BREAKING NEWS

Watsapp

Friday, August 30, 2024

BERDEHEM SAAT SHOLAT

 _*Berdehem*_


Sering kita mendengar kawan jamaah sebelah kita atau kita sendiri berdehem, namun taukah kita hukum berdehem itu di dalam kacamata fiqih, khususnya fiqih Syafi'iyah. Mari kita simak.


Hukum berdehem ditafshil :

1. Jika berdehem mengeluarkan 2 huruf, maka batal sholatnya, jika tidak sampai 2 huruf, maka tidak batal (pendapat shohih).

2. Tidak batal sholatnya, walaupun mengeluarkan 2 huruf.

3. Jika mulutnya tercekat, tidak batal secara mutlak, jika tidak, kalau jelas mengeluarkan 2 huruf maka batal, jika tidak sampai 2 huruf, maka tidak batal.


Batasan membatalkan sholat dengan berdehem itu ketika tidak ada hajat. Jika misal mau membaca fatihah tidak bisa kecuali dengan berdehem, maka tidak masalah mendehem.


📚 Disarikan dari Kitab Al Majmu' Syarhil Muhadzab karangan Imam Nawawi, juz 4 hal 79-80


وَأَمَّا التَّنَحْنُحُ فَحَاصِلُ الْمَنْقُولِ فِيهِ ثَلَاثَةُ أَوْجُهٍ الصَّحِيحُ الَّذِي قَطَعَ بِهِ الْمُصَنِّفُ وَالْأَكْثَرُونَ إنْ بَانَ مِنْهُ حَرْفَانِ بَطَلَتْ صَلَاتُهُ وَإِلَّا فَلَا وَالثَّانِي لَا تَبْطُلُ وَإِنْ بان حَرْفَانِ قَالَ الرَّافِعِيُّ وَحُكِيَ هَذَا عَنْ نَصِّ الشَّافِعِيِّ وَالثَّالِثُ إنْ كَانَ فَمُهُ مُطْبَقًا لَمْ تَبْطُلْ مُطْلَقًا وَإِلَّا فَإِنْ بَانَ حَرْفَانِ بَطَلَتْ وَإِلَّا فَلَا وَبِهَذَا قَطَعَ الْمُتَوَلِّي وَحَيْثُ أَبْطَلْنَا بِالتَّنَحْنُحِ فَهُوَ إنْ كَانَ مُخْتَارًا بِلَا حَاجَةٍ فَإِنْ كَانَ مَغْلُوبًا لَمْ تَبْطُلْ قَطْعًا وَلَوْ تَعَذَّرَتْ قِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ إلَّا بِالتَّنَحْنُحِ فَيَتَنَحْنَحُ وَلَا يَضُرُّهُ لِأَنَّهُ مَعْذُورٌ وَإِنْ أَمْكَنَتْهُ الْقِرَاءَةُ وَتَعَذَّرَ الْجَهْرُ إلَّا بِالتَّنَحْنُحِ فَلَيْسَ بِعُذْرٍ عَلَى أَصَحِّ


[النووي ,المجموع شرح المهذب ,4/79]


® Sibawaih 2023

TERJEMAH KITAB NIHAYATUZZAEN PASAL MASALAH MASALAH YG TERSEBAR { PRENCO PRENCO / PISAH}

 TERJEMAH KITAB NIHAYATUZZAEN

PASAL MASALAH MASALAH YG TERSEBAR { PRENCO PRENCO / PISAH}


PART 2


ثمَّ الطَّهَارَة قِسْمَانِ : طَهَارَة لأجل حدث أَصْغَر , وطهارة لأجل حدث أكبر .


Kemudian THOHAROH (bersuci) terbagi menjadi dua jenis: Thaharah untuk HADAS KECIL dan Thaharah untuk HADAS BESAR"


(فَالْأولى) أَي الطَّهَارَة لحَدث أَصْغَر وَهُوَ الْمَقْصد الأول . (الْوضُوء) وَهُوَ مُشْتَقّ من الْوَضَاءَة بِالْمدِّ وَهِي النَّظَافَة.


 ( Yang PERTAMA ) yaitu THOHARAH untuk hadas kecil, dan ini adalah TUJUAN PERTAMA.


 ( 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 adalah WUDLU ) al wudlu,u diambil dari kata 'wadla'ah' dengan mad / panjang huruf Dlodnya, yang berarti kebersihan."

 

 وَهُوَ فِي الشَّرْع اسْتِعْمَال المَاء فِي أَعْضَاء مَخْصُوصَة مفتتحا بِالنِّيَّةِ .

 

 "Dan WUDLU dalam hukum syariat, adalah menggunakan air pada anggota tubuh tertentu yang dimulai dengan niat.


وَكَانَ قد فرض مَعَ الصَّلَاة فِي لَيْلَة الْمِعْرَاج , كَمَا رَوَاهُ ابْن مَاجَه . 

WUDLU telah diwajibkan bersama dengan WAJIBNYA SHOLAT pada malam Isra Mi'raj, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Majah.


وَهُوَ فرض على الْمُحدث , وَسنة لتجديد إِذا صلى بِالْأولِ صَلَاة مَا غير سنة الْوضُوء , وتندب إدامة الْوضُوء.


WUDLU adalah keWAJIBAN bagi orang yang dalam keadaan hadas, dan SUNNAH bagi orang yang ingin memperbarui WUDLU jika ia telah melakukan shalat dengan wudhu yang pertama selain SHOLAT SUNNAH WUDLU, serta disunnahkan untuk terus-menerus berwudhu."


 (وشروطه) أَي الْوضُوء (كالغسل) أَي كشروطه خَمْسَة : 

 

 SYARAT SYARAT WUDLU seperti syarat syaratnya MANDI, yaitu ada Lima :


أَحدهَا (مَاء مُطلق) وَلَو مظنونا.


1⃣AIR MUTLAQ / AIR MURNI , walaupun secara prasangka.


 وَهُوَ مَا يَصح أَن يُطلق عَلَيْهِ اسْم المَاء بِلَا قيد.

 

 ۞🔷 AIR MUTLAQ adalah sesuatu yang sah untuk disebut sebagai AIR tanpa adanya syarat ( MEMBATASI ).

 

 فَشَمَلَ المَاء الْمُتَغَيّر كثيرا بِمَا لَا يسْتَغْنى المَاء عَنهُ, كطين وطحلب . 

 

  Ini mencakup AIR yang BANYAK BERUBAH oleh sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh air, seperti TANAH LIAT dan LUMUT.


وَهُوَ شَيْء أَخْضَر يَعْلُو على وَجه المَاء من طول الْمكْث.

 

 Lumut adalah sesuatu yang berwarna hijau yang tumbuh di permukaan air karena lamanya AIR DIAM"

 

 وَلَا فرق بَين أَن يكون فِي مقرّ المَاء وممره أَولا.

 

"Tidak ada perbedaan apakah (PERUBAHAN itu terjadi) di tempat air berada atau di alirannya.


والمتغير بِمَا فِي مَوضِع قراره ومروره فَهُوَ مُطلق.


🔷AIR YANG BERUBAH karena sesuatu yang ada di tempat air itu menetap atau mengalir tetap dianggap AIR MUTLAQ.


 يَصح التَّطْهِير بِهِ وَلَو كَانَ التَّغَيُّر كثيرا لعدم استغنائه عَنهُ.


🔷Sah untuk bersuci dengan AIR tersebut meskipun PERUBAHAN AIR itu banyak, karena air tidak bisa menghindarinya."


 وَمن المَاء الْمُطلق مَا إِذا تغير المَاء بِمَا تساقط فِيهِ من أوراق الْأَشْجَار وَلَو ربيعية أَو تفتتت فِيهِ لتعذر صون المَاء عَنْهَا .

 

🔷 "Dan termasuk AIR MUTLAQ adalah air yang BERUBAH karena sesuatu yang jatuh ke dalamnya, seperti daun-daun pohon, meskipun itu adalah daun yang segar atau yang hancur di dalamnya, karena sulit menjaga air dari hal tersebut."

 

وَمِنْه مَا إِذا تغير مَاء المغاطس بأوساخ أبدان المغتسلين ,


🔷"Dan termasuk ( AIR MUTLAQ ) adalah air yang berubah karena kotoran badan orang yang mandi di kolam,


وَمَاء الفساقى بأوساخ أرجل المتوضئين فَإِنَّهُ لَا يضر وَلَو كثر التَّغَيُّر.


 dan "Dan termasuk ( AIR MUTLAQ ) 

 adalah

 🔷 AIR yang ada di tempat wudhu karena kotoran kaki orang yang BERWUDLU, maka perubahan itu tidak membahayakan, meskipun perubahan tersebut banyak."


ثمَّ ذكر المُصَنّف للْمَاء الْمُطلق قيودا تستلزمه (غير مُسْتَعْمل فِي) مَا لَا بُد مِنْهُ أَثم تَاركه أم لَا من (رفع حدث) كالغسلة الأولى.


 "Selanjutnya, penulis ( المصنف ) menyebutkan bagi

 AIR MUTLAQ mempunyai SYARAT SYARAT yang harus terpenuhi.

 

 AIR MUTLAQ ( tidak digunakan sebelumnya untuk ) 

 ✅MEMBASUH sesuatu yang di HARUS / WAJIB kan, apakah berdosa atau tidak bagi yang meninggalkanya ( 𝑏𝑎𝑠𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 ), seperti untuk ( MENGHILANGKAN HADAS ), misalnya pada BASUHAN PERTAMA.

👉{ 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 𝑖𝑡𝑢 𝑚𝑢𝑠𝑡𝑎,𝑚𝑎𝑙 }


 فَشَمَلَ وضوء الصَّبِي وَلَو غير مُمَيّز بِأَن وضأه وليه للطَّواف,


🔸( MENGHILANGKAN HADAS ) Ini mencakup

🔸 1⃣ wudlunya anak kecil, meskipun belum mumayyiz, ketika walinya meWUDLUkanya untuk tawaf."

👉{ 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 𝑤𝑢𝑑𝑙𝑢𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑖𝑡𝑢 𝑚𝑢𝑠𝑡𝑎,𝑚𝑎𝑙 }


ووضوء الحنفي الذی لا يعتقد وجوب النية

 وَإِن لم ينْو ، 

 

🔸 2⃣ wudlunya madzhab HANAFY yang tidak meyakini WAJIBNYA NIYAT, walaupun tidak niyat.

👉{ 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 𝑚𝑎𝑑𝑧ℎ𝑎𝑏 ℎ𝑎𝑛𝑎𝑓𝑖 𝑖𝑡𝑢 𝑚𝑢𝑠𝑡𝑎,𝑚𝑎𝑙 }


AIR MUTLAQ mempunyai SYARAT SYARAT yang harus terpenuhi.

 

 وَشَمل مَا اسْتعْمل فِي غسل بدل مسح من رَأس أَو خف,

 

AIR MUTLAQ mempunyai SYARAT SYARAT yang harus terpenuhi.


🔷 Dan termasuk apa yang digunakan dalam mencuci sebagai pengganti mengusap kepala ( 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑤𝑢𝑑𝑙𝑢 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑝𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖 𝑠𝑢𝑟𝑏𝑎𝑛) atau khuf, 

👉( 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑚𝑢𝑠𝑡𝑎𝑚𝑎𝑙 )


أَو فِي غسل كِتَابِيَّة , أَو مَجْنُونَة عَن حيض أَو نِفَاس ليحل وَطْؤُهَا وَلَو كَانَ الحليل كَافِرًا أَو الْوَطْء زنا.


🔷atau dalam membasuhnya wanita kitabiyah (non-Muslim), atau wanita gila dari haid atau nifasnya agar diperbolehkan berhubungan badan dengannya, meskipun suaminya adalah kafir atau hubungan badan itu adalah zina."

👉( 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 ℎ𝑎𝑖𝑑𝑙 𝑑𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑓𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑚𝑢𝑠𝑡𝑎𝑚𝑎𝑙 )


 وَالْوَطْء غير حرَام من جِهَة الطَّهَارَة عَن حيض لَا من جِهَة الزِّنَا.

 

 "Dan bersetubuh yang tidak haram dari segi kesucian (dari haid) namun haram dari segi zina."


 (و) إِزَالَة (نجس) وَلَو معفوا عَنهُ (قَلِيلا) أَي حَالَة كَون الْمُسْتَعْمل فِي حَال قلته وَهُوَ دون الْقلَّتَيْنِ.

 

  AIR MUTLAQ mempunyai SYARAT SYARAT yang harus terpenuhi.

 

 AIR MUTLAQ ( tidak digunakan untuk ) 

 ✅ menghilangkan najis, walaupun sedikit (yang dimaafkan), yaitu dalam keadaan ketika air yang digunakan sedikit, yaitu kurang dari dua qullah.

  

 بِخِلَاف مَا إِذا كَانَ قُلَّتَيْنِ فَأكْثر فَإِنَّهُ إِذا رفع الْحَدث لَا يحكم عَلَيْهِ بِالِاسْتِعْمَالِ.

 

 Berbeda halnya jika AIR tersebut DUA KULAH atau LEBIH, maka jika air tersebut digunakan untuk mengangkat / menghilangkan hadas, tidak dihukumi sebagai air yang telah digunakan / MUSTA,MAL"


 وَإِذا أَزَال النَّجس لَا يحكم بتنجسه إِلَّا إِذا تغير بِالنَّجَاسَةِ , وَلَا يحكم بِاسْتِعْمَالِهِ أَيْضا.

 

 "Dan AIR DUA KULLAH jika digunakan untuk menghilangkan najis , maka AIR DUA KULAH tersebut tidak dihukumi sebagai MUTANAJIS kecuali jika air itu BERUBAH karena NAJIS. Air tersebut juga tidak dihukumi sebagai air MUSTA,MAL (air bekas pakai).

 

 وَلَو جمعت الْمِيَاه المستعملة حَتَّى صَارَت مَاء كثيرا قُلَّتَيْنِ فَأكْثر عَاد طهُورا.


📌 Dan jika AIR-AIR yang telah digunakan dikumpulkan hingga menjadi BANYAK, DUA KULAH atau lebih, maka air tersebut kembali menjadi SUCI"


والله اعلم بالصواب


MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI

SEMOGA BERMANFAAT

Thursday, August 29, 2024

Enam Keberuntungan Bagi Orang-orang Bertaqwa."

 KULTUM SUBUH,


Kamis, 29 Agustus 2024.

( 24 Safar 1446 Hijriyah)


"Enam Keberuntungan Bagi Orang-orang Bertaqwa."



Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 


 

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ


Hadirin yang dirahmati Allah,

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur kepada Allah subhanahu wata'ala. Dialah Dzat yang tidak pernah berhenti melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Terutama nikmat Islam dan iman, sehingga kita tetap beriman dengan akidah yang kuat.


Shalawat beserta salam biqaulina Allahumma shalli ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad, tidak lupa kita selalu haturkan di manapun dan kapanpun, karena dengan membaca shalawat kepada Baginda Nabi Muhammad merupakan salah satu bukti kita mencintai-Nya. 


Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Ada banyak kebaikan dan keberuntungan atas orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana Allah kabarkan dalam Al-Qur’an. 

Taqwa merupakan wasiat Allah kepada golongan awalin wal akhirin yaitu golongan masyarakat terdahulu dan sekarang atau yang akan datang. Karena ketaqwaan akan mengantarkan hamba memperoleh segala macam kebaikan di sisi- Nya. 


Salah satu bentuk wasiat taqwa terdapat dalam ayat perintah puasa Ramadhan. Ada tujuan akhir yang semestinya diraih oleh orang yang berpuasa, yakni ketaqwaan. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣)


“Wahai orang - orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” 

(Qur'an Surat al-Baqarah : 183).   


Sebagian ulama mendefinisikan takwa dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan - larangan-Nya baik secara lahir maupun batin, dengan dibarengi penghormatan dan rasa takut kepada Allah subhanahu wata’ala. 

Makna taqwa ketika menafsirkan ayat 102 surat Ali Imran: 

ittaqullaha haqqa tuqâtihi (bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa)


"bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar- benarnya taqwa. Menurutnya, Allah yang harus ditatati bukan diingkari, disyukuri bukan dikufuri, dan yang selalu disebut dan diingat bukan dilupakan. 


Para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullu, “Siapakah orang yang mampu menjalankan sebenar-benarnya taqwa?” 


Rasulullah menjawab bahwa ayat ini telah diganti hukumnya dengan ayat: 

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ


“Bertaqwalah kepada Allah sesuai dengan kemampuanmu” 

(Qur'an Surat at-Taghabun: 16).   


Jawaban Rasulullah atas pertanyaan sahabat ini menunjukkan bahwa untuk meraih gelar muttaqin yaitu orang yang bertaqwa, bukanlah pekerjaan mudah. Karena seorang hamba tidak akan mampu menjalankan sebenar-benar ketaqwaan, walaupun sejuta jiwa dan umur berada pada dirinya dan seluruh harta ia infakkan .  


Jama'ah subuh rahimakumullah .


Seorang hamba hanya dapat berikhtiar sesuai kemampuan, berdoa, dan bertawakal. Meyakini bahwa Allah yang maha Pengasih dan Penyayang akan menghargai seberapa pun usaha hamba-Nya di dunia. 

Allah tidak akan membiarkan hamba dalam kemarahan-Nya. 


Bahkan Allah telah mempersiapkan kado terindah bagi siapa saja yang bertaqwa.  


Penjelasannya dapat dilihat dalam kitab Nashaih ad-Diniyah karya Syekh Abdullah Ba’lawi al-Hadad sebagai berikut: 

 

 وَكَمْ عَلَّقَ اللهُ الْعَظِيْمُ فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ عَلَى التَّقْوَى مِنْ خَيْرَاتٍ عَظِيْمَةٍ وَسَعَادَاتٍ جَسِيْمَةٍ:  


 Ada banyak kebaikan dan keberuntungan atas orang-orang yang bertakwa, sebagaimana Allah kabarkan dalam Al-Qur’an, di antaranya:  


Pertama, المعية الالهية "al-ma‘iyah al-ilahiyah - kebersamaan Allah"   

Orang-orang yang bertaqwa akan selalu berada dalam perlindungan Allah subhanahu wata’ala. 


Hal ini dapat dilihat pada ayat 194 surat al-Baqarah, :

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (١٩٤)


“Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertaqwa.” 

(Qur'an Surat. Al-Baqarah: 194).   


Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang bertakwa dipahami oleh Syekh Jalaluddin dalam Tafsir Jalalain بالعون والنصر yaitu pertolongan lahir dan pertolongan batin. Allah akan menolong hamba-hamba-Nya yang selalu bertakwa.


Kedua, "al-‘ilm al-ladunni - ilmu dari sisi Allah Subhanahu wata'ala" Keutamaan lain dari orang yang bertakwa adalah akan diberikan anugerah berupa ilmu dari sisi Allah. Ilmu yang maksudkan adalah pengetahuan terkait dengan kebaikan-kebaikan segala urusan hidupnya, demikian Syekh Jalaluddin menambahkan dalam menafsirkan ayat 282 surat al-Baqarah:


وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (٢٨٢)


“Dan bertaqwalah kepada Allah; Allah akan mengajarimu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” 

(Qur'an Surat Al-Baqarah : 282).   


Ilmu adalah modal utama seorang hamba dalam menempuh jalan yang lurus. 


Ilmu juga menjadi salah satu syarat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebab diterimanya ibadah adalah ibadah yang dijalankan sesuai dengan ilmunya. Keberhasilan di dunia juga bergantung seberapa jauh menguasai bidang ilmunya. 

Bahkan segala urusan jika diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka hancurlah atau tidak akan menuai hasil sebagaimana diharapkan.   


Ketiga, "al-furqan atau pembeda".

Syekh Abdullah Ba’lawi merinci arti pembeda sebagai bentuk keutamaan orang - orang bertaqwa sebagai berikut :


Allah memberikan kemampuan kepada orang yang bertaqwa untuk mengambil jalan terbaik ketika ia mengalami keraguan dan kesamaran serta kesulitan dalam urusan tertentu;


Allah melebur amal-amal jelek yang pernah dilakukannya; dan


. Allah memberikan keutamaan bagi orang yang bertaqwa berupa ampunan atas dosa-dosanya. 


Penjelasan ini didasarkan firman Allah subhanahu wata’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (٢٩)  



“Wahai orang- orang beriman! 

Jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya dia akan memberikan Furqaan yaitu membedakan yang hak dan batil bagimu dan menghapus segala kesalahanmu, dan mengampuni dosa-dosa mu. Allah memiliki karunia yang besar.” 

(Qur'an Surat. Al-Anfal: 29).   


Keempat, "an-najatu minannari - keselamatan dari api neraka"


Sebagaimana dikatakan bahwa penghujung bulan Ramadhan adalah pembebasan dari api neraka. 

Siapa yang dibebaskan dari neraka? 

Tentu orang-orang yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wata’ala. 


Sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an, salah satu syarat utama mendapatkan keselamatan dari siksa neraka adalah dengan bertaqwa. 


Allah subhanahu wata'ala berfirman :

ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا (٧٢)  


“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang dzolim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” 

(Qur'an Surat. Maryam : 72).   


Kelima,: "al-makhraju war-rizqu - Jalan keluar dari segala kesulitan dan rezeki"

Jaminan bagi orang-orang yang bertaqwa adalah keluarnya dari segala kesulitan dan kelapangan rezeki dari arah yang tak disangka - sangka. 


Sesuai firman Allah Subhanahu wata'ala :

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ... (٣)  


“Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. 

Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.

(Qur'an Surat. Ath-Thalaq: 2-3).

   

Selain itu Allah juga akan memberikan kemudahan dan pahala yang besar bagi orang-orang yang bertaqwa.  



Keenam,: "al-wa’du bi al-jannah - dijanjikan Surga"

Surga merupakan balasan yang pantas bagi orang-orang bertaqwa. 


Di dalamnya penuh dengan segala bentuk kenikmatan. Keberadaannya didambakan oleh setiap insan beriman. Meraihnya tidak cukup hanya berpangku tangan. 

Oleh karenanya Allah Subhanahu wata'ala menyediakan bagi orang-orang yang telah bersusah payah di dunia dalam rangka menjalankan segala perintah 

dan menjauhi larangan-Nya.


Allah berfirman :

إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ (٣٤)  



“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa disediakan surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.” 

(Qur'an Surat. Al-Qalam : 34).  


Dan dalam ayat lain Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا (٦٣)  



“Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertaqwa.” 

(Qur'an Surat. Maryam : 63).


Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah ,

Demikianlah 6 Kado Terindah Untuk Orang- Orang Bertaqwa.

Semoga Kultum Subuh ini bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua, serta bisa menjadi penyebab kita untuk meningkatkan ibadah, ketaqwaan, keimanan, dan menjauhi segala larangan. 


Wa billahit taufik wal hidayah. Wassalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh.

💫🕌🕋🇮🇩

Monday, August 26, 2024

UCAPAN SUAMI KATA TALAK 3, APAKAH JATUH TALAK?

 PERTANYAAN :

Assalaamu'alaikum. Saya mau tanya, saya punya suami, karena suatu masalah mengakibatkan suami saya mengucap talak, dimana ucapan itu lebih dari 3X bahkan berkali kali. Apakah ucapan talak dari swamiku ini sudah termasuk talak 3 ? Tapi secara pemerintah kami belum sah bercerai, bisa dibilang masih dalam proses. Dan apakah jika kami ingin rujuk, salah satu dari kami harus nikah dulu ? mohon penjelasan juga pencerahan..makasih. Wassalamu'alaikum wr wb. [Nur Umayro].


JAWABAN :


Wa'alaikumussalaam. Kalau ucapan ke dua dan seterusnya tujuannya hanya untuk menaukidi maka masih jatuh talak satu.

- I'anah At-Tholibin IV / 19 - 20 Cet Thoha Putra Semarang :


وفي الروض وشرحه: ولو قال أنت طالق أنت طالق أنت طالق أو قال: أنت مطلقة أنت مسرحة أنت مفارقة وكذا لو لم يكرر أنت فيقع به الثلاث لكن إن قصد الاستئناف أو أطلق: فإن قصد تأكيد الاولى بالاخريين فواحدة، أو تأكيدها بالثانية فقط أو تأكيد الثانية بالثالثة فثنتان.فإن قصد تأكيدالاولى بالثالثة فثلاث لتخلل الفاصل بين المؤكد والمؤكد والشرط التوالي.ولو قال: أنت طالق وطالق وطالق، أو أنت طالق وطالق فطالق، أو بل طالق فثلاث يقعن، ولا يقبل منه إرادة التوكيد لوجود العلة المقتضي للمغايرة.ومحل هذا كله في المدخول بها أيضا.أما غيرها فلا يقع فيها إلا واحدة وإن قصد الاستئناف لانها تبين بها فلا يقع بما بعدها شئ.


Disebutkan dalam kitab Roudloh dan syarahnya : Apabila ada suami berkata :

أنت طالق أنت طالق أنت طالق

Kamu wanita yang tertalak 3 X

Atau berkata

أنت مطلقة أنت مسرحة أنت مفارقة

Kamu wanita yang tertalak 3 X


Atau tanpa mengulang lafadl "kamu" (أنت) maka jatuk talak tiga. Akan tetapi bila dalam pengucapannya diniati sebagai isti'naf (mengulang sebagai perkataan baru), maupun tanpa ada niat seperti itu maka ditafshil :


1. Bila dalam pengucapan talak yang ke dua dan ke tiga tujuannya adalah untuk tak-kid (menguatkan) terhadap ucapannya yang pertama maka jatuh talak satu

2. Bila dalam pengucapan ketiganya, yang ke dua diniati sebagai tak-kid yang pertama, atau yang ke tiga diniati sebagai tak-kid terhadap ucapan talak yang kedua maka jatuh talak dua

3. Bila dalam pengucapan ketiganya, yang ketiga diniati sebagai tak-kid yang pertama jatuh talak tiga karena terdapat pemisah antara lafadl pertama dan yang ke tiga, karena syaratnya adalah terus menerus (tidak boleh ada pemisah).


Atau jika ada suami bilang kepada istrinya :

أنت طالق وطالق وطالق

Atau dengan lafadz

أنت طالق بل طالق بل طالق

Maka jatuh talak tiga seketika itu juga.


Dan tidak diterima pengakuan seorang suami yang mengucapkan talak kepada istrinya 3 X dengan mengaku bahwasanya talak yang diucapkan, yang kedua dan ketiga adalah sebagai tak-kid terhadapa yang pertama kecuali bila memang terdapat alasan yang mengarah kesana. Ini semua bisa terjadi jika istrinya sudah di dukhul, sedangkan untuk istri yang belum didukhul maka jatuh talak satu, walaupun diniati sebagai istik-naf, karena wanita yang di talak jika belum di dukhul maka talaknya menjadi talak ba-in, maka tidak akan ada hukum apa apa lagi setelah talak ba-in ini. Wallaahu A'lam.

Saturday, August 24, 2024

Semut yang terjatuh kedalam makanan atau minuman. Bagaimana kah?

 

Semut yang terjatuh kedalam makanan atau minuman

Bagaimana hukum makanan atau minuman yang kejatuhan semut dan sulit untuk mengambilnya. Apakah boleh memakan makanan tersebut beserta semutnya? 


Jawab : 

Ada peribahasa yang mengatakan “ada gula ada semut”, tapi ternyata tidak hanya gula saja, makanan dan minuman kita juga seringkali dihinggapi semut. 


Imam Ramly pernah ditanya tentang hal ini dan beliau menjawab dalam Fatawinya : 


(سُئِلَ) عَنْ طَعَامٍ وَقَعَ فِيهِ نَمْلٌ وَتَعَذَّرَ تَخْلِيصُهُ مِنْهُ فَهَلْ يَجُوزُ أَكْلُ ذَلِكَ الطَّعَامِ بِنَمْلِهِ أَوْ لَا يَجُوزُ لِمَوْتِهِ فِيهِ وَخَوْفِ ضَرَرِهِ؟


(فَأَجَابَ) بِأَنَّهُ يَجُوزُ لَهُ أَكْلُ الطَّعَامِ الْمَذْكُورِ إلَّا أَنْ يَغْلِبَ عَلَى ظَنِّهِ ضَرَرُهُ مِنْهُ فَلَا يَجُوزُ لَهُ


Beliau ditanya tentang makanan (sama halnya masalah minuman) yang kejatuhan semut didalamnya, dan sulit untuk menyelamatkannya. Apakah boleh memakan makanan tersebut beserta semutnya, atau tidak boleh memakannya karena semut sudah mati di dalam makanan tersebut dan khawatir membahayakan? 


Imam Ramly menjawab : boleh baginya memakan makanan tersebut (beserta semutnya), kecuali dia punya prasangka kuat semut tersebut akan membahayakannya. Maka ketika demikian, tidak boleh.


Sedangkan dalam madzhab Maliki, Syekh Abdul Wahhab Al-Maliki menjelaskan sebagaimana dikutip dalam Syarh Kabir : 


وَقَالَ عَبْدُ الْوَهَّابِ: إذَا وَقَعَ مَا لَا نَفْسَ لَهُ سَائِلَةٌ فِي طَعَامٍ وَمَاتَ فِيهِ أَوْ كَانَ حَيًّا جَازَ أَكْلُهُ مُطْلَقًا تَمَيَّزَ عَنْ الطَّعَامِ أَمْ لَا كَانَ أَكْثَرَ مِنْ الطَّعَامِ أَوْ مُسَاوِيًا لَهُ أَوْ أَقَلَّ مِنْهُ، وَقَدْ بَنَى ذَلِكَ عَلَى مَذْهَبِهِ مِنْ أَنَّ مَا لَا نَفْسَ لَهُ سَائِلَةٌ لَا يَفْتَقِرُ لِذَكَاةٍ وَهَذَا كُلُّهُ فِي الْوَاقِعِ فِي الطَّعَامِ


Syekh Abdul Wahhab berkata : ketika hewan yang tidak memiliki darah mengalir (seperti semut) jatuh kedalam makanan dan mati dimakanan tersebut, atau masih hidup, boleh baginya memakan makanan tersebut (beserta semutnya) secara mutlak, baik hewan tersebut mudah dibedakan dari makanan atau tidak, baik hewan tersebut lebih banyak daripada makanan, atau sama banyaknya, atau lebih sedikit. 


Beliau berpendapat demikian karena didasari oleh penilaian bahwa hewan yang tidak memiliki darah mengalir tidak butuh untuk disembelih dulu (ketika mau dimakan). Ini semua ketika terjatuh kedalam makanan (atau minuman).

TERJEMAH FATHUL MUIN SHIFAT SHOLAT 𝕡𝕒𝕣𝕥 3⃣

 Berdoalah kepada Allah SWT memberkahinya kepada orang yang selalu meminta 


BAROKAH NGAJI KIYAI SHOLIHIN

TERJEMAH FATHUL MUIN

SHIFAT SHOLAT


𝕡𝕒𝕣𝕥   3⃣


۩ و) ثانيها: (تكبير تحرم) للخبر المتفق عليه: إذا قمت إلى الصلاة فكبر. 


RUKUN SHOLAT YANG KEDUA adalah

Takbiratul Ihram📌. Berdasarkan sebuah hadis yang disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim: “Jika kamu hendak berdiri mengerjakan shalat, maka bertakbirlah!🔷”

---------------

📌قال البجيرمي: وفي البحر وجه أنها - أي تكبيرة الإحرام - شرط لأنه لا يدخل إلا بعد تمامها، فليست داخل الماهية


"Al-Bujairmi berkata: Dalam kitab Al-Bahr, ada pandangan yang menyatakan bahwa takbiratul ihram adalah syarat (dalam shalat), karena seseorang tidak masuk (dalam shalat) kecuali setelah menyelesaikan TAKBIROTULIHROM, Maka, takbiratul ihram bukanlah bagian dari esensi (shalat itu sendiri)."

ثم أجاب بأنه بفراغه منها يتبين دخوله في الصلاة من أولها.

"Kemudian dia menjawab bahwa dengan selesainya takbiratul ihram, ternyata dia telah masuk ke dalam shalat sejak awal."


🔷تمامه: ثم اقرأ ما تيسر معك من القرآن، ثم اركع حتى تطمئن راكعا، ثم ارفع حتى تعتدل قائما، ثم اسجد حتى تطمئن ساجدا، ثم ارفع حتى تطمئن جالسا، ثم افعل ذلك في صلاتك كلها.

رواه الشيخان.


"Sempurnanya TAKBIR :  Kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur'an, lalu rukuklah hingga kamu merasa tenang dalam posisi rukuk, lalu bangkitlah hingga kamu berdiri tegak, kemudian sujudlah hingga kamu merasa tenang dalam posisi sujud, lalu bangkitlah hingga kamu merasa tenang dalam posisi duduk, dan lakukanlah hal itu dalam seluruh shalatmu."


Hadis ini diriwayatkan oleh *Asy-Syaikhan* (Imam Bukhari dan Muslim)*


وورد أيضا: مفتاح الصلاة الوضوء، وتحريمها التكبير، وتحليلها التسليم.


Juga disebutkan: "Kunci shalat adalah wudhu, yang mengharamkannya (segala perbuatan yang bukan shalat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya kembali adalah salam."


IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 130

NURUL ILMI

----------------


۩ سمي بذلك لان المصلي يحرم عليه به ما كان حلالا له قبله من مفسدات الصلاة، 


Takbir ini disebut Takbiratul ihram, sebab orang yang mengerjakan shalat,diharamkan melakukan sesuatu yang sebelumnya halal dilakukan📝, yaitu perbuatanperbuatan yang membatalkan shalat.

-------------

📝وهي كالأكل والشرب والكلام ونحو ذلك مما يأتي.

Yaitu seperti makan, minum, berbicara dan lain sebagainya.


IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 130

NURUL ILMI

----------------

۩ وجعل فاتحة الصلاة ليستحضر المصلي معناه الدال على عظمة من تهيأ لخدمته حتى تتم له الهيبة والخشوع، 


Takbir dijadikan pembukaan shalat, agar orang yang mengerjakan shalat mencamkan maknanya📚, yang menunjukkan📑 keagungan Dzat yang ia telah siap mengabdi kepada-Nya, sehingga akan sempurnalah rasa takut dan khusyuknya. 

------------------

📚أي التكبير، وهو اتصاف الله سبحانه وتعالى بالكبرياء والعظمة.


"Yaitu takbir, yang merupakan sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan kebesaran dan keagungan."


📑من دلالة الكل على بعض أجزائه." 


 "menunjukkan keseluruhan melalui sebagian dari bagiannya." Ini adalah konsep di mana sesuatu yang kecil atau bagian dari suatu keseluruhan dapat mewakili atau menunjukkan keseluruhan itu sendiri.

 

IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 130

NURUL ILMI

-------------------

۩ ومن ثم زيد في تكراره ليدوم استصحاب ذينك في جميع صلاته.


Berangkat dari situ, maka takbir  selalu disebut berulang kali dalam shalat, agar rasa takut dan khusyuk 📒kepada Allah swt. selalu bersama di dalam semua shalatnya.

---------------

📒أي الهيبة والخشوع، إذ لا روح ولا كمال

للصلاة بدونهما.

Yaitu Takut dan kekhusyukan, karena  tidak RUH dan KESEMPURNAAN dalam shalat tanpa TAKUT DAN KHUSYUK.


IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 130

NURUL ILMI

-------------



 ۩ (مقرونا به) أي بالتكبير، (النية) لان التكبير أول أركان الصلاة فتجب مقارنتها به، 

 

 Takbiratul ihram harus dilakukan bersamaan niat 📖shalat. Sebab, takbir sebagai rukun shalat yang pertama, yang berarti wajib bersamaan niat shalat.

 --------------

📖وقوله: النية نائب فاعله، والمراد بها النية المشتملة على جميع ما يعتبر فيها، من قصد الفعل أو والتعيين، أو والفرضية والقصر في حق المسافر، والإمامة والمأمومية في الجمعة.


🔷"Dan (yang dimaksud) dengan perkataan mushonef  "'niat'" adalah (bahwa) niat menjadi pengganti bagi fa'il (subjek), dan yang dimaksud dengan niat di sini adalah niat yang mencakup semua hal yang dianggap penting di dalam niyat, seperti maksud (قصد الفعل) untuk melakukan suatu tindakan atau penentuan (التعيين) , atau (penentuan) fardhu (الفرضية) dan qasar (  القصر ) bagi musafir, serta menjadi imam  ( الامامة) atau makmum ( المأمومية) dalam shalat Jumat."


وذلك بأن يستحضر قبيل التكبير في ذهنه ذات الصلاة تفصيلا، وما يجب التعرض له من صفاتها، ثم يقصد فعل ذلك المعلوم، ويجعل قصده مقارنا للتكبير من ابتدائه إلى انتهائه.


🔷"Yaitu dengan menghadirkan dalam pikirannya sebelum takbir, rincian dari shalat itu sendiri, dan hal-hal yang wajib diperhatikan dari sifat-sifatnya, kemudian ia berniat untuk melakukan hal tersebut yang telah diketahui, dan menjadikan niatnya itu bersamaan dengan takbir dari awal hingga akhirnya."

وما ذكر هو الاستحضار الحقيقي والمقارنة الحقيقية 


🔷Yang disebutkan adalah mencamkan secara haqiqi  (  menghadirkan kekhusyukan)  dan perbandingan yang sebenarnya."


ونازع في هذا إمام الحرمين وقال أنه لا تحويه القدرة البشرية.


🔸🔷 Imam AL HARAMAIN berselisih pendapat dalam hal ini  ( استحضار حقيقي ) dan berkata bahwa hal itu tidak dapat dicapai oleh kemampuan manusia."

واختار الاكتفاء بالاستحضار العرفي والمقارنة العرفية، وذلك بأن يستحضر في ذهنه هيئة الصلاة إجمالا مع ما يجب التعرض له مما مر، ويقرنه بجزء من التكبير.


🔸🔷 Dan dia Imam AL HARAMAIN memilih untuk mencukupkan diri dengan kehadiran secara umum dan perbandingan secara umum, yaitu dengan menghadirkan dalam pikirannya gambaran shalat secara keseluruhan beserta apa yang harus diperhatikan dari yang telah disebutkan, dan menghubungkannya dengan sebagian dari takbir. 


Al-'Allamah al-Bujairimi berkata: 'Dan ini adalah pendapat yang diandalkan.'"

قال العلامة البجيرمي: وهو المعتمد.

👉Al-'Allamah al-Bujairimi berkata: 'Dan ini ( 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑎𝑙 𝑖𝑚𝑎𝑚 𝑎𝑙 ℎ𝑎𝑟𝑎𝑚𝑎𝑖𝑛) adalah pendapat yang diandalkan.'"


كما قرره شيخنا ح ف، وهو عن شيخه الخليفي، وهو عن شيخه الشيخ منصور الطوخي، وهو عن شيخه الشوبري، وهو عن شيخه الرملي الصغير، وهو عن شيخ الإسلام.


"Sebagaimana yang telah ditetapkan oleh guru kami,  SYAMSUDDIN MUHAMMAD bin SALIM Al-HAFNAWI (w. 1181 H). yang mengambilnya dari gurunya, Al-KHALIFY, yang mengambilnya dari gurunya, SYAIKH MANSUR ATH-THOUKHI, yang mengambilnya dari gurunya, AS- SYU'BARI, yang mengambilnya dari gurunya, AR-RAMLI ASH-SHAGHIR, yang mengambilnya dari SYAIKHUL ISLAM.


YANG MENDAPAT JULUKAN SYAIKHUL ISLAM


1. **Ibnu Taimiyah (661–728 H / 1263–1328 M)**: Ulama yang sangat terkenal dalam bidang akidah, tafsir, dan fikih. Karya-karyanya banyak dirujuk hingga saat ini.


2. **Imam Zakariya al-Ansari (823–926 H / 1420–1520 M)**: Seorang ulama besar dalam Mazhab Syafi'i yang juga dikenal sebagai Syaikhul Islam.


3. **Imam Ibn Hajar al-Asqalani (773–852 H / 1372–1449 M)**: Ulama hadits yang dikenal dengan karyanya *Fath al-Bari*, sebuah syarah (penjelasan) dari Sahih al-Bukhari.


4. **Imam al-Suyuthi (849–911 H / 1445–1505 M)**: Ulama produktif dalam berbagai bidang keilmuan seperti tafsir, hadits, dan fiqih.

وكان الشيخ الطوخي يقول هو مذهب الشافعي

Dan Syaikh Ath - Thukhy berkata itu madzhab imam AsSyafi i.


IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 130

NURUL ILMI

-------------

۩ بل لا بد أن يستحضر كل معتبر فيها مما مر وغيره. كالقصر للقاصر، وكونه إماما أو مأموما في الجمعة، والقدوة لمأموم في غيرها، مع ابتدائه. ثم يستمر مستصحبا لذلك كله إلى الراء. 


Bahkan dalam niat itu wajib mencamkan (menghadirkan) unsur-unsur penting niat, yang telah tertuturkan (qasdul fili, ta’yin dan fardhiyah) dan lainnya, misalnya qashar bagi orang yang mengqashar shalat, menjadi imam atau makmum dalam shalat Jumat, bermakmum pada selain jamaah, Jumat, yang semua itu 📌telah dicamkan di awal takbiratul ihram yang berlangsung terus sampai mengucapkan huruf ra’ di akhir takbiratul ihram.

----------------

📌أي لذلك المستحضر في ذهنه، ولا يكفي التوزيع بأن يبتدئ ذلك مع ابتدائه وينهيه مع انتهائه، لما يلزم عليه من خلو معظم التكبير عن تمام النية.


"(Ucapan: لذلك كله): Maksudnya adalah untuk semua hal yang telah terlintas dalam pikirannya, dan tidak cukup dengan membagi niat tersebut, yaitu dengan memulai niat bersamaan dengan awal takbir dan mengakhirinya bersamaan dengan akhir takbir, karena hal tersebut mengakibatkan sebagian besar dari takbir dilakukan tanpa niat yang sempurna."


IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 131

NURUL ILMI

-------------

۩ وفي قول صححه الرافعي، يكفي قرنها بأوله. 


Menurut pendapat yang telah dibenarkan

🔷 oleh Imam AR - ROFI,I, semua unsur yang disebutkan di atas, adalah cukup dicamkan bersamaan pada awal takbiratul ihram 


۩ وفي المجموع والتنقيح المختار ما اختاره الامام والغزالي: أنه يكفي فيها المقارنة العرفية عند العوام بحيث يعد مستحضرا للصلاة. 

Menurut pendapat yang dipilih

🔷 Imam Al-GHOZALY, yang tersebut dalam kitab Al-Majmu’ dan Tanqihul Mukhtar: Bagi ORAM AWAM, bersamaannya itu, adalah cukup dengan UKURAN UMUM📚 sekira sudah disebut mencamkan bentuk salat 📒(menurut ukuran umum, Al-istikhdhar al-‘urfi-pen).

-----------------

📚 أي لا عند الخواص، فإنهم رضي الله عنهم يوسع لهم الزمان، فلهم قدرة على الاستحضار الحقيقي والمقارنة الحقيقية.


Bukan Bagi kaum khusus (orang-orang pilihan), semoga Allah meridhai mereka, waktu dilapangkan untuk mereka. Mereka memiliki kemampuan untuk menghadirkan (hal-hal) secara nyata dan membandingkannya secara nyata."

-----------------

📒فالحيثية بيان للاستحضار العرفي لا للمقارنة العرفية.

"Pada pertimbangan ini merupakan penjelasan tentang kehadiran secara kebiasaan, bukan untuk perbandingan secara kebiasaan.


لأن المقارنة العرفية معناها أن يوجد اقترانها عند أي جزء، ولا يضر عزوبها بعد.


Karena perbandingan secara kebiasaan berarti adanya penyertaan pada setiap bagian, dan tidak masalah jika hal itu tidak hadir setelahnya.


والاستحضار الحقيقي أن يستحضر جميع الأركان تفصيلا.


Sedangkan isrihdlor haqiqy adalah menghadirkan semua rukun secara rinci.


والمقارنة الحقيقية أن يستحضر الأركان من أول التكبيرة إلى آخرها كما مر.


Dan al muqoronah haqiqiy adalah menghadirkan rukun-rukun tersebut dari awal takbir hingga akhir, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya."


IANATUTHOLIBIN JUZ 1 HAL 131

NURUL ILMI

-------------

۩ وقال ابن الرفعة: إنه الحق الذي لا يجوز سواه. وصوبه السبكي، 


🔷Imam IBNU RIF,AH berkata: Pendapat ini adalah satu-satunya yang benar. Imam As-Subki juga membenarkannya.

۩ وقال: من لم يقل به وقع في الوسواس المذموم.

🔷Imam AS-SUBKI berkata: Barangsiapa tidak mengatakan atas ketercukupan prakuk seperti itu, maka ja akan terjerumus dalam was-was tercela ini.

۩ وعند الائمة الثلاثة: يجوز تقديم النية على التكبير بالزمن اليسير. 

 Menurut pendapat

  🔷 Imam Mazhab yang tiga (selain Imam Syafi’i): Boleh mendahulukan niat atas . takbiratul ihram dalam selang waktu yang pendek.

 

۩ (ويتعين) فيه على القادر لفظ: (الله أكبر) للاتباع، أو الله الاكبر. ولا يكفي أكبر الله، ولا الله كبير، أو أعظم، ولا الرحمن أكبر. ويضر إخلال بحرف من الله أكبر. وزيادة حرف يغير المعنى، 


Bacaan takbiratul ihram bagi orang yang mampu, adalah ditentukan dengan kalimat: “Allaahu Akbar“, sebagai ittiba’ kepada Nabi saw., atau boleh juga “Allahul Akbar“ Ketika takbir, tidak boleh mem. baca: “Akbarullaah, Allaahu Kabiir (A’zham), atau Arrahmaanu Akbar. Merusak satu huruf pada lafal “Allaahu Akbar“, menjadi masalah. Demikian pula menambah satu huruf yang dapat mengubah makna kalimat tersebut.


۩ كمد همزة الله، وكألف بعد الباء، وزيادة واو قبل الجلالة، وتخلل واو ساكنة ومتحركة بين الكلمتين، وكذا زيادة مد الالف التي بين اللام والهاء إلى حد لا يراه أحد من القراء.


(Menambah huruf) misalnya: Memanjangkan hamzah pada lafal. اللهُ (sebab, kalimat tersebut akan berbentuk istifham (pertanyaan): Apakah Allah Maha Besar? -pen), menambah huruf alif setelah ba’ (maknanya: Beberapa genderang – pen): menambah huruf wawu sebelum lafal اللهُ (kahryat tersebut akan berbunyi وَاللهُ اكْبَرْ Hal ini menjadi masalah, sebab faedah huruf wawu adalah ‘athaf, di mana kalimat tersebut belum didahului oleh kaiimat lain -pen), meletakkan wawu, baik mati atgu hidup di antara. اللهُ dan, اَكْبَرُ demikian Pula memperpanjang bacaan ai di antara lam dan ha’ di mana perpanjangan tersebut tidak ada ahli qiraah yang memperbolehkannya.


۩ ولا يضر وقفة يسيرة بين كلمتيه، وهي سكتة التنفس، ولا ضم الراء.

 

Tidak menjadi masalah, berhenti sebentar bernapas di antara Allah dan Akbar, atau membaca dhammah huruf ra’.


MOHON DIKOREKSI DILENGKAPI SEMOGA BERMANFAAT

Monday, August 19, 2024

HUKUM MEMAKAN IKAN ASIN, BAGAIMANAKAH...?




Ikan asin yang haram dikonsumsi adalah ikan asin yang tidak dibuang kotorannya. Menurut kitab al-Jawahir antara ikan kecil dan ikan besar hukumnya sama. Namun menurut Imam Nawawi dan Imam Rofi'i boleh memakan ikan kecil yang kotorannya tidak dibuang. 

Catatan:    Ukuran besar dan kecilnya ikan dikembalikan pada kebiasaan masyarakat setempat, meski sampai seukuran dua jari atau lebih.  Menurut Imam Ibnu Hajar, Ibnu Ziyad, Imam Romli dan ulama' lain. Kotoran ikan yang kecil hukumnya suci. Bahkan menurut Imam Romli kotoran ikan yang besar juga suci, Sehingga menurut pendapat ini hukumnya boleh memakan ikan asin secara mutlak. 


Referensi :

ﻓﺘﺢ ﺍﻟﻤﻌﻴﻦ؛) ص ١٢ (

ﻭ ﻧﻘﻞ ﻓﻰ ﺍﻟﺠﻮﺍﻫﺮ ﻋﻦ ﺍﻻﺻﺤﺎﺏ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻛﻞ ﺳﻤﻚ ﻣﻠﺢ ﻭ ﻟﻢ ﻳﻨﺰﻉ ﻣﺎ ﻓﻰ ﺟﻮﻓﻪ ﺍﻯ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﺘ…

حاشية البجيرمي على الخطيب (13/ 193)

قَوْلُهُ : ( السَّمَكُ وَالْجَرَادُ ) قَالَ فِي الْمِنْهَاجِ وَلَوْ صَادَهُمَا مَجُوسِيٌّ قَالَ الْمَحَلِّيُّ وَلَا اعْتِبَارَ بِفِعْلِهِ .

وَالسَّمَكُ هُوَ كُلُّ حَيَوَانٍ يَكُونُ عَيْشُهُ فِي الْبَحْرِ عَيْشَ مَذْبُوحٍ وَلَوْ عَلَى صُورَةِ الْخِنْزِيرِ مَثَلًا وَمِنْهُ الْقِرْشُ وَمِنْ السَّمَكِ مَا لَا يُدْرَكُ الطَّرَفُ أَوَّلُهُ وَآخِرُهُ لِكِبَرِهِ وَتَحِلُّ سَمَكَةٌ فِي قَلْبِ سَمَكَةٍ مَا لَمْ تَتَفَتَّتْ وَتَتَغَيَّرْ وَيَحِلُّ مَا طَفَا عَلَى وَجْهِ الْمَاءِ وَانْتَفَخَ مَا لَمْ يَضُرَّ ، وَيَجُوزُ بَلْعُهُ وَقَلْيُهُ حَيًّا وَشَيُّهُ وَلَا يَنْجُسُ الدُّهْنُ بِمَا فِي جَوْفِهِ مِنْ الرَّوْثِ إنْ كَانَ صَغِيرًا وَيَنْبَغِي أَنَّ الْمُرَادَ بِالصَّغِيرِ مَا يَصْدُقُ عَلَيْهِ عُرْفًا أَنَّهُ صَغِيرٌ فَيَدْخُلُ فِيهِ كِبَارُ الْبَسَارِيَةِ الْمَعْرُوفَةِ بِمِصْرَ وَإِنْ كَانَ قَدْرَ أُصْبُعَيْنِ مَثَلًا كَمَا فِي ع ش عَلَى م ر .

لَا إنْ كَانَ كَبِيرًا وَكَذَا يُقَالُ فِي الْجَرَادِ وَمِنْ السَّمَكِ التُّرْسُ وَلَا نَظَرَ لِتَقَوِّيهِ بِنَابِهِ لِأَنَّهُ ضَعِيفٌ وَلَا بَقَاءَ لَهُ فِي غَيْرِ الْبَحْرِ ، بِخِلَافِ التِّمْسَاحِ لِقُوَّتِهِ وَحَيَاتِهِ فِي الْبَرِّ ا هـ .

وَفِي الْبَحْرِ مِنْ الْعَجَائِبِ مَا لَا يُسْتَطَاعُ حَصْرُهُ وَمِنْ أَنْوَاعِهِ الشَّيْخُ الْيَهُودِيُّ قَالَ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ الْقَزْوِينِيُّ فِي عَجَائِبِ الْمَخْلُوقَاتِ : إنَّهُ حَيَوَانٌ وَجْهُهُ كَوَجْهِ الْإِنْسَانِ وَلَهُ لِحْيَه بيضاء وبدنه كبدن الضفدع، وشعره كشعر البقر، وهو في حجم العجل يخرج من البحر ليله السبت فيستمر حتي تغيب الشمس ليله الاحد فيثب كما يثب الضفدع ويدخل الماء 

وحكمه الحل لدخوله في عموم السمك والقرش بكسر القاف واسكان الراء المهمله وبالشين المعجمه في اخره دابه عظيمه من دواب البحر،

حاشية البجيرمي على الخطيب

واعلم أن الفسيخ  وهو ما ملح من سمك وطبق بعضه على بعض نجس نجاسة العين لا يطهر بالغسل لاختلاط أجزائه بصديد أجنبي وذلك في غير الطبقة العليا أما هي فطاهرة وهذا إذا طبق في إناء بخلاف ما إذا جعل في أرض محفورة فإنه طاهر لأن الصديد يغور في الأرض وكذا إذا ذبح السمك حال حياته وجعل فسيخا فإنه طاهر لأن التذكية تزيل الدم أما إذا أفرد السمك عن غيره فطاهر هذا حكم الصديد 

وأما حكم الروث فيعفى عنه في السمك الصغير دون الكبير فلا يجوز أكله إذا لم ينزع ما في جوفه لامتزاج لحمه بفضلاته التي في باطنه بواسطة الملح ويستثنى البطروخ فطاهر لأن بينه وبين الفضلات حائلا فإن ظرف الروث إذا انكسر لا يصل ذلك الروث إلى البطروخ ووصل إلى اللحم وامتزج به والله أعلم 

نهاية الزين ص ٤٣

TERJEMAH FATHUL MUIN SHALAT JENAZAH PART 2

TERJEMAH FATHUL MUIN

SHALAT JENAZAH

PART 2




. وَ أَكْمَلُهُ: تَثْلِيْثُهُ، وَ أَنْ يَكُوْنَ فِيْ خَلْوَةٍ، وَ قَمِيْصٍ،


Yang paling sempurnanya mandi, adalah menyiramkan air tersebut diulang sebanyak tiga kali. Dalam memandikan mayat hendaknya di tempat yang sepi ✅, dan berbaju kurung,📝

---------------

) أي في موضع حال عن غير الغاسل، معينه، والولي.

والأولى أن يكون تحت سقف ليس فيه نحو كوة يطلع عليه منها، وذلك لأن الحي إذا أراد أن يغتسل يحرص على ذلك، ولأنه قد يكون ببدنه ما يكره الاطلاع عليه.

Ditempat sepi (tidak ada orang)  selain orang yang memandikan (jenazah), yang membantu pemandian, dan wali.

Dan lebih baik jika berada di bawah atap yang tidak ada di dalamnya lubang seperti jendela yang bisa melihatnya dari situ, karena orang yang hidup jika ingin mandi berusaha untuk itu, dan karena mungkin ada di tubuhnya sesuatu yang tidak diinginkan untuk dilihat."

📝

قوله: وقميص) أي وأن يكون في قميص، لأنه أستر له، وأليق، والأولى أن يكون القميص باليا بحيث لا يمنع وصول الماء إليه.

ويدخل الغاسل يده في كمه إن كان واسعا ويغسله من تحته، وإن

كان ضيقا فتق رؤوس الدخاريص وأدخل يده في موضع الفتق، فإن لم يوجد القميص أو لم يتأت غسله فيه ستر منه ما بين السرة والركبة.

"Dan (pakaian) kemeja) yaitu bahwa sebaiknya jenazah berada dalam kemeja, karena itu lebih menutupinya dan lebih pantas. Sebaiknya kemeja tersebut sudah usang sehingga tidak menghalangi air untuk sampai kepadanya.

Yang memandikan jenazah memasukkan tangannya ke dalam lengan kemeja jika longgar dan mencucinya dari bawah, tetapi jika sempit maka dia membuka bagian ujung lengan dan memasukkan tangannya ke tempat yang terbuka tersebut. Jika tidak ada kemeja atau tidak memungkinkan untuk mencucinya dalam kemeja, maka hendaknya menutup bagian tubuhnya antara pusar dan lutut."


Ianatutholibin juz 2 hal 110

Nurul Ilmi.

---------------


 وَ عَلَى مُرْتَفِعٍ بِمَاءٍ بَارِدٍ إِلَّا لِحَاجَةٍ كَوَسَخٍ وَ بَرْدٍ، فَالْمُسَخَّنُ حِيْنَئِذٍ أَوْلَى. 


Dan di tempat yang lebih tinggi✅, dengan air dingin, kecuali ada keperluan, misalnya menghilangkan kotoran atau suasana dingin. Maka dalam keadaan seperti ini, mengenakan air panas adalah lebih utama.

-------------

، أي وأن يكون غسله على مرتفع - كلوح - لئلا يصيبه رشاش، وليكن مستلقيا عليه كاستلقاء المحتضر، لكونه أمكن لغسله.

ومحل رأسه أعلى لينحدر الماء عنه.


 yaitu bahwa memandikannya sebaiknya di tempat yang tinggi - seperti papan - agar tidak terkena cipratan air, dan hendaknya jenazah dalam posisi berbaring terlentang di atasnya seperti posisi orang yang sedang sakaratul maut, karena itu lebih memudahkan untuk dimandikan.

 

Dan bagian kepala jenazah harus lebih tinggi agar air dapat mengalir turun dari tubuhnya."


Ianatutholibin juz 2 hal 110

Nurul Ilmi.

--------------


وَ الْمَالِحُ أَوْلَى مِنَ الْعَذْبِ.


 Sedang menggunakan air yang asin lebih utama dari pada yang tawar.📝

 -------------

📝

وفي شرح الروض: قال الصيمري: والمالح البارد أحب من الحار العذب، قال - أعني الزركشي -: ولا ينبغي أن يغسل الميت بماء زمزم، للخلاف في نجاسته بالموت

"Dan dalam syarah  Al-Rawd: Al-Saymari berkata: Air asin yang dingin lebih disukai daripada air tawar yang panas. Al-Zarkashi berkata: Tidak sepatutnya mayit dimandikan dengan air Zamzam, karena ada perbedaan pendapat mengenai kenajisannya ketika seseorang meninggal."


Ianatutholibin juz 2 hal 110

Nurul Ilmi.

---------------


وَ يُبَادِرُ بِغَسْلِهِ إِذَا تَيَقَّنَ مَوْتُهُ، وَ مَتَى شَكَّ فِيْ مَوْتِهِ وَجَبَ تَأْخِيْرُهُ إِلَى الْيَقِيْنِ، بِتَغَيُّرِ رِيْحٍ وَ نَحْوِهِ.


(Sunnah) segera memandikannya. Jika telah diyakini matinya. Apabila masih diragukan akan kematiannya, maka wajib menundanya (66) sampai benar-benar diyakini kematiannya, misalnya berubahnya bau mayat atau lainnya. 

-----------


66. 

وقال ع ش: ينبغي أن الذي يجب تأخيره هو الدفن، دون الغسل والتكفين، فإنهما بتقدير حياته لا ضرورة فيهما.


Imām ‘Alī Sibramalisī mengataka: Sebaiknya yang wajib diakhirkan adalah menguburkan bukan memandikan dan mengkafani, sebab jika memang ia masih hidup maka hal itu tidaklah masalah.


 I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 110 

 Nurul ilmi

--------------


 فَذِكْرُهُمُ الْعَلَامَاتِ الْكَثِيْرَةَ لَهُ إِنَّمَا تُفِيْدُ، حَيْثُ لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ شَكٌّ. 

 

 Karena itu, para fuqahā’ menuturkan tanda-tanda kematian 📝seseorang yang banyak sekali dan dapat berguna, bila kematiannya sudah tidak diragukan lagi.

 -------------

📝

وقوله: العلامات الكثيرة) أي كاسترخاء قدم، وامتداد جلدة وجه، وميل أنف، وانخلاع كف.

"Dan ucapannya: tanda-tanda yang banyak) yaitu seperti kendurnya kaki, meregangnya kulit wajah, miringnya hidung, dan cekung ( Dekok=jawa ) telapak tangan."

 I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 110 

 Nurul ilmi

--------------


وَ لَوْ خَرَجَ مِنْهُ بَعْدَ الْغُسْلِ نَجَسٌ لَمْ يَنْقُضِ الطُّهْرُ، بَلْ تَجِبُ إِزَالَتُهُ فَقَطْ إِنْ خَرَجَ قَبْلَ التَّكْفِيْنِ، لَا بَعْدَهُ. 

 

Apabila setelah dimandikan mayat mengeluarkan najis, (77) maka kesuciannya tidak rusak tapi hanya wajib membersihkan najisnya  saja, jika keluarnya sebelum dibungkus kafan ,  jika keluarnya najis setelah dibungkus kafan, maka tidak wajib menghilangkan najisnya.

------------

77.

ولو لم يمكن قطع الخارج منه صح غسله، وصحت الصلاة عليه، لأن غايته أنه كالحي السلس، وهو تصح صلاته، وكذا الصلاة عليه.

Dan jika najis tidak bisa berhenti, maka sah mandinya dan shalatnya sebab mayat tersebut seperti orang beser. 

Yang sholatnya, dan sah pula mensholatinya.

I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 111

Nurul Ilmi

-------------


وَ مَنْ تَعَذَّرَ غُسْلُهُ لِفَقْدِ مَاءٍ أَوْ لِغَيْرِهِ: كَاحْتِرَاقٍ، وَ لَوْ غُسِلَ تَهَرَّى يُمِمُّ وُجُوْبًا.


Mayat yang tidak bisa dimandikan karena tidak ada air atau sebab lainnya, misalnya mayat terbakar  kalau dimandikan akan  rontok, adalah  wajib ditayammumi.


[فَرْعٌ]: 

الرَّجُلُ أَوْلَى بِغُسْلِ الرَّجُلِ، وَ الْمَرْأَةُ أَوْلَى بِغُسْلِ الْمَرْأَةِ، 

(Cabangan Masalah). 

Orang laki-laki lebih utama untuk memandikan mayat laki-laki, dan perempuan lebih utama untuk memandikan mayat perempuan


وَ لَهُ غُسْلُ حَلِيْلَةٍ، وَ لِزَوْجَةٍ لَا أَمَةٍ غُسْلُ زَوْجِهَا، وَ لَوْ نَكَحَتْ غَيْرَهُ، بِلَا مَسٍّ، بَلْ بِلَفِّ خِرْقَةٍ عَلَى يَدٍ. 


 Orang laki-laki boleh memandikan mayat yang merupakan ḥalīlah-nya (wanita yg halal dijimak baik istri atau wanita amah (hamba perempuan)).

 Sang istri – bukan termasuk amah – , juga boleh memandikan mayat suaminya, sekalipun ia telah menikah dengan laki-laki lain, dengan tanpa menyentuh mayat itu, akan tetapi tangannya dibungkus dengan kain.


فَإِنْ خَالَفَ صَحَّ الْغُسْلُ. 


Jika menyalahi aturan tersebut  ( apabila tidak di bungkus kain dan menyentuh mayat ), maka mandinya tetap sah. (88)

 ------------

88.). 

وذللك لان اللف وعدم المس مندوبان

Sebab memakai sarung tangan dan tidak menyentuh hukumnya hanya sunnah baginya.

 I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 111 

 Nurul Ilmi.

-----------------


فَإِن لَمْ يَحْضُرْ إِلَّا أَجْنَبيٌّ فِي الْمَرْأَةِ أَوْ أَجْنَبِيَّةٌ فِي الرَّجُلِ يُمِّمَ الْمَيِّتُ.

Apabila untuk mayat wanita hanya ada laki-laki lain atau untuk laki-laki hanya ada wanita lain, (99) maka mayat cukup ditayammumi saja.

-----------

99.

قال ع ش ضابط فقد الغاسل أن يكون في محل لا يجب طلب الماء منه اهـ

Batasan dari tidak ada yang memandikan adalah adanya orang memandikan berada pada tempat yang tidak wajib untuk mencari air di tempat tersebut.

 I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 111 Nurul Ilmi.

-------------


 نَعَمْ، لَهُمَا غُسْلُ مَنْ لَا يُشْتَهَى مِنْ صَبِيٍّ أَوْ صَبِيَّةٍ، لِحِلِّ نَظَرِ كُلٍّ وَ مَسِّهِ.

 

Memang ! Baik lelaki atau wanita adalah diperbolehkan memandikan mayat yang tidak menimbulkan syahwat, baik itu berupa anak laki-laki atau anak perempuan, lantaran mereka halal memandang juga menyentuhnya.


 وَ أَوْلَى الرِّجَالِ بِهِ،  أَوْلَاهُمْ بِالصَّلَاةِ كَمَا يَأْتِيْ.

 

Diantara orang  Laki-laki yang lebih utama memandikan mayat , adalah laki-laki yang paling utama menshalatinya, sebagaimana akan diterangkan nanti.


وَ تَكْفِيْنُهُ بِسَاتِرِ عَوْرَةٍ) مُخْتَلِفَةٍ بِالذُّكُوْرَةِ وَ الْأُنُوْثَةِ، دُوْنَ الرِّقِّ وَ الْحُرِّيَةِ،


Mengkafani Mayit

Hukumnya juga fardhu kifāyah membungkus mayat dengan kafan yang dapat menutup auratnya (10) yang dapat membedakan antara aurat laki-laki dan perempuan dan tidak usah dibedakan antara mayat budak dengan yang merdeka.

--------------

10.

قال ش ق هذا ضعيف والمعتمد انه لا بد من ستر جميع البدن.

 Ini adalah pendapat yang lemah, sedangkan yang kuat adalah menutup seluruh badan. 

I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 112 

Nurul ilmi.

---------------

 فَيَجِبُ فِي الْمَرْأَةِ وَ لَوْ أَمَةً مَا يَسْتُرُ غَيْرَ الْوَجْهِ وَ الْكَفَّيْنِ. وَ فِي الرَّجُلِ مَا يَسْتُرُ مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَ الرُّكْبَةِ. 


 Karena itu, wajib untuk mayat wanita – sekalipun budak – kafan yang dapat menutup seluruh tubuh selain wajah dan kedua telapak tangannya, dan untuk mayat laki-laki adalah kafan yang dapat menutupi antara pusat dan lutut.


وَ الْاِكْتِفَاءُ بِسَاتِرِ الْعَوْرَةِ هُوَ مَا صَحَّحَهُ النَّوَوِيُّ فِيْ أَكْثَرِ كُتُبِهِ، وَ نَقَلَهُ عَنِ الْأَكْثَرِيْنَ، لِأَنَّهُ حَقٌّ للهِ تَعَالَى.


Mencukupkan – sekedar cukup – dengan kafan yang dapat menutup aurat adalah yang dibenarkan oleh Imām An-Nawawī di dalam kebanyakan kitab beliau, di mana beliau mengutipnya dari mayoritas ‘ulamā’ sebab yang demikian tersebut (kafan yang menutup aurot ) merupakan hak Allah s.w.t.


 وَ قَالَ آخَرُوْنَ: يَجِبُ سَتْرُ جَمِيْعَ الْبَدَنِ وَ لَوْ رَجُلًا.

 

 ‘Ulamā’-‘ulamā’ lain berkata: Wajib menutup seluruh tubuh mayat, sekalipun laki-laki.


 وَ لِلْغَرِيْمِ مَنْعُ الزَّائِدِ عَلَى سَاتِرِ كُلِّ الْبَدَنِ، لَا الزَّائِدِ عَلَى سَاتِرِ الْعَوْرَةِ، لِتَأَكُّدِ أَمْرِهِ، وَ كَوْنِهِ حَقًّا لِلْمَيِّتِ بِالنِّسْبَةِ لِلْغُرَمَاءِ، 

 

Bagi pemiutang boleh melarang pemakaian kafan yang melebihi menutup seluruh tubuh si mayat , tidak yang melebihi menutup aurot, 11 karena kekuatan hukumnya dan hal itu merupakan haq si mayat bila dinisbatkan dengan para pemiutang.


MOHON DIKOREKSI DAN DILENGKAPI

SEMOGA BERMANFAAT

 
Copyright © 2014 anzaaypisan. Designed by OddThemes