BREAKING NEWS

Watsapp

Thursday, July 4, 2024

HUKUM SHOLAT BERJAMAAH

Hukum SHOLAT berjamaah 

Rapat koordinasi PENTAS PAI 


Sholat berjamaah hukum nyah Sunnah  mua'akkad, namun menurut pendapat asoh adalah fardlu kifayah.


Referensi

Fathul Mu'in:


صلاة الجماعة في أداء مكتوبة لا جمعة سنة مؤكدة للخبر المتفق عليه [البخاري رقم: 645, مسلم رقم: 650] : صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة.

والأفضلية تقتضي الندبية فقط.


Sholat berjamaah dalam sholat Maktubah, bukan sholat Jumat adalah sunnah muakkadah berdasarkan hadits yang disepakati: sholat berjamaah lebih utama daripada sholat sendirian dengan selisih dua puluh tujuh derajat. 


Keutaman 27 derjat tersebut adalah dalam hal kesunnahannya saja.


وحكمة السبع والعشرين: أن فيها فوائد تزيد على صلاة الفذ بنحو ذلك.


Adapun hikmah dalam keutamaan 27 derajat adalah bahwa dalam sholat berjamaah terdapat faidah-faidah yang melebihi sholat sendirian dalam hal itu.


وخرج بالأداء القضاء نعم إن اتفقت مقضية الإمام والمأموم سنت الجماعة وإلا فخلاف الأولى كأداء خلف قضاء وعكسه وفرض خلف نفل وعكسه وتراويح خلف وتر وعكسه وبالمكتوبة: المنذورة والنافلة فلا تسن فيهما الجماعة ولا تكره.


Kecuali sholat berjamaah sholat ada' dan sholat qodlo', apabila antara sholatnya imam dan makmum sama (semisal sama-sama dzuhur) maka disunnahkan berjamaah, jika tidak sama, maka hukumnya khilaful aula seperto sholat ada' bermakmum pada orang yang sholat qodlo' atau sebaliknya, atau sholat maktubah mandzuroh dengan sholat nafilah, maka tidak disunnahkan berjamaah namun tidak juga dimakruhkan. 

قال النووي: والأصح أنها فرض كفاية للرجال البالغين الأحرار المقيمين في المؤاداة فقط بحيث يظهر شعارها

بمحل إقامتها.

Imam An-nawawi berkata, "Pendapat yang ashoh adalah bahwa sholat berjamaah hukum fardlu kifayah bagi Laki-laki baligh yang merdeka dan muqim dalam hal sholat yang ada' saja, sekiranya syi'ar sholat berjamah nampak di tempat diberdirikannya sholat berjamaah tersebut.


وقيل: إنها فرض عين وهو مذهب أحمد.


Dan dikatakan bahwa sholat berjamaah hukumnya fardlu ain dan itu adalah madzhab Imam Ahmad bin Hanbal.


[زين الدين المعبري ,فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين ,page 171]


Fathul Qorib:


(وصلاة الجماعة) للرجال في الفرائض غير الجُمُعَةِ (سنة مؤكدةٌ) عند المصنف والرافعي. والأصح عند النووي أنها فرض كفاية.


(Sholat jamaah) bagi laki-laki selain sholat jumat (adalah sunnah mu'akkadah) menurut mushonnif kitab Taqrib dan menurut Imam Ar-Rofi'i. Pendapat yang ashoh adalah menurut Imam An-Nawawi yaitu fardlu kifayah (pada selain sholat jumat)


[محمد بن قاسم الغزي، فتح القريب المجيب صفحة ٩٢]


Hasyiyata Qolyubi:


وَقِيلَ: فَرْضُ كِفَايَةٍ لِلرِّجَالِ فَتَجِبُ بِحَيْثُ يَظْهَرُ الشِّعَارُ فِي الْقَرْيَةِ) مَثَلًا فَفِي الْقَرْيَةِ الصَّغِيرَةِ يَكْفِي إقَامَتُهَا فِي مَوْضِعٍ، وَفِي الْكَبِيرَةِ وَالْبَلَدِ تُقَامُ فِي الْمَحَالِّ، فَلَوْ أَطْبَقُوا عَلَى إقَامَتِهَا فِي الْبُيُوتِ لَمْ يَسْقُطْ الْفَرْضُ. 


"(Dan dikatakan bahwa sholat jamaah hukumnya fardlu kifayah bagi para laki-laki, maka wajib melakukannya sekiranya syi'ar tampak jelas pada satu desa) umpamanya, dalam satu desa kecil telah dilakukan sholat jamaah di satu tempat, maka hal itu sudah cukup. Dan dalam desa yang besar atau kota maka harus dilakukan di tempatnya (masjid, musholla, dan surau), apabila masyarakat melakukan/menerapkan sholat jamaah di rumah-rumah, maka fardlu kifayahnya belum gugur/tercapai."


[القليوبي ,حاشيتا قليوبي وعميرة ,1/253]

Wednesday, July 3, 2024

SHOLAT JANAZAH PART 18 MENTALQIN JANAZAH SETELAH DIMAKAMKAN

BAROKAH NGAJI KIYAI SHOLIHIN

TERJEMAH FATHUL MU'IN


SHOLAT JANAZAH 

PART 18

MENTALQIN JANAZAH SETELAH DIMAKAMKAN


 وَ أَنْ يَقِفَ جَمَاعَةٌ بَعْدَ الدَّفْنِ عِنْدَ الْقَبْرِ سَاعَةً يَسْأَلُوْنَ لَهُ التَّثْبِيْتُ وَ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ


 Sunnah sesudah mayat dimaqāmkan segolongan orang 📝 berdiri sejenak📚 di sekitar kubur untuk memohonkan ketetapan iman📑 dan ampunan dosa. 


------------------

📝وإنما ندب وقوف جماعة بعد الدفن، لانه - صلى الله عليه وسلم - كان إذا فرغ من دفن ميت وقف عليه وقال: استغفروا لأخيكم، وأسألوا له التثبيت، فإنه الآن يسئل.

"Disunnahkan agar sekelompok orang berdiri setelah pemakaman, karena Nabi - shallallahu 'alaihi wa sallam - ketika selesai menguburkan seorang mayit, beliau berdiri di atasnya dan berkata: 'Mintalah ampun untuk saudara kalian, dan mintalah kekuatan baginya, karena saat ini dia sedang ditanya.'"


(واعلم) أن السؤال عام لكل مكلف، ويكون بحسب لغته - على الصحيح - وقيل بالسرياني.

"Dan ketahuilah bahwa pertanyaan itu umum bagi setiap orang yang mukallaf (bertanggung jawab secara syariat), dan akan dilakukan sesuai dengan bahasa mereka - menurut pendapat yang shohih - dan ada yang mengatakan dalam bahasa Suryani.

وهو - على القول به - أربع كلمات، 

Menurut pendapat yang mengatakan demikian, bahasa suryani ada empat kata:

الأولى: اتره.

فمعنى الأولى: قم يا عبد الله إلى سؤال الملكين.

Makna dari kata pertama  ( أتره ): Berdirilah wahai hamba Allah untuk menjawab pertanyaan dua malaikat.


الثانية: اترح.

ومعنى الثانية: فيم كنت؟

Makna dari kata kedua ( أترح ): Untuk apa kamu? (  hidupmu untuk apa ?)


الثالثة: كاره.

ومعنى الثالثة: من ربك وما دينك؟

Makna dari kata ketiga (  كاره ) : Siapa Tuhanmu dan apa agamamu?


الرابعة: سالحين.

 ومعنى الرابعة: ما تقول في هذا الرجل الذي بعث فيكم وفي الخلق أجمعين؟ 

 Makna dari kata keempat: Apa yang kamu katakan tentang orang ini yang diutus di tengah kalian dan seluruh makhluk?

وقد ورد أن حفظ هذه الكلمات دليل على حسن الخاتمة.

Dikatakan bahwa menghafal kata-kata ini adalah tanda dari akhir hayat yang baik / HUSNUL KHOTIMAH."


📚أي بقدر ذبح جزور وتفرقة لحمها.

Artinya: "Yaitu sebanyak waktu yang digunakan untuk menyembelih unta dan membagikan dagingnya."


📑كأن يقولوا اللهم ثبته.

Seperti mereka berdoa اللهم ثبته " artinya : ya Allah tetapkan imannya "


فلو أتوا بغير ذلك - كالذكر على القبر - لم يكونوا آتين بالسنة وإن حصل لهم ثواب على ذكرهم.

"Jadi, jika mereka melakukan selain itu ( selain اللهم ثبته )  - seperti berdzikir di atas kuburan - mereka tidak menjalankan sunnah meskipun mereka mendapatkan pahala atas dzikir mereka."

والسؤال المذكور غير التلقين الآتي، وذلك لما روي عن عمرو بن العاص أنه قال: إذا دفنتموني فأقيموا بعد ذلك حول قبري ساعة، قدر ما تنحر جزور ويفرق لحمها، حتى أستأنس بكم

: "Dan pertanyaan tersebut berbeda dengan talqin yang akan datang, karena diriwayatkan dari 'Amr bin al-'As bahwa ia berkata: 'Jika kalian menguburku, berdirilah di sekeliling kuburanku selama satu jam, sebanyak waktu yang dibutuhkan untuk menyembelih unta dan membagikan dagingnya, agar aku merasa tenang bersama kalian.'"


 I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 140.

  Nurul ilmi

---------------------


وَ (تَلْقِيْنُ بَالِغٍ، وَ لَوْ شَهِيْدًا) كَمَا اقْتَضَاهُ إِطْلَاقُهُمْ خِلَافًا لِلزَّرْكَشِيِّ (بَعْدَ) تَمَامِ (دَفْنٍ) فَيَقْعُدُ رَجُلٌ قِبَالَةَ وَجْهِهِ وَ يَقُوْلُ: “يَا عَبْدَ اللهِ ابْنَ أَمَةِ الله: اذْكُرِ الْعَهْدَ الَّذِيْ خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا: شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ أَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ، وَ أَنَّ النَّارَ حَقٌّ، وَ أَنَّ الْبَعْثَ حَقٌّ، وَ أَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيْهَا، وَ أَنَّ اللهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُوْرِ، وَ أَنَّكَ رَضِيْتَ بِاللهِ رَبًّا، وَ بِالْإِسْلَامِ دِيْنًا، وَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا، وَ بِالْقُرْآنِ إِمَامًا، وَ بِالْكَعْبَةِ قِبْلَةً، وَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ إِخْوَانًا. رَبِّيَ اللهُ، لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ، وَ هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ”.


Dan sunnah Mentalqīn Mayat yang Telah Bāligh📚

Sesudah sempurna pemakāman, hukumnya sunnah menalqīn mayat yang sudah bāligh, sekalipun mati syahīd, (5⃣6⃣) sebagaimana menurut ketetapan ‘ulamā’, berbeda dengan pendapat Imām az-Zarkasyī📒. Maka pentalqīn duduk berhadapan dengan wajah mayat dan berkata: (يَا عَبْدَ اللهِ ابْنَ أَمَةِ الله:…..) 📗– sampai selesai – “Wahai hamba Allah, putra hamba wanita! Ingatlah janjimu yang engkau bawa dari alam dunia, yaitu persaksian tiada tuhan selain Allah, yang tiada menyekutui-Nya; Nabi Muḥammad adalah Rasūl-Nya; sungguh surga itu hak adanya, neraka adalah hak, kebangkitan dari kubur adalah hak, hari kiamat pasti akan tiba yang tiada keraguan lagi, dan Allah akan membangkitkan orang-orang yang berada dalam kubur. Sesungguhnya engkau telah rela Allah s.w.t. menjadi Tuhanmu; Islam sebagai agamamu; al-Qur’ān sebagai panutanmu; Ka‘bah sebagai qiblatmu, orang-orang mu’min sebagai saudaramu,

Tuhanku adalah Allah s.w.t.; Tiada tuhan selain Allah, kepada-Nya saya berserah diri, dan Dia Penguasa ‘Arsy Yang Agung”.

-------------

📚 وخرج بالبالغ الطفل، فلا يسن تلقينه لأنه لا يفتن في قبره.

: "Dan yang tidak termasuk adalah anak kecil, maka tidak disunnahkan untuk memberinya talqin karena ia tidak akan ditanya di dalam kuburnya.

ومثله المجنون - إن لم يسبق له تكليف وإلا لقن - وعبارة النهاية: ولا يلقن طفل - ولو مراهقا - ومجنون لم يتقدمه تكليف - كما قيد به الأذرعي - لعدم افتتانهما.

Begitu pula dengan orang gila - jika sebelumnya tidak terkena taklif ( gila dari kecil ), jika tidak ( gila dari kecil ) maka ia diberi talqin - dan menurut kitab An-Nihayah: 'Anak kecil - meskipun sudah remaja - dan orang gila yang sebelumnya tidak terkena taklif - sebagaimana dibatasi oleh al-Adhra'i - karena mereka tidak akan ditanya di dalam kuburnya.'"


5⃣6⃣

ولا فرق بين شهيد المعركة وغيره.

"Dan tidak ada perbedaan antara syahid yang gugur dalam pertempuran dengan yang lainnya.


وقال م ر: استثنى بعضهم شهيد المعركة، كما لا يصلى عليه.

Dan Imam  Syamsuddin Ar-Romli (w. 1004 H ). mengatakan: Sebagian dari mereka mengecualikan syahid pertempuran, seperti tidak dishalatkan.


وأفتى به الوالد رحمه الله تعالى.

Dan ayah saya (rahimahullah) juga berfatwa demikian."


والأصح أن الأنبياء - عليهم الصلاة والسلام - لا يسألون، لأن غير النبي يسئل عن النبي، فكيف يسأل هو عن نفسه؟.

"Yang lebih benar adalah bahwa para nabi - semoga shalawat dan salam tercurah kepada mereka - tidak ditanya, karena yang bukan nabi itulah yang ditanya tentang nabi, maka bagaimana mungkin dia bertanya tentang dirinya sendiri?"

واستدل القرطبي لعدم سؤال شهيد المعركة بخبر مسلم هل يفتن الشهيد؟ قال: كفى ببارقة السيوف على رأسه فتنة

Al-Qurṭubī menggunakan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim sebagai dalil bahwa syahid dalam pertempuran tidak akan ditanya di alam kubur. Dalam hadits tersebut disebutkan, "Apakah syahid akan diuji (di alam kubur)?" Dijawab: "Cukup dengan kilatan pedang di atas kepalanya sebagai ujian."


📒أي في قوله إن الشهيد لا يلقن لعدم سؤاله.

Berbeda dengan pendapat Imām Zarkasyī yang menyatakan tidak perlu ditalqīn sebab ia tidak akan ditanya malaikat di alam qubur.


رواه الطبراني بلفظ: إذا مات أحد من إخوانكم فسويتم التراب على قبره، فليقم أحدكم على رأس قبره، ثم ليقل: يا فلان ابن فلانة، فإنه يسمعه.

Hadis yang diriwayatkan"Jika salah satu dari saudara kalian meninggal dan kalian telah meratakan tanah di atas kuburnya, hendaklah salah satu dari kalian berdiri di dekat kepala kuburnya, lalu berkata: 'Wahai Fulan bin Fulanah,' maka ia akan mendengarnya.

 قال: ومعناه أن السؤال في القبر إنما جعل لامتحان المؤمن الصادق في إيمانه، وثبوته تحت بارقة السيوف أدل دليل على صدقه في إيمانه.

 Dia berkata: "Artinya, pertanyaan di kubur dibuat untuk menguji keimanan seorang mukmin yang sejati, dan keteguhannya di bawah kilatan pedang adalah bukti paling jelas atas kebenaran keimanannya."

(قوله: يقول: يا عبد الله إلخ) رواه الطبراني بلفظ: إذا مات أحد من إخوانكم فسويتم التراب على قبره، فليقم أحدكم على رأس قبره، ثم ليقل: يا فلان ابن فلانة، فإنه يسمعه.

Perkataan mushonef يا عبد الله الخ 

Imam ath thobroni meriwayatkan hadis  dengan lafad ( artinya )

"Jika salah satu dari saudara kalian meninggal dan kalian telah meratakan tanah di atas kuburnya, hendaklah salah satu dari kalian berdiri di dekat kepala kuburnya, lalu berkata: 'Wahai Fulan bin Fulanah,' maka ia akan mendengarnya.


ثم يقول: يا فلان ابن فلانة، فإنه يستوي قاعدا.

Kemudian katakan: 'Wahai Fulan bin Fulanah,' maka ia akan duduk tegak.


ثم يقول: يا فلان ابن فلانة، فإنه يقول :

Kemudian katakan lagi: 'Wahai Fulan bin Fulanah,' maka ia akan berkata:

: أرشدنا يرحمك الله - ولكن لا تشعرون -

'Tunjukkan kami, semoga Allah merahmati kalian - tetapi kalian tidak menyadarinya -


 فليقل: اذكر ما خرجت عليه من الدنيا: شهادة أن لا إله إلا الله، وأن محمدا عبده ورسوله، وأنك رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا، وبمحمد نبيا، وبالقرآن إماما

 maka hendaklah dia mengatakan: 'Ingatlah apa yang kamu bawa dari dunia: kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan bahwa kamu ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai nabi, dan Al-Qur'an sebagai imam.'"

 

 I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 140 Nurul ilmi

--------------

 قَالَ شَيْخُنَا: وَ يُسَنُّ تِكْرَارَهُ ثَلَاثًا، وَ الْأَوْلَى لِلْحَاضِرِيْنَ الْوُقُوْفُ، وَ لِلْمُلَقَّنِ الْقَعُوْدُ.

Guru kami berkata: Sunnah mengulang talqīn sebanyak tiga kali. Yang lebih utama dalah peziarah-peziarah berdiri, sedangkan orang yang mentalqin duduk. 5⃣7⃣

-------------

(5⃣7⃣) قوله: وللملقن القعود) أي والأولى للملقن أن يقعد أي لأنه أقرب إلى إسماع الميت التلقين.

Yang utama bagi yang metalqin adalah duduk, Supaya mayit dapat mendengar talqīn tersebut. 


I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 141

 Nurul ilmi

 --------------

 وَ نِدَاؤُهُ بِالْأُمِّ فِيْهِ أَيْ إِنْ عُرِفَتْ، وَ إِلَّا فَبِحَوَّاءَ لَا يُنَافِيْ دُعَاءَ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِآبَائِهِمْ، لِأَنَّ كِلَيْهِمَا تَوْقِيْفٌ، لَا مَجَالَ لِلرّْأْيِ فِيْهِ. وَ الظَّاهِرُ أَنَّهُ يُبْدَلُ الْعَبْدَ بِالْأُمَّةِ فِي الْأُنْثَى، وَ يُؤْنَثُ الضَّمَائِرَ. اِنْتَهَى.


 Memanggil si mayat dalam talqīn dengan menyebut nama ibunya – jika ibunya diketahui, jika tidak, maka dengan menyebut nama Ḥawwā’ – tidak menafikan panggilan manusia di hari kiamat yang memakai nama ayahnya. Sebab, keduanya merupakan ketentuan dari syara‘ yang tidak dapat di nalar oleh pikiran. Sudah jelas bahwa lafazh (الْعَبْدَ) diganti dengan (الْأُنْثَى) bagi mayat wanita dan dhamīr-dhamīrnya diganti dengan mu’annats. Selesai.


MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI

SEMOGA BERMANFAAT

Monday, July 1, 2024

PERSOALAN MASJID

 Konsultasi bidang pendidikan 



Persoalan masjid


- Pembahasan yang pertama tentang memindahkan masjid ke-lokasi lain


Tidak boleh. Akan tetapi, menurut satu pendapat madzhab hambali, memindahkan masjid di perbolehkan selama berdasarkan kemaslahatan umum. Sedangkan menurut madzhab hanafi, memindahkan masjid diperbolehkan dengan ketentuan :


1. Bangunan sudah tidak layak.

2. Dipindah ketempat yang lebih baik.

3. Mendapat izin pemerintah.


Referensi :


نهاية الزين شرح قرة العين للشيخ محمد نواوي البنتني -

       ص : ٢٧٢. مكتبة الحرمين.


ولا يجوز استبدال الموقوف عندنا وإن خرب خلافا للحنفية وصورته عندهم أن يكون المحل قد آل إلى السقوط فيبدله بمحل آخر أحسن منه بعد حكم حاكم يرى صحته .


Artinya : 

"Tidak boleh mengganti bangunan wakaf ke-tempat lain, meskipun telah roboh. Berbeda dengan pendapat ulama madzhab hanafi yang memperbolehkan pemindahan jika bangunan wakaf sudah rapuh, telah mendapat izin pemerintah, dan dipindah ketempat yang lebih baik".


Referensi lain dalam madzhab hanafi :


الإنصاف للشيخ علاء الدين أبي الحسن المرداوي الحنبلي -

       ج : ٧. ص : ١٠١. دار إحياء التراث العربي.


ونقل صالح : يجوز نقل المسجد لمصلحة الناس وهو من المفردات واختاره صاحب الفائق وحكم به نائبا عن القاضي جمال الدين المسلتي .


Artinya : 

"Boleh memindahkan masjid karena kemaslahatan masyarakat. Hukum ini merupakan pengecualian. Pendapat ini dipilih oleh syekh jamal ad-din al-muslati"


- Pembahasan yang ke-dua tentang membangun sesuatu pada tanah masjid.

 

Ada dua hal yang memperbolehkannya :


1. jika bangunan tersebut mentradisi (sudah jadi tradisi) adanya bangunan tersebut keberadaannya di zaman pewakaf dan pewakaf tau akan hal tersebut (bangunan yang sudah jadi tradisi ada di masjid), maka diperbolehkan.


2. pewakaf telah mensyaratkan pembangunan tersebut ketika wakaf, maka diperbolehkan.


Referensi :


بغية المسترشدين للسيد عبد الرحمن ابن محمد باعلوي -

          ص : ٦٣. مكتبة الحرمين.


لا يجوز فعل نحو حوض فيه مما يغير هيئة المسجد ، إلا إن شرطه الواقف في صلب الوقف متصلا به كأن يقول : وقفت هذه الأرض مسجدا بشرط أن يفعل فيها حوض للماء مثلا ، او اطردت عادة موجودة في زمن الواقف علم بها بفعل نحو الحوض.


 Artinya :

"tidak diperbolehkan membangun kolam di area masjid kecuali karena dua hal. Pertama, pewakaf telah menyaratkan pembangunan kolam ketika wakaf. Kedua, pembangunan kolam di tanah masjid sudah mentradisi di zaman pewakaf dan ia tahu hal itu". 


- Pembahasan ke-tiga mengalih fungsikan wakaf menjadi hal lain.


Tinggal kita qiyaskan (analogikan) saja.


الفيوضات الربانية - ص : ٧٣.


فإن كان الذي يغير مسجدا هو المصلى الموقوف الذي شرطه الواقف بأن لا يغير فلا يصير مسجدا حقيقة ولو كان على صورة مسجد.


Artinya : 

"Jika bangunan wakaf yang dirubah menjadi masjid adalah musholla wakaf, sedangkan pewakaf mensyaratkan bangunan tersebut tidak boleh di rubah, maka bangunan tersebut sejatinya bukanlah masjid (akan tetapi tetal dalam haqiqatnya musholla) bukanlah masjid meski bentuknya sama".


Referensi lain :


الفتاوي الفقهية الكبرى للإمام شهاب الدين ابن حجر الهيتمي - ج : ٣. ص : ١٥٣. المكتبة الإسلامية.


وحاصل كلام الأئمة ف التغيير أنه لا يجوز تغيير الوقف عن هيئته فلا يجعل الدار بستانا ولا حماما ولا بالعكس إلا إذا جعل الواقف إلى الناظر ما يرى في مصلحة الوقف.


Artinya :

"Tidak diperbolehkan merubah tempat wakaf dari bentuk semula. Seperti merubah rumah menjadi kebun, kolam atau sebaliknya. Kecuali jika pewakaf memberi keleluasaan kepada nadzhir sesuai kemaslahatan benda wakaf".


Referensi lain :


الإنصاف للشيخ علاء الدين أبي الحسن المرداوي الحنبلي 

   ج : ٧. ص : ٥٧. دار إحياء التراث.


وقال الشيخ تقي الدين رحمه الله : يجوز تغيير شرط الواقف إلى ما هو أصلح منه وإن اختلف ذلك باختلاف الأزمان حتى لو وقف على الفقهاء والصوفية واحتاج الناس إلى الجهاد : صرف إلى الجند.


Artinya :

"Syekh taqiyuddin berkata, "Boleh merubah syarat pewakaf untuk hal yang lebih maslahat, meskipun hal itu berbeda dengan bergantung waktu. Sehingga, jika ada orang yang mewakafkan sesuatu pada ahli fikih dan sufi, lalu keadaan memaksa untuk perang, maka dari wakaf tersebut boleh dialokasikan untuk keperluan militer".


- Tambahan tentang membangun apapun seperti halnya madrasah di tanah wakaf masjid, tanpa persyaratan pewakaf dan tak ada kaitan dengan tujuan awal :

 

مجموع فتاوى ورسائل للسيد علوي المالكي -

   ص : ١٤٧. مطابع الرشد.


فلا يجوز بناء المدارس والزوايا في الأرض الموقوفة على مصالح المسجد لأنه استعمال للموقوف في غير ما وضع له وفيه مخالف لشرط الواقف .


Artinya :

"Tidak boleh membangun madrasah di tanah wakaf masjid. Karena hal itu tidak sesuai tujuan awal dan menyalahi syarat pewakaf".


- Tambahan tentang pelebaran masjid :


بغية المسترشدين للسيد عبد الرحمن ابن محمد باعلوي -

    ص : ٦٤. مكتبة الحرمين.


وحرم عليه وعلى غيره هدمه وتوسيعه إلا لضرورة أو حاجة كخوف سقوط جدار ودفع حر وبرد وضيق على نحو المصلين .


Artinya :

"Haram membongkar dan memperlebar masjid. Kecuali dalam keadaan darurat atau dinbutuhkan. Seperti tembok masjid rawan ambruk, menghindari cuaca panas dan dingin, atau sempitnya lokasi bagi jama'ah".

- Tambahan tentang pembudidayaan aset masjid :

فتح المعين بشرح قرة العين للإمام زين الدين المليباري -

     ص : ١٧٢. دار الكتب الإسلامية.


ويجوز بيع حصر المسجد الموقوفة علي إذا بليت بأن ذهب جمالها ونفعها وكانت المصلحة في بيعها .


بخلاف الموهوبة المشتراة للمسجد فتباع جزما لمجرد الحاجة أي المصلحة وإن لم تبل.


Artinya :

"Boleh menjual tikar atau kayu wakaf masjid ketika sudah rusak hilang bagusnya dan manfa'atnya benda wakaf tersebut, Sebab adanya kemaslahatan dalam penjualannya".


"Berbeda jika karpet atau kayu tersebut bukan benda wakaf. Maka boleh menjualnya untuk kemaslahatan umum".


- Tambahan tentang mengambil kerikil masjid untuk bertabarruk (mengharapkan keberkahan) :


حاشية إعانة الطالبين على فتح المعين للعلامة أبي بكر الشطا - ج : ٣. ص: ١٨٣. مكتبة الحرمين.


قال في المجموع يحرم أخذ شيء من زيته وشمعه كحصاه وترابه.


ولا يجوز أخذ شيء من طيب الكعبة لا للتبرك ولا لغيره ، ومن أخذه شيأ من ذلك لزمه رده إليها.


Artinya :

"Berkata imam nawawi dalam kitab majmu', Haram mengambil minyak dan lilin masjid seperti halnya haram mengambil kerikil masjid".


"Tidak boleh mengambil wewangian ka'bah baik untuk tabarrukan atau yang lain. Orang yang mengambilnya wajib untuk mengembalikannya".


Catatan : apabila salah mohon kritik, dan apabila kurang mohon lengkapi.


والله أعلم بالصواب

  محضار الحبشي

SHOLAT JANAZAH PART 17 (MENTALQIN ORANG YANG SAKIT KERAS ( SAKARATUL MAUT )

 

BAROKAH NGAJI KIYAI SHOLIHIN

TERJEMAH FATHUL MU'IN



SHOLAT JANAZAH 

PART 17

MENTALQIN ORANG YANG SAKIT KERAS ( SAKARATUL MAUT )


(وَ يُنْدَبُ) أَنْ يُلَقَّنَ مُحْتَضِرٌ وَ لَوْ مُمَيِّزًا عَلَى الْأَوْجَهٍ الشَّهَادَةَ: أَيْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ، فَقَطْ لِخَبَرِ مُسْلِمٍ: “لَقِّنُوْا مَوْتَاكُمْ أَيْ مَنْ حَضَرَهُ الْمَوْتُ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ”


Sunnah mentalqīn orang yang sedang sakit keras (54) – sekalipun baru mumayyiz📚, menurut pendapat aujah – , yaitu dengan bacaan (لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ) saja.📝

Berdasarkan hadis muslim : Talqinlah orang-orang matimu -maksudnya orang yang hampir mati dengan ucapan

 لاَاِلٰهَ اِلَّا اللّٰه.


-------------------

54. 

. أي بلا إلحاح عليه، لئلا يضجر، ولا يقال له: قل.


"Dengan tidak mendesaknya, agar ia tidak merasa bosan, dan jangan katakan padanya: 'Ucapkan !!."


بل تذكر بين يديه ليتدبر، أو يقال ذكر الله مبارك فنذكر الله جميعا.


"Tetapi sebaiknya diingatkan di hadapannya agar ia merenung, atau dikatakan: 'Menyebut nama Allah adalah berkah,' maka marilah kita semua mengingat Allah."


ويسن أن يكون الملقن غير متهم بإرث أو عداوة أو حسد أو نحو ذلك، فإن يحضر غيره لقنه أشفق الورثة ثم غيره، ولا يترك التلقين حينئذ.


Disunnahkan agar yang memberi talqin (membimbing untuk mengucapkan syahadat) bukan orang yang memiliki kepentingan warisan atau permusuhan atau iri hati, atau hal-hal semacam itu. Jika yang hadir adalah orang lain, maka yang paling penuh kasih dari ahli warisnya yang hendaknya memberi talqin, kemudian yang lainnya. Jangan meninggalkan talqin pada saat itu."


📚 أي ليحصل له الثواب الآتي.

"Agar ia mendapatkan pahala yang akan datang.


وإنما لم يلقن في القبر لأمنه من السؤال.

Sesungguhnya mumazis Tidak perlu ditalqin di dalam kubur karena ia aman dari pertanyaan kubur.

 

وعبارة شرح البهجة: وكلامهم يشمل الصبي والمجنون، فيسن تلقينهما، وهو قريب في المميز.


  Dalam kitab Syarh al-Bahjah disebutkan: 'Ucapan mereka mencakup anak-anak dan orang gila, sehingga disunnahkan untuk mentalqin mereka, dan ini juga berlaku untuk anak-anak yang sudah dapat membedakan ( mumazis ).'"

  

  📝أي من غير زيادة محمد رسول الله.

  Tanpa menambahi MUHAMMADURROSULULLOH

  

Ianah Tholibin juz 2 hal 138

Nurul ilmi

-----------------



 مَعَ الْخَبَرِ الصَّحِيْحِ: “مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ”، أَيْ مَعَ الْفَائِزِيْنَ. 


  serta berdasar hadits shaḥīḥ yang artinya: “Barang siapa yang di akhir ucapannya berupa (لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ) maka ia masuk surga bersama-sama orang-orang yang beruntung📑”. 

  ----------------

📑 أي من الله بالرتب العلية.

Semoga mendapatkan kedudukan tinggi dari Allah.


والفوز هو النجاة والظفر مع حصول السلامة.

 Dan kemenangan adalah keselamatan dan keberhasilan dengan mendapatkan keselamatan."

 

Ianah Tholibin juz 2 hal 139

Nurul ilmi

-------------------


وَ إِلَّا فَكُلُّ مُسْلِمٍ وَ لَوْ فَاسِقًا يَدْخُلُهَا، وَ لَوْ بَعْدَ عَذَابٍ، وَ إِنْ طَالَ.


Jika tidak diartikan seperti ini {“Barang siapa yang di akhir ucapannya berupa (لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ) maka ia masuk surga bersama-sama orang-orang yang beruntung"}, maka setiap orang yang Muslim pasti masuk surga, sekalipun fāsiq, dan meskipun terlebih dahulu disiksa lama sekali.


 وَ قَوْلُ جَمْعٍ: يُلَقَّنُ “مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ” أَيْضًا، لِأَنَّ الْقَصْدَ مَوْتُهُ عَلَى الْإِسْلَامِ، وَ لَا يُسَمَّى مُسْلِمًا إِلَّا بِهِمَا مَرْدُوْدٌ بِأَنَّهُ مُسْلِمٌ، , وَ إِنَّمَا الْقَصْدُ خَتْمُ كَلَامِهِ بِلَا إِلهَ إِلَّا اللهُ لِيُحْصُلَ لَهُ ذلِكَ الثَّوَابَ.

 

  Tentang perkataan segolongan ‘ulamā’: – orang yang sakit keras juga ditalqīn dengan (مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ), sebab supaya mati dalam keadaan Islam, sedang ia belum dikatakan Muslim, - -jika belum mengucapkan dua kalimat tersebut – , adalah ditolak sebab orang yang ditalqīn itu sendiri sudah Muslim.

 

 Talqīn hanya bertujuan untuk mengakhiri ucapannya dengan kalimat: (لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ) supaya mendapatkan pahala💻. 

 ------------

 💻أي هو دخول الجنة مع الفائزين.

 Maksud pahala adalah masuk surga bersama sama orang- orang yang meraih kemenangan.

 

Ianah Tholibin juz 2 hal 139

Nurul ilmi

-----------------



 وَ بُحِثَ تَلْقِيْنُهُ الرَّفِيْقُ الْأَعْلَى، لِأَنَّهُ آخِرُ مَا تَكَلَّمَ بِهِ رَسُوْلُ اللهِ، مَرْدُوْدٌ بِأَنَّ ذلِكَ لِسَبَّبٍ لَمْ يُوْجَدْ فِيْ غَيْرِهِ، وَ هُوَ أَنَّ اللهَ خَيَّرَهُ فَاخْتَارَهُ.

 

 Mengenai pembahasan tentang menalqīn mayat memakai “ar-Rafīq-ul-A‘lā” 📒(derajat tertinggi), sebab kalimat tersebut adalah kalimat yang diucapkan oleh Nabi s.a.w. adalah ditolak, sebab akhir perkataan Nabi tersebut merupakan suatu perkara yang tidak ditemukan pada selain beliau, yaitu Allah s.w.t. menyuruh Nabi memilih, lalu beliau memilih Rafīq-ul-A‘lā. 

 -----------------=

 📒قيل هو أعلى المنازل - كالوسيلة التي هي أعلى الجنة - فمعناه: أسألك يا الله أن تسكنني أعلى مراتب الجنة.

Artinya:"Dikatakan bahwa " Rofiqul A'la" itu adalah derajat tertinggi - seperti Al-Wasilah yang merupakan derajat tertinggi di surga - maka maknanya: Aku memohon kepada-Mu ya Allah untuk menempatkanku di derajat tertinggi di surga.

وقيل معناه: أريد لقاءك يا الله يا رفيق يا أعلى.

Dan dikatakan maknanya: Aku ingin bertemu dengan-Mu ya Allah, wahai Al-Rafiq yang Maha Tinggi.


والرفيق من أسمائه تعالى، للحديث الصحيح: إن الله رفيق.

Dan Al-Rafiq adalah salah satu dari nama-nama-Nya yang Maha Tinggi, berdasarkan hadits yang shahih: Sesungguhnya Allah adalah Rafiq (Maha Lembut)."

Ianah Tholibin jus 2 hal 139

Nurul ilmi.

-----------------

 وَ أَمَّا الْكَافِرُ فَيُلَقَّنُهُمَا قَطْعًا، مَعَ لَفْظِ أَشْهَدُ، لِوُجُوْبِهِ أَيْضًا عَلَى مَا سَيَأْتِيْ فِيْهِ إِذْ لَا يَصِيْرُ مُسْلِمًا إِلَّا بِهِمَا.

 

Adapun orang kafir📖yang sakit keras, maka pasti ditalqin memakai dua kalimat di atas📗, yang diawali memakai lafazh: (أَشْهَدُ) “saya bersaksi” sebab kata ini harus diucapkan seperti keterangan yang akan datang. Hal itu dikarenakan seseorang tidak bisa dikatakan Muslim kecuali dengan dua kalimat tersebut.

-----------------

📖 وقوله: لخبر الغلام اليهودي: وهو ما رواه البخاري عن أنس.

Perkataan mushonef : karena adanya hadits tentang anak laki-laki Yahudi: yaitu yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Anas.


قال: كان غلام يهودي يخدم النبي - صلى الله عليه وسلم -، فمرض، فأتاه النبي - صلى الله عليه وسلم - يعوده، فقعد عند رأسه، فقال له: أسلم.

Dia berkata: Ada seorang anak laki-laki Yahudi yang melayani Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, lalu dia sakit. Maka Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- datang menemuinya untuk menjenguknya, kemudian duduk di dekat kepalanya dan berkata kepadanya: "Masuk Islamlah.


فنظر إلى أبيه وهو عنده، فقال له: أطع أبا القاسم، فأسلم.

"Maka dia melihat kepada ayahnya yang ada di dekatnya, lalu ayahnya berkata kepadanya: "Taatilah Abul Qasim (Nabi Muhammad)." Maka anak itu pun masuk Islam.


فخرج النبي - صلى الله عليه وسلم - وهو يقول: الحمد لله الذي أنقذه من النار.

Lalu Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- keluar sambil berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka."

📗أي كلمتي التوحيد.

Dua kalimat tauhid.


Ianah Tholibin juz 2 hal 139

Nurul ilmi

-------------------


MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI

SEMOGA BERMANFAAT

DALIL ADZAN 2 KALI DI WAKTU SHOLAT JUM'AT

Dalil adzan 2 kali di waktu Jumat ,,, Dalam Fiqih Madzhab Syafi'i dan di kitab I'anatut Thalibin Juz I Hal 232 diterangkan


ويسن اذانان لصبح واحد قبل الفجر والاخر بعده فان اقتصر فاالأولى بعده واذانان للجمعة احدهما بعد صعود الخطيب المنبر والأخر الذي قبله


Dan disunnahkan dua azan untuk sholat subuh, waktunya 👉🏻 pertama sebelum fajar, dan yang kedua sesudah fajar. Kalau mau satu saja maka yang terkemudian (azan kedua) yang lebih dulu (cukup azan setelah fajar saja). Dan disunnahkan juga dua azan untuk sholat jum'at, waktunya khatib sudah naik mimbar dan satu lagi sebelumnya (sebelum khatib naik mimbar).


Imam Sayid Bakri Syatha' memberikan komentar 


قوله واذانان لجمعة معطوف على قوله اذانان لصبح اي ويسن اذانان للجمعة.


Dan dua azan untuk sholat jum'at dihubungkan dengan dua azan untuk sholat shubuh, artinya disunnahkan juga dua azan untuk shalat jum'at.


Dalilnya


Riwayat dari Imam Bukhari dari Saib bin Yazid 


كان اذان على عهد رسول الله وابى بكر وعمر حين يجلس الامام على المنبر فلما كثر الناس فى عهد عثمان امرهم باذان الاخر على الزوراء واستقر الامر على هذا.


Adalah azan jum'at pada masa Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar ketika khatib telah duduk di atas mimbar, namun tatkala pada masa Utsman karena manusia sudah banyak beliau menambah azan di atas zaura' dan perintah itu tetap berlaku sampai saat ini.


✒️Artinya penambahan azan pada masa khalifah utsman itu tetap terlaksana tidak ada yang membantah, hingga diamalkan terus sampai sekarang.


Juga ada keterangan dalam kitab Mawahibul Laduniyah Juz 2 Hal 249 karya Imam Qasthalani 


ثم ان فعل عثمان رضي الله عنه كان اجماعا سكوتيا لانهم لا ينكرونه عليه.


Kemudian dari itu, bahwasanya perbuatan Saidina Utsman menjadi "Ijma' sukuti" karena tidak ada seorangpun juga yang mengingkarinya.


Hal ini sebenarnya sudah jauh-jauh hari direkomendasikan oleh Nabi s.a.w. dalam sabdanya 


قال النبي صل الله عليه وسلم عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين من بعدي

 (رواه ابو داود سنن ابي داود ج ٤ ص ٢٠١)


Pegang teguhlah sunnahku dan sunnah khalifah-khalifah ar-Rasyidin setelahku (Abu Daud_Sunan Abi Daud juz 4 hal 201).


Status ini hanya untuk penguat saja bagi yang melaksanakan azan dua kali di hari jum'at. Bagi yang melaksanakan satu kali juga tidak masalah, yang salah itu ribut soal azan tetapi tidak tahu dalilnya dan tidak melaksanakan shalat jum'at


Menjawab nyah sunnah

Sunday, June 30, 2024

SHOLAT JANAZAH PART 16 MENGKAFANI JANAZAH MATI SYAHID


BAROKAH NGAJI KIYAI SHOLIHIN

TERJEMAH FATHUL MU'IN

SHOLAT JANAZAH 

PART 16


MENGKAFANI JANAZAH MATI SYAHID


(وَ كُفِّنَ) نَدْبًا (شَهِيْدٌ فِيْ ثِيَابِهِ) الَّتِيْ مَاتَ فِيْهَا، وَ الْمُلَطَّخَةُ بِالدَّمِ أَوْلَى، لِلْاِتِّبَاعِ، 


Orang yang mati syahīd, sunnah dikafani dengan pakaian 📝yang dipakainya waktu mati, sedangkan yang berlumuran darah adalah lebih utama, karena mengikuti dengan Nabi s.a.w.📚

-----------------

📝 أي إذا اعتيد لبسها غالبا، أما ما لا يعتاد لبسها كذلك - كدرع، وخف، وفروة، وجبة محشوة - فيندب نزعها منه - كسائر الموتى -.

"Yaitu, jika pakaian tersebut biasa dipakai sehari-hari. Namun, untuk pakaian yang tidak biasa dipakai sehari-hari - seperti baju besi, sepatu bot, mantel bulu, dan jubah berlapis - dianjurkan untuk melepaskannya dari mayat, seperti halnya dengan mayat lainnya."


وهل تنزع ثيابه التي مات فيها عند الموت ثم ترجع إليه ويكفن فيها كسائر الموتى أو لا؟، ذهب ابن حجر إلى الثاني.

"Apakah pakaian yang dikenakan oleh mayat saat meninggal diambil dulu saat kematiannya, kemudian dikembalikan dan dikenakan kembali untuk dikafani seperti mayat lainnya atau tidak? Ibnu Hajar berpendapat pada opsi kedua. 


ونقل ع ش، عن الزيادي أن المعتمد الأول.

Adapun pendapat yang diandalkan oleh Al-Ziyadi, sebagaimana dikutip oleh Al-Suyuti, adalah opsi pertama."


📚 تعليل لكونه يكفن ندبا في ثيابه، وهو من رواه أبو داود بإسناد حسن عن جابر، قال: رمى رجل بسهم في صدره - أو حلقه - فمات، فأدرج في ثيابه كما هو، ونحن مع النبي - صلى الله عليه وسلم -.

"Penjelasan mengenai disunnahkannya mengkafani mayat dengan pakaian yang dikenakannya adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad hasan dari Jabir. Ia berkata: Seorang laki-laki terkena panah di dadanya - atau lehernya - lalu meninggal. Ia kemudian dikafani dengan pakaiannya sebagaimana adanya, sementara kami bersama Nabi ﷺ."


Ianatutholibin juz 2 hal 137

Nurul ilmi

-------------------



وَ لَوْ لَمْ تَكْفِهِ بِأَنْ لَمْ تَسْتُرْ كُلَّ بَدَنِهِ , تُمِمَّتْ وُجُوْبًا، (لَا) فِيْ (حَرِيْرٍ) لَبِسَهُ لِضَرُوْرَةِ الْحَرْبِ، فَيَنْزَعُ وُجُوْبًا.


 Jika pakaiannya tidak mencukupi, misalnya belum menutup seluruh badannya, maka wajib menyempurnakan dengan menambah yang lain. (52)

  Tidak boleh dikafani memakai pakaian dari sutra yang dipakai karena terpaksa waktu perang📑, karena itu, sutra yang dipakainya harus dilepas. (53).

  ---------------

52).

والتصوير المذكور مبني على المعتمد من أن الواجب ستر كل البدن.

 Ini berpijak pada pendapat yang mengatakan bahwa minimal mengkafani adalah menutup seluruh tubuh mayit. 


53).

وهذا ما جرى عليه ابن حجر، وتقدم عند قوله ويكفن الميت بما له لبسه حيا: التفصيل بين كونه لبسه لحاجة فيكفن فيه، ولغير حاجة فلا يكفن.


"Dan inilah yang diikuti oleh Ibnu Hajar, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam ucapannya: 'Mayat dikafani dengan pakaian yang biasa dikenakannya semasa hidup.' Dengan perincian, jika pakaian tersebut dikenakan karena suatu keperluan, maka dikafani dengan pakaian itu, namun jika tanpa keperluan, maka tidak dikafani dengannya.


ووافق عليه ابن قاسم، وعبارته: والمتجه أن من استشهد وهو لابسه لمسوغ، لم يجب نزعه، بل يدفن فيه، لأن دفن الشهيد في أثوابه التي قتل فيها مطلوب شرعا، بخلاف من استشهد، وهو معتد بلبسه، فلا عبرة بهذا اللبس، فينزع منه.


Pendapat ini disetujui oleh Ibnu Qasim, yang menyatakan: 'Pendapat yang lebih tepat adalah bahwa seseorang yang syahid dan mengenakan pakaian karena alasan yang dibenarkan, maka tidak perlu melepasnya, melainkan dikubur dengan pakaian tersebut. Sebab, mengubur syahid dengan pakaian yang dikenakannya saat dibunuh adalah tuntutan syar'i. Berbeda halnya dengan orang yang syahid dan mengenakan pakaian tanpa alasan yang dibenarkan, maka pakaian tersebut tidak dianggap, sehingga harus dilepaskan darinya.'"



📑أي لضرورة هي الحرب، فالإضافة للبيان.

ومثلها: ما لو لبسه للحكة أو للقمل.

contoh darurat memakai sutra adalah agar tisak gatal, dan terindar dari kutu.


Ianatutholibin juz 2 hal 138

Nurul ilmi

-----------------


MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI

SEMOGA BERMANFAAT

Saturday, June 29, 2024

HUKUM MEROKOK

 Hukum merokok 

- Pertama ; hukum merokok adalah mubah atau boleh karena rokok dipandang tidak membawa mudarat. Secara tegas dapat dinyatakan, bahwa hakikat rokok bukanlah benda yang memabukkan. 

- Kedua ; hukum merokok adalah makruh karena rokok membawa mudarat relatif kecil yang tidak signifikan untuk dijadikan dasar hukum haram.

- Ketiga; hukum merokok adalah haram karena rokok secara mutlak dipandang membawa banyak mudarat. Berdasarkan informasi mengenai hasil penelitian medis, bahwa rokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dalam, seperti kanker, paru-paru, jantung dan lainnya setelah sekian lama membiasakannya. Tiga pendapat di atas dapat berlaku secara general, dalam arti mubah, makruh dan haram itu bagi siapa pun orangnya. Namun bisa jadi tiga macam hukum tersebut berlaku secara personal, dengan pengertian setiap person akan terkena hukum yang berbeda sesuai dengan apa yang diakibatkannya, baik terkait kondisi personnya atau kwantitas yang dikonsumsinya. 

Tiga tingkatan hukum merokok tersebut, baik bersifat general maupun personal terangkum dalam paparan panjang 'Abdur Rahman ibn Muhammad ibn Husain ibn 'Umar al-masyhur Ba'alawiy di dalam Bughyatul Mustarsyidin (hal.260) yang sepotong teksnya sebagai berikut: 

لم يرد في التنباك حديث عنه ولا أثر عن أحد من السلف، ....... والذي يظهر أنه إن عرض له ما يحرمه بالنسبة لمن يضره في عقله أو بدنه فحرام، كما يحرم العسل على المحرور والطين لمن يضره، وقد يعرض له ما يبيحه بل يصيره مسنوناً، كما إذا استعمل للتداوي بقول ثقة أو تجربة نفسه بأنه دواء للعلة التي شرب لها، كالتداوي بالنجاسة غير صرف الخمر، وحيث خلا عن تلك العوارض فهو مكروه، إذ الخلاف القوي في الحرمة يفيد الكراهة.

 

Artinya:

Tidak ada hadits mengenai tembakau dan tidak ada atsar (ucapan dan tindakan) dari seorang pun di antara para shahabat Nabi SAW. … Jelasnya, jika terdapat unsur-unsur yang membawa mudarat bagi seseorang pada akal atau badannya, maka hukumnya adalah haram sebagaimana madu itu haram bagi orang yang sedang sakit demam, dan lumpur itu haram bila membawa mudarat bagi seseorang. Namun kadangkala terdapat unsur-unsur yang mubah tetapi berubah menjadi sunnah sebagaimana bila sesuatu yang mubah itu dimaksudkan untuk pengobatan berdasarkan keterangan terpercaya atau pengalaman dirinya bahwa sesuatu itu dapat menjadi obat untuk penyakit yang diderita sebagaimana berobat dengan benda najis selain khamr. Sekiranya terbebas dari unsur-unsur haram dan mubah, maka hukumnya makruh karena bila terdapat unsur-unsur yang bertolak belakang dengan unsur-unsur haram itu dapat difahami makruh hukumnya. 

Senada dengan sepotong paparan di atas, apa yang telah diuraikan oleh Mahmud Syaltut di dalam Al-Fatawa (hal.383-384) dengan sepenggal teks sebagai berikut: 

إن التبغ ..... فحكم بعضهم بحله نظرا إلى أنه ليس مسكرا ولا من شأنه أن يسكر ونظرا إلى أنه ليس ضارا لكل من يتناوله, والأصل في مثله أن يكون حلالا ولكن تطرأ فيه الحرمة بالنسبة فقط لمن يضره ويتأثر به. .... وحكم بعض أخر بحرمته أوكراهته نظرا إلى ما عرف عنه من أنه يحدث ضعفا فى صحة شاربه يفقده شهوة الطعام ويعرض أجهزته الحيوية أو أكثرها للخلل والإضطراب.


Artinya:

Tentang tembakau … sebagian ulama menghukumi halal karena memandang bahwasanya tembakau tidaklah memabukkan, dan hakikatnya bukanlah benda yang memabukkan, disamping itu juga tidak membawa mudarat bagi setiap orang yang mengkonsumsi. ...Pada dasarnya semisal tembakau adalah halal, tetapi bisa jadi haram bagi orang yang memungkinkan terkena mudarat dan dampak negatifnya. Sedangkan sebagian ulama' lainnya menghukumi haram atau makruh karena memandang tembakau dapat mengurangi kesehatan, nafsu makan, dan menyebabkan organ-organ penting terjadi infeksi serta kurang stabil. 

Demikian pula apa yang telah dijelaskan oleh Prof Dr Wahbah Az-Zuhailiy di dalam Al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuh (Cet. III, Jilid 6, hal. 166-167) dengan sepotong teks, sebagai berikut: 

القهوة والدخان: سئل صاحب العباب الشافعي عن القهوة، فأجاب: للوسائل حكم المقاصد فإن قصدت للإعانة على قربة كانت قربة أو مباح فمباحة أو مكروه فمكروهة أو حرام فمحرمة وأيده بعض الحنابلة على هذا التفضيل. وقال الشيخ مرعي بن يوسف الحنبلي صاحب غاية المنتهى: ويتجه حل شرب الدخان والقهوة والأولى لكل ذي مروءة تركهما.

Artinya :

 Masalah kopi dan rokok; penyusun kitab Al-'Ubab dari madzhab Asy-Syafi'i ditanya mengenai kopi, lalu ia menjawab: (Kopi itu sarana) hukum, setiap sarana itu sesuai dengan tujuannnya. Jika sarana itu dimaksudkan untuk ibadah maka menjadi ibadah, untuk yang mubah maka menjadi mubah, untuk yang makruh maka menjadi makruh, atau haram maka menjadi haram. Hal ini dikuatkan oleh sebagian ulama' dari madzhab Hanbaliy terkait penetapan tingkatan hukum ini. Syaikh Mar'i ibn Yusuf dari madzhab Hanbaliy, penyusun kitab Ghayah al-Muntaha mengatakan : Jawaban tersebut mengarah pada rokok dan kopi itu hukumnya mubah, tetapi bagi orang yang santun lebih utama meninggalkan keduanya.


• Referensi yang lain mencakup hukum jual beli rokok dan hukum merokoknya sendiri :

- Tentang Hukum Merokok

Dalam menetapkan hukum merokok ada tiga kelompok ulama :

1. ulama yang mengatakan haram secara mutlak

2. ulama yang mengatakan halal secara mutlak

3. ulama yang mengatakan bahwa hukumnya dapatberubah menjadi lima (halal, haram, mubah,makruh, dan sunah) menurut situasi dan kondisinya;dalam arti bisa :

a. Haram, seperti merokok hanya karena sengajauntuk berhambur hamburan yang diharamkan atauakan menimbulkan bahaya .

b. Makruh, seperti merokok tanpa tujuan apa apadan tidak berbahaya dikarenakan merokoktermasuk hal yang masih dikhilafkan ulama yangmenyebabkan keraguan (hukumnya), padahalmelakukan perkara yang masih diragukan halal danharamnya adalah makruh .

c. Wajib, (seperti) apabila punya penyakit / bahayapada dirinya yang tidak bisa sembuh / hilangkecuali dengan merokok .

d. Sunah, (seperti) apabila mempunyai penyakityang berbahaya tetapi masih ada obat lain,dikarenakan berobat hukumnya sunah .

e. Mubah, artinya dalam situasi makruh, sunah, danwajib bisa dinamakan mubah.


- Sab'atu Kutubin Mufidah 135-137 :


ﻭﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ : ﺇﺫﺍ ﺗﻘﺮﺭ ﺫﻟﻚ ﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﻣﺴﺌﻠﺔ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﺷﺮﺑﺎ ﻭﺳﻌﻮﻃﺎ ﻣﻦ ﺟﻤﻠﺔ ﺇﻓﺮﺍﺩ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺍﻟﻤﺘﺸﺒﻬﺎﺕ ﺍﻟﺘﻰﻓﺴﺮﻫﺎ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺭﺣﻤﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﺑﻮﺍﺿﺢ ﺍﻟﺤﺎﻝﻭﺍﻟﺤﺮﻣﺔ ﻣﻤﺎ ﺗﻨﺎﺯﻋﺘﻪ ﺍﻷﺩﻟﺔ ﻭﺗﺠﺎﺫﺑﻨﻪ ﺍﻟﻤﻌﺎﻧﻰ ﻭﺍﻷﺳﺒﺎﺏﺍﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ ﻭﻣﻦ ﺃﺟﻞ ﺫﻟﻚ ﺇﻧﻘﺴﻢ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻓﻰ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﻋﻠﻰﺣﻜﻤﻪ ﺛﻼﺛﺔ ﻣﺬﺍﻫﺐﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻷﻭﻝ ﻣﺬﺍﻫﺐ ﻣﻦ ﺃﻃﻠﻖ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺘﺤﺮﻳﻢ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﺇﻟﻰﺃﻥ ﻗﺎﻝﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﺜﺎﻧﻰ ﻣﺬﻫﺐ ﻣﻦ ﺃﻃﻠﻖ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﻌﺪﻡ ﺗﺤﺮﻳﻢ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﺍﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﻣﺬﻫﺐ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺮ ﺇﻃﻼﻕ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺘﺤﺮﻳﻢﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﺃﻭ ﺗﺤﻠﻴﻠﻪ ﻷﻧﻪ ﻳﺮﻯ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﻘﺎﻡ ﻣﻘﺎﻡ ﺗﻔﺼﻴﻞﻭﺍﻟﻘﺎﻋﺪﺓ ﺃﻥ ﺍﻹﻃﻼﻕ ﻟﻠﺤﻜﻢ ﻓﻰ ﻣﻘﺎﻡ ﺍﻟﺘﻔﺼﻴﻞ ﺧﻄﺎﺀ ، ﻓﻴﺮﻯﺃﻥ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﺍﻟﺨﻤﺴﺔ ﺍﻟﺤﺮﻣﺔ ﻭﺍﻟﻜﺮﺍﻫﺔ ﻭﺍﻟﻮﺟﻮﺏ ﻭﺍﻟﻨﺪﺏ ﻭﺍﻹﺑﺎﺣﺔ ﺗﺠﺮﻱ ﻓﻰ ﻣﺴﺌﻠﺔ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﺑﺤﺴﺐﺍﻟﻤﻘﺘﻀﻴﺎﺕ ﺍﻟﻮﺿﻌﻴﺔ ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺫﻟﻚ ﻻ ﺗﺪﺧﻞ ﺗﺤﺖ ﺍﻟﺤﺼﺮ ﻭﻟﻜﻦ ﻻ ﺑﺄﺱﺑﺎﻹﺷﺎﺭﺓ ﺍﻟﻰ ﺑﻴﺎﻥ ﺫﻟﻚ ﻓﻴﻤﺎ ﻧﺤﻞ ﺑﺼﺪﺩﻩ ﻣﻦ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻷﺣﻜﺎﻡﺍﻟﺨﻤﺴﺔ

ﻓﻤﻦ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺇﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﻟﻤﻦ ﻛﺎﻥﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﻟﻪ ﻟﻴﺲ ﺇﻻ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ ﺍﻹﺳﺮﺍﻑ ﺍﻟﻤﺤﺮﻡ ﺃﻭ ﺗﺮﺗﺐ ﻋﻠﻰﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﺿﺮﺭ ﻣﺤﺮﻡ ﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﺣﻜﻤﺎ ﻭﺿﻌﻴﺎ ﻟﺤﺮﻣﺔﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﻓﻰ ﺣﻖ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺻﻔﺘﻪ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝﻭﻣﻦ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﻤﻜﺮﻭﻩ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﺍﺧﺘﻠﻒﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺭﺣﻤﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻰ ﺣﻜﻤﻪ ﻭﺍﺧﺘﻼﻓﻬﻢ ﻓﻰ ﺍﻟﺸﻲﺀﺣﻜﻢ ﻭﺿﻌﻲ ﻟﻜﺮﻫﺔ ﺍﻗﺘﺤﺎﻡ ﺍﻟﺮﻳﺐ ، ﻗﺎﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡﺩﻉ ﻣﺎ ﻳﺮﺑﻚ ﺍﻟﻰ ﻣﺎ ﻻ ﻳﺮﺑﻚ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻨﺴﺎﺉ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢﻭﺻﺤﺤﺎﻩﻭﻣﻦ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﻮﺟﻮﺏ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺩﻓﻊ ﺍﻟﻀﺮﺭ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﻔﺲﺇﺫﺍ ﺗﻌﻴﻦ ﺣﻜﻢ ﻭﺿﻌﻲ ﻟﻮﺟﻮﺏ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﻣﺎ ﻳﻘﻊ ﺑﻪ ﺍﻟﺪﻓﻊﻟﻤﻔﻬﻮﻡ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻻ ﺗﻘﺘﻠﻮﺍ ﺍﻧﻔﺴﻜﻢ ـ ﺑﻞ ﻟﻮ ﻭﻗﻌﺖ ﺍﻟﺘﺠﺮﻳﺔﻓﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﺪﻓﻊ ﻟﺬﻟﻚ ﺍﻟﻀﺮﺭ ﻟﻴﺲ ﺇﻻ ﺑﺘﻌﺎﻃﻰ ﺍﻟﻤﺤﺮﻡ ﺃﻛﻼ ﻭﺷﺮﺑﺎﻭﺟﺐ ﻷﻧﻪ ﻣﻀﻄﺮ ﻓﻰ ﺑﻘﺎﺀ ﺭﻭﺣﻪ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝﻭﻣﻦ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﻨﺪﺏ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺩﻓﻊ ﺍﻟﻀﺮﺭ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﻣﻦﻋﺎﺭﺽ ﺍﻟﺪﺍﺀ ﺣﻜﻢ ﻭﺿﻌﻲ ﻟﻨﺪﺏ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﻣﺎ ﻳﻘﻊ ﺑﻪ ﺍﻟﻨﻔﻊﻣﻦ ﺗﻌﺎﻃﻰ ﺍﻟﺪﻭﺍﺀ ﻟﺘﻈﺎﻫﺮ ﺍﻷﺩﻟﺔ ﺍﻟﺴﻤﻌﻴﺔ ﺍﻟﻤﺘﻜﺎﺛﺮﺓ ﻋﻠﻰﻣﺸﺮﻭﻋﻴﺔ ﺍﻟﺘﺪﺍﻭﻯ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ

ﻭﻗﺪ ﺫﻛﺮ ﺍﻷﻃﺒﺎﺀ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻭﻥ ﺃﻧﻪ ﻳﻨﻔﻊ ﻷﻭﺟﺎﻉ ﺍﻟﻜﺒﺪ ﻭﻣﻦﺍﻟﺤﻤﻴﺎﺕ ﺍﻟﻐﻠﻴﻈﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﻐﺾ ﻭﺍﻟﻴﺮﻓﺎﻥ ﻭﻟﺘﺠﻔﻴﻒ ﺍﻟﺮﻃﻮﺑﺎﺕﻭﻏﻴﺮ ﺧﺎﻑ ﺟﺮﻳﺎﻥ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻓﻰ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﺳﻮﺍﺀ ﻗﻠﻨﺎ ﺑﺠﻮﺍﺯﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﺃﻭ ﺑﺤﺮﻣﺘﻪ ﻭﺃﻥ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﻭﻧﺪﺑﻪ ﻭﻭﺟﻮﺑﻪ ﻳﻄﻠﻖﻋﻠﻴﻪ ﺍﺳﻢ ﺍﻟﺠﺎﺋﺰ ﺑﻤﻌﻨﻰ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻤﻤﻨﻮﻉ ﻣﻦ ﻓﻌﻠﻪ

ﺇﻧﺘﻬﻰ ﺭﺳﺎﻟﺔ ﻓﻰ ﻗﻤﻊ ﺍﻟﺸﻬﻮﺍﺕ ﻋﻦ ﺗﻨﺎﻭﻝ ﺍﻟﺘﻨﺒﺎﻙ ﻣﻦ ﺳﺒﻌﺔ ﻛﺘﺐ ﻣﻔﻴﺪﺓ ﺹ 135-137 :


- kitab albajuri juz 1 hal 343 :


(قوله ولا بيع لا منفعة فيه) قيل منه الدخان المعروف لانه لا منفعة فيه بل يحرم استعماله لان فيه ضررا كبيرا وهذا ضعيف وكذا القول بانه مباح والمعتمد انه مكروه بل قد يعتريه الوجوب كما اذا كان يعلم الضرر بتركه وحينئذ فبيعه صحيح وقد تعتريه الحرمة كما اذا كان يشتريه بما يحتاجه لنفقة عياله او تيقن ضرره .


Terjemah dari albajuri diatas sebagai berikut :

Perkataan mushonif: Dan tidak sah jual beli barang yang tidak ada manfaatnya, ada yang berpendapat rokok itu termasuk yang gak sah jual belinya karena termasuk barang yang tidak ada manfaatnya bahkan haram menggunakan / menghisapnya karena adanya dampak negatif dan pendapat ini dianggap lemah / dlo'if, begitu juga pendapat yang menyatakan rokok itu boleh, itu juga dianggap dloif / lemah. Dan pendapat yang mu'tamad / yang bisa dibuat pegangan yaitu sesungguhnya hukum rokok itu makruh, bahkan menjadi wajib jika tau kalau meninggalkan rokok bisa berdampak negatif pada dirinya, kalau sudah begitu maka jual beli rokok tadi hukumnya sah. Terkadang juga hukumnya rokok tadi menjadi haram seperti membeli rokok dengan uang yang seharusnya untuk nafaqoh keluarganya atau ada keyakinan jika merokok akan berdampak negatif pada dirinya. [ Keterangan dari kitab Al-bajuri ].

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes