BREAKING NEWS

Watsapp

Friday, September 27, 2024

PART 9 FARDLUNYA WUDLU 0⃣01⃣

 TERJEMAH KITAB NIHAYATUZZAEN

PASAL MASALAH MASALAH YG TERSEBAR { PRENCO PRENCO / PISAH}

PART 9

FARDLUNYA WUDLU 0⃣01⃣

(وفروضه) أَي الْوضُوء سِتَّة.

 أَولهَا (نِيَّة) أَدَاء (فرض وضوء).َ أَو فرض الْوضُوء. أَو أَدَاء الْوضُوء أَو رفع الْحَدث أَو الطَّهَارَة عَن الْحَدث أَو نَحْو ذَلِك من النيات الْمُعْتَبرَة وَالنِّيَّة لُغَة الْقَصْد


"(Dan kewajibannya / FARDLUNYA WUDLU ) yaitu wudhu ada ENAM.


 1⃣Yang pertama adalah ( niat) untuk melaksanakan (wudhu wajib)  

 نويت فرض الوضوء

 

  2⃣atau niat wudhu wajib.

    نويت فرض الوضوء


3⃣atau melaksanakan wudhu .

نويت ادء الوضوء

4⃣atau menghilangkan hadas.


نويت رفع الحدث

5⃣atau bersuci dari hadas.

نويت الطهارة عن الحدث


6⃣ atau niat lain yang dianggap sah.

 Niat dalam bahasa adalah maksud atau tujuan."


وَشرعا قصد الشَّيْء مقترنا بِفِعْلِهِ.


"Secara syariat, NIYAT adalah mengarahkan sesuatu bersamaan dengan pelaksanaannya.


 فَإِن ترَاخى عَنهُ سمي عزما وَحكمهَا الْوُجُوب ومحلها الْقلب

Jika terjadi keterlambatan dalam niat, maka hal itu disebut azm (tekad), dan hukumnya NIYAT adalah wajib, serta tempatnya ada di hati."


أما التَّلَفُّظ بالمنوي فَسنة ليساعد اللِّسَان الْقلب.


"Adapun melafalkan NIYAT adalah HUKUMNYA SUNNAH untuk membantu lisan dalam menyelaraskan dengan hati.


 وَالْمَقْصُود بهَا تَمْيِيز الْعِبَادَات عَن الْعَادَات .


 Tujuan dari NIYAT ini adalah untuk membedakan ibadah dari kebiasaan atau ADAT.


كالجلوس فِي الْمَسْجِد يكون للاعتكاف تَارَة وللاستراحة أُخْرَى .

 seperti duduk di masjid yang bisa dilakukan untuk I,TIKAF pada suatu waktu dan untuk ISTIRAHAT pada waktu lainnya,


أَو تَمْيِيز رتب الْعِبَادَات كَالصَّلَاةِ تكون فرضا تَارَة , ونفلا أُخْرَى وَالنِّيَّة تميز هَذَا من هَذَا


 atau untuk membedakan tingkatan ibadah, seperti shalat yang kadang-kadang menjadi WAJIB dan kadang-kadang SUNNAH. Niat berfungsi untuk membedakan yang satu dari yang lainnya."


وَشَرطهَا إِسْلَام الناوي , وتمييزه , وَعلمه بالمنوي.

 وَعدم إِتْيَانه بِمَا ينافيها كردة أَو قطع.


"Dan syaratnya NIYAT adalah Islam orang yang berniat, membedakan niatnya, mengetahui apa yang diniatkannya, dan tidak melanggar dengan hal-hal yang bertentangan dengan NIYAT, seperti murtad atau memutuskan niatnya. 


 بِأَن يستصحبها حكما . أما استصحابها ذكرا إِلَى آخر الْوضُوء فَهُوَ سنة. وَأَن لَا تكون معلقَة.


1.Dengan supaya seseorang harus menjaga niat wudhu secara hukum.


 👉Maksudnya, niat wudhu harus tetap ada di hati sepanjang proses wudhu, yaitu dari awal hingga akhir wudhu, meskipun tidak selalu perlu diucapkan.


2. Adapun menjaga niat dalam ucapan atau ingatan selama wudhu adalah sunnah, bukan wajib. 


👉Jadi, walaupun sunnah untuk terus mengingat niat wudhu hingga selesai, tidak mengingatnya secara eksplisit juga tidak membatalkan wudhu.


3. Iniat yang tidak boleh tergantung. 


👉Maksudnya, niat wudhu harus jelas dan tegas, tidak boleh bersyarat atau ragu-ragu. Misalnya, seseorang tidak boleh berniat wudhu dengan keraguan seperti "Jika saya perlu, saya berwudhu," karena niat yang bersyarat seperti ini tidak sah.


 فَلَو قَالَ نَوَيْت الْوضُوء إِن شَاءَ الله فَإِن قصد التَّعْلِيق أَو أطلق لم تصح.


Jika seseorang berkata, 'Saya niat wudhu, insya Allah,' dan ia bermaksud menggantung atau tidak menetapkan, maka niatnya tidak sah. 


 أَو قصد التَّبَرُّك أَو أَن ذَلِك وَاقع بِمَشِيئَة الله تَعَالَى صَحَّ.  

 Namun, jika ia bermaksud untuk berbarakah atau menyatakan bahwa itu terjadi dengan kehendak Allah, maka itu sah.


 ووقتها أول الْعِبَادَات إِلَّا نِيَّة الصَّوْم فَلَا تجوز فِيهَا مُقَارنَة الْفجْر إِذا كَانَ فرضا.لوُجُوب تبييت النِّيَّة فِيهِ.

Waktu niat adalah diAWAL IBADAH, kecuali NIYAT PUASA, yang tidak diperbolehkan disandingkan dengan WAKTU FAJAR jika itu adalah PUASA WAJIB.

  karena WAJIBNYA niyat puasa adalah تبييت النية (Tabyīt an-niyya) berarti "berniat di malam hari" atau memutuskan sesuatu saat malam. 

 

 وَتجوز من أول اللَّيْل وكيفيتها تخْتَلف بِحَسب الْأَبْوَاب


  Niat puasa boleh dilakukan sejak awal malam, dan cara niat berbeda-beda tergantung pada jenis ibadah."


فكيفيتها فِي الْوضُوء قد علمتها . وَسَيَأْتِي كيفيتها فِي كل بَاب بِحَسبِهِ .


Adapun tata caranya NIYAT dalam wudu sudah engkau ketahui, dan tata cara wudu akan dijelaskan pada setiap bab sesuai dengan pembahasannya.


فَهَذِهِ سَبْعَة أُمُور تتَعَلَّق بِالنِّيَّةِ وَيجب وجودهَا (عِنْد) أول (غسل) جُزْء من (وَجه) 

 Ini adalah tujuh hal yang berkaitan dengan niat, dan harus ada niat tersebut ketika (memulai) mencuci bagian pertama dari (wajah).

وَيَنْبَغِي أَن يَنْوِي سنَن الْوضُوء عِنْد الشُّرُوع فِي غسل الْكَفَّيْنِ أول الْوضُوء ليثاب على السّنَن.


 Disunnahkan untuk berniat melakukan sunnah-sunnah wudu ketika mulai mencuci kedua telapak tangan pada awal wudu agar mendapatkan pahala dari sunnah-sunnah tersebut. 

 

 وَهَذَا أسهل من الْإِتْيَان بنية من نيات الْوضُوء الْمُعْتَبرَة عِنْد غسل الْكَفَّيْنِ, لِأَنَّهَا وَإِن كَانَت كَافِيَة لَكِن يعسر مَعهَا تَحْصِيل الْمَضْمَضَة وَالِاسْتِنْشَاق.

 

 Ini { ينبغي أن ينوي سنن الوضوء.} lebih mudah dibandingkan dengan berniat salah satu dari niat-niat wudu yang diakui ketika mencuci kedua telapak tangan, karena meskipun niat tersebut mencukupi, akan tetapi sulit bersamaan dengan itu untuk menyempurnakan kumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung dan mengeluarkannya).


 إِذْ مَتى انغسل جُزْء من حمرَة الشفتين مَعَ هَذِه النِّيَّة فَاتَهُ الْمَضْمَضَة وَالِاسْتِنْشَاق.


 Sebab, kapan pun sebagian dari bibir sudah tercuci dengan NIYAT WUDLU tersebut, maka ia kehilangan kesempatan untuk melakukan KUMUR KUMUR dan ISTINSYAQ.

 

👉Jika seseorang mulai mencuci wajah dan bibir (yang merupakan bagian dari wajah) tanpa terlebih dahulu melakukan madhmadah dan istinsyaq, maka ia telah melewatkan sunnah-sunnah tersebut. Karena bibir merupakan bagian dari wajah yang dicuci dalam wudu, maka begitu bagian bibir tercuci dengan niat wudu, bagian tersebut tidak bisa diulang untuk melakukan madhmadah dan istinsyaq.Oleh karena itu, dianjurkan untuk melakukan sunnah-sunnah seperti madhmadah dan istinsyaq sebelum mencuci bagian wajah lainnya (seperti bibir) agar tidak kehilangan pahala dari sunnah-sunnah tersebut.


والله اعلم بالصواب


MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI SEMOGA BERMANFAAT

STUNNING HEWAN (melumpuhkan HEWAN yang akan disembelih)

 Waalaikumus salam 


STUNNING HEWAN 


Deskripsi Masalah :

Di beberapa daerah di indonesia telah dikembangkan cara penyembelihan hewan dengan metode stunning, yaitu proses pembiusan dengan memingsankan hewan sembelihan sebelum disembelih dalam rangka kurban. Proses stunning pada hewan biasanya dilakukan dengan menggunakan alat atau metode tertentu untuk membuat hewan tidak sadar atau tidak merasakan rasa sakit sebelum proses penyembelihan dilakukan. Metode yang umum digunakan antara lain adalah pembiusan listrik, pembius gas atau pembius dengan pistol captive bolt. Selain itu juga ada metode mekanik yaitu dengan menembakan peluru tumpul ke kepala hewan yang membuat kerusakan pada jaringan otak, sehingga hewan jatuh pingsan. Setelah hewan tidak sadar barulah proses penyembelihan dilakukan secara cepat dan efesien untuk memastikan kesehjateraan hewan.

Tujuan dari proses stunning sendiri adalah:

1. Mengurangi rasa sakit dan penderitaan yang mungkin dirasakan oleh hewan saat disembelih.2. Memastikan kesejahteraan hewan dan memperlakukan mereka dengan lebih manusiawi.3. Dapat meningkatkan kualitas daging karena hewan tidak mengalami stres yang berlebihan sebelum disembelih.

Pada awal munculnya, metode stunning menimbulkan pro dan kontra. Ada yang berpendapat stunning mengurangi rasa sakit pada hewan saat disembelih. Sebagian lainnya berpendapat stunning justru menambah rasa sakit pada hewan, bahkan berisiko membuat hewan cedera permanen hingga mati.



Pertanyaan :

1. Bagaimana hukum stunning hewan kurban menurut syari'at ?

2. Bagaimana hukum menyembelih hewan kurban dalam keadaan setelah di stunning?



Jawaban :

1. Adapun stunning dengan metode listrik dan pistol captive bolt, maka tidak diperbolehkan karena ada unsur ta’dzib. Sedangkan stunning dengan metode pembius gas, maka diperbolehkan karena tidak ada unsur menyakiti (ilam).

2.Apabila praktik stunining tidak sampai pada taraf ma yuhalu ‘alaihi halak (berpotensi kepada kematian), maka dianggap sah dan halal dagingnya. Apabila praktik stunning sampai ke taraf tersebut, maka penyembelihannya dianggap sah ketika hewan masih dalam kondisi hayatun mustaqirrah. Adapun pengertian dari hayatun mustaqirrah adalah adanya ruh dalam tubuh hewan, serta penglihatan, suara, dan gerakan normal.


Referensi :

(تنبيه) 

أفتى المصنف بحل رمي الصيد بالبندق؛ لأنه طريق إلى الاصطياد المباح، وقال ابن عبد السلام ومجلي والماوردي يحرم؛ لأن فيه تعريض الحيوان للهلاك، ويؤخذ من علتيهما اعتماد ظاهر كلامه في شرح مسلم من حل رمي طير كبير لا يقتله البندق غالبا كالإوز بخلاف صغير قال الأذرعي، وهذا مما لا شك فيه؛ لأنه يقتلها غالبا، وقتل الحيوان عبثا حرام، والكلام في البندق المعتاد قديما، وهو ما يصنع من الطين أما البندق المعتاد الآن، وهو ما يصنع من الحديد، ويرمى بالنار فيحرم مطلقا؛ لأنه مخرق مذفف سريعا غالبا، ولو في الكبير نعم إن علم حاذق أنه إنما يصيب نحو جناح كبير فيثبته فقط احتمل الحل 

(قوله: ويؤخذ من علتيهما إلخ) هذا التفصيل هو المعتمد انتهى شيخنا الزيادي أقول، وكالرمي بالبندق ضرب الحيوان بعصا، ونحوها، وإن كان طريقا للوصول إليه حيث قدر عليه بغير الضرب كما يقع في إمساك نحو الدجاج، فإنه قد يشق إمساكها فمجرد ذلك لا يبيح ضربها، فإنه قد يؤدي إلى قتلها، وفيه تعذيب مستغنى عنه، وكل ما حرم فعله على البالغ وجب على ولي الصبي منعه منه فتنبه له اهـ. ع ش قوله: اعتماد ظاهر كلامه إلخ

تحفة المحتاج وحواسي الشرواني والعبادي ج ٩ ص ٣٢٨


ملحق ـ حول طرق الذبح الحديثة في المسلخ الحديث: 

لا مانع من استخدام وسائل تضعف من مقاومة الحيوان، دون تعذيب له (١)، وبناء عليه: يحل في الإسلام استعمال طرق التخدير المستحدثة غير المميتة قبل الذبح، مثل استعمال ثاني أكسيد الفحم، إذا ذبح الحيوان، وكان الغالب على الظن وجود الحياة الطبيعية فيه عند ذبحه، لأنه لا يترتب عليه إيلام الحيوان، ويحرم الصرع بمسدس، أو بمثقل كخشب وقدوم وعصا، أو تيار كهربائي ونحوها من كل مخدر غير ضار، لما فيها من تعذيب الحيوان المنهي عنه شرعا. ولكن استعمال ما ذكر لا يمنع من أكل الحيوان بعد ذبحه، إذا ظل حيا حياة مستقرة، وإن كان سيموت بعد مدة لو ترك بغير ذبح، ولو بعد استعمال هذه الوسائل التي يراد منها تسهيل عميلة الذبح. وأما إتلاف الجملة العصبية في المخ بالضرب، فيمنع من إباحة الأكل عند المالكية؛ لأن الحيوان يصبح منفوذ المقاتل، ومن المقاتل انتشار أو الدماغ، لكن إذا كانت حياته محققة يؤكل عندهم. ويؤكل المذكور عند الشافعية والحنابلة إذا ذبح الحيوان وكان فيه حياة مستقرة، أي حركة اختيارية يدل عليها انفجار الدم، أو الحركة الشديدة. كذلك يؤكل عند الحنفية إذا أسرع الذابح بقطع العروق. ويتم الذبح الآن في المسالخ عادة بالآلات الحادة السريعة القطع. وقد نقل لنا أن عملية الذبح تعقب عملية التخدير أو الصرع بثوان معدودات. 

الفقه الإسلامي وأدلتة ج ٤ ص ٢٤٠١

*Terjemahan Teks*


*(تنبيه)*


Penulis memberikan fatwa bahwa diperbolehkan melempar hewan buruan dengan peluru (bentuk peluru tradisional), karena itu adalah cara untuk berburu yang diperbolehkan. Namun, menurut Ibn Abd al-Salam, Majli, dan al-Mawardi, hal ini diharamkan karena dapat membahayakan hewan tersebut. Hal ini diambil dari dua alasan mereka yang mengandalkan pernyataan jelas dalam penjelasan Muslim mengenai diperbolehkannya melempar burung besar yang biasanya tidak terbunuh oleh peluru, seperti angsa, berbeda dengan burung kecil yang pasti terbunuh. Menurut al-Adzra'i, ini tidak diragukan lagi, karena peluru tersebut biasanya membunuhnya. Membunuh hewan tanpa alasan yang sah adalah haram. Pembicaraan ini mengenai peluru yang biasa digunakan di masa lalu, yang terbuat dari tanah liat, sedangkan peluru yang biasa digunakan sekarang, yang terbuat dari besi dan ditembakkan dengan api, adalah haram secara mutlak, karena biasanya dapat membunuh dengan cepat, bahkan pada hewan besar. Namun, jika seorang ahli mengetahui bahwa peluru tersebut hanya mengenai sayap besar dan tidak membunuh, maka mungkin diperbolehkan.


*(Cita: Dan diambil dari dua alasan mereka)* Penjelasan ini adalah yang diandalkan, kata Syekh kami al-Ziyadi. Saya katakan, melempar dengan peluru sama dengan memukul hewan dengan tongkat atau sejenisnya, meskipun itu adalah cara untuk menangkapnya jika bisa dilakukan tanpa memukul, seperti menangkap ayam, karena mungkin sulit untuk menangkapnya. Hanya karena itu tidak membenarkan memukulnya, karena bisa menyebabkan kematian dan menyiksa hewan yang tidak perlu. Segala sesuatu yang diharamkan bagi orang dewasa, harus dicegah oleh wali anak dari melakukannya, jadi perhatikan hal ini.


*Lampiran - Mengenai Metode Penyembelihan Modern di Rumah Potong Hewan:*


Tidak ada larangan untuk menggunakan metode yang melemahkan perlawanan hewan, tanpa menyiksanya. Berdasarkan hal ini, diperbolehkan dalam Islam untuk menggunakan metode anestesi modern yang tidak mematikan sebelum penyembelihan, seperti menggunakan karbon dioksida, jika hewan tersebut disembelih dan diyakini bahwa ia masih hidup secara normal saat disembelih, karena tidak menyebabkan rasa sakit pada hewan. Namun, penggunaan pistol, atau benda berat seperti kayu, kapak, dan tongkat, atau arus listrik, dan sejenisnya yang dapat menyakiti hewan, adalah haram, karena mengandung penyiksaan hewan yang dilarang secara syar'i. Namun, penggunaan metode tersebut tidak menghalangi untuk memakan hewan setelah disembelih, jika hewan tersebut masih hidup dengan kehidupan yang stabil, meskipun ia mungkin akan mati setelah beberapa waktu jika tidak disembelih. Mengenai kerusakan pada sistem saraf di otak akibat pukulan, ini menghalangi kehalalan makan menurut mazhab Maliki, karena hewan tersebut menjadi tidak layak untuk dimakan. Namun, jika kehidupannya terjamin, maka boleh dimakan menurut mereka. Menurut mazhab Syafi'i dan Hanbali, hewan tersebut boleh dimakan jika disembelih dan masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang stabil, yaitu gerakan sukarela yang ditunjukkan oleh keluarnya darah atau gerakan yang kuat. Demikian juga, menurut mazhab Hanafi, jika penyembelih cepat memotong pembuluh darah. Saat ini, penyembelihan biasanya dilakukan di rumah potong hewan dengan alat tajam yang cepat memotong. Kami diberitahu bahwa proses penyembelihan dilakukan segera setelah proses anestesi atau penyerangan dalam hitungan detik.

HUKUM BEKERJA DIBANK KONVENSIONAL DAN STATUS GAJINYA

 Renungan Jum'at berkah 

📎 HUKUM BEKERJA DIBANK KONVENSIONAL DAN STATUS GAJINYA

👤 Oleh : Syaikh Nuh Ali Salman Al-Qudhot ( Mufti Syafii Yordania )


Hukum bekerja di bank itu tergantung jenis pekerjaanya, jika pekerjaan tidak berkaitan dengan riba seperti satpam, membuat kartu ATM, atau menyewakan loker penyimpanan, dll, maka gajinya halal, dan jika pekerjaan berkaitan dengan riba, seperti, pinjaman berbunga, kredit berbunga, dll, maka gaji yang dia terima adalah haram.


📚 فتاوى نوح علي سلمان


الحمد لله، والصلاة والسلام على سيدنا رسول الله

العمل في البنوك الربوية فيه تفصيل تابع لصفة العمل المقصود:

1- فإذا كان عمل الموظف في البنك الربوي بعيدا عن مباشرة الفوائد الربوية، وليس فيه إعانة مباشرة عليها: فلا بأس في عمله ولا حرج.

2- أما إذا كان عمل الموظف في البنك الربوي مباشرا للفوائد الربوية، وفيه إعانة عليها: فلا يجوز له ذلك، لقول الله عز وجل: (وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثم وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ) المائدة/ 2.

وفي صحيح مسلم عن جابر رضي الله عنه قال: (لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ) يقول الإمام النووي رحمه الله: "فيه تحريم الإعانة على الباطل" انتهى. "شرح مسلم" (11/26)

والاعتذار عن العمل الحرام بنية تجميع الأموال والانتقال إلى عمل آخر مباح اعتذار مردود، فالمال المحرم لا يبارك الله فيه، والنية لا تقلب العمل المحرم حلالا، واللعن الوارد في الحديث لكل من أعان على الربا يوجب على المسلم التوقف والتأمل، إن كان يرضى أن يحشره الله في زمرة الملعونين، أم في زمرة التائبين العابدين.

وأخيرا نذكركم أن الله عز وجل يقول: (وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً) الطلاق/2-3. والله أعلم.


t.me/fiqhkontemporer

Thursday, September 26, 2024

HUKUM UDHIYAH (HEWAN QURBAN) VERSI DALAM 𝗞𝗜𝗧𝗔𝗕 𝗙𝗔𝗧𝗛𝗨𝗟 𝗤𝗔𝗥𝗜𝗕

 Kajian NFA 

Clik kajian YouTube di SPENTWOGAR ANZAYPISAN:

wa alaikum salam


dalam kitb 𝗞𝗜𝗧𝗔𝗕 𝗙𝗔𝗧𝗛𝗨𝗟 𝗤𝗔𝗥𝗜𝗕


فَصْلٌ فِيْ أَحْكَامِ الْأُضْحِيَّةِ 


(Fasal) Pada menjelaskan 

Hukum-hukum Qurban.


بِضَمِّ الْهَمْزَةِ فِيْ الْأَشْهَرِ وَهُوَ اسْمٌ لِمَا يُذْبَحُ مِنَ النَّعَمِ يَوْمَ عِيْدِ النَّحْرِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيْقِ تَقَرُّبًا إِلَى اللهِ تَعَالَى

 

Al-Udhiyyah (الْأُضْحِيَّةِ) dengan membaca dlammah huruf hamzahnya menurut pendapat yang paling masyhur, yaitu Nama binatang ternak yang disembelih pada hari Raya Qurban dan hari At-Tasyríq karena untuk mendekatkan diri pada Allah Subhanahu wa Taala


 PENJELASAN

𝗞𝗜𝗧𝗔𝗕 𝗛𝗔𝗦𝗬𝗜𝗔𝗛 𝗕𝗔𝗝𝗨𝗥𝗜


حاشية الباجورى: (١/٢٩٥)

قوله وهى أى الاضحية وقوله اسم لما يذبح من النعم أى التي هي الابل والبقر والغنم


•Ucapan musannif :

Dan dianya Artinya Udhiyyah 

•Ucapan musannif:

Dianya Udhiyyah yaitu Nama binatang ternak yang disembelih ,maksud binatang ternak disini yaitu :Unta dan Sapi dan Kambing (termasuk juga kerbau dan biri-biri)


𝗦𝘆𝗮𝗿𝗮𝘁 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗵𝗲𝘄𝗮𝗻

𝗾𝘂𝗿𝗯𝗮𝗻 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 


فشرط الاضحية أن تكون من النعم التي هي هذه الثلاثة لقوله تعالى :

 

Maka Syarat daripada hewan qurban adalah dari binatang ternak (مِنَ النَّعَمِ)

Yang disebutkan 3 di Atas :

1.Unta

2.Sapi, termasuk kerbau

3.Kambing, termasuk biri-biri,kibas/domba


Disini disebutkan Ada 2 Alasan : kenapa yang jadi hewan qurban Adalah 3 Hewan diatas :


•1.Karena Firman Allah Subhanahu wa taala (QS.Al Hajj Ayat 34 ) :


وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ


Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut Nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa Hewan ternak.


 ولأن التضحية عبادة تتعلق بالحيوان فاختصت بالنعم كالزكاة فانها عبادة تتعلق بالحيوان فاختصت بالنعم


•2.Karena berqurban itu merupakan ibadah yang berkaitan dengan hewan ,maka dikhususkan berqurban dengan Na'am (binatang ternak) karena Menqiyas pada Zakat (Sama seperti Zakat) karena sesungguhnya Zakat juga merupakan ibadah yang berkaitan dengan hewan ,maka dikhususkan dengan Zakat akan binatang ternak.


𝗛𝘂𝗸𝘂𝗺 𝗾𝘂𝗿𝗯𝗮𝗻 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗔𝘆𝗮𝗺 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗯𝗲𝗯𝗲𝗸


وعن ابن عباس أنه يكفى اراقة الدم ولو من دجاج أو أو زكما قاله الميداني وكان شيخنا رحمه الله يأمر الفقير بتقليده و يقيس على الاضحية العقيقة و يقول لمن ولدله مولود عق بالديكة على مذهب ابن عباس


Dari Ibnu Abbas bahwa Qurban sudah mencukupi walau dengan Ayam atau bebek sebagaimana diceritakan oleh al-Maidani. Guru daripada syekh Bajuri -semoga Allah merahmatinya- memerintahkan ia akan orang2 fakir untuk mengikuti Ibnu Abbas. Dan beliau juga mengkiyaskan Aqiqah ke Qurban. Beliau berkata kepada orang yang melahirkan anak, "Sembelihlah Ayam Jantan mengikuti Madzhab Ibnu Abbas


𝗪𝗮𝗸𝘁𝘂 𝗽𝗲𝗻𝘆𝗲𝗺𝗯𝗲𝗹𝗶𝗵𝗮𝗻 𝗵𝗲𝘄𝗮𝗻 𝗤𝘂𝗿𝗯𝗮𝗻


 وقوله يوم عيد النحر أي بعد طلوع شمسه و مضى قدر ركعتين وخطبتين خفيفتين كما سيأتي


•Ucapan musannif :

Hewan yang disembelih pada hari Nahar (hari qurban) , Artinya sesudah terbit Matahari dan sesudah melewati ukuran 2 raka'at shalat dan melewati ukuran 2khutbah yang ringan (keduanya)


 وقوله وأيام التشريق أى بلياليها وان كان الذبح فيها مكروها وعبارة الشيخ الخطيب من يوم العيد الى آخر أيام التشريق فدخل في عبارته الليالي 


Ucapan musannif:

(Dan hewan yang disembelih pada hari-hari tasyrik) Artinya termasuk malam-malamnya hari tasyrik , sekalipun menyembelih diwaktu malam hukumnya Makruh, Ibaroh dari Syekh Khatib ,Beliau menyatakan : "Dari hari Ied Hingga Akhir hari Tasyrik" maka masuk dalam ibarah tersebut oleh malam-malam tasyrik.


𝗧𝘂𝗷𝘂𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗾𝘂𝗿𝗯𝗮𝗻


وقوله تقربا الى الله تعالى أى على وجه التقرب الى الله تعالى وخرج بذلك مايذبحه الشخص للاكل أو الجزار للبيع والحاصل أن القيود ثلاثة الأول كونها من النعم الثاني كونها في يوم العيد وأيام التشريق ولياليها الثالث كونها تقربا الى الله تعالى


Ucapan musannif:

Mendekatkan diri kepada Allah Artinya tujuan menyembelih untuk mendekat kepada Allah (tujuan ibadah) Maka tidak dikatakan taqqarrub : seseorang yang menyembelih tujuan untuk di makan dan menyembelih untuk dijual.


𝗞𝗘𝗦𝗜𝗠𝗣𝗨𝗟𝗔𝗡:

Hewan yang disembelih baru dikatakan Sebagai qurban ada 3 ketentuan:


1.Hewan yang disembelih itu dari hewan ternak

2.Penyembelihan dilakukan pada hari Ied dan hari-hari tasyrik beserta dengan malamnya.

3.Keadaan menyembelih itu untuk mendekat diri kepada Allah Subhanahu wa taala.


Yang disunahkan berQurban adalah


1. Islam.

2. Mampu.

3. Merdeka.

4. Memiliki kelebihan dari apa yang dibutuhkan pada hari raya dan hari tasyrik.


*فاما شروط سنيتها فمنها القدرة عليها فلا تسن للعاجز عنها، و منها الحرية فلا تسن للعبد و زاد المالكية فى شروط سنيتها ان لا يكون حاحة و لو كان من اهل مكة كما تقدم اما المسافر لغير الحج فتسن له اما البلوغ فليس شرطا لسنيتها.*

(الفقه على المذاهب الاربعة ١/٦٤٤)


*و انما تسن لحر او مبعض مسلم رشيد نعم لاصل قادر بان ملك زائدا عما يحتاجه يوم العيد و ليلته و ايام التشريق.*

(بشرى الكريم ٢/١٢٥).


*2. Batasan Mampu di dalam berQurban itu seperti apa ?*


Kategori mampu menurut Ulama Syafiiyah adalah Orang-orang yang sudah memiliki kadar harga binatang qurban dan punya kelebihan harta dari apa-apa yang ia butuhkan dan orang yang ditanggunnya pada hari disunahkannya kurban.


الشافعية قالو القادر عليها هو الذى يملك ثمنها زائدا عن حاجته و حاجة من يعول يوم العيد و ايام التشريق و من الحاجة ما جرت به العادة من كعك و سمك و فطير و نقل و نحو ذلك.


3. Apakah wajib jika kita berQurban untuk menghadiri proses pemotongan hewan Qurban...?


Hukum menyaksikan sembelihan bagi orang yang Qurbannya diwakilkan adalah sunah dan hendaknya tatkala sembelihan berlangsung ia mengucapkan 


ان صلاتى ونسكى ومحياي ومماتي لله رب العالمين لا شريك له وبذالك امرت وانا من المسلمين.


_Inna sholaatii wa Nusukii wa Mahyaaya wa Mamaatii Lillaahi Robbil 'Aalamiin. Laa syariikalahuu wa bidzaalika Umirtu wa ana minal Muslimiin._


وان يذبحها بنفسه ان كان يحسنه للاتباع نعم الافضل لغير ذكر ان يوكل فيه فان لم يرد الذبح بنفسه ندب له ان يشهدها لما صح من امر فاطمة رضى الله عنها بذلك و ان تقول ان صلاتى و نسكى الى وانا من المسلمين و وعدها بانه يغفر لها باول قطرة كل ذنب عملته و ان هذا لعموم المسلمين. 

 (بشرى الكريم ٢/١٢٨).


*والله اعلم بالصواب*

𝗥𝗘𝗙𝗘𝗥𝗘𝗡𝗦𝗜:

𝗞𝗶𝘁𝗮𝗯 𝗙𝗮𝘁𝗵𝘂𝗹 𝗤𝗮𝗿𝗶𝗯

𝗛𝗮𝘀𝘆𝗶𝗮𝗵 𝗕𝗮𝗷𝘂𝗿𝗶 𝗷𝗶𝗹𝗶𝗱 𝟮 𝗵𝗮𝗹𝗮𝗺𝗮𝗻 𝟮𝟵𝟱 


https://t.me/+BOEnXHGuS7s2OWJl

BERDEHEM/TANAHNUH

 

BERDEHEM/TANAHNUH


Di dalam kitab-kitab fiqih, berdehem disebut dengan tanahnuh. Secara umum, berdehem dalam shalat tidak membatalkan shalat jika seseorang tidak bisa mengendelikan dan menguasainya. Misalnya, untuk bisa melafalkan bacaan shalat dia harus berdehem, maka shalatnya tidak batal, meskipun ketika berdehem sampai mengeluarkan suara dua huruf.



Adapun jika seseorang masih bisa mengendalikan dan menguasainya, maka para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini.


Pertama, jika seseorang berdehem sampai mengeluarkan suara dua huruf, maka shalatnya batal. Sebaliknya, jika tidak sampai mengeluarkan suara dua huruf, maka shalatnya tidak batal. Ini adalah pendapat yang paling shahih dan diikuti oleh kebanyakan ulama.



Kedua, berdehem tidak membatalkan shalat meskipun sampai mengeluarkan suara dua huruf. Ini adalah pendapat Imam al-Rafii.


Ketiga, jika seseorang berdehem dan mulutnya tertutup, maka shalatnya tidak batal, baik mengeluarkan suara dua huruf atau tidak. Namun jika berdehem dengan membuka mulut dan sampai mengeluarkan suara dua huruf, maka shalatnya batal. Jika tidak sampai mengeluarkan suara dua huruf, maka shalatnya tidak batal. Ini adalah pendapat Imam al-Mutawalli.


Penjelasan di atas telah disebutkan oleh Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu berikut;


وأما التنحنح فحاصل المنقول فيه ثلاثة أوجه الصحيح الذى قطع به المصنف والاكثرون ان بان منه حرفان بطلت صلاته والا فلا والثانى لا تبطل وان بان حرفان قال الرافعي وحكى هذا عن نص الشافعي والثالث ان كان فمه مطبقا لم تبطل مطلقا والا فان بان حرفان بطلت والا فلا وبهذا قطع المتولي


“Adapun berdehem, maka dari hasil nukilan pendapat ulama ada tiga pendapat. Yang paling shahih dan telah ditetapkan oleh mushannif (Imam Syairazi) dan kebanyakan ulama, jika seseorang berdehem sampai mengeluarkan suara dua huruf, maka shalatnya batal. Jika tidak sampai mengeluarkan suara dua huruf, maka tidak batal.


Kedua, shalatnya tidak batal meskipun sampai mengeluarkan suara dua huruf. Imam al-Rafii berkata, ‘Ini dinukil dari pernyataan Imam Syafii.’ Ketiga, jika mulutnya tertutup, maka secara mutlak tidak batal. Namun jika tidak tertutup (terbuka) dan sampai mengeluarkan suara dua huruf, maka shalatnya batal. Jika tidak mengeluarkan suara dua huruf, maka tidak batal. Ini yang ditetapkan oleh Imam al-Mutawalli.”


https://t.me/+BOEnXHGuS7s2OWJl

Saturday, September 21, 2024

Batasan air sedikit dan air banyak


 ( فصل ) الماء قليل وكثير : القليل مادون القلتين ، والكثير قلتان فأكثر , القليل يتنجس بوقوع النجاسة فيه وإن لم يتغير , والماء الكثير لا يتنجس إلا إذا تغير طعمه أو لونه أو ريحه.


almaau Qoliilun Wa Katsiirun . Al-Qoliilu Maa Duunal Qullataini . Walkatsiiru Qullataani Fa Aktsaru Al-Qoliilu Yatanajjasu Biwuquu'innajaasati Fiihi Wain Lam Yataghoyyar Walmaaulkatsiiru Laa Yatanajjasu Illaa Idzaa Taghoyyaro Tho'muhu , Aw Lawnuhu , Aw Riihuhu .


Cara membaca/memaknai dalam bahasa Jawa:


(FASLUN) " Utawi Kila fasal " ALMAAU "utawi banyu" Iku QOLIILUN "anakalane banyu setitik" WA KATSIIRUN "lan anakalane banyu akeh" AL QOLIILU "utawi banyu setitik" Iku MAA DUU NALQULLATAINI "banyu kang kurang rong kolah" WAL KATSIIRU "lan utawi banyu akeh" Iku QULLATAANI "banyu kang rong kolah" FA AKTSARU "mangka luwih akeh" AL QOLIILU "utawi banyu setitik" iku YAA TANAJJASU "dadi mutanajis opo banyu setitik" BI WUKUU'INNAJAASATI "kelawan sebab ketibanan  najis" WA ILLAM YATAGHOYYAR "lan senajan ora berubah opo banyu" WALMAAUL KATSIIRU "lan utawi banyu akeh" iku LAA YATANAJJASU " ora dadi mutanajis opo banyu akeh" ILLA IDZAA TAGHOYARO "anging nalikane berubah" opo THO'MUHU "rasa ne banyu" AW LAUNUHU "atawa wernane banyu" AW RIhUHU "atawa ambu ne banyu."


Makna dalam bahasa Indonesia


air itu yaitu sedikit dan banyak . Yang sedikit adalah air yg kurang dari 2 kullah . Dan yang banyak yaitu 2 kullah atau lebih . Dan air yg sedikit menjadi najis ia dengan kejatuhan najis padanya walaupun tidak berubah rasa , warna , dan baunya . Dan air yg banyak tidaklah ia menjadi najis kecuali jika berubah rasa , atau warnanya , atau baunya .


Keterangan:


2 Kullah bila diukur dengan liter yaitu 216 liter kurang lebih , bila diukur wadahnya yaitu 60 cm X 60 cm x 60 cm . Air yang kurang dari 2 kullah menjadi musta'mal bila terciprat air bekas bersuci yaitu bila terciprat air basuhan yang pertama karena basuhan yang pertamalah yang wajib. Adapun bila air itu kurang dari 2 kullah maka lebih baik diambil dengan gayung, jangan dimasukkan dengan tangan (dikobok) .


**Macam-macam air dan pembagiannya.


1. Air yang suci dan mensucikan.


Air ini ialah air yang boleh diminum dan dipakai untuk menyucikan(membersihkan) benda yang lain. Yaitu air yang yang masih murni yang jatuh dari langit atau terbit dari bumi dan masih tetap belum berubah keadaannya, seperti; air hujan air laut, air sumur, air es yang sudah hancur kembali, air embun, dan air yang keluar dari mata air. 


Allah berfirman dalam QS Al-Anfal ayat 11: “Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu."


Perubahan air yang tidak menghilangkan keadaan atau sifatnya’suci menyucikan’. Walaupun perubahan itu terjadi salah satu dari semua sifatnya yang tiga(warna,rasa dan baunya) adalah sebagai berikut:


1. Berubah karena tempatnya, seperti air yang tergenang atau mengalir di batu belerang.


2. Berubah karena lama tersimpan, seperti air kolam.


3. Berubah karena sesuatu yang terjadi padanya, seperti berubah karena ikan atau kiambang.


4. Berubah karena tanah yang suci, begitu juga berubah yang sukar memeliharanya misalnya berubah karena daun-daunan yang jatuh dari poho-pohon yang berdekatan dengan sumur atau tempat-tempat air yang lainnya.


2. Air suci tetapi tidak menyucikan


Zatnya suci tetapi tidak sah dipakai untuk menyucikan sesuatu. Yang termasuk dalam kategori ini ada tiga macam air :


a. air yang telah berubah salah satu sifatnya karena bercampur dengan sesuatu benda yang suci, selain dari perubahan yang tersebut di atas seperti air teh, air kopi, dan sebagainya.


b. Air sedikit kurang dari dua kulah (tempatnya persegi panjang yang mana panjangnya, lebarnya,dalamnya 1 1/4 hasta.kalau tempatnya bundar maka garis tengahnya 1 hasta, dalam 2 ¼ hasta, dan keliling 3 1/7hasta.) sudah terpakai untuk menghilangkan hadas atau menghilangkan hukum najis. Sedangkan air itu tidak berubah sifatnya dan tidak pula bertambah timbangannya.


c. Air pohon-pohonan atau air buah-buahan, seperti air yang keluar dari tekukan pohon kayu(air nira), air kelapa dan sebagainya.


3. Air yang bernajis


Air yang termasuk bagian ini ada dua macam :


a. Sudah berubah salah satu sifatnya oleh najis. Air ini tidak boleh dipakai lagi, baik airnya sedikit atau banyak , sebab hukumnya seperti najis.


b. Air bernajis tetapi tidak berubah salah satu sifatnya. Air ini kalau sedikit- berarti urang dari dua kulah –tidak boleh dipakai lagi, bahkan hukumnya sama dengan najis. Kalau air itu banyak berarti dua kulah atau lebih, hukumnya tetap suci dan menyucikan. 


Rasulullah bersabda Saw : Air itu tidak dinajisi sesuatu, kecuali apbila berubah rasa, wana atau baunya.”(Riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi). 


Dalam hadist lain Rasul Saw: ‘Apabila air cukup dua kulah, tidaklah dinajisi oleh sesuatu apapun.(Riwayat oleh lima ahli hadist)


4. Air yang makruh


Yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain bejana emas atau perak. Air ini makruh dipakai untuk badan. Tetapi tidak makruh untuk pakaian; kecuali air yang terjemur di tanah, seperi air sawah, air kolam, dan tempat tempat yang bukan bejana yang mungkin berkarat. 


Sabda Rasulullah Saw. Dari Aisyah .Sesungguhnya ia telah memanaskan air pada cahaya matahari. Maka Rasulullah Saw. Berkata kepadanya , ‘Jangan engkau berbuat demikian, ya Aisyah. Sesungguhnya air yang dijemur itu akan menimbulkan sopak.(penyakit kulit)”(Riwayat Baihaqi)


wallohu alam

BAB TENTANG PENYUSUNAN ALQURAN (PART 1)

 BAB TENTANG PENYUSUNAN ALQURAN


PART 1


﴿ باب تأليف القرآن في زمن النبوة وجمعه في زمن الصديق واستنساخه في المصاحف في زمن عثمان رضوان الله عليهم أجمعين ﴾


"Bab tentang penyusunan Al-Qur'an pada masa kenabian dan pengumpulannya pada masa Abu Bakar As-Siddiq, serta penyalinannya dalam mushaf pada masa Utsman radhiyallahu 'anhum ajma'in."


اعلم أن تأليف القرآن في زمن النبوة , وجمعه في الصحف في زمن الصديق , والنسخ في المصاحف في زمن عثمان ابن عفان رضي الله عنهم أجمعين. 


"Ketahuilah bahwa penyusunan Al-Qur'an terjadi pada masa kenabian, pengumpulannya dalam lembaran-lembaran pada masa Abu Bakar As-Siddiq, dan penyalinannya dalam mushaf pada masa Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhum ajma'in."


 و قد كان القرآن كله مكتوباً في عهده عليه

الصلاة والسلام . لكن غير مجموع في موضع ولا مرتب السور , 


"Al-Qur'an seluruhnya sudah ditulis pada masa Rasulullah ﷺ, tetapi belum dikumpulkan di satu tempat dan belum tersusun surah-surahnya.


وأول من سمى المصحف مصحفاً أبو بكر رضی الله عنه. 


Orang pertama yang menamai kitab ini sebagai 'Mushaf' adalah Abu Bakar radhiyallahu 'anhu,


 وأول من جمع القرآن أبو بكر الصديق رضي الله عنه , كذا أخرجه ابن سعد وابن أبي شيبة كذا في القسطلاني.


 dan orang pertama yang mengumpulkan Al-Qur'an adalah Abu Bakar As-Siddiq radhiyallahu 'anhu. Hal ini diriwayatkan oleh Ibn Sa'd dan Ibn Abi Shaybah sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Qasthalani."


 ومدة خلافة الصديق سنتان وأربعة أشهر . ومدة خلافة عمر عشر سنين ونصف شهر . ومدة خلافة عثمان عشر سنين إلا أياماً. ومدة خلافة علي أربع سنين وتسعة أشهر وأيام وفي رواية ستة أشهر رضي الله عنهم كذا في جامع الأصول.

 

🔸 "Masa kekhalifahan Abu Bakar As-Siddiq adalah dua tahun dan empat bulan. 

🔸Masa kekhalifahan Umar adalah sepuluh tahun dan setengah bulan. 🔸Masa kekhalifahan Utsman adalah sepuluh tahun kecuali beberapa hari. 🔸Masa kekhalifahan Ali adalah empat tahun sembilan bulan dan beberapa hari, dan dalam riwayat lain enam bulan. Radhiyallahu 'anhum. Demikian disebutkan dalam kitab Jami' al-Ushul."

 

( وروى) البخاري والترمذي عن زيد بن

ثابت رضي الله عنه أنه قال : أرسل أبو بكر إلى مقتل أهل اليمامة فإذا عمر جالس عنده. 


Dan diriwayatkan oleh Bukhari dan Tirmidzi dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu bahwa dia berkata: Abu Bakar mengutusku ke tempat terbunuhnya para sahabat di Yamamah, dan ketika aku tiba, Umar sedang duduk bersamanya. 


 فقال أبوبكر: إن عمر جاءني فقال: إن القتل قد استحر يوم اليمامة أي في غزوة مسيلمة بقرأة القرآن .  

 

Lalu Abu Bakar berkata: "Umar datang kepadaku dan berkata: Sesungguhnya banyak yang terbunuh pada hari Yamamah (dalam perang melawan Musailamah) dari para pembaca Al-Qur'an, 


وإني أخشى أن يستحر القتل بالقرأة في كل المواطن فيذهب من القرآن كثير .  


dan aku khawatir jika pembantaian terus terjadi di setiap pertempuran, maka banyak bagian dari Al-Qur'an akan hilang. 


وإني أرى أن تأمر بجمع القران


Aku melihat bahwa engkau (Abu Bakar) sebaiknya memerintahkan pengumpulan Al-Qur'an."


 فقلت لعمر كيف نفعل ما لم يفعله رسول الله صلى الله عليه آله وسلم فقال عمر هو والله خير 

 

"Lalu aku berkata kepada Umar, 'Bagaimana kita akan melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah ﷺ?' Umar berkata, 'Demi Allah, itu adalah hal yang baik.


فلم يزل عمر يراجعني فی ذلك حتی شرح 

الله صدري للذي شرح له صدر عمر ورأيت في ذلك الذي رأى عمر


' Umar terus mendesakku mengenai hal tersebut hingga Allah melapangkan dadaku untuk menerima apa yang telah Allah lapangkan dada Umar. Dan aku melihat pada hal tersebut apa yang Umar lihat."


 قال زيد فقال لي أبو بكر إنك رجل شاب عاقل لا يتهمك أحد قد كنت تكتب الوحي لرسول الله

وسلم فتتبع القرآن فاجمعه 


' Umar terus mendesakku mengenai hal tersebut hingga Allah melapangkan dadaku untuk menerima apa yang telah Allah lapangkan dada Umar. Dan aku melihat pada hal tersebut apa yang Umar lihat."


قال زيد فوالله لو كلفوني نقل جبل من الجبال ما كان أثقل علي مما أمرني به من جمع القرآن 


' Zaid berkata: 'Demi Allah, jika mereka memintaku memindahkan salah satu gunung dari pegunungan, itu tidak akan lebih berat bagiku daripada tugas yang diberikan kepadaku untuk mengumpulkan Al-Qur'an.



فقلت فكيف تفعلان شيئاً لم يفعله رسول الله ﷺ فقال أبو بكر ؛ هو والله خير فلم

يزل أبو بكر يراجعني حتى شرح الله صدري

للذي شرح له صدر أبي بكر وعمر


 Lalu aku berkata, 'Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah ﷺ?' Abu Bakar menjawab, 'Demi Allah, itu adalah hal yang baik.' Abu Bakar terus mendesakku hingga Allah melapangkan dadaku untuk menerima apa yang telah Allah lapangkan dada Abu Bakar dan Umar.'"


 فتتبعت القرآن أجمعه مما عندي وعند غيري من الرقاع والعسب واللخاف وصدور الرجال حتى وجدت آخر سورة التوبة مع خزيمة أو أبي خزيمة الأنصاري لم أجدها مع غيره فكانت الصحف عند أبي بكر حتى توفاه الله تعالى

 

"Lalu aku meneliti seluruh Al-Qur'an yang ada padaku dan pada orang lain dari lembaran-lembaran, pelepah-pelepah, batu-batu tipis, serta hafalan para sahabat, sampai aku menemukan akhir Surah At-Tawbah bersama Khuzaimah atau Abu Khuzaimah Al-Anshari, dan aku tidak menemukannya bersama orang lain. Maka lembaran-lembaran Al-Qur'an itu disimpan oleh Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya.


ثم عند عمر عند حفصة بنت عمر رضي عنهم أجمعين كذا في البخاري.


Kemudian disimpan oleh Umar, lalu berada di tangan Hafshah binti Umar رضي الله عنهم أجمعين, sebagaimana diriwayatkan dalam Sahih Al-Bukhari."


والله اعلم بالصواب


MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI

SEMOGA BERMANFAAT

Friday, September 20, 2024

TERJEMAH FATHUL MUIN PASAL SYARAT SYARAT SHOLAT BAGIAN 1⃣

 


TERJEMAH FATHUL MUIN

PASAL SYARAT SYARAT SHOLAT

BAGIAN 1⃣

فَصْلٌ: فِيْ شُرُوْطِ الصَّلَاةِ


الشَّرْطُ مَا يَتَوَقَّفُ عَلَيْهِ صِحَّةُ الصَّلَاةِ، وَ لَيْسَ مِنْهَا.


SYARAT adalah Suatu hal yang menjadikan sahnya shalat, namun bukan bagian dari shalat { 🔸1.}


 وَ قُدِّمَتِ الشُّرُوْطُ عَلَى الْأَرْكَانِ لِأَنَّهَا أَوْلَى بِالتَّقْدِيْمِ، إِذِ الشَّرْطُ مَا يَجِبُ تَقْدِيْمُهُ عَلَى الصَّلَاةِ وَ اسْتِمْرَارُهُ فِيْهَا. 

 

Syarat-syarat shalat lebih didahulukan daripada rukun-rukunnya sebab syarat lebih utama didahulukan karena syarat adalah hal yang wajib didahulukan atas shalat dan wajib harus selalu ada dalam shalat.


(شُرُوْطُ الصَّلَاةِ خَمْسَةٌ: أَحَدُهَا: طَهَارَةٌ عَنْ حَدَثٍ وَ جَنَابَةٍ الطَّهَارَةُ: لُغَةً)، النَّظَافَةُ وَ الْخُلُوْصُ مِنَ الدَّنَسِ. وَ شَرْعًا: رَفْعُ الْمَنْعِ الْمُتَرَتَّبِ عَلَى الْحَدَثِ أَوِ النَّجَسِ.


 Syarat-syarat shalat ada lima. Yang 1⃣pertama adalah suci dari hadats dan janabah.

 👉 Bersuci {🔸2} secara bahasa adalah bersih dan lepas dari kotoran. 

 👉Sedang secara syara‘ adalah menghilangkan penghalang yang berupa hadats atau najis.


فَالْأُوْلَى- أَيِ الطَّهَارَةُ عَنِ الْحَدَثِ: (الْوُضُوْءُ) هُوَ – بِضَمِّ الْوَاوِ – اسْتِعْمَالُ الْمَاءِ فِيْ أَعْضَاءٍ مَخْصُوْصَةٍ مُفْتَتَحًا بِنِيَّةٍ. 


وَ بِفَتْحِهَا: مَا يَتَوَضَّأُ بِهِ. وَ كَانَ ابْتِدَاءُ وُجُوْبِهِ مَعَ ابْتِدَاءِ وُجُوْبِ الْمَكْتُوْبَةِ لَيْلَةَ الْإِسْرَاءِ.


Syarat Shalat Ke-

✅1⃣1 (Untuk yang pertama) yakni bersuci dari hadats adalah dengan cara (berwudhu’). 


Lafazh wudhu’ dengan membaca dhammah wāw-nya bermakna menggunakan air pada anggota-anggota tertentu yang diawali dengan sebuah niat. 


وَ بِفَتْحِهَا: مَا يَتَوَضَّأُ بِهِ. وَ كَانَ ابْتِدَاءُ وُجُوْبِهِ مَعَ ابْتِدَاءِ وُجُوْبِ الْمَكْتُوْبَةِ لَيْلَةَ الْإِسْرَاءِ.


Dan dengan terbaca fatḥah wāw-nya bermakna sesuatu yang digunakan untuk berwudhu’. Awal diwajibkannya berwudhu’ adalah bersamaan dengan kewajiban shalat lima waktu pada malam Isrā’-nya Nabi s.a.w.


وَ شُرُوْطُهُ- أَيِ الْوُضُوْءِ كَشُرُوْطِ الْغُسْلِ خَمْسَةٌ.


 أَحَدُهَا: (مَاءٌ مُطْلَقٌ)، فَلَا يَرْفَعُ الْحَدَثَ وَ لَا يُزِيْلُ النَّجَسَ وَ لَا يَحْصُلُ سَائِرَ الطَّهَارَةِ – وَ لَوْ مَسْنُوْنَةً – إِلَّا الْمَاءُ الْمُطْلَقُ، 

 

Syarat Wudhu’ (Syarat-syaratnya wudhu’) seperti halnya syarat-syaratnya mandi berjumlah lima syarat. 

Syarat yang 

🔷1⃣pertama adalah (MENGGUNAKAN AIR MUTLAQ). Maka hadats dan najis tidak akan hilang, begitu pula tidak akan dapat membuahkan kesucian lain walaupun itu sunnah kecuali dengan menggunakan air yang mutlak. 


وَ هُوَ مَا يَقَعُ عَلَيْهِ اسْمُ الْمَاءِ بِلَا قَيْدٍ، 

 وَ إِنْ رَشَحَ مِنْ بِخَارِ الْمَاءِ الطَّهُوْرِ الْمُغْلَى، أَوِ اسْتُهْلِكَ فِيْهِ الْخَلِيْطُ، أَوْ قَيْدٍ بِمُوَافَقَةِ الْوَاقِعِ كَمَاءِ الْبَحْرِ.


AIR MUTLAK adalah sebuah penamaan air tersebut terikat dengan sebab mencocoki terhadap realita yang terjadi seperti AIR LAUT walaupun air tersebut menetes dari uap air suci yang mendidih atau larut di dalamnya sesuatu yang mencampuri. { 🔸3 }


 بِخِلَافِ مَا لَا يُذْكَرُ إِلَّا مُقَيَّدًا كَمَاءِ الْوَرْدِ،

 

Hal ini berbeda dengan air yang tidak disebut kecuali selalu terikat dengan nama lain {🔸 4  } seperti air mawar. 


٠ (غَيْرُ مُسْتَعْمَلٍ فِيْ) فَرْضِ طَهَارَةٍ، مِنْ (رَفْعِ حَدَثٍ) أَصْغَرَ أَوْ أَكْبَرَ، وَ لَوْ مِنْ طُهْرِ حَنَفِيٍّ لَمْ يَنْوِ،

 أَوْ صَبِيٍّ لَمْ يُمَيِّزْ لِطَوَافٍ.


AIR MUTLAK tersebut haruslah (belum digunakan untuk) kefardhuan bersuci,{ 🔸5  } yakni (DARI MENGHILANGKAN HADAS) kecil ataupun besar walaupun bekas bersuci dari madzhab Ḥanafiyyah yang tidak menggunakan niat.

atau dari seorang anak kecil yang belum tamyiz untuk ibadah thawāf


 (وَ) إِزَالَةِ (نَجَسٍ) وَ لَوْ مَعْفُوًّا عَنْهُ. 

 

(DAN AIR MUTLAK BELUM DI GUNAKAN UNTUK MENGHILANGKAN NAJIS) walaupun najis tersebut dima‘fuw 


(قَلِيْلًا) أَيْ حَالَ كَوْنِ الْمُسْتَعْمَلِ قَلِيْلًا، أَيْ دُوْنَ الْقُلَّتَيْنِ. 


(SEDANG KEADAAN AIR YANG  DIGUNAKAN TERSEBUT ADALAH AIR YANG JUMLAHNYA SEDIKIT) maksudnya adalah air yang kurang dari dua qullah. 


فَإِنْ جُمِعَ الْمُسْتَعْمَلُ فَبَلَغَ قُلَّتَيْنِ فَمُطَهِّرٌ، كَمَا لَوْ جُمِعَ الْمُتَنَجِّسُ فَبَلَغَ قُلَّتَيْنِ وَ لَمْ يَتَغَيَّرْ، وَ إِنْ قَلَّ بَعْدُ بِتَفْرِيْقِهِ.


Jika seandainya ada air musta‘mal dikumpulkan hingga mencapai dua qullah, maka air tersebut dihukumi suci dan mensucikan seperti halnya ada air yang terkena najis kemudian dikumpulkan hingga mencapai dua qullah dan sifat air menjadi sedikit dengan memisah-misahkannya. 


 فَعُلِمَ أَنَّ الْاِسْتِعْمَالَ لَا يَثْبُتُ إِلَّا مَعَ قِلَّةِ الْمَاءِ، أَيْ وَ بَعْدَ فَصْلِهِ عَنِ الْمَحَلِّ الْمُسْتَعْمَلِ وَ لَوْ حُكْمًا، كَأَنْ جَاوَزَ مَنْكِبَ الْمُتَوَضِّئِ أَوْ رُكْبَتَهُ، وَ إِنْ عَادَ لِمَحَلِّهِ أَوِ انْتَقَلَ مِنْ يَدٍ لِأُخْرَى.

 

Maka dari itu dapat diketahui, bahwa air musta‘mal tidak akan ada kecuali pada air yang jumlahnya sedikit dan setelah terpisahnya air dari tempat digunakannya air tersebut walaupun secara hukum saja seperti melampauinya air dari pundaknya orang yang berwudhu’ atau kedua lututnya walaupun air tersebut kembali ke tempat semula atau air berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. 


 نَعَمْ، لَا يَضُرُّ فِي الْمُحْدِثِ انْفِصَالُ الْمَاءِ مِنَ الْكَفِّ إِلَى السَّاعِدِ، وَ لَا فِي الْجُنُبِ انْفِصَالُهُ مِنَ الرَّأْسِ إِلَى نَحْوِ الصَّدْرِ مِمَّا يَغْلِبُ فِيْهِ التَّقَاذُفُ.


Benar bahwa air yang telah terpisah walaupun secara hukum dikatakan musta‘mal namun tidak masalah terpisahnya air dari telapak tangan menuju lengan bagi seorang yang hadats dan bagi orang mandi junub, dari kepala menuju semisal dada yakni dari setiap anggota yang secara umumnya air tersebut menetes. {🔸6}


-----------------

Catatan:


{🔸 1 }  Ini bukanlah pengertian dari syarat, namun hanya sekedar menjelaskan maksud syarat dalam bab shalat. Syarat secara istilah adalah sebuah kondisi yang akan tiada sebab tiadanya syarat dan tidak harus ada bila syaratnya telah ada dan tidak karena ketiadaan secara dzatiahnya. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 36 

Darul-Fikr.


{ 🔸2 } Bersuci memiliki 4 wasilah dan 4 tujuan. 4 wasilah adalah 

🔸air, 

🔸debu, 

🔸batu dan 

🔸menyamak. 


4 tujuan adalah 

🔸wudhu’, 

🔸mandi, 

🔸tayammum dan 

🔸menghilangkan najis.


 I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 37 Darul-Fikr.


{ 🔸3 } Sekira tidak merubah kemutlakan nama air. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 37 Darul-Fikr.


{ 🔸4 } Dengan disandarkan nama lain seperti air mawar.

 I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 37 Darul-Fikr.

 

{ 🔸5 }ۢ Maksudnya kefardhuan adalah sesuatu yang mesti harus menggunakan bersuci, baik berdoa bila ditinggalkan ataupun tidak, baik berupa ibadah ataupun tidak. 

I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 37 Darul-Fikr.


{ 🔸6 } Kesimpulannya bahwa syarat dari air musta‘mal ada empat: sedikitnya air, telah digunakan hal yang fardhu, terpisah dari anggota yang dibasuh, tidak adanya niat ightirāf.


 I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 38 Darul-Fikr


COPAS DARI APLIKASI FATHUL MUIN.

والله اعلم بالصواب

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes