BREAKING NEWS

Watsapp

Friday, August 2, 2024

Apakah boleh membaca Al Qur’an tanpa tajwid?

 2. Apakah boleh membaca Al Qur’an tanpa tajwid? 


 🌨️Jawaban 🌨️

 

Membaca Al Qur’an tanpa takwid hukumnya khilaf namun lebih baik dan berhati - hati memakai pendapat Ulama Mutaqoddimun yang mengharamkan 


🔰 Menyibukkan diri mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardlu kifayah.


 💠 Adapun mengamalkannya, Ulama' mutaqoddimun dari para Ulama' Qiro'ah dan tajwid berpendapat bahwasanya memakai semua dasar ilmu tajwid hukumnya wajib dan berdosa bagi yang meninggalkannya. Sama saja apakah berkaitan dengan menjaga huruf-hurufnya -(dari perkara yang merubah bentuknya atau merusak maknanya)- atau berkaitan dengan selainnya dari perkara yang telah disebutkan oleh Ulama' dalam kitab-kitab tajwid seperti idgom dan lainya. Muhammad bin Al-Jazari berkata dalam kitab An-Nasr menukil dari Imam Nashr Asy-Syairozi; belajar Al-Qur'an dari guru adalah wajib dalam membaca Al-Qur'an, dan wajib bagi Qori' membaca Al-Qur'an sesuai dengan haknya.

💠Ulama' mutaakhhirun berpendapat pada mentafsil (memerinci) :

✅ perkara yang wajib syar'i dari permasalahan tajwid, yakni perkara yang meninggalkan kepada merubah bentuk dan merusak makna

✅ perkara yang wajib shina'i, yakni yang mewajibkan ahlinya pada ilmu untuk menyempurnakan keserasian Qur'an, dan hal ini perkara yang telah disebutkan oleh Ulama' dalam kitab-kitab tajwid dari permasalahan-permasalahan yang tidak seperti itu, seperti idgom, ikhfa' dan seterusnya. Maka semacam ini menurut mereka (mutaakhhirun) tidak berdosa bagi yang meninggalkannya.


⚜️🌐 *━•⊰Referensi⊱•━*⚜️🌐

نهاية القول المفيد ص ٢٦


اعلم ان الواجب في علم التجويد ينقسم الى واجب شرعي وهو ما يثاب على فعله ويعاقب على تركه او صناعي وهو ما يحسن فعله ويقبح تركه ويعزر على تركه التعزير اللائق به عند اهل تلك الصناعة. فالشرعي ما يحفظ الحروف من تغيير المعنى وافساد المعنى فيأثم تاركه. والصناعي ما ذكره العلماء في كتب التجويد كالادغام والاخفاء والاقلاب والترقيق والتفخيم فلا يأثم تاركه على اختيار المتأخرين. واما المتقدمون فاختاروا وجوب الجميع شرعا 


موسوعة فقهية الكويتية ، ج ١٠ ص ١٧٨ }


اﻟﺤﻜﻢ اﻹﺟﻤﺎﻟﻲ:

ﻻ ﺧﻼﻑ ﻓﻲ ﺃﻥ اﻻﺷﺘﻐﺎﻝ ﺑﻌﻠﻢ اﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻓﺮﺽ ﻛﻔﺎﻳﺔ ﺃﻣﺎ اﻟﻌﻤﻞ ﺑﻪ، ﻓﻘﺪ ﺫﻫﺐ اﻟﻤﺘﻘﺪﻣﻮﻥ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﺎء اﻟﻘﺮاءاﺕ ﻭاﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ اﻷﺧﺬ ﺑﺠﻤﻴﻊ ﺃﺻﻮﻝ اﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻭاﺟﺐ ﻳﺄﺛﻢ ﺗﺎﺭﻛﻪ، ﺳﻮاء ﺃﻛﺎﻥ ﻣﺘﻌﻠﻘﺎ ﺑﺤﻔﻆ اﻟﺤﺮﻭﻑ - ﻣﻤﺎ ﻳﻐﻴﺮ ﻣﺒﻨﺎﻫﺎ ﺃﻭ ﻳﻔﺴﺪ ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ - ﺃﻡ ﺗﻌﻠﻖ ﺑﻐﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎ ﺃﻭﺭﺩﻩ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻓﻲ ﻛﺘﺐ اﻟﺘﺠﻮﻳﺪ، ﻛﺎﻹﺩﻏﺎﻡ ﻭﻧﺤﻮﻩ. ﻗﺎﻝ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ اﻟﺠﺰﺭﻱ ﻓﻲ اﻟﻨﺸﺮ ﻧﻘﻼ ﻋﻦ اﻹﻣﺎﻡ ﻧﺼﺮ اﻟﺸﻴﺮاﺯﻱ: ﺣﺴﻦ اﻷﺩاء ﻓﺮﺽ ﻓﻲ اﻟﻘﺮاءﺓ، ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻘﺎﺭﺉ ﺃﻥ ﻳﺘﻠﻮ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﺣﻖ ﺗﻼﻭﺗﻪ


ﻭﺫﻫﺐ اﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻭﻥ ﺇﻟﻰ اﻟﺘﻔﺼﻴﻞ ﺑﻴﻦ ﻣﺎ ﻫﻮ (ﻭاﺟﺐ ﺷﺮﻋﻲ) ﻣﻦ ﻣﺴﺎﺋﻞ اﻟﺘﺠﻮﻳﺪ، ﻭﻫﻮ ﻣﺎ ﻳﺆﺩﻱ ﺗﺮﻛﻪ ﺇﻟﻰ ﺗﻐﻴﻴﺮ اﻟﻤﺒﻨﻰ ﺃﻭ ﻓﺴﺎﺩ اﻟﻤﻌﻨﻰ، ﻭﺑﻴﻦ ﻣﺎ ﻫﻮ (ﻭاﺟﺐ ﺻﻨﺎﻋﻲ) ﺃﻱ ﺃﻭﺟﺒﻪ ﺃﻫﻞ ﺫﻟﻚ اﻟﻌﻠﻢ ﻟﺘﻤﺎﻡ ﺇﺗﻘﺎﻥ اﻟﻘﺮاءﺓ، ﻭﻫﻮ ﻣﺎ ﺫﻛﺮﻩ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻓﻲ ﻛﺘﺐ اﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻣﻦ ﻣﺴﺎﺋﻞ ﻟﻴﺴﺖ ﻛﺬﻟﻚ، ﻛﺎﻹﺩﻏﺎﻡ ﻭاﻹﺧﻔﺎء ﺇﻟﺦ. ﻓﻬﺬا اﻟﻨﻮﻉ ﻻ ﻳﺄﺛﻢ ﺗﺎﺭﻛﻪ ﻋﻨﺪﻫﻢ. 

والله اعلم بالصواب

"Menyambut Hari Kemerdekaan." Jum'at, 2 Agustus 2024 .

 KULTUM SUBUH



Jum'at, 2 Agustus 2024 .

( 26 Muharram 1446 Hijriyah)

"Menyambut Hari Kemerdekaan."

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ

Hadirin yang dirahmati Allah  

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur kepada Allah subhanahu wata'ala. Dialah Dzat yang tidak pernah berhenti melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Terutama nikmat Islam dan iman, sehingga kita tetap beriman dengan akidah yang kuat. 

Shalawat beserta salam biqaulina Allahumma shalli ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad, tidak lupa kita selalu haturkan di manapun dan kapanpun, karena dengan membaca shalawat kepada Baginda Nabi Muhammad merupakan salah satu bukti kita mencintai-Nya. 

Hadirin jama'ah rahimakumullah,

Kaum Muslimin patut bangga memiliki ajaran yang begitu memuliakan manusia. Islam lahir dari latar sejarah bangsa Arab yang melanggar moralitas perikemanusiaan: fanatisme kesukuan yang parah, pelecehan terhadap perempuan, perang saudara, perampasan hak milik orang lain, perjudian, dan lain sebagainya. Dalam ajarannya pun, komitmen tersebut juga sangat jelas. Allah berfirman, wa laqad karramnâ banî âdam (sungguh telah Kami telah muliakan manusia). Islam juga menjamin kehidupan yang berkeadilan, aman secara jasmani dan ruhani, serta merdeka dari belenggu penindasan. 

Dalam tradisi ushul fiqih, kita mengenal prinsip-prinsip yang haram dilanggar, yakni hak hidup (hifdhun nafs), terjaganya kehidupan agama (hifdhud din), jaminan mendayagunakan akal (hifdhul 'aql), jaminan kepemilikan harta (hifdhul mâl), dan terjaganya kesucian keluarga (hifdhun nasl). Beberapa hal pokok inilah yang lazim disebut maqâshidus syarî‘ah .

Umat Islam, juga seluruh umat manusia lainnya, masing-masing memiliki hak untuk hidup yang wajar. Sebagai implementasi dari nilai-nilai utama tadi, mereka seyogianya mendapat keleluasaan dalam mencari ilmu, beribadah, mengekspresikan pikiran, berkarya, dan sejenisnya. Jaminan tersebut wajib ada selama dilaksanakan dalam kerangka kemasyarakatan yang bertanggung jawab. Apabila kebebasan tersebut dirampas secara zalim maka sangatlah wajar sebuah perlawanan dan pembelaan kemudian mengemuka.


Allah subhanahu wata'ala berfirman:

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ. الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ

Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (Yang teraniaya itu adalah) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata "Tuhan kami hanyalah Allah".

(Qur'an Surat Surat Al-Hajj ayat 39-40)

Jika kita perhatikan secara seksama, Surat Al-Hajj ayat 39-40 ini menegaskan bahwa tiap orang memiliki hak atas kampung halaman, rumah, tempat tinggal, tanah air yang dalam bahasa Al-Qur’an disebut diyârihim (berasal dari kata dâr, rumah). Sebab itu, tatkala mereka diusir atau dirampas hak-haknya, Allah memberi kewenangan mereka untuk membela diri. Mengapa demikian? Karena kampung halaman atau tanah air adalah tempat berpijak untuk melaksanakan kehidupan secara wajar dan aman sebagai manusia yang dimuliakan di buka bumi. Tanah air adalah tempat untuk mencari nafkah, makan, berkeluarga, menunaikan kewajiban agama, bermasyarakat, mengembangkan pendidikan, dan seterusnya.


Jamaah rahimakumullâh,

Begitu pula yang diteladankan Rasulullah. Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam bersama para sahabat berjuang keras melindungi hak-hak mereka. Mereka berperang bukan semata hanya untuk menyerang. Mereka berperang karena sedang diserang dan melawan kezaliman kaum Musyrik Quraisy yang merenggut kebebasan kaum Muslim dalam bertauhid dan hidup tanpa gangguan siapa pun. Artinya, umat Islam berperang justru karena tak menginginkan perang itu terjadi sama sekali di muka bumi.

Semangat serupa juga dikobarkan para ulama-ulama kita era pra-kemerdekaan Indonesia. Selama proses penjajahan Jepang dan Belanda, penduduk pribumi tak aman dan tak nyaman di tanah air sendiri. Mereka tersingkir dari kehidupan yang layak: susah belajar, susah makan, susah bekerja, dan susah beribadah. Berbagai kekejaman dan kezaliman inilah mendorong para ulama bersama umat Muslim, dan para pahlawan lain untuk mengusir kaum kolonial. Kalau kita pernah mendengar “Resolusi Jihad” maka itu adalah salah satu cerminan nyata dari semangat tersebut. Resolusi Jihad adalah deklarasi perang kemerdekaan sebagai “jihad suci” yang digelorakan para kiai di Indonesia pada 22 Oktober 1945 guna menghadang pasukan Inggris (NICA) yang hendak menjajah Indonesia. Berkat perjuangan yang gigih, gelora keislaman yang tinggi, serta riyadlah dan doa para ulama, serangan NICA dapat digagalkan dan bangsa Indonesia tetap merdeka hingga kini sejak Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Sebagian ulama tersebut bahkan tak hanya memimpin perlawanan, tapi juga aktif bergerilya, menyusun strategi, bahkan perang fisik secara langsung dengan pasukan musuh. Umat Islam sadar bahwa membela tanah air dari penindasan adalah bagian dari perjuangan Islam, yang nilai maslahatnya akan dirasakan oleh jutaan orang. Terlebih saat Resolusi Jihad dikumandangkan, Indonesia adalah negara yang baru dua bulan berdiri.

Para ulama dan cendekia Muslim sadar betul, bahwa sebagai makhluk sosial kehadiran negara merupakan sebuah keniscayaan, baik secara syar’i maupun ‘aqli, karena banyak ajaran syariat yang tak mungkin dilaksanakan tanpa kehadiran negara. Oleh karena itu, al-Imam Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali dalam Ihyâ’ ‘Ulûmid Dîn mengatakan:

المُلْكُ وَالدِّيْنُ تَوْأَمَانِ فَالدِّيْنُ أَصْلٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ

“Kekuasaan (negara) dan agama merupakan dua saudara kembar. Agama adalah landasan, sedangkan kekuasaan adalah pemelihara. Sesuatu tanpa landasan akan roboh. Sedangkan sesuatu tanpa pemelihara akan lenyap.”

Jamaah rahimakumullâh,

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kini kita diami adalah hasil kesepakatan bangsa (mu’ahadah wathaniyyah), dengan Pancasila sebagai dasar negara. Ia dibangun atas janji bersama, termasuk di dalamnya mayoritas umat Islam. Bahkan, sebagian perumus Pancasila adalah para tokoh dan ulama Muslim. Karena itu, sebagai penganut agama yang sangat menghormati janji, seluruh umat Islam wajib menaati dasar tersebut, apalagi kita tahu nilai-nilai di dalamnya selaras dengan substansi ajaran Islam. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:

المُسْلِمُوْنَ عَلىَ شُرُوْطِهِمْ

Artinya: “Kaum Muslimin itu berdasar pada syarat-syarat (kesepakatan) mereka.” (Hadits Riwayat Al-Baihaqi dari Abi Hurairah)


Indonesia memang bukan Negara Islam (dawlah Islamiyyah), akan tetapi sah menurut pandangan Islam. Demikian pula Pancasila sebagai dasar negara, walaupun bukan selevel syari’at/agama, namun ia tidak bertentangan, bahkan selaras dengan prinsip-prinsip Islam. Sebagai konsekuensi sahnya NKRI, maka segenap elemen bangsa wajib mempertahankan dan membela kedaulatannya. Pemerintah dan rakyat memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Kewajiban utama pemerintah ialah mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya secara berkeadilan dan berketuhanan. Sedangkan kewajiban rakyat ialah taat kepada pemimpin sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.


Jamaah rahimakumullâh,

Kita patut bersyukur bahwa negara kita, Indonesia, cukup aman dibanding sebagian negara di belahan lain dunia. Umat Islam di sini dapat menjalankan ibadah dan menuntut ilmu agama dengan tenang kendatipun berbeda-beda madzhab dan kelompok. Kita juga relatif bebas dari kekangan di Tanah Air dalam menjalankan hidup sehari-hari. Udara kemerdekaan ini adalah karunia besar dari Allah subhanahu wata’ala. Jangan sampai kita baru menyadari dan merasakan kenikmatan luar biasa ini setelah rudal-rudal berjatuhan di sekeliling kita, tank-tank perang berseliweran, tempat ibadah hancur karena bom, atau konflik berdarah antara-saudara sesama bangsa. Na’ûdzubillâhi min dzâlik.

Oleh karenanya, pada momentum kali ini, Mari kita syukuri kemerdekaan ini dengan hamdalah, sujud syukur, dan mengisinya dengan kegiatan-kegiatan positif. Kita mungkin tak lagi sedang berperang secara fisik sebagaimana ulama-ulama dan pahlawan kita terdahulu, tapi kita masih punya cukup banyak masalah kemiskinan, kebodohan, korupsi, kekerasan, narkoba, dan lain-lain yang juga wajib kita perangi.


Hadirin jama'ah subuh rahimakumullah,

Demikianlah Kultum Subuh ini 

Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua, serta bisa menjadi penyebab kita untuk meningkatkan ibadah, ketaqwaan, keimanan, dan menjauhi segala larangan. 

Wa billahit taufik wal hidayah. Wassalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh.

💫🕌🕋🇮🇩

Thursday, August 1, 2024

Bagaimana hukum menggunakan penutup muka (semisal cadar) ketika sedang mengerjakan shalat?

 RUMUSAN 

TANYA JAWAB FIQIH III


➡️ Pertanyaan :

*Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh afwan sbelumnya ustadz dan ustdzah, sya izin bertanya. Bagaimana hukum menggunakan penutup muka (semisal cadar) ketika sedang mengerjakan shalat? Syukron katsir* 🙏🏻


➡️ Jawaban :

Hukum memakai niqob/cadar ditafshil :

1. Makruh

2. Boleh bahkan wajib jika ada mafsadah misal utk menghidari fitnah dan timbul nya syahwat bagi laki-laki


 ➡️ Referensi :


📚 كفاية الاخيار ص١٦٢ دار المنهاج

ويكره أن يصلي في ثوب فيه صورة ، وتلثما ، والمرأة متنقبة إلا أن تكون في مسجد وهناك أجانب لا يحترزون عن النظر ، فإن خيف من النظر إليها ما يجر إلى الفساد .. . حرم عليها رفع النقاب (٤) ، وهذا كثير من مواضع الزيارات كبيت المقدس زاده الله تعالى شرفا ، فليجتنب ذلك ، ويستحب أن يصلي الشخص في أحسن ثيابه ، والله أعلم 

(٤) أي : تصلي والمنديل مسدول ولا إعادة . أفاده العلامة الشيخ عب الرحمن رشيد لخطيب عن شيخه العلامة أحمد الجبري رحمهما الله تعالى .


📚 مجموعة من المؤلفين، الموسوعة الفقهية الكويتية، ١٣٥/٤١

النِّقَابُ فِي الصَّلاَةِ:

8 - ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى كَرَاهَةِ النِّقَابِ فِي الصَّلاَةِ، وَكَرِهَهُ الْمَالِكِيَّةُ مُطْلَقًا فِي الصَّلاَةِ وَفِي غَيْرِهَا.


📚 مجموعة من المؤلفين، الموسوعة الفقهية الكويتية، ١٣٥/٤١

وَيَرَى الْمَالِكِيَّةُ: أَنَّ النِّقَابَ مَكْرُوهٌ مُطْلَقًا أَيًّا كَانَ، فِي صَلاَةٍ أَوْ خَارِجِهَا، سَوَاءٌ كَانَ فِيهَا لأَِجْلِهَا أَوْ لِغَيْرِهَا، مَا لَمْ يَكُنْ لِعَادَةٍ، وَإِلاَّ فَلاَ كَرَاهَةَ فِيهِ خَارِجَهَا 


📚 فقه العبادات جز ١ صح ٢٢٩*

ﺃﻣﺎ ﻋﻮﺭﺓ اﻟﻤﺮﺃﺓ ﻓﻲ اﻟﺼﻼﺓ ﻓﺠﻤﻴﻊ ﺑﺪﻧﻬﺎ ﻋﺪا اﻟﻮﺟﻪ ﻭاﻟﻜﻔﻴﻦ ﻇﻬﺮا ﻭﺑﻄﻨﺎ ﺇﻟﻰ اﻟﻜﻮﻋﻴﻦ (اﻟﻜﻮﻉ: ﻃﺮﻑ اﻟﺰﻧﺪ اﻟﺬﻱ ﻳﻠﻲ اﻹﺑﻬﺎﻡ) ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ: {ﻭﻻ ﻳﺒﺪﻳﻦ ﺯﻳﻨﺘﻬﻦ ﺇﻻ ﻣﺎ ﻇﻬﺮ ﻣﻨﻬﺎ} 

(اﻟﻨﻮﺭ: 31) ﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ: ﻭﺟﻬﻬﺎ ﻭﻛﻔﻴﻬﺎ ﻭاﻟﺨﺎﺗﻢ (ﺗﻔﺴﻴﺮ اﺑﻦ ﻛﺜﻴﺮ ﺟ 3/ﺻ 283)

 *ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﺐ ﺳﺘﺮ اﻟﻮﺟﻪ ﻭاﻟﻜﻔﻴﻦ ﺇﺫا ﺧﺸﻴﺖ اﻟﻔﺘﻨﺔ ﻟﺪﺭء اﻟﻤﻔﺴﺪﺓ،* ﻟﻜﻦ ﺗﺮﻓﻊ اﻟﻐﻄﺎء ﻋﻦ ﻭﺟﻬﻬﺎ ﻋﻨﺪ اﻟﺴﺠﻮﺩ ﻟﺘﻼﻣﺲ ﺟﺒﻬﺘﻬﺎ اﻷﺭﺽ.


📚 البجيرمي، حاشية البجيرمي على الخطيب = تحفة الحبيب على شرح الخطيب، ٤٥٣/١

وَيُكْرَهُ أَنْ يُصَلِّيَ فِي ثَوْبٍ فِيهِ صُورَةٌ، وَأَنْ يُصَلِّيَ الرَّجُلُ مُتَلَثِّمًا وَالْمَرْأَةُ مُنْتَقِبَةً إلَّا أَنْ تَكُونَ فِي مَكَان، وَهُنَاكَ أُجَانِبُ لَا يَحْتَرِزُونَ عَنْ النَّظَرِ إلَيْهَا فَلَا يَجُوزُ لَهَا رَفْعُ النِّقَابِ، وَيَجِبُ أَنْ يَكُونَ السَّتْرُ 

[البجيرمي، حاشية البجيرمي على الخطيب = تحفة الحبيب على شرح الخطيب، ٤٥٣/١]

TANYA JAWAB - HUKUM BERHUTANG EMAS DIBAYAR DENGAN UANG

 Jawaban:



TANYA JAWAB - HUKUM BERHUTANG EMAS DIBAYAR DENGAN UANG


🔄 Pertanyaan :


Assalamu'alaikum wr wb.

Mau nanya soal utang. Bagaimana praktek dan hukum utang emas di bayar pake uang atau sebaliknya? 

Syukran🙏🙏


➡️ Jawaban :


Wa'alaikumsalam warohmatulloh wabarokatuh. 


Hukum asal hutang piutang suatu barang adalah mesti dibayar atau dikembalikan dalam bentuk barang yang semisalnya. Oleh karena itu jika seseorang meminjam emas, maka harus dikembalikan dalam bentuk emas dan tidak boleh dikembalikan dalam bentuk uang. Mangkanya ada istilah mitslan bimitslin dan sawaan bisawain yang bermakna mesti sejenis dan sama pula ukuran atau takarannya. Jadi kalau seseorang meminjam emas seberat dua gram misalnya, maka harus dikembalikan dalam bentuk emas pula yaitu seberat dua gram, nah inilah yang dimaksud sawaan bisawain.


📚 Keterangan :


الأصل أن القرض يرد بمثله فمن اقترض ذهبا فعليه أن يرد ذهبا ولا يجوز الاتفاق معه عند القرض على أن يرد نقودا أو فضة لأن ذلك من الصرف المؤجل وهو ربا


“Hukum asal hutang piutang itu wajib dikembalikan dalam bentuk yang semisalnya. Oleh karena itu barang siapa yang meminjam emas, maka wajib untuk mengembalikannya dalam bentuk emas. Dan tidak diperbolehkan ada kesepakatan pada saat akad untuk mengembalikannya dalam bentuk perak (atau semisal uang), karena yang demikian itu termasuk shorof (tukar menukar emas dengan perak atau uang) yang terjadi penundaan, dan itu merupakan riba”


📕 (Darul Ifta Al-Mishriyyah, Nomor Fatwa. 7836)


📚 Tambahan keterangan :


والقرض يقع في كل شيء فلا يحل إقراض شيء ليرد إليك أقل أو أكثر، ولا من نوع آخر أصلا لكن مثل ما أَقرضت في نوعه ومقداره


“Hutang piutang bisa dilakukan untuk semua jenis barang (entah itu barang ribawi dan non ribawi). Maka tidak diperbolehkan meminjamkan suatu barang agar dikembalikan kepadamu dalam jumlah yang lebih sedikit atau dalam jumlah yang lebih banyak, dan tidak boleh pula untuk dikembalikan dengan jenis yang berbeda berdasarkan hukum asalnya. Akan tetapi pengembalian tersebut wajib yang semisal pada saat kamu meminjamkannya entah itu dari segi bentuknya maupun dari segi jumlahnya” 


📕 (Nidzhomul Islam, hlm. 256)


📚 Tambahan keterangan :


و يجب على المقترض رد المثل فى المثلى و هو النقود و الحبوب و لو نقدا ابطله السلطان لانه اقرب الى حقه و رد المثلى صورة فى المتقوم و هو الحيوان و الثياب و الجواهر


“Wajib bagi orang yang berhutang dengan suatu barang agar mengembalikannya dalam bentuk barang yang semisalnya seperti nuqud (emas, perak atau uang) dan hutang biji-bijian meski nuqud tersebut umpamanya sudah diperbarui kegunaannya oleh penguasa (dinegeri tersebut), karena pengembalian dalam bentuk barang yang semisalnya adalah lebih sesuai dengan haknya. Dan wajib untuk mengembalikan peminjaman suatu barang yang sama bentuknya pada sesuatu yang dapat dinilai seperti halnya hewan, pakaian dan juga perhiasan” 


📕 (Tarsihul Mustarsyidin, hlm. 233)


والله أعلم بالصواب

TERJEMAH KITAB NIHAYATUZZAEN BAB SHOLAT PART 4

TERJEMAH KITAB NIHAYATUZZAEN


BAB SHOLAT 

PART 4


    وَحكمه بعد قَتله حكم بَاقِي الْمُسلمين ، فِي وجوب الدّفن وَالْغسْل والتكفين وَالصَّلَاة عَلَيْهِ، كَغَيْرِهِ مِمَّن قتل حدا من الْمُسلمين.


  "Dan hukumnya muslim yang mukallaf yang meninggalkan sholat karena malas, setelah dibunuh hukumnya adalah sama seperti umat Islam lainnya dalam kewajiban penguburan, pemandian, pengkafanan, dan sholat atasnya, seperti halnya mereka yang dibunuh sebagai hukuman ( حد) dari kalangan umat Islam.

  

 وَلَو زعم زاعم أَن بَينه وَبَين الله حَالَة أسقطت عَنهُ الصَّلَاة ، وَأحلت لَهُ شرب الْخمر كَمَا زَعمه بعض الصُّوفِيَّة، فَلَا شكّ فِي وجوب قَتله وَإِن كَانَ فِي خلوده فِي النَّار نظر . وَقتل مثله أفضل من قتل مائَة كَافِر لِأَن ضَرَره أَكثر.

  

Dan jika seseorang mengklaim ( mempunyai prasangka ) bahwa di antara dirinya dan Allah ada keadaan yang membebaskannya/ menggugurkan dia dari shalat dan membolehkannya meminum khamar, seperti yang diklaim oleh sebagian kaum sufi, maka tidak diragukan lagi bahwa ia wajib dibunuh, meskipun dalam hal dia kekal di neraka ada pertimbangan. Membunuh orang semacam itu lebih baik daripada membunuh seratus orang kafir karena bahayanya ( زاعم ) lebih besar."

  -----------------

👉📝Terjemahan ini menjelaskan bahwa setelah seseorang dihukum mati, dia tetap diperlakukan seperti umat Islam lainnya dalam hal penguburan dan ritual terkait. Selain itu, jika ada yang mengklaim pengecualian dari kewajiban agama seperti shalat atau larangan meminum khamar berdasarkan keadaan khusus dengan Allah, dia tetap harus dihukum mati karena klaim semacam itu berbahaya.📝👈

------------------


(ويبادر بفائت) من فرض صَلَاة أَو غَيرهَا مَتى تذكره وجوبا إِن فَاتَ بِغَيْر عذر تعجيلا لبراءة الذِّمَّة،

("Dan ia segera mengganti/Mengqodlo kewajiban sholat yang terlewat), baik Kewajiban shalat atau yang lainnya, segera setelah ia mengingatnya, dengan kewajiban menggantinya jika terlewat tanpa ALASAN / UDZUR, untuk segera melepaskan tanggungannya."


 فَلَا يجوز لغير الْمَعْذُور أَن يصرف زَمنا فِي غير قَضَائِهِ كالتطوع وَفرض الْكِفَايَة وَفرض عين موسع إِلَّا فِيمَا يضْطَر إِلَيْهِ ، 

 

 "Maka tidak diperbolehkan bagi orang yang tidak mempunyai UDZUR ( 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠ℎ𝑜𝑙𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙𝑘𝑎𝑛 ) untuk menghabiskan waktu dalam hal lain selain untuk menqadha ( 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑠ℎ𝑜𝑙𝑎𝑡 ), seperti melakukan 1⃣ibadah sunnah,

 2⃣ fardhu kifayah, dan 

 3⃣fardhu ain yang waktunya luas, kecuali dalam hal-hal yang mendesak."


كالنوم وَتَحْصِيل مُؤنَة من تلْزمهُ مُؤْنَته ، وكالصور المستثناة من وُجُوبهَا الْفَوْرِيَّة ، وَهِي مسَائِل :


HAL HAL YANG MENDESAK


"Seperti 

1⃣TIDUR dan 

2⃣mencari nafkah bagi orang yang wajib menafkahinya, serta 

3⃣seperti keadaan-keadaan yang dikecualikan dari KEWAJIBAN SEGERA yaitu ada BEBERAPA PERMASALAHAN"


  مِنْهَا مَا إِذا خَافَ فَوت أَدَاء حَاضِرَة بِأَن علم أَنه لَو اشْتغل بِقَضَاء الْفَائِتَة لم يدْرك من وَقت الْحَاضِرَة مَا يسع رَكْعَة ,

  

✅ "Di antara dari BEBERAPA PERMASALAHAN

adalah ketika ia khawatir kehilangan waktu shalat yang sedang berlangsung ( ADA AN ), yaitu mengetahui bahwa jika ia sibuk menqadha shalat yang terlewat, maka ia tidak akan mendapatkan waktu yang cukup untuk menunaikan satu rakaat dari shalat yang sedang berlangsung, ( ADA AN )"


 فَيبْدَأ بالحاضرة وجوبا 

 

 "Maka ia WAJIB memulai dengan shalat yang sedang berlangsung ( ADA AN ) *𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ𝑢𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠ℎ𝑜𝑙𝑎𝑡 𝑞𝑜𝑑𝑙𝑜*


.ۢ وَخرج بفوت أَدَاء الْحَاضِرَة فَوت جماعتها , فَإِذا خَافَ فَوتهَا بَدَأَ بِالْقضَاءِ .

 

 Pengecualian dari "kehilangan waktu shalat yang sedang berlangsung" adalah apabila khawatir kehilangan shalat berjemaah. Maka Jika ia khawatir kehilangan shalat berjemaah, maka ia harus memulai/ MENDAHULUKAN dengan shalat QODLO."


وَظَاهر هَذَا أَنه يبْدَأ بالفائتة وَلَو بِعُذْر, وَأَنه لَا فرق بَين أَن يَرْجُو جمَاعَة غير هَذِه أَو لَا.


"Dan yang tampak dari hal ini adalah bahwa ia harus memulai dengan shalat yang terlewat ( QODLO ) meskipun dengan UDZUR dan tidak ada perbedaan antara apakah ia berharap mendapatkan jamaah yang selain ini atau tidak."


وَمِنْهَا مَا إِذا لم يُوجد إِلَّا ثوب وَاحِد فِي رفْقَة عُرَاة, أَو ازدحموا على بِئْر , أَو مَكَان للصَّلَاة فَلَا يقْضِي حَتَّى تَنْتَهِي النّوبَة إِلَيْهِ.


✅"Di antara BEBERAPA PERMASALAHAN adalah ketika hanya ada satu pakaian dalam rombongan yang semuanya tidak berpakaian, atau mereka berdesakan di sumur ( untuk berwudlu ) atau berdesakan di tempat shalat ( Karena sempitnya tempat sholat ) maka ia tidak boleh mendahulukan menqadha sampai tiba gilirannya."


👉*𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑎𝑛𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎 𝑑𝑖 𝑑𝑎ℎ𝑢𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠ℎ𝑜𝑙𝑎𝑡 𝑞𝑜𝑑𝑙𝑜*👈



MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI

SEMOGA BERMANFAAT

Wednesday, July 31, 2024

Bagaimana kah Hukum seorang perempuan (kembar siam) berhijab pada video ini


PERTANYAAN :

Assalamualaikum. wr.wb. Para masyayikh, mau tanya : Bagaimana kah Hukum seorang perempuan (kembar siam) berhijab pada video ini

1. Hukum nikah nya

2. Hukum haid nya

3. Hukum mawaris nya

Matur nuwun. [مدعى ابن رشيم].


JAWABAN :

Waalaikumsalam War. Wab. Dengan berbagai jenisnya, kembar siam dihukumi dua orang bila kepalanya lebih dari satu dan kedua kembar tadi dalam semua ketentuan islam dihukumi mempunyai kehidupan sendiri-sendiri, termasuk nikah, waris dan haid.


تحفة المحتاج ج ٦ ص ٣٩٧

وَلَوْ كَانَا مُلْتَصِقَيْنِ وَلِكُلٍّ رَأْسٌ وَيَدَانِ وَرِجْلَانِ وَفَرْجٌ إذْ حُكْمُهُمَا حُكْمُ الِاثْنَيْنِ فِي سَائِرِ الْأَحْكَامِ كَمَا نَقَلُوهُ عَنْ ابْنِ الْقَطَّانِ وَأَقَرُّوهُ وَظَاهِرٌ أَنَّ تَعَدُّدَ غَيْرِ الرَّأْسِ لَيْسَ بِشَرْطٍ بَلْ مَتَى عُلِمَ اسْتِقْلَالُ كُلٍّ بِحَيَاةٍ كَأَنْ نَامَ دُونَ الْآخَرِ كَانَا كَذَلِكَ


Jika keduanya dempet dan masing-masing punya kepala, dua tangan, dua kaki dan kelamin maka hukumnya sebagaimana dua orang di setiap hukum-hukum syariat sebagaimana dinuqil dari Ibn Al-Qoththoon. Dhahirnya, jumlah hitungan selain kepala tidak menjadi ketentuan, bahkan bila diketahui kehidupan pada masing-masing mereka seperti andaikan tidur satunya tidak lainnya, maka juga dihukumi dua orang.


تحفة الحبيب علي شرح الخطيب ج ١ ص ٢٥٢٩

قال حج: وظاهر أن تعدد غير الرأس ليس بشرط، بل متى علم استقلال كل بحياة كأن نام أحدهما دون الآخر فالحكم كذلك اهــــ. وعبارة ق ل: ودخل بالثاني ما لو كانا ملتصقين وأعضاء كل منهما كاملة حتى الفرجين فلهما حكم اثنين في جميع الأحكام حتى إن لكل منهما أن يتزوج سواء كانا ذكرين أو أنثيين أو مختلفين، فإن نقصت أعضاء أحدهما فإن علم حياة أحدهما استقلالاً كنوم أحدهما ويقظة الآخر فكاثنين أيضاً وإِلا فكواحد اهــــ. قوله

(وغيرهما) كالنكاح، فيجوز لكل منهما أن يتزوج سواء كانا ذكرين أو أنثيين أو مختلفين، ويجب الستر والتحفظ ما أمكن


Dhahirnya, jumlah hitungan selain kepala tidak menjadi ketentuan, bahkan bila diketahui kehidupan pada masing-masing mereka seperti andaikan tidur satunya tidak lainnya, maka juga dihukumi dua orang.

Al-Qolyubi menjelaskan : Tergolong juga dua orang bila keduanya dempet dan masing-masing mempunyai anggota sempurna hingga pada alat vitalnya, keduanya dihukumi dua orang dalam semua ketentuan hukum islam hingga baginya berhak nikah baik keduanya berjenis kelamin pria, wanita ataupun berbeda-beda.

Bila salah satunya mempunyai anggota yang kurang, bila diketahui kehidupannya seperti andaikan tidur satunya tidak lainnya, maka juga dihukumi dua orang

(Keterangan dan selainnya) seperti nikah maka baginya boleh nikah baik keduanya berjenis kelamin pria, wanita ataupun berbeda-beda dan wajib menutup aurat serta menjaga diri semampunya. (Lambau 27/5/19)

Wallaahu A'lamu Bis Showaab. [Abi Nadhif, Aby Nahza Al Asfhany, Haromain Nain].


Referensi tambahan :


البجيرمى على الخطيب - ج 4

قَوْلُهُ: (وَأَرْبَعُ أَرْجُلٍ وَأَرْبَعُ أَيْدٍ) قَالَ حَجّ: وَظَاهِرٌ أَنَّ تَعَدُّدَ غَيْرِ الرَّأْسِ لَيْسَ بِشَرْطٍ، بَلْ مَتَى عُلِمَ اسْتِقْلَالُ كُلٍّ بِحَيَاةٍ كَأَنْ نَامَ أَحَدُهُمَا دُونَ الْآخَرِ فَالْحُكْمُ كَذَلِكَ اهـ. وَعِبَارَةُ ق ل: 

وَدَخَلَ بِالثَّانِي مَا


 وَدَخَلَ بِالثَّانِي مَا لَوْ كَانَا مُلْتَصِقَيْنِ وَأَعْضَاءُ كُلٍّ مِنْهُمَا كَامِلَةً حَتَّى الْفَرْجَيْنِ فَلَهُمَا حُكْمُ اثْنَيْنِ فِي جَمِيعِ الْأَحْكَامِ حَتَّى إنَّ لِكُلٍّ مِنْهُمَا أَنْ يَتَزَوَّجَ سَوَاءٌ كَانَا ذَكَرَيْنِ أَوْ أُنْثَيَيْنِ أَوْ مُخْتَلِفِينَ، فَإِنْ نَقَصَتْ أَعْضَاءُ أَحَدِهِمَا فَإِنْ عُلِمَ حَيَاةُ أَحَدِهِمَا اسْتِقْلَالًا كَنَوْمِ أَحَدِهِمَا وَيَقَظَةِ الْآخَرِ فَكَاثْنَيْنِ أَيْضًا وَإِلَّا فَكَوَاحِدٍ اهـ.


حاشية القليوبي ج ٣ ص ١٤١

فَإِنْ نَقَصَتْ أَعْضَاءُ أَحَدِهِمَا فَإِنْ عُلِمَ حَيَاةُ أَحَدِهِمَا اسْتِقْلَالًا كَنَوْمِ أَحَدِهِمَا وَيَقِظَةِ الْآخَرِ فَكَاثْنَيْنِ أَيْضًا وَإِلَّا فَكَوَاحِدٍ


 (أو اثنان) أي يقينا ولو حكما فخرج بالأول ما لو تعاقب رجلان على امرأة بشبهة وأتت بولد ومات قبل إلحاقه بأحدهما، ولأحدهما ابنان فللأم منه الثلث لاحتمال إلحاقه ممن لا ولد له، *ودخل بالثاني ما لو كانا ملتصقين وأعضاء كل منهما كاملة حتى الفرجين، فلهما حكم اثنين في جميع الأحكام حتى إن لكل منهما أن يتزوج سواء كانا ذكرين أو أنثيين أو مختلفين، فإن نقصت أعضاء أحدهما فإن علم حياة أحدهما استقلالا كنوم أحدهما ويقظة الآخر فكاثنين أيضا وإلا فكواحد* ودخل أيضا ما لو حجب الاثنان بالشخص. قوله: (وسيأتي) هو إيراد أو مراد بأن الجدة للجنس والمراد جدة غير ساقطة كما علم مما مر

[القليوبي، حاشيتا قليوبي وعميرة، ١٤١/٣]

Monday, July 29, 2024

BAROKAH NGAJI KIYAI SHOLIHIN TERJEMAH FATHUL MUIN BAB SHOLAT Part 4

BAROKAH NGAJI KIYAI SHOLIHIN

TERJEMAH FATHUL MUIN 

BAB SHOLAT

Part 4

SOSIALISASI dan SIMULASI TANGGAP GEMPA BUMI di sekolah SMPN 2 GARAWANGI 

تَنْـبِيْـه ٌ

مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صَلاَةُ فَرْضٍ لَمْ تُقْضَ ولَمْ تُفْدَ عَنْهُ.


Peringatan

Barang siapa meninggal dunia sedang dia masih meninggalkan sholat fardlu, tidaklah wajib diqodlo' dan tdk dibayar fidyahnya📌.📝

.---------------

📌وفي قول - كجمع مجتهدين - أنها تقضى عنه لخبر البخاري وغيره، ومن ثم اختاره جمع من أئمتنا، وفعل به السبكي عن بعض أقاربه.


"Menurut pendapat - seperti pendapat banyak mujtahidin - bahwa kewajiban sholat itu diqodloni untuknya ( mayit ) berdasarkan hadis dari Imam Bukhari dan lainnya. Oleh karena itu, banyak dari ulama kita yang memilih pendapat ini, dan Al-Subki telah melakukannya untuk beberapa kerabatnya.


ونقل ابن برهان عن القديم أنه يلزم الولي إن خلف تركة أن يصلى عنه، كالصوم.

Ibnu Barhan meriwayatkan dari pendapat lama (al-qadim) bahwa kewajiban sholat tersebut harus ditunaikan ( qodloni ) oleh wali jika mayit meninggalkan harta warisan, seperti halnya puasa.


وفي وجه - عليه كثيرون من أصحابنا - أنه يطعم عن كل صلاة مدا.


Dalam satu pendapat - yang diikuti oleh banyak dari ulama kita - bahwa harus memberikan makanan untuk setiap satu shalat sebanyak satu mud.


وقال المحب الطبري: يصل للميت كل عبادة تفعل، واجبة أو مندوبة.


Al-Muhib al-Tabari berkata: setiap ibadah yang dilakukan pahalanya akan 'Sampai kepada orang yang telah meninggal , baik ibadah yang wajib maupun yang sunnah.'


وفي شرح المختار لمؤلفه: مذهب أهل السنة، إن للإنسان أن يجعل ثواب عمله وصلاته لغيره ويصله.

Dalam Syarah al-Mukhtar oleh penulisnya: 'Menurut mazhab Ahlus Sunnah, seseorang dapat menghadiahkan pahala amalannya dan shalatnya kepada orang lain dan hal itu akan sampai kepada orang yang mati tersebut.'"


📝وعند الإمام أبي حنيفة رضي الله عنه: تفدى عنه إذا أوصى بها ولا تقضى عنه.


Menurut imam abu hanifah: dibayar Dengan fidyah sebagai ganti sholatnya bila mayit

Berwasiat dn tdk diQodloni.   


ونص عبارة الدر مع الأصل: ولو مات وعليه صلوات فائتة، وأوصى بالكفارة، يعطى لكل صلاة نصف صاع من بر كالفطرة، وكذا حكم الوتر والصوم.

"Dan teks dari kitab Al-Durr dengan aslinya: Dan jika seseorang meninggal dan masih memiliki shalat yang terlewat, serta dia berwasiat untuk membayar kafarat (denda), maka diberikan untuk setiap shalat setengah sha' dari gandum seperti zakat fitrah, begitu juga hukum witir dan puasa.



PENDAPAT YG MEMBOLEHKAN KEMBALINYA FIDYAH KE AHLI WARIS


👈وإنما يعطى من ثلث ماله، ولو لم يترك مالا يستقرض وارثه نصف صاع مثلا ويدفعه للفقير ثم يدفعه الفقير للوارث، ثم وثم حتى يتم.


Dan ini hanya diberikan dari sepertiga hartanya mayit, dan jika dia tidak meninggalkan harta, ahli warisnya dapat meminjam setengah sha' misalnya dan memberikannya kepada orang miskin, kemudian orang miskin itu memberikannya kepada ahli waris, dan dilakukan berulang-ulang hingga selesai.👈


TIDAK SAHNYA MENGQODLO SHOLATNYA SI MAYIT


ولو قضاها وارثه بأمره لم يجز لأنها عبادة بدنية.


Dan jika ahli warisnya mengqadha (mengganti) shalat tersebut atas perintahnya mayit, maka itu tidak sah karena sholat itu adalah ibadah badaniyah (ibadah fisik)."


ket. Ianatuttholibin juz1 hal 24

NURUL ILMI

--------------------



وَ فِيْ قَوْلٍ ." اِنَّهاَ تُفْعَلُ َعنۡهُ اَوْصَۍ ِبهَا اَمْ لَا"

حَكَاهُ الِعبَادِيُّ عَنِ الَّشافِعِي لِخَبَرِ فِيْه.


Dalam pendapat seperti yg dikemukakan oleh Al- Ibady dari Asy - syafi' , bahwa : "Sesungguhnya Sholat itu harus di - qodlo -' oleh orang lain, 

 Baik oang mati itu berwasiat atau tidak." 

Adalah karena ada hadis yg menjelaskannya.


ِ. وَفَعَلَ بهِ السُّبْكِي عَنْ بَعْضِ اقَارِبهِ.


Seperti itu pula, telah di lakukan oleh Imam As - subkiy dalam mengqodlo sholat yg ditinggal oleh sebagian kerabatnya.


(وَيُؤْمَرُ) ذُوْ صِبًا ذَكَرًا اوْ اُنْثٰۍ ( مُمَيِزٌ) بَِانْ صَارَ يَأْكُلُ وَيَشۡرَبُ ويَسَتنْجِۍ وَحْدَهُ


( Dan diperintahkan) kepada anak kecil lelaki ataupun perempuan ( yg telah tamziz) yakni yg telah dapat makan📚, minum, istinja' sendiri. [١٣]


------------------

📚هذا أحسن ما قيل في ضابط المميز.


"Ini adalah pendapat terbaik yang diungkapkan tentang definisi anak yang sudah bisa membedakan (tamyiz).


وقيل: أن يعرف يمينه من شماله."


Ada yang mengatakan: TAMZIS yaitu anak yang sudah bisa membedakan antara tangan kanan dan kirinya.


وقيل: أن يفهم الخطاب ويرد الجواب.


Ada yang mengatakan: yaitu anak yang sudah bisa memahami percakapan dan memberikan jawaban.


والمراد بمعرفة يمينه من شماله معرفة ما يضره وينفعه.

Dan yang dimaksud dengan mengetahui tangan kanan dari kirinya adalah mengetahui apa yang merugikan /membahayakan dan yang menguntungkan dirinya.


ويوافق التفسير الثاني خبر أبي دواد أنه - صلى الله عليه وسلم - سئل: متى يؤمر الصبي بالصلاة؟ فقال: إذا عرف يمينه من شماله.


أي ما يضره مما ينفعه


Definisi kedua ini sesuai dengan hadits dari Abu Dawud bahwa Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- ditanya: Kapan seorang anak diperintahkan untuk salat? Beliau menjawab: Jika dia sudah mengetahui tangan kanannya dari tangan kirinya.


Yakni, mengetahui apa yang merugikan / membahayakan dan yang menguntungkannya."


ket. Ianatuttholibin juz1 hal 24

NURUL ILMI

-------------------


َاي يَجِبُ عَلٰۍ كُلٍّ مِنْ ابَوَيْهِ وَاِنْ َعلَا ثُمَّ الوَصِيِّ،


Wajib atas dua orang tuanya, nasabnya dlm garis lurus keatas📑, dan orang yg mendapat wasiat memelihara anak itu،

----------------

📑ولو من جهة الأم.

"Walaupun dari pihak ibu.


والوجوب كفائي فيسقط بفعل أحدهما: لأنه من الأمر بالمعروف، ولذا خوطبت به الأم ولا ولاية لها.


Kewajibannya menyuruh anak untuk sholat adalah fardhu kifayah, sehingga gugur dengan dilakukan oleh salah satu dari keduanya: karena ini termasuk perintah untuk berbuat kebaikan, oleh karena itu ibu juga diperintahkan melakukannya meskipun dia tidak memiliki hak wali."


ket. Ianatuttholibin juz1 hal 24

NURUL ILMI

-------------------


وَ عَلَۍ مَا لِكِ الرَّقِيْقِ اَنْ يَأمُرَهُ (بها) اۍ الصَّلاَِة وَلَوْ قَضَاء ًوَبِجَمِيْعِ شُرُوْطِهاَ.


Dan orang yg memiliki budak untuk memerintah budaknya dan juga memerintah anak (mengerjakan sholat) walaupun sholat tersebut adalah sholat qodlo' dan dengan seluruh pesyaratan sholat,


(ِلسَبْعٍ) اي بَعْدَ سَبْعٍ ِمنَ الِّسنِيْنَ اۍ ِعندَ تَمَامِهَا, َواِنْ مَيَزَ قَبْلَهاَ.


(Terhadap anak yang mencapai umur 7 thn) maqsudnya setelah sempurna umur 7 th walaupun anak tersbut telah tamziz sebelum umur tersebut.


ويَنّْبَغِۍ مَعَ صِْيغَةِ الَاْمرِ الَّتهِْديْدُ.


Dan sebaiknya besertaan memerintah juga disertai dengan menakut2ti.


(وَيُضْرَبُ) ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرَّحٍ وُجُْوبًا ِممَنْ ذُكِر َ(عَلَيْهاَ) اۍ علَۍ تَرْكِهَا وَلَوْ قَضَاءً,


Anak kecil wajib dipukul 📌 dengan pukulan yg tidak menyakitkan oleh orang yang di sebut ( orang tua dan sterusnya) karena anak meninggalkam sholat , walaupun sholat qodlo'.

---------------------


📌قال ع ش: أي وإن كثر.


خلافا لما نقل عن ابن سريج من أنه لا يضرب فوق ثلاث ضربات، أخذا من حديث: غط جبريل للنبي - صلى الله عليه وسلم - ثلاث مرات في ابتداء الوحي.


Walaupun jumlahnya banyak

Menurut Ali sibromalist, danTdk boleh melebihi 3 kali menurut ibnu suraij .   

"Berbeda dengan apa yang diriwayatkan dari Ibn Surayj, bahwa dia tidak memukul lebih dari tiga kali, berdasarkan hadis: Jibril menggenggam Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- tiga kali saat permulaan wahyu."


Ianah thalibin juz 1 . Hal 24

NURUL ILMI

-------------------


اَوْتَرْكَِ شَرْطِ مِنْ شُرُوْطِهاَ (لِعَشْرِ) اۍ بَعْدَ اِسْتِكْمَالِهَا.

Atau meninggalkan satu syarat dr syarat2 sholat ( setelah sempurna umur 10 th).


لِلْحَدِيْثِ الصَّحِيْحِ: مُرُوْا الَّصِبيَّ ِبا لصَّلاَةِ ِاذاَ بَلَغَ سَبْعَ سِنِيْنَ وَِاذاَ بَلَغَ عَشْرَ ِسنِيْنَ فَا ضْرِبُوْه ُ

عَلَيْهاَ.

Berdasarkan hadits shahih: Perintahlah anak kecil itu mengerjakan shalat jika 

telah berusia 7 th. Dan bila sudah berumur 10 th, pukullah kalau ternyata ia meninggalkanya.


(كَصَوْمٍ ٱَطَاقَهُ) فَاِنَّهُ يُؤْمـَرُ بِهِ لِسَبْعِ وَيُضْرَبُ عَلَيْهِ لِعَشْرٍ كَالصَّلاَةِ.

(Seperti halnya kewajiban memerintahkan puasa bagi anak yg telah mampu melaksanakanya) maka anak tersebut diperintahkan untuk melaksanakannya sejak berumur 7 th dan dipukul setelahberumur 10 th kalau tidak berpuasa. seperti halnya memerintah sholat.


وَحِكْمَةُ ذِٰلكَ التَّمْرِيْنُ عَلَۍ العِبَادَةِ لِيَتعَوَدَ َها فَلاَ يَتْرُكُهَا

Adapun hikmah dari itu semua, sebagai latihan ibadah agar membiasakan diri dan tdk akan meninggalkannya.


وَبَحَثَ الَاذْرَعِيُّ فِي قِنٍّ صَغِيْرٍ كَافِرٍ َنطَقَ ِبا لَّشهَادَتَيْنِ


Al-Adzro.'iy 👉membahas tentang putra budak kecil, kafir tetapi sudah mampu membaca dua kalimah syahadat.

------------

👉

(قوله: وبحث الأذرعي الخ) عبارة التحفة: نعم، بحث الأذرعي في قن صغير لا يعرف إسلامه أنه لا يؤمر بها، أي وجوبا، لاحتمال كفره، ولا ينهى عنها لعدم تحقق كفره.

"Kata-katanya: 'Dan pendapat al-Adzra'i, dll.' Kutipan dari 'al-Tuhfa': 'Ya, al-Adzra'i berpendapat mengenai anak kecil yang belum diketahui apakah dia Muslim atau tidak, bahwa dia tidak diperintahkan untuk melakukannya (yaitu kewajiban), karena kemungkinan dia kafir, dan dia juga tidak dilarang melakukannya karena ketidakpastian tentang kekafirannya.'


والأوجه ندب أمره ليألفها بعد البلوغ.


Dan pendapat yang lebih kuat adalah dianjurkan untuk memerintahkannya agar dia terbiasa setelah mencapai usia baligh.


واحتمال كفره إنما يمنع الوجوب فقط.


Kemungkinan kekafirannya hanya mencegah kewajiban saja."


وفي ع ش ما نصه: قال الشهاب الرملي في حواشي شرح الروض: إنه يجب أمره بها نظرا لظاهر الإسلام.


"Dan dalam kitabnya Ali sibromalist terdapat teks yang berbunyi: Al-Syihab al-Ramli dalam catatannya atas Syarh al-Raudh mengatakan bahwa wajib memerintahkannya dengan mengerjakan sholat karena memperhatikan lahiriah Islam."


أي ثم إن كان مسلما في نفس الأمر صحت صلاته وإلا فلا.


"Kemudian, jika dia sebenarnya seorang Muslim, shalatnya sah, jika tidak, maka tidak sah.


وينبغي أيضا أنه لا يصح الاقتداء به.


.Dan seharusnya juga tidak sah bermakmum kepadanya."


Ianah thalibin juz 1 . Hal 25

NURUL ILMI

---------------------


اَنَّهُ يُؤْمَرُ َندْبًا باِ لصَّلَاةِ وَالصَّْوِم,


sebenarnya memerintah anak ini (budak kafirr kecil )menjalankan shalat dan puasa , adalah hukumnya sunnah.


يُحَثُّ عَلَيْهِمَا مِنْ غَيْرِ ضَرْبٍ ِليَأْلَفََ الْخَيْرَ َبعْدَ ُبلُوغِهِ وَاِنْ ابَي القِيَاسُ ٰذِلكَ .- انِْتهَۍ


Dia dianjurkan menjalankannya tetapi tidak dipukul kalau meninggalkan., dengan maksud agar diwaktu dewasa ia biasa melakukan kebajikan. Walupun pengiyasan disini tdk tepat..habis


وَيِجبُ ايْضًاعَلٰۍمَنْ مَرَّ, نَهْيُــهُ عَنِ المُحَرَّمات,


wajib Pula atas orang tua dan lain2 seperti diatas, melarang anak kecil dr hal2 yg haram


وَتعْليِمُهُ الوَاجِبَاتِ وَنَحْوِهَا ِمْن سَائِرِ الَّشَرِائعِ الظَاهِرَةِ,


 mengajarnya dengan yg wajib 📗dan hukum2 lain yg telah jelas,

 --------------

📗أي كالصلاة والصوم والزكاة والحج، وما يتعلق بها من الأركان والشروط.


Perkara yang wajib seperti sholat , puasa, zakat, haji, dan yg terkait denganya seperti rukun dan syarat.


Ianah thalibin juz 1 . Hal 25

NURUL ILMI

-+---------------



وَلَو سَُّنةً كَسِواٍك, وََامْرُه ُبذالك


Walaupun hukum sunnahl semisal bersiwak 📒 kudian memerintah agar mematuhinya.

-------------

📒وخالف في شرح الروض عن المهمات في ذلك فقال: المراد بالشرائع ما كان في معنى الطهارة والصلاة كالصوم ونحوه، لأنه المضروب على تركه.


 Imam zakaria al anshori tdk

Sepakat dgn

  Hal tersebut ..dlm syarh raudnya berkata . Maksud dr syariat adalah yg semakna dgn thaharah sholat puasa . Karena kalau meninggalkanya dipukul.

  

 Ianah thalibin juz 1 . Hal 25

NURUL ILMI

-+---------------

 وَلاَ يَنْتَهِيْ

  وُ جُوْبُ مَا مََّر عَلَۍ مَنْ مَرَّ اِلاَّ ِببُلُوغِهِ رَشِيْداً


Kewajiban orang tua mendidik anak seperti diatas, baru berakhir setelah menjadi dewasa dan pandai.


وَاُجْرَةُ تَعِْليِْمهِ ذِٰلكَ كَا لقرُاَنِ والَاَدبِ فِي ماَلِهِ ثُمَّ ََعَلَۍ اَبيِِه ثُمَّ عَلۍَ اُمِّهِ


Tentang biaya pendidikanya seperti pengajaran alqur an, adab, diambilkan dr harta anak ✅itu sendiri. Kemudian diambil dr harta ayah, baru harta ibunya.

------------------

✅أي الصبي، ولا يجب ذلك على الأب والأم.


ومعنى أن الوجوب في ماله ثبوتها في ذمته ووجوب إخراجها من ماله على وليه، فإن بقيت إلى كماله لزمه إخراجها وإن تلف المال.


"Maksudnya adalah anak kecil, dan hal itu tidak wajib bagi ayah dan ibu.


Adapun maksud dari kewajiban pada hartanya adalah kewajiban tersebut melekat pada tanggung jawabnya dan wajib dikeluarkan dari hartanya oleh walinya. Jika masih tersisa hingga ia dewasa, ia wajib mengeluarkannya meskipun hartanya telah habis."


Ianah thalibin juz 1 . Hal 25

NURUL ILMI

----------------



والله اعلم بالصواب


MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI 

SEMOGA BERMANFAAT

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes