ﺇﻓﺮﺍﺩ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺍﻟﻤﺘﺸﺒﻬﺎﺕ ﺍﻟﺘﻰﻓﺴﺮﻫﺎ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺭﺣﻤﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﺑﻮﺍﺿﺢ ﺍﻟﺤﺎﻝﻭﺍﻟﺤﺮﻣﺔ ﻣﻤﺎ ﺗﻨﺎﺯﻋﺘﻪ ﺍﻷﺩﻟﺔ ﻭﺗﺠﺎﺫﺑﻨﻪ ﺍﻟﻤﻌﺎﻧﻰ ﻭﺍﻷﺳﺒﺎﺏﺍﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ ﻭﻣﻦ ﺃﺟﻞ ﺫﻟﻚ ﺇﻧﻘﺴﻢ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻓﻰ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﻋﻠﻰﺣﻜﻤﻪ ﺛﻼﺛﺔ ﻣﺬﺍﻫﺐﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻷﻭﻝ ﻣﺬﺍﻫﺐ ﻣﻦ ﺃﻃﻠﻖ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺘﺤﺮﻳﻢ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﺇﻟﻰﺃﻥ ﻗﺎﻝﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﺜﺎﻧﻰ ﻣﺬﻫﺐ ﻣﻦ ﺃﻃﻠﻖ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﻌﺪﻡ ﺗﺤﺮﻳﻢ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﺍﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﻣﺬﻫﺐ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺮ ﺇﻃﻼﻕ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺘﺤﺮﻳﻢﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﺃﻭ ﺗﺤﻠﻴﻠﻪ ﻷﻧﻪ ﻳﺮﻯ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﻘﺎﻡ ﻣﻘﺎﻡ ﺗﻔﺼﻴﻞﻭﺍﻟﻘﺎﻋﺪﺓ ﺃﻥ ﺍﻹﻃﻼﻕ ﻟﻠﺤﻜﻢ ﻓﻰ ﻣﻘﺎﻡ ﺍﻟﺘﻔﺼﻴﻞ ﺧﻄﺎﺀ ، ﻓﻴﺮﻯﺃﻥ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﺍﻟﺨﻤﺴﺔ ﺍﻟﺤﺮﻣﺔ ﻭﺍﻟﻜﺮﺍﻫﺔ ﻭﺍﻟﻮﺟﻮﺏ ﻭﺍﻟﻨﺪﺏ ﻭﺍﻹﺑﺎﺣﺔ ﺗﺠﺮﻱ ﻓﻰ ﻣﺴﺌﻠﺔ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﺑﺤﺴﺐﺍﻟﻤﻘﺘﻀﻴﺎﺕ ﺍﻟﻮﺿﻌﻴﺔ ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺫﻟﻚ ﻻ ﺗﺪﺧﻞ ﺗﺤﺖ ﺍﻟﺤﺼﺮ ﻭﻟﻜﻦ ﻻ ﺑﺄﺱﺑﺎﻹﺷﺎﺭﺓ ﺍﻟﻰ ﺑﻴﺎﻥ ﺫﻟﻚ ﻓﻴﻤﺎ ﻧﺤﻞ ﺑﺼﺪﺩﻩ ﻣﻦ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻷﺣﻜﺎﻡﺍﻟﺨﻤﺴﺔ
ﻓﻤﻦ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺇﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﻟﻤﻦ ﻛﺎﻥﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﻟﻪ ﻟﻴﺲ ﺇﻻ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ ﺍﻹﺳﺮﺍﻑ ﺍﻟﻤﺤﺮﻡ ﺃﻭ ﺗﺮﺗﺐ ﻋﻠﻰﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﺿﺮﺭ ﻣﺤﺮﻡ ﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﺣﻜﻤﺎ ﻭﺿﻌﻴﺎ ﻟﺤﺮﻣﺔﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﻓﻰ ﺣﻖ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺻﻔﺘﻪ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝﻭﻣﻦ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﻤﻜﺮﻭﻩ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﺍﺧﺘﻠﻒﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺭﺣﻤﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻰ ﺣﻜﻤﻪ ﻭﺍﺧﺘﻼﻓﻬﻢ ﻓﻰ ﺍﻟﺸﻲﺀﺣﻜﻢ ﻭﺿﻌﻲ ﻟﻜﺮﻫﺔ ﺍﻗﺘﺤﺎﻡ ﺍﻟﺮﻳﺐ ، ﻗﺎﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡﺩﻉ ﻣﺎ ﻳﺮﺑﻚ ﺍﻟﻰ ﻣﺎ ﻻ ﻳﺮﺑﻚ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻨﺴﺎﺉ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢﻭﺻﺤﺤﺎﻩﻭﻣﻦ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﻮﺟﻮﺏ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺩﻓﻊ ﺍﻟﻀﺮﺭ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﻔﺲﺇﺫﺍ ﺗﻌﻴﻦ ﺣﻜﻢ ﻭﺿﻌﻲ ﻟﻮﺟﻮﺏ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﻣﺎ ﻳﻘﻊ ﺑﻪ ﺍﻟﺪﻓﻊﻟﻤﻔﻬﻮﻡ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻻ ﺗﻘﺘﻠﻮﺍ ﺍﻧﻔﺴﻜﻢ ـ ﺑﻞ ﻟﻮ ﻭﻗﻌﺖ ﺍﻟﺘﺠﺮﻳﺔﻓﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﺪﻓﻊ ﻟﺬﻟﻚ ﺍﻟﻀﺮﺭ ﻟﻴﺲ ﺇﻻ ﺑﺘﻌﺎﻃﻰ ﺍﻟﻤﺤﺮﻡ ﺃﻛﻼ ﻭﺷﺮﺑﺎﻭﺟﺐ ﻷﻧﻪ ﻣﻀﻄﺮ ﻓﻰ ﺑﻘﺎﺀ ﺭﻭﺣﻪ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝﻭﻣﻦ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﻨﺪﺏ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺩﻓﻊ ﺍﻟﻀﺮﺭ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﻣﻦﻋﺎﺭﺽ ﺍﻟﺪﺍﺀ ﺣﻜﻢ ﻭﺿﻌﻲ ﻟﻨﺪﺏ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﻣﺎ ﻳﻘﻊ ﺑﻪ ﺍﻟﻨﻔﻊﻣﻦ ﺗﻌﺎﻃﻰ ﺍﻟﺪﻭﺍﺀ ﻟﺘﻈﺎﻫﺮ ﺍﻷﺩﻟﺔ ﺍﻟﺴﻤﻌﻴﺔ ﺍﻟﻤﺘﻜﺎﺛﺮﺓ ﻋﻠﻰﻣﺸﺮﻭﻋﻴﺔ ﺍﻟﺘﺪﺍﻭﻯ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ
ﻭﻗﺪ ﺫﻛﺮ ﺍﻷﻃﺒﺎﺀ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻭﻥ ﺃﻧﻪ ﻳﻨﻔﻊ ﻷﻭﺟﺎﻉ ﺍﻟﻜﺒﺪ ﻭﻣﻦﺍﻟﺤﻤﻴﺎﺕ ﺍﻟﻐﻠﻴﻈﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﻐﺾ ﻭﺍﻟﻴﺮﻓﺎﻥ ﻭﻟﺘﺠﻔﻴﻒ ﺍﻟﺮﻃﻮﺑﺎﺕﻭﻏﻴﺮ ﺧﺎﻑ ﺟﺮﻳﺎﻥ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻓﻰ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﺳﻮﺍﺀ ﻗﻠﻨﺎ ﺑﺠﻮﺍﺯﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﺃﻭ ﺑﺤﺮﻣﺘﻪ ﻭﺃﻥ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﻭﻧﺪﺑﻪ ﻭﻭﺟﻮﺑﻪ ﻳﻄﻠﻖﻋﻠﻴﻪ ﺍﺳﻢ ﺍﻟﺠﺎﺋﺰ ﺑﻤﻌﻨﻰ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻤﻤﻨﻮﻉ ﻣﻦ ﻓﻌﻠﻪ
ﺇﻧﺘﻬﻰ ﺭﺳﺎﻟﺔ ﻓﻰ ﻗﻤﻊ ﺍﻟﺸﻬﻮﺍﺕ ﻋﻦ ﺗﻨﺎﻭﻝ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﻣﻦ ﺳﺒﻌﺔ ﻛﺘﺐ ﻣﻔﻴﺪﺓ ﺹ 135-137 :
- kitab albajuri juz 1 hal 343 :
(قوله ولا بيع لا منفعة فيه) قيل منه الدخان المعروف لانه لا منفعة فيه بل يحرم استعماله لان فيه ضررا كبيرا وهذا ضعيف وكذا القول بانه مباح والمعتمد انه مكروه بل قد يعتريه الوجوب كما اذا كان يعلم الضرر بتركه وحينئذ فبيعه صحيح وقد تعتريه الحرمة كما اذا كان يشتريه بما يحتاجه لنفقة عياله او تيقن ضرره .
Terjemah dari albajuri diatas sebagai berikut :
Perkataan mushonif: Dan tidak sah jual beli barang yang tidak ada manfaatnya, ada yang berpendapat rokok itu termasuk yang gak sah jual belinya karena termasuk barang yang tidak ada manfaatnya bahkan haram menggunakan / menghisapnya karena adanya dampak negatif dan pendapat ini dianggap lemah / dlo'if, begitu juga pendapat yang menyatakan rokok itu boleh, itu juga dianggap dloif / lemah. Dan pendapat yang mu'tamad / yang bisa dibuat pegangan yaitu sesungguhnya hukum rokok itu makruh, bahkan menjadi wajib jika tau kalau meninggalkan rokok bisa berdampak negatif pada dirinya, kalau sudah begitu maka jual beli rokok tadi hukumnya sah. Terkadang juga hukumnya rokok tadi menjadi haram seperti membeli rokok dengan uang yang seharusnya untuk nafaqoh keluarganya atau ada keyakinan jika merokok akan berdampak negatif pada dirinya. [ Keterangan dari kitab Al-bajuri ].
KETENTUAN GADAI, HUKUM, DAN RUKUNNYA
KETENTUAN GADAI, HUKUM, DAN SYARAT RUKUNNYA
Sedangkan menurut istilah sebagai berikut:
الرهن: عقديتضمن جعل عين مالية وثيقة بدين يستوفى منهاعند تعدرالوفاء
الما ل الذ ى يجعل وثيقة با لد ين ليستو فى من ثمنه ان تعدر استفا ؤه ممن هو له
جعل عين مال وثيقة بدين يستو فى منهاعندتعذروفا ئه
“Menjadikan harta sebagai kepercayaan/penguat hutang”.[5]
لا يتم التبر ع إلابالقيض (tidak sempurna tabarru’ kecuali setelah pemegangan).[7]
Gadai disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah:
Surat Al-Baqarah ayat 283 yang berbunyi sebagai berikut:
فان امن بعضكم بعضا فليؤدالذىاؤتمن امانته ….. (البقر ة: ۲۸۳)
Rukun gadai ada 5 (lima) yaitu:
1) Orang yang menggadaikan (rahin)
2) Barang yang digadaikan (marhun)
3) Orang yang menerima (murtahin)
4) Sesuatu yang karenanya diadakan gadai, yakni harga, dan sifat akad gadai (shigat)
Disyaratkan untuk sahnya akad gadai sebagai berikut:
2) Orang yang bertransaksi (aqid)
3) Adanya barang yang digadaikan (marhun)
b) Bermanfaat serta bernilai harta
c) Milik orang yang menggadaikan (rahin)
e) Tidak bersatu dengan harta lain
g) Harta yang tetap atau dipindahkan[13]
Dalam ketentuan marhun tidak termasuk barang-barang yang tidak boleh diperjualbelikan.
Menurut ulama Hanafiyah dan syafi’iyah utang yang dapat dijadikan alasan gadai adalah:
a) Berupa utang yang tetap dapat dimanfaatkan
b) Utang harus lazim pada waktu akad
c) Utang harus jelas dan diketahui oleh rahin dan murtahin.
ﻓﺎﻟﺒﻴﻨﺔﻋﻠﻰﺍﻟﻤﺪﻋﻰﻭﺍﻟﻴﻤﻴﻦﻋﻠﻰﺍﻟﻤﺪﻋﻰﻋﻠﻴﻪ (رواه البيهفى )
6. Perlakuan Bunga Dan Riba Dalam Perjanjian Gadai
b. Rukun dan syarat gadai tidak terpenuhi
d. Marhun diserahkan kepada pemiliknya
B. Ketentuan Pelaksanaan Gadai dalam Islam
a. Pendapat fuqoha As-Syafi’iyah tentang dibolehkan pemanfaatan barang gadai
إناباح الراهن للمرتهن الثمارإباحة صحيحة لم يكن له الرجوع عليه بشيئ
اما لو توا فقا على ذلك ولم يقع فى العقد فلا فسد
3. Pemanfaatan rahin atas marhun
4. Pemanfaatan murtahin atas marhun
c) Pendapat fuqoha As-Syafiiyah tentang tidak diperbolehkan pemanfaatan barang gadai
Friday, June 28, 2024
SHOLAT JANAZAH PART 15 (MATI SYAHID)
1⃣Misalnya tidak sengaja terkena senjata temannya yang Muslim📝 karena salah📚 sasaran,
2⃣dibunuh oleh Muslim dengan permintaan orang-orang kafir,
3⃣jatuh masuk ke sumur waktu berperang,
4⃣atau tidak diketahui sebab kematiannya📑, sekalipun tidak terdapat bekas darahnya.
ظاهره أنه لا فرق في ذلك بين أن يقصد كافرا فيصيبه، أولا، ولا مانع منه.
قال الشوبري: وينبغي أن يكون شهيدا في حكم الآخرة،
والمراد بها: ما يوجد معها الحركة الاختيارية بقرائن وأمارات.
أَمَّا مَنْ حَرَكَتُهُ حَرَكَةُ مَذْبُوْحٍ عِنْدَ انْقِضَائِهِ فَشَهِيْدٌ جَزْمًا.
أي في الدنيا، فلا يغسل ولا يصلى عليه.
"Yakni syahid dunia, dia tidak dimandikan dan tidak dishalatkan.
وأما في الآخرة فبحسب قصده، فإن كان قصده إعلا كلمة الله، فكذلك، وإلا فلا.
يعني أن الحياة المستقرة هي حركة اختيارية تجوز أن يبقى معها يوما أو يومين ثم يموت.
Begitu juga TIDAK TERMASUK MATI SYAHID adalah
4⃣orang yang dibunuh akibat tipuan orang kafir harbi yang menelusup di tengah-tengah kita.
Thursday, June 27, 2024
HASIAT TEBU MENGHILANGKAN MACAM MACAM PENYAKIT
Kreativitas TK RIYADHUL MUBTADI'IN dalam perpisahan
Diantara khasiat tebu apabila dikonsumsi adalah
• Membersihkan kandung kencing
• serta mengobati radang paru paru
Tebu apabila dikupas dan dibasuh dengan air panas kemudian dibakar juga berkhasiat untuk
• mengatasi gangguan dada ( sesak napas )
TERJEMAH NIHAYATUZZAEN MUQODIMAH PART 8
TERJEMAH NIHAYATUZZAEN
MUQODIMAH
PART 8
وَفَائِدَته امْتِثَال أوَامِر الله تَعَالَى وَاجْتنَاب مناهيه المحصلان للفوائد الدُّنْيَوِيَّة والأخروية وَذَلِكَ كَالْبيع وَالشِّرَاء وكالصلاة
"Dan manfaatnya ilmu fiqih adalah mematuhi perintah-perintah Allah Ta'ala dan menjauhi larangan-larangan-Nya yang menghasilkan manfaat duniawi dan ukhrawi, seperti jual beli dan shalat."
وفضله أَنه من أشرف الْعُلُوم وَهُوَ من عُلُوم الدّين الشَّرْعِيَّة
Keutamaannya ilmu fiqih adalah ilmu fiqih termasuk utamanya ilmu ilmu, dan termasuk ilmu agama dan syariat
ونسبته أَنه فرع علم التَّوْحِيد واسْمه علم الْفِقْه وَعلم الْفُرُوع
Nisbatnya fiqih adalah cabang dari ilmu tauhid, dan nama fiqih yaitu ilmu fiqih dan ilmu furu ( cabang ).
والواضع لَهُ إِجْمَالا الإِمَام أَبُو حنيفَة النُّعْمَان بِمَعْنى أَنه أول مُصَنف فِيهِ إِلَّا بَاب التَّفْلِيس وَالْحجر والسبق وَالرَّمْي . فَأول مُصَنف فِيهِ إمامنا الشَّافِعِي .
Imam Abu Hanifah al-Nu'man adalah tokoh yang pertama kali menyusun / mengarang secara komprehensif / global ilmu fiqh, kecuali beberapa bab tertentu seperti bab tentang tafliis (kebangkrutan), hajr (penolakan/larangan), sabaq (perlombaan), dan ramyu (lemparan / memanah).
Imam ASy-Syafi'i merupakan tokoh yang pertama kali menyusun dalam bab-bab tersebut ( التفليس، السبق، الرمی ).
وَحكم الشَّارِع فِي تعلمه الْوُجُوب الْعَيْنِيّ فِيمَا يتلبس بِهِ الشَّخْص والكفائي فِي غير ذَلِك
Hukum syariat mempelajari tentang mempelajari ilmu fiqh adalah wajib 'ain (wajib secara langsung) untuk hal-hal yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dan cukup (kifayat) untuk hal-hal lainnya ( فيما يتلبس به ).
ومسائله قضاياه الَّتِي يبْحَث فِيهِ عَنْهَا كَزَكَاة التِّجَارَة وَاجِبَة , وَالْحلف بِغَيْر الله مَكْرُوه,
وزيارة الْقُبُور مُسْتَحبَّة, وَالْأكلِ لَا بِقصد شَيْء مُبَاح
Dan perkara-perkara yang menjadi pokok perhatiannya dalam ilmu fiqh termasuk masalah seperti kewajiban zakat perdagangan, yang mana wajib dilaksanakan; bersumpah dengan nama selain Allah adalah makruh; ziarah ke makam-makam adalah mustahab (disunahkan); dan makan tanpa niat khusus untuk melakukan sesuatu adalah mubah.
(على مَذْهَب الإِمَام) الْمُجْتَهد اجْتِهَادًا مُطلقًا أَي على اخْتِيَاره للْأَحْكَام (الشَّافِعِي) نِسْبَة إِلَى شَافِع بن السَّائِب, نسب هَذَا الإِمَام إِلَيْهِ لِأَنَّهُ صَحَابِيّ ابْن صَحَابِيّ (رَحمَه الله تَعَالَى).
Menurut madzhab (pendapat) Imam al-Mujtahid secara mutlak, yaitu dengan melakukan ijtihad secara keseluruhan, ini berarti bahwa ia memilih hukum-hukum menurut madzhab Syafi'i, yang dinamakan demikian ( الشافعی ) karena merujuk kepada Syafi'i bin al-Sa'ib.
"Imam ini dihubungkan dengannya karena dia adalah sahabat Nabi anak dari seorang sahabat Nabi (semoga Allah merahmatinya)
والمجتهد الْمُطلق هُوَ من يقدر على استنباط الْأَحْكَام من الْأَدِلَّة.
1⃣mujtahid mutlak adalah orang yang mampu mengambil hukum-hukum dari dalil-dalil. ( sumber yaitu alquran hadis ).
ومجتهد الْمَذْهَب هُوَ الَّذِي يقدر على الاستنباط من قَوَاعِد إِمَامه كالمزني والبويطي.
2⃣ "Mujtahid mazhab adalah orang yang mampu menarik kesimpulan hukum-hukum dari prinsip-prinsip/ koidah koidah imamnya seperti al-Muzani dan al-Buwayti."
📝۞"Mujtahid al-mazhab" adalah seorang cendekiawan yang memiliki kualifikasi untuk menafsirkan hukum-hukum Islam dari prinsip-prinsip dasar yang diajarkan oleh imam atau pendiri mazhab tertentu. Misalnya, seperti al-Muzani dan al-Buwayti yang merupakan ulama terkemuka dalam mazhab Syafi'i.۞
ومجتهد الْفَتْوَى من يقدر على التَّرْجِيح لبَعض أَقْوَال إِمَامه على بعض كالنووي والرافعي لَا كالرملي وَابْن حجر لِأَنَّهُمَا مقلدان فَقَط.
3⃣ "Mujtahid fatwa adalah orang yang mampu melakukan penilaian lebih mendalam terhadap beberapa pendapat imamnya, seperti an-Nawawi dan ar-Rafi'i, bukan seperti ar-Ramli dan Ibnu Hajar yang hanya mengikuti (mazhab imam mereka).
۞"Penjelasan: Mujtahid fatwa adalah seorang cendekiawan yang memiliki kemampuan untuk memilih di antara berbagai pendapat yang diberikan oleh imam mazhab mereka. Dalam hal ini, seperti an-Nawawi dan ar-Rafi'i, mereka diketahui sebagai mujtahid yang mampu melakukan ijtihad dan memberikan fatwa berdasarkan penilaian mereka sendiri terhadap dalil-dalil hukum.Di sisi lain, ar-Ramli dan Ibnu Hajar dianggap sebagai "muqallidin"
(pengikut) karena mereka lebih banyak merujuk kepada pendapat-pendapat imam mazhab mereka tanpa melakukan ijtihad sendiri. Dengan kata lain, mereka mengikuti secara taqlid (pengikut) terhadap pendapat imam tanpa melakukan analisis atau penilaian yang mendalam.۞
وَيجب على من لم يكن فِيهِ أَهْلِيَّة الِاجْتِهَاد الْمُطلق أَن يُقَلّد فِي الْفُرُوع وَاحِدًا من الْأَئِمَّة الْأَرْبَعَة الْمَشْهُورين .
"Dan wajib bagi orang yang tidak memiliki keahlian mutlak untuk berijtihad untuk mengikuti salah satu dari empat imam yang terkenal dalam cabang-cabang agama."
وهم الإِمَام الشَّافِعِي وَالْإِمَام أَبُو حنيفَة وَالْإِمَام مَالك وَالْإِمَام أَحْمد بن حَنْبَل رَضِي الله عَنْهُم وَالدَّلِيل على ذَلِك قَوْله تَعَالَى {فاسألوا أهل الذّكر إِن كُنْتُم لَا تعلمُونَ} ٢١ الْأَنْبِيَاء الْآيَة ٧ .
"Dan mereka adalah Imam Syafi'i, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin Hanbal, semoga Allah meridhai mereka. Dalil atas hal itu adalah firman-Nya yang artinya, 'Maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.' (Surah An-Nahl, ayat 43)."
فَأوجب الله السُّؤَال على من لم يعلم وَيلْزم عَلَيْهِ الْأَخْذ بقول الْعَالم وَذَلِكَ تَقْلِيد لَهُ .
"Allah mewajibkan untuk bertanya kepada orang yang tidak mengetahui, dan dia diwajibkan untuk mengikuti pendapat ulama. Ini berarti dia harus mengikuti salah satu dari empat imam yang terkenal.
وَلَا يجوز تَقْلِيد غير هَؤُلَاءِ الْأَرْبَعَة , من بَاقِي الْمُجْتَهدين فِي الْفُرُوع مثل الإِمَام سُفْيَان الثَّوْريّ وسُفْيَان بن عُيَيْنَة وَعبد الرَّحْمَن بن عمر الْأَوْزَاعِيّ.
Tidak boleh mengikuti selain dari empat imam tersebut, seperti Imam Sufyan Ath-Thawri, Sufyan bin Uyainah, dan Abdul Rahman bin Amr Al-Awza'i, yang merupakan ulama mujtahid dalam cabang-cabang agama."
وَلَا يجوز أَيْضا تَقْلِيد وَاحِد من أكَابِر الصَّحَابَة لِأَن مذاهبهم لم تضبط وَلم تدون .
"Dan tidak boleh juga meniru satu dari tokoh besar dari para sahabat, karena madzhab mereka tidak terdokumentasi dan tidak tercatat."
وَأما من فِيهِ أَهْلِيَّة الِاجْتِهَاد الْمُطلق فَإِنَّهُ يحرم عَلَيْهِ التَّقْلِيد ,
"Dan mengenai orang yang memiliki kemampuan ijtihad mutlak, maka ia diharamkan untuk melakukan taqlid (peniruan) [terhadap pendapat orang lain]."
وَيجب على من لم يكن فِيهِ الْأَهْلِيَّة أَن يُقَلّد فِي الْأُصُول : أَي العقائد للْإِمَام أبي الْحسن الْأَشْعَرِيّ أَو الإِمَام أبي مَنْصُور الماتريدي .
"Dan wajib bagi orang yang tidak memiliki kemampuan ijtihad untuk melakukan taqlid (peniruan) dalam masalah-masalah ushul (prinsip-prinsip) - yaitu dalam keyakinan (aqidah) kepada Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari atau Imam Abu Mansur al-Maturidi."
لَكِن إِيمَان الْمُقَلّد مُخْتَلف فِيهِ بِالنِّسْبَةِ إِلَى أَحْكَام الْآخِرَة , أما بِالنّظرِ إِلَى أَحْكَام الدُّنْيَا فيكفيه الْإِقْرَار فَقَط .
"Namun imannya orang yang melakukan taqlid berbeda ( diperselisihkan ) dalam hal hukum-hukum akhirat, sedangkan dalam hukum-hukum dunia cukuplah baginya mengakui (menerima)."
وَالأَصَح أَن الْمُقَلّد مُؤمن عَاص إِن قدر على النّظر . وَغير عَاص إِن لم يقدر .
"Dan yang lebih benar / kuat adalah bahwa orang yang melakukan taqlid adalah seorang mukmin yang berdosa jika ia mampu untuk mempertimbangkan (ijtihad). Dan jika tidak mampu, maka ia bukan seorang yang berdosa."
ثمَّ إِن جزم بقول الْغَيْر جزما قَوِيا بِحَيْثُ لَو رَجَعَ الْمُقَلّد بِالْفَتْح لم يرجع هُوَ كَفاهُ فِي الْإِيمَان لكنه عَاص بترك النّظر إِن كَانَ فِيهِ أَهْلِيَّة النّظر
"Jika seseorang berkeyakinan kuat terhadap pendapat orang lain sehingga jika orang yg diikuti mengembalikannya dengan membuka kemungkinan lainnya, maka cukup bagi dia dalam keyakinan imannya, tetapi dia berdosa dengan meninggalkan penelitian / mengangan angan, jika dia ahli melakukan penelitian.
وَإِن لم يجْزم بقول الْغَيْر جزما قَوِيا بِأَن كَانَ جَازِمًا لَكِن لَو رَجَعَ الْمُقَلّد بِالْفَتْح لرجع هُوَ لم يكفه فِي الْإِيمَان.
"Jika seseorang tidak memastikan dengan keyakinan yang kuat bahwa pendapat orang lain itu benar-benar benar (jazm), namun jika yg diikuti kembali mengubah (pendapat) dengan alasan kembali (pada keputusan yang lebih kuat), dan dia kembali maka tidak akan cukup baginya dalam keimanan."
وَيجب على من ذكر أَن يُقَلّد فِي علم التصوف إِمَامًا من أَئِمَّة التصوف كالجنيد وَهُوَ الإِمَام سعيد بن مُحَمَّد أَبُو الْقَاسِم الْجُنَيْد سيد الصُّوفِيَّة علما وَعَملا رَضِي الله عَنهُ
"Dan wajib bagi orang yang telah disebut untuk mengikuti seorang imam dalam ilmu tasawuf dari imam-imam tasawuf seperti Al-Junaid, yaitu Imam Sa'id bin Muhammad Abu al-Qasim al-Junaid, pemimpin tasawuf dalam ilmu dan amal, semoga Allah meridhainya."
وَالْحَاصِل أَن الإِمَام الشَّافِعِي وَنَحْوه هداة الْأمة فِي الْفُرُوع وَالْإِمَام الْأَشْعَرِيّ وَنَحْوه هداة الْأمة فِي الْأُصُول والجنيد وَنَحْوه هداة الْأمة فِي التصوف فجزاهم الله خيرا ونفعنا بهم آمين.
"Yang didapat adalah bahwa Imam Asy-Syafi'i dan semacamnya adalah pembimbing umat dalam cabang-cabang ilmu, dan Imam Al-Asy'ari dan semacamnya adalah pembimbing umat dalam pokok-pokok ilmu, dan Al-Junaid dan semacamnya adalah pembimbing umat dalam tasawuf. Semoga Allah memberi mereka balasan yang baik dan memberikan manfaat kepada kita melalui mereka, amin."
MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI
SEMOGA BERMANFAAT