BREAKING NEWS

Watsapp

Tuesday, October 5, 2021

BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR Tugas ke 1

 

                                        RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Sekolah : SMP www.ilmuguru.org

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Kelas/Semester : IX / 1 (Ganjil)

Alokasi Waktu : 120 Menit

Materi Pokok : Beriman kepada Qadha dan Qadar


  1. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:

  • Beriman kepada qadha dan qadar

  • Menunjukkan perilaku tawakal kepada allah swt sebagai implementasi pemahaman iman kepada qadha dan qadar

  • Memahami penjelasan mengenai iman kepada Qadha dan Qadar


Media/Alat, Bahan & Sumber Belajar


Media/Alat

:

Worksheet atau lembar kerja (siswa), Lembar penilaian, Al-Qur’an


Bahan

:

Penggaris, spidol, papan tulis, Laptop & infocus


Sumber Belajar

:

Buku Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2016


  1. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pertemuan Ke-1

Pendahuluan (15 menit)

1.

Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin

2.

Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya serta mengajukan pertanyaan untuk mengingat dan menghubungkan dengan materi selanjutnya.

3.

Menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan & manfaat) dengan mempelajari materi : Pengertian Tentang Iman Kepada Qadha Dan Qadar

4.

Menjelaskan hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode belajar yang akan ditempuh,


Kegiatan Inti

(90 Menit)

KEGIATAN LITERASI

  • Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca dan menuliskannya kembali. Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan terkait materi Pengertian Tentang Iman Kepada Qadha Dan Qadar.

CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)

  • Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan ini harus tetap berkaitan dengan materi Pengertian Tentang Iman Kepada Qadha Dan Qadar.

COLLABORATION (KERJASAMA)

  • Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Pengertian Tentang Iman Kepada Qadha Dan Qadar.

COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)

  • Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan

CREATIVITY (KREATIVITAS)

  • Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Pengertian Tentang Iman Kepada Qadha Dan Qadar. Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami

Penutup (15 menit)

1.

Peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan. 

2.

Guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.


  1. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN

  • Penilaian yang akan dilakukan diantaranya penilaian skala sikap, penilaian “Membaca dengan Tartil”, penilaian tes uraian serta penilaian diskusi.


BAHAN AJAR

Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:

  • Beriman kepada qadha dan qadar.

  • Menunjukkan perilaku tawakal kepada allah swt sebagai implementasi pemahaman iman kepada qadha dan qadar.

  • Memahami penjelasan mengenai iman kepada Qadha dan Qadar.


RENUNGKANLAH
Gambar 1. Apa pun profesinya jika membawa manfaat maka di mata Allah Swt. sangat mulia. Manusia hanya bisa berusaha sedangkan Allah Swt. yang menentukan.


Allah Swt. menciptakan segala sesuatu di dunia ini serasi dan berpasangan. Ada siang dan malam, ada kaya dan miskin, ada sakit dan sehat, demikian seterusnya. Semua ini merupakan kehendak Allah Swt. agar kehidupan manusia di dunia ini berjalan harmonis. Tak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika semua manusia dalam keadaan sehat terus menerus tanpa pernah sakit. Tentu tidak akan pernah ada rumah sakit, apotek ataupun dokter karena semua manusia sehat. Karena selalu sehat maka manusia berkeyakinan tidak akan pernah mati. Jika hal ini terjadi maka sifat sombong akan melanda semua umat manusia. Jika sudah demikian maka kehancuran kehidupan hanya tinggal menunggu waktu saja.
Coba kalian perhatikan teman-teman sekelas, mereka berbeda bukan? Ada yang bertubuh kurus, ada pula yang gemuk, ada yang berambut keriting, ada pula yang berambut lurus. Perbedaan tersebut bukan untuk dijadikan bahan mengolok-olok, tetapi untuk disyukuri dan diambil hikmahnya. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing- masing. Kelebihan tersebut bukan untuk disombongkan dan dipamerkan kepada orang lain, tetapi digunakan untuk membantu meringankan beban orang lain. Kelemahan dan keterbatasan jangan sampai membuat rendah diri dihadapan manusia, karena dibalik kelemahan pasti ada keistimewaan. Sungguh Allah Swt. telah menciptakan manusia dalam bentuk terbaik dari semua makhluk-Nya. Allah Swt. menghendaki semua manusia hidup dalam kebaikan dan kebahagiaan. Mustahil Allah Swt. menghendaki kebaikan pada hamba- Nya, apalagi hamba-hamba yang taat dan saleh. Oleh karena itu kita harus berprasangka baik atas semua takdir yang kita terima. Misalnya, saat kita sakit maka kita terima dengan sabar, segera ikhtiar dengan berobat. Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita untuk memperbanyak istighfar dan berdoa supaya diberi kesembuhan. Saat sakit itu pula Allah Swt. menghapus dosa- dosa yang pernah kita lakukan. Sebagai seorang mukmin kita wajib beriman kepada qadho’ dan qadar .

Di antara buah dari beriman kepada qadho' dan qadar adalah berupa ketenangan hati. Hati seseorang yang beriman kepada qadho’ dan qadar akan senantiasa tenang dan tidak akan merasa gelisah ketika dirinya ditimpa suatu cobaan, karena ia yakin bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Allah Swt. Ketenangan hati ini akan menjadikan hidup kita bahagia. Bukankah setiap orang menginginkan kebahagiaan?

Berikut contoh dialog

Ibad : Assalamu’alaikum, Ustaz
Farhan
Ustaz : Wa’alikumsalam, Ibad
Ibad : Ustaz, saya mau tanya boleh?
Ustaz : Tentu saja boleh, Ibad. Mau tanya apa? Ibad : Ustaz, apakah manusia bisa merubah takdir dari Allah?

Ustaz : Pertanyaan hebat, Ibad. Takdir itu ada dua, yaitu takdir muallaq dan takdir mubram. Nah, manusia bisa merubah takdir muallaq.
Ibad : Takdir muallaq itu contohnya apa, Ustaz?
Ustaz : Takdir muallaq contohnya kemakmuran, kepandaian, kesehatan. Jadi, kalau kamu ingin pandai, maka harus rajin belajar. Ibad : Oh, gitu. Berarti kalau ada teman yang bilang bahwa dia bodoh karena takdir Allah Swt. itu tidak benar ya Ustaz?

Ustaz : Iya, itu tidak benar. Mereka itu malas. Ibad : Contoh takdir mubram itu apa, Ustaz?

Ustaz : Contohnya, usia seseorang, bumi mengelilingi matahari, warna darah kita merah. Ibad : Terima kasih, Ustaz. Saya jadi faham sekarang.


Dari cerita diatas
1. Buatlah tugas dibawah tabel ini

No 

Buatlah Pertanyaan pertanyaan darimu dari judul bacaan itu terkait taqdir untuk dikirimkan lewat wa ke temanmu yang lainnya.

Dapatkan Jawaban jawaban dari temanmu kembali kemudian tulis, kumpulkan pertanyaan dan jawaban itu ke sekolah dalam kertas 2 lembar dari tengah tengah itu.

1.

………………………………………..

………………………………………..

2.

………………………………………..

………………………………………..

3.

………………………………………..

………………………………………..


2. Carilah dibuku paket atau internet penjelasan pengertian iman kepada Qodho dan Qodar berikut penjelasan contoh contohnya.
3. Buatkan atau Carikan contoh perilaku tawakal kepada allah swt sebagai implementasi pemahaman iman kepada qadha dan qadar, baik dibuku paket atau dari internet.

Demikian tugas dikumpulkan dalam 2 lembar kertas ditengah tengah.


Monday, October 4, 2021

HIDUP TENANG DENGAN KEJUJURAN, AMANAH DAN ISTIQOMAH

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Pertemuan ke 1

Sekolah                 : SMPN 2 GARAWANGI

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Kelas/ Semester : VII / 1 (Ganjil)

Alokasi Waktu : 3 JP @40 Menit

Materi Pokok : Hidup Tenang dengan Kejujuran, Amanah, dan Istiqamah


  1. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:

  • Menyebutkan pengertian jujur, sesuai dengan Q.S. al-Baqarah/2:42 dan hadis yang terkait. 

  • Menjelaskan makna jujur sesuai dengan Q.S. al-Baqarah/2:42 dan hadis yang terkait. 

  • Menunjukkan contoh jujur sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. al-Baqarah/ 2:42 dan hadis yang terkait.


Media/Alat, Bahan & Sumber Belajar


Media/Alat

:

Worksheet atau lembar kerja (siswa), Lembar penilaian, Al-Qur’an


Bahan

:

Penggaris, spidol, papan tulis, Laptop & infocus


Sumber Belajar

:

Buku Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII, Kemendikbud, Tahun 2016


  1. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pertemuan Ke-1

Pendahuluan (15 menit)

1.

Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin

2.

Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya serta mengajukan pertanyaan untuk mengingat dan menghubungkan dengan materi selanjutnya.

3.

Menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan & manfaat) dengan mempelajari materi : Pengertian jujur, sesuai dengan Q.S. al-Baqarah/2:42 dan hadis yang terkait serta Makna jujur sesuai dengan Q.S. al-Baqarah/2:42 dan hadis yang terkait

4.

Menjelaskan hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode belajar yang akan ditempuh,


Kegiatan Inti

(90 Menit)

KEGIATAN LITERASI

  • Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca dan menuliskannya kembali. Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan terkait materi Pengertian jujur, sesuai dengan Q.S. al-Baqarah/2:42 dan hadis yang terkait serta Makna jujur sesuai dengan Q.S. al-Baqarah/2:42 dan hadis yang terkait.

CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)

  • Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan ini harus tetap berkaitan dengan materi Pengertian jujur, sesuai dengan Q.S. al-Baqarah/2:42 dan hadis yang terkait serta Makna jujur sesuai dengan Q.S. al-Baqarah/2:42 dan hadis yang terkait.

COLLABORATION (KERJASAMA)

  • Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Pengertian jujur, sesuai dengan Q.S. al-Baqarah/2:42 dan hadis yang terkait serta Makna jujur sesuai dengan Q.S. al-Baqarah/2:42 dan hadis yang terkait.

COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)

  • Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan

CREATIVITY (KREATIVITAS)

  • Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Pengertian jujur, sesuai dengan Q.S. al-Baqarah/2:42 dan hadis yang terkait serta Makna jujur sesuai dengan Q.S. al-Baqarah/2:42 dan hadis yang terkait. Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami

Penutup (15 menit)

1.

Peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan. 

2.

Guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.


  1. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN

  • Penilaian Skala Sikap

  • Penilaian “Membaca dengan Tartil”

  • Penilaian Diskusi 

TEMAN DUNIA DAN AKHERAT

 

Senin , 04 Oktober 2021 M/ 27 Shafar 1443 H.

" Teman Dunia Dan Akhirat"

( Mengharap Syafaat Dari Seorang Teman)


Menurut Abdullah Ibnu Mas'ud رضي الله تعالى عنه, salah satu dari tanda kejernihan hati seseorang adalah; "Berteman dengan orang-orang yang sholeh" (Nashoihul 'Ibad. hal. 23).


 Diantara manfa'at berteman dengan orang-orang sholeh ialah karena kita berharap bisa memperoleh syafaatnya di akhirat nanti.


Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

"Sesungguhnya seorang laki-laki dari ahli surga pada hari kiamat mendekat kepada ahli neraka. Maka memanggil kepadanya seorang laki-laki dari ahli neraka sambil berkata: "Hai fulan! Apakah kamu mengenal aku?" Laki-laki ahli surga itu menjawab: "Saya tidak mengenal kamu, demi Allah! Siapakah kamu?" Laki-laki ahli neraka itu pun menjawab: " Saya adalah orang yang pernah bertemu dengan kamu waktu di dunia. Lalu kamu meminta kepadaku segelas air minum, maka aku memberi kamu minum". Laki-laki ahli surga itu pun berkata: "Oh iya, sekarang saya mengenal kamu." Kemudian laki-laki ahli neraka itu pun berkata: "Dengan sebab minuman (yang pernah aku berikan kepadamu ketika di dunia), mohonkanlah syafaat untuk ku di sisi Tuhanmu!" Maka laki-laki ahli surga itu pun memohon kepada Allah تعالى sambil berkata: "Sesungguhnya aku mendekat kepada ahli neraka, kemudian memanggil kepada ku seorang laki-laki dari ahli neraka itu, dan dia berkata: "Apakah kamu mengenal aku?" Saya Pun menjawab: "Aku tidak mengenal kamu! Siapakah kamu?" Lalu laki-laki ahli neraka itu pun menjawab: " Saya adalah orang yang kamu pernah meminta air minum kepadaku waktu di dunia, lalu aku memberi air minum itu kepadamu. Maka mohonkanlah syafa'at untukku  di sisi Tuhanmu." Terimalah  oleh-Mu (ya Allah) syafaatku padanya." Maka Allah pun menerima syafaatnya. Lalu laki-laki ahli surga itu pun diperintahkan untuk membawa  laki-laki ahli neraka (temannya tadi), maka laki-laki itu pun keluar dari neraka." (HR. Abu Manshur Ad-Dailami dari Anas/ Ihya 'Ulumuddin. Juz. IV. hal. 561).


Sahabat-Sahabat رحمكم الله


Rasulullah  صلى الله عليه وسلم telah berwasiat kepada sayyidina 'Ali رضى الله تعالى عنه :

"Wahai 'Ali! (Memiliki) Seribu teman itu sedikit dan (memiliki) seorang musuh itu (sudah) banyak." (Hamisy Al-Minahus Saniyah. hal. 11).


Dalam sebuah hadits marfu' telah diriwayatkan:

"Perbanyaklah olehmu dari persaudaraan. Maka sesungguhnya bagi tiap-tiap seorang mukmin memiliki syafaat pada hari kiamat." (HR. Ibnu Najar dari Anas / Is'adur Rofiq. Juz. I. hal. 39).

Yang dimaksud adalah; orang-orang mu'min yang sholeh-sholeh.  (Is'adur Rofiq. Juz. I. hal. 39)


"Semoga Allah تعالى Jadikan Pertemanan  Kita, Meskipun Hanya Lewat Medsos, Bisa Menjadi Pertemanan Dunia Dan Akhirat Yang Dapat Membawa Manfaat Dan Maslahat Serta Menjadi Wasilah Syafaat Yang Diterima Di Sisi Allah تعالى."


امين يارب العالمين

والله أعلم بالصواب


-اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

-اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

-اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد 


Semoga Bermanfaat.

Sumber materi : A. Hasanuddin. HR.

HUKUM MEMAKAI CADAR BAGI MUSLIMAH MENURUT ULAMA EMPAT MADZHAB

 HUKUM MEMAKAI CADAR BAGI MUSLIMAH MENURUT ULAMA EMPAT MADZHAB

=========================================================================

Dalam bahasa Arab, cadar diterjemahkan dengan “niqab”. Niqab berarti pakaian yang menutupi wajah seseorang. Dengan demikian, pembahasan soal hukum memakai cadar tidak bisa lepas dari pembahasan soal batasan aurat perempuan, terutama terkait wajah.  

Para ulama berbeda pendapat soal status wajah perempuan; apakah wajah  termasuk aurat atau tidak? 

Pertama, mayoritas ulama yang  meliputi ulama mazhab Hanafi, ulama mazhab Maliki, sebagian besar ulama mazhab Syafi’i, dan ulama mazhab Hambali mengatakan, wajah perempuan tidak termasuk aurat, sehingga tidak wajib ditutupi.

Syekh Al-Marghinani dari mazhab Hanafi berkata: 

  وَبَدَنُ الْحُرَّةِ كُلُّهَا عَوْرَةٌ  إِلَّا وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا   

“Dan keseluruhan badan perempuan merdeka adalah aurat, kecuali wajahnya dan kedua telapak tangannya.”

 (Lihat: Ali bin Abu Bakar al-Marghinani, al-Hidayah Syarh Al-Bidayah, juz 1, h. 285).   Senada dengan Al-Marghinani, Syekh Ibnu Khalaf al-Baji dari mazhab Maliki menuturkan:

وَجَمِيْعُ الْمَرْأَةِ عَوْرَةٌ إِلَّا وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا  

“Dan keseluruhan (badan) perempuan adalah aurat, kecuali wajahnya dan kedua telapak tangannya.” 

(Sulaiman bin Khalaf al-Baji, al-Muntaqa Syarh Al-Muwaththa’, juz 4, h. 105).  

 Imam Nawawi dari mazhab Syafi’i juga menuturkan:  

  وَأَمَّا الْمَرْأَةُ فَإِنْ كَانَتْ حُرَّةً فَجَمِيْعُ بَدَنِهَا عَوْرَةٌ إِلَّا الْوَجْهَ وَالْكَفَّيْنِ  

 “Adapun perempuan, jika merdeka, maka seluruh tubuhnya merupakan aurat, kecuali wajah dan kedua telapak tangan.” (Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Raudhatut Thalibin, juz 1, h. 104).    


Sedangkan, Syekh Ibnu Qudamah al-Hanbali menyebutkan:

   وَالْمَرْأَةُ كُلُّهَا عَوْرَةٌ إِلَّا الْوَجْهَ، وَفِي الْكَفَّيْنِ رِوَايَتَانِ   

“Dan seluruh tubuh perempuan adalah aurat, kecuali wajah. Sedangkan terkait kedua telapak tangan terdapat dua riwayat.” (Abdullah bin Qudamah, al-Kafi fi Fiqhil Imam Ahmad, juz 2, h. 20).      

Kedua, sebagian ulama mazhab Syafi’i yang lain menyatakan, wajah perempuan termasuk aurat, maka wajib ditutupi. Syekh Syarqawi menulis:   

أَمَّا عَوْرَتُهَا خَارِجَ الصَّلَاةِ بِالنِّسْبَةِ لِنَظَرِ الْأَجْنَبِيِّ إِلَيْهَا فَجَمِيْعُ بَدَنِهَا حَتَّى الْوَجْهَ وَالْكَفَّيْنِ   

“Adapun aurat perempuan di luar shalat dari sisi pandangan laki-laki lain terhadap dirinya adalah seluruh badannya, sampai wajah dan kedua telapak tangan.” (Lihat: Abdullah bin Hijazi Asy-Syarqawi, Hasyiyah As Syarqawi Ala Tuhfatut Tullab, juz 1, h. 174).   

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas ulama meliputi ulama mazhab Hanafi, ulama mazhab Maliki, sebagian ulama mazhab Syafi’i, dan ulama mazhab Hanbali menegaskan bahwa wajah perempuan tidak termasuk aurat, sehingga tidak wajib ditutupi dengan cadar dan sejenisnya. 

Sedangkan, sebagian ulama mazhab Syafi’i yang lain menyatakan bahwa wajah termasuk aurat, sehingga wajib ditutupi.   

Perbedaan pendapat ini, di antaranya disebabkan perbedaan mereka dalam menafsirkan Al quran surat Annur ayat 31.

Meskipun demikian, terkait hukum memakai cadar, para ulama memberikan perincian sebagai berikut:  

Memakai Cadar saat Ihram Para ulama empat mazhab bersepakat bahwa perempuan yang sedang melakukan ihram dilarang (diharamkan) memakai cadar. Jika ia tetap memakai cadar, tanpa ada kebutuhan mendesak, maka ia wajib membayar denda. Mereka berpedoman pada hadis riwayat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

   وَلاَ تَنْتَقِبُ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ، وَلاَ تَلْبَسُ القُفَّازَيْنِ   

"Dan seorang wanita yang berihram tidak boleh memakai cadar dan tidak boleh memakai kaos tangan." 

Memakai Cadar saat Shalat Para ulama mazhab empat juga sepakat bahwa memakai cadar saat melaksanakan shalat hukumnya makruh. Syekh Mansur bin Yunus Al-Bahuti menyebutkan: 

  وَيُكْرَهُ أَنْ تُصَلِّيَ فِي نِقَابٍ وَبُرْقُعٍ بِلَا حَاجَةٍ، قَالَ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ: أَجْمَعُوا عَلَى أَنَّ عَلَى الْمَرْأَةِ أَنْ تَكْشِفَ وَجْهَهَا فِي الصَّلَاةِ وَالْإِحْرَامِ.   

Dan dimakruhkan bagi perempuan shalat dengan (memakai) cadar dan burqa’, tanpa ada hajat. Ibnu Abdil Barr berkata: Para ulama bersepakat bahwa seorang perempuan harus membuka wajahnya pada saat shalat dan ihram. (Lihat: Mansur bin Yunus Al-Bahuti, Kasysyaf Al Qina an Matnil Iqna’, juz 2, h. 256).   

Memakai Cadar saat Akad Nikah

Dalam mazhab Syafi’i, para ulama berbeda pendapat tentang hukum memakai cadar saat akad nikah. 

Sebagian ulama mengatakan bahwa pernikahan perempuan yang bercadar tidak sah kecuali jika kedua saksi mengetahuinya, baik nama, nasab, atau gambar perempuan tersebut.

   قَالَ جَمْعٌ: وَلَا يَنْعَقِدُ نِكَاحُ مُنْتَقِبَةٍ إلَّا إِنْ عَرَفَهَا الشَّاهِدَانِ اسْمًا وَنَسَبًا أَوْ صُورَةً   

"Sekelompok ulama berkata: Dan pernikahan perempuan yang memakai cadar tidak sah, kecuali jika kedua saksi mengetahuinya, baik nama dan nasabnya, atau gambarnya." 

(Lihat: Ahmad bin Muhammad bin Hajar al-Haitami, Tuhfatul Muhtaj, juz 10, h. 261).  

Akan tetapi, sebagian ulama lain tidak mensyaratkan kedua saksi melihat wajah perempuan saat akad. Disebutkan dalam kitab Hawasyi Asy-Syarwani Ala Tuhfatul Minhaj:   

لَا يُشْتَرَطُ رُؤْيَةُ الشَّاهِدَيْنِ وَجْهَهَا فِي انْعِقَادِ النِّكَاحِ   

"Tidak disyaratkan kedua saksi melihat wajah perempuan untuk keabsahan pernikahan."   

Memakai Cadar pada Selain Kondisi di Atas Para ulama empat mazhab berbeda pendapat terkait hukum memakai cadar pada selain kondisi di atas (dalam kondisi biasa), termasuk saat bekerja. Pertama, ulama mazhab Hanafi, sebagian ulama mazhab Syafi’i, dan ulama mazhab Hanbali menyatakan bahwa memakai cadar hukumnya mubah.   Kedua, ulama mazhab Maliki menyatakan, memakai cadar hukumnya makruh karena termasuk berlebih-lebihan dalam beragama.   Ketiga, menurut sebagian ulama mazhab Syafi’i hukum memakai cadar adalah sunnah, bahkan sebagian ulama menghukuminya wajib. (Lihat: Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, juz 41, h. 134).   Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para ulama bersilang pendapat terkait hukum memakai cadar pada kondisi normal (kondisi biasa). Mayoritas ulama membolehkannya, sebagian ulama menghukuminya makruh, sebagian ulama menghukuminya sunnah, dan sebagian ulama mewajibkannya.   Semoga keragaman pendapat ulama ini bisa membuat kita semakin moderat, toleran, dan tidak mudah menyalahkan kelompok lain yang berbeda dengan kita. Wallahu A’lam.  


SUMBER : Islam.nu.or.id.



Friday, October 1, 2021

ILMU TAUHID DALAM ASWAJA

Oleh: KH Taufik Damas

Wakil Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta menjelaskan tentang
Allah itu Ada.
Kalau anda belajar ilmu Tauhid Aswaja, anda akan temukan bahwa Allah memiliki 20 sifat wajib. Dimulai dari sifat wujud, dan seterusnya. Semua sifat wajib Allah ada nash-nya dalam Al-Qur'an, kecuali sifat wujud. Tidak ada nash Al-Qur'an yang menegaskan Allah itu ada (wujud). Untuk itu Imam Abu Hasan Al-Asy'ari merumuskan Ilmu Tauhid (teologi) yang menegaskan sifat wajib pertama bagi Allah adalah wujud. Dalilnya adalah dalil logis, bukan dalil nash dari Al-Qur'an.
Dibangunlah silogisme demikian: alam raya ini baru; semua yang baru pasti ada penciptanya; maka alam raya ada penciptanya. Nama pencipta alam raya lantas diperkenalkan melalui wahyu, yaitu Allah SWT.
Jadi bener banget apa yang dikatakan oleh Kiai Said (Ketum PBNU) bahwa dalam Al-Qur'an memang tidak ada dalil (nash) Allah itu ada.
Selain sifat wujud, Allah punya sifat qidam. Ada nash qidam di Al-Qur'an? Ada. Ada nash baqa' di Al-Qur'an? Ada. Ada nash mukhalafatu lil hawadits di Al-Qur'an? Ada: laisa ka mitslihi syaiun. Dst.
Nash "Allahu wujudun" ada di Al-Qur'an? Tidak ada.
Itu yang dimaksud oleh Kiai Said.
Sederhana banget, kan?... 😊🙏

Wednesday, September 29, 2021

BAB KE 1 OPTIMIS, IKHTIAR DAN TAWAKAL

 

KLIK ULANGAN HARIAN KELAS IX OPTIMIS IKHTIAR DAN TAWAKAL SEMESTER GANJIL



BAHAN AJAR

Pengertian

Allah Swt. akan menguji hamba-Nya yang beriman untuk mengetahui tingkat kesabarannya. Ujian dari Allah Swt. tersebut bisa berupa sakit, kesusahan, kelaparan, dan sebagainya. Kesabaran seorang hamba dapat dilihat saat menerima ujian tersebut. Jika ia tetap optimis dan bersabar, maka Allah Swt. akan memberikan pahala berlipat ganda. Setiap ujian dari Allah Swt. bukan untuk ditakuti tetapi harus dihadapi dengan sikap terbaik. Sikap terbaik dalam menghadapi ujian tersebut adalah tetap optimis dan sabar. Setiap manusia pasti pernah mengalami kebahagiaan dan kesusahan. Keduanya memang diciptakan Allah Swt. untuk menguji manusia. Cobaan dan ujian yang diberikan Allah Swt. kepada hamba-Nya dapat dijadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari tentu kalian pernah melihat atau mendengar seseorang berputus asa dalam menghadapi persoalan hidup. Mereka merasa tidak mampu menyelesaikan persoalan tersebut. Pikiran mereka seolah menjadi tumpul dan tidak ada ikhtiar untuk mencari solusi. Banyak diantara mereka yang mengalami depresi, stres, bahkan sampai bunuh diri. Putus asa merupakan perilaku tercela yang harus dihindari. Berputus asa menyebabkan seseorang jauh dari kasih sayang Allah Swt. Sebagai pelajar tentu kalian mempunyai cita-cita. Apakah kalian optimis cita-cita tersebut dapat tercapai? Sudah seharusnya sikap optimis tertanam dalam diri kalian. Sikap optimis akan menambah semangat dan kekuatan dalam meraih cita-cita. Tidak cukup hanya optimis, harus ada usaha nyata guna meraih cita-cita tersebut. Setelah berusaha sekuat tenaga dan berdoa, pasrahkan hasilnya kepada Allah Swt. Kepasrahan kepada Allah Swt. Untuk lebih jelasnya mari kita telusuri dan pelajari dari pengertian masing masingnya, sebagaiberikut :


  1. Optimis.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal atau persoalan. Sifat optimis adalah sifat orang yang memiliki harapan positif dalam menghadapi segala hal atau persoalan. Kebalikan dari optimis adalah pesimis. Orang yang memiliki sifat pesimis selalu berpandangan negatif dalam menghadapi persoalan. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita memiliki sifat optimis. Sifat itu memicu seseorang menjadi bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan dan memberi kekuatan dalam menghadapi suatu masalah. Sebaliknya sifat pesimis menjadi penyebab seseorang menjadi terpuruk tidak bersemangat. Sifat optimis termasuk perilaku terpuji (akhlak karimah) yang harus dimiliki seorang muslim. Seorang muslim yang memiliki sifat optimis akan selalu berpikiran positif dan berprasangka baik kepada Allah Swt.

      Nabi Muhammad Saw. memberikan teladan kepada kita agar senantiasa memiliki sikap optimis. Perhatikan hadits berikut ini: Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: "Tidak ada rasa thiyarah (rasat buruk dan kesialan), dan yang lebih baik dari itu adalah rasa optimis. Maka tanyakanlah kepada beliau: "Apa yang dimaksud dengan rasa optimis?", Beliau bersabda: "Yaitu kalimat baik yang sering didengar oleh salah seorang dari kalian.” (HR. Ahmad)

Seseorang yang bersifat optimis akan tetap semangat menghadapi semua permasalahan. Jika tidak berhasil menyelesaikan suatu permasalahan, maka dia akan mencoba lagi untuk kedua kalinya, jika gagal kedua kalinya, akan mencoba lagi untuk ketiga kali, sampai berhasil. Sebaliknya jika seseorang pesimis, maka akan menyerah dan tidak mau berusaha lagi. Sifat pesimis merupakan sifat tercela yang harus dihindari oleh setiap muslim. Sifat pesimis akan membuat seseorang berprasangka buruk kepada diri sendiri dan kepada Allah Swt.

Setiap cobaan hidup yang dialami oleh seorang muslim harus dihadapi dengan tabah, semangat pantang menyerah, serta bersungguh sungguh berusaha mencari solusi terbaik. Pantang bagi seorang muslim untuk mengeluh apalagi berputus asa. Hidup ini akan terasa menyenangkan dan terasa indah jika kita mampu menjalaninya dengan penuh optimis.

Contoh Orang Yang Optimis.

Salah satu ciri orang yang optimis adalah ia memiliki harapan yang baik pada saat sebelum melakukan suatu pekerjaan. Melakukannya dengan sepenuh hati dan perasaan senang serta Pada saat melaksanakan suatu pekerjaan. orang yang optimis mensyukuri keberhasilannya dan mengevaluasi kekurangannya, setelah selesai melakukan suatu pekerjaan.

Ciri lain dari orang yang optimis adalah melihat segala sesuatu sebagai sebuah kesempatan, peluang, dan kemungkinan, ia semangat dalam belajar, bekerja dan pantang menyerah untuk selalu berusaha dan berdo'a terus. Sekalipun banyak rintangan dan sering mengalami kegagalan. Sebaliknya orang yang pesimis melihat segala sesuatu sebagai kegagalan dan ketidakmungkinan.

Dalam situasi yang sulit orang yang optimis akan selalu bilang, “Meskipun sulit, namun masih ada kesempatan untuk berhasil.”

Sebaliknya, dalam situasi yang mudah orang yang pesimis masih mengatakan, “Sebenarnya itu hal yang mudah bagiku, namun aku khawatir kalau nantinya akan gagal.”

Orang yang optimis biasanya ditandai dengan wajah yang berseri-seri dan mudah untuk tersenyum. Sebaliknya orang yang pesimis biasanya sering cemberut dan terlihat murung. Sekarang kita dapat memilih, mau menjadi orang yang optimis atau pesimis ?


      2. Ikhtiar.

Ikhtiar adalah berusaha bersungguh - sungguh untuk mencapai harapan, keinginan, atau cita-cita. Ketika seseorang menginginkan sesuatu maka ia harus mau berusaha dan berupaya untuk meraihnya. Contoh-contoh ikhtiar adalah sebagai berikut.

a. Orang yang ingin pandai harus berusaha dengan rajin belajar.

b. Orang yang ingin hidup berkecukupan harus berusaha dengan rajin bekerja

c. Orang yang ingin memiliki tabungan harus berusaha hidup hemat atau mengurangi pengeluaran

d. Orang yang ingin sehat harus berusaha dengan rajin menjaga kebersihan dan berolahraga.

e. Orang yang sedang sakit dan ingin sembuh harus berobat. Usaha-usaha tersebut merupakan bagian penting yang harus dilakukan oleh manusia.

Dengan demikian tidak dibenarkan orang yang mempunyai keinginan itu hanya berdiam diri tanpa ada upaya sama sekali. Selanjutnya usaha tersebut diikuti dengan doa, memohon kepada Allah Swt. agar keinginan tersebut dapat terwujud.

Perhatikan kisah mengenai gigihnya usaha seorang anak sopir angkot dalam meraih cita-citanya berikut ini: Allah Swt. mengajarkan mengenai pentingnya ikhtiar, sebagaimana firman-Nya berikut ini:

 وَأَنْلَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ. وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَىٰ . ثُمَّيُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَىٰ . وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَالْمُنْتَهَىٰ

Artinya: “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu)”. (QS. an Najm:39-42).


 3. Tawakal.

Tawakal artinya berserah diri kepada Allah Swt. atas hasil usaha kita setelah berusaha dengan sungguh-sungguh dan berdoa. Misalnya, saat menghadapi ulangan kamu sudah belajar dengan sungguh-sungguh dan menyelesaikan soal-soal dengan cermat dan teliti. 

Setelah itu kamu pasrah dan menyerahkan keputusan atas hasil usaha kamu kepada Allah Swt. Contoh lain misalnya seseorang telah bekerja mencari nafkah dengan sungguh-sungguh. Berapapun hasilnya ia pasrahkan sepenuhnya kepada Allah Swt. Ia meyakini bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki, Maha Pemurah, dan Maha Kaya.

Kepribadian tawakal ini merupakan salah satu akhlak terpuji. Seseoran yang memiliki sikap tawakal berarti telah memiliki modal awal yang baik. Seandainya hasil usahanya tidak memuaskan maka ia dapat menerima dengan lapang dada dan penuh kesabaran. Sebaliknya , jika hasil usahanya sangat memuaskan maka ia tidak merasa sombong dan angkuh karena hal itu semata-mata karunia dari Allah Swt. Ingatlah bahwa manusia hanya berkewajiban untuk berusaha, sedangkan keputusan sepenuhnya di tangan Allah Swt. yang memiliki sifat wajib Maha Berkehendak (Irādah) dan Maha Kuasa (Qudrah).

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَآمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْهَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُواإِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْۖ وَاتَّقُوا اللَّهَۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman ! Ingatlah nikmat Allah (yang diberikan) kepadamu, ketika suatu kaum` bermaksud hendak menyerangmu dengan tangannya, lalu Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah-lah hendaknya orang-orang beriman itu bertawakal." (QS. Al-Maidah : 11).

Seseorang yang menyertakan tawakal dalam setiap tindakan dan usahanya akan berdampak positif terhadap kepribadiannya. Dampak positif ini terlihat tidak hanya ketika usahanya berhasil. Namun juga terlihat ketika usahanya tidak berhasil. Orang yang tawakal tetap menanggapinya dengan positif. Contoh Orang Yang Tawakal.

  1. Kalau usahanya sukses, orang yang tawakal meyakini bahwa kesuksesan itu merupakan karunia Allah Swt. yang harus disyukuri dan tidak perlu menjadi tinggi hati.

  2. Kalau usaha tidak sukses, orang yang tawakal tidak berputus asa dan tetap berusaha. Bahkan dia melakukan introspeksi diri mengapa usahanya tersebut belum berhasil. Apakah ada sesuatu yang kurang atau ada yang ia kerjakan dengan tidak sungguh-sungguh. Orang yang tawakal tetap meyakini bahwa kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda.

 Wong Mabok.

Sepintas orang ketika mabok, terlihat begitu menyeramkan; Mata merah menyala, mulutnya ngoceh tak kenal takut, mukanya garang, peluhnya bagai Mike Tyson menghajar lawannya. Namun dibalik kesangarannya, orang mabok ternyata begitu lemah, rapuh, tak berdaya, tak bertenaga..... Semua kesangaran itu palsu belaka. Pemabok tidak dilatih seperti Tyson. Ia hanya terus menerus dicekoki minuman sehingga merasa seperti Tyson.
Dulu orang mabok cuma sedikit variasinya; akibat dicekoki miras. Sekarang orang banyak yang mabok tanpa minum miras sekalipun. Yang lagi musim sekarang adalah mabok agama. Tak sedikit orang bergaya dan merasa bagai Sayidina Umar, Khalid bin Walid atau Sayidina Ali karromallahu wajah. Lihat gaya para pemabok agama; sorbannya, gamisnya, pekikan takbirnya membahana di mana mana. Namun cobalah tanyai mereka; berapa rukun sholat?? Yang membatalkan sholat??? Apa tujuan beragama???
Para pemabok agama tidak dilatih untuk tertib mengkaji agama, mereka hanya dicekoki doktrin doktrin sehingga serasa seperti pembela agama sejati, padahal kosong akan agama itu sendiri.
قل فيهما اثم كبير ومنافع للناس، واثمهما اكبر من نفعهما
 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes